Home / Fantasi / Anugerah Dewa / Kesatria Baru

Share

Kesatria Baru

Author: Dr. Meong
last update Last Updated: 2024-10-29 19:42:56

       Bulan Januari Tahun 1200 fire ...

       Pagi hari di bawah sinar matahari yang cerah, Kerajaan Malvevis mengadakan acara pemberian penghargaan dan penghormatan pada beberapa prajurit yang telah menorehkan prestasi dalam tugasnya.

       Prajurit Kerajaan Malvevis selalu berlomba-lomba melaksanakan tugasnya dengan baik, agar bisa mendapatkan bintang dari raja kelima Kerajaan Malvevis. Apalagi jika bintangnya diberikan secara langsung oleh sang raja. Hal ini, membuat mereka menyerahkan jiwa raganya untuk Kerajaan Malvevis.

       Ribuan penduduk Kerajaan Malvevis sudah menunggu di depan istana Kerajaan Malvevis. Wajah-wajah senang dan bahagia begitu terpancar dari wajah mereka. Seorang laki-laki gagah tersenyum melihat tersebut.

       Beberapa prajurit dan petinggi kerajaan sudah berdiri di atas balkon yang berada di lantai kedua istana. Sembari menunggu sang raja muncul, mereka melirik ke sana-sini melihat wajah sumringah penduduk kerajaan. Bahkan, mereka juga memperlihatkan senyumannya masing-masing jika ada orang yang melihat.

       Tak ketinggalan pangeran Kerajaan Malvevis, Seven. Dia sangat senang melihat wajah senyuman penduduk Kerajaan Malvevis. “Suatu saat jika aku menjadi raja di sini, aku pasti akan mempertahankan senyuman dan kebahagian mereka,” tekadnya dalam hati.

       Beberapa menit kemudian, seorang laki-laki gagah melangkah dengan pelan. Sebuah mahkota melingkar di atas kepalanya. Banyak emas yang menempel pada pakaiannya. Satu pedang bersilau di bagian punggungnya. Satu goresan akibat tebasan pedang masih terlihat di bagian mata kanannya, menandakan dirinya sudah pernah bertarung habis-habisan.

       Inilah raja kelima Kerajaan Malvevis, raja Fedrin.

       Seketika sorak-sorak menyebut nama raja kelima Kerajaan Malvevis terdengar keras. Mereka tidak henti-hentinya menyebut nama Fedrin. Fedrin sebagai seorang raja hanya bisa tersenyum sembari melambaikan tangan kanannya.

       Setelah sepuluh menit, Fedrin mengepalkan tangan kanannya di atas. Seketika suasana menjadi hening. Penduduk kerajaan kompak tidak mengeluarkan suara, karena beliau akan berbicara.

       “Senang rasanya melihat pendudukkku masih memancarkan senyuman yang begitu manis,” ucap Fedrin santai. Kepalanya menunduk ke bawah dan kedua menutup matanya. Setelah beberapa detik, dia menegakkan kepalanya, membuka kedua matanya dengan taja, dan mengangkat tangan kanannya yang mengepal ke atas sembari berkata, “Hidup Kerajaan Malvevis!”

       Penduduk kerajaan kompak menjawab, “Hidup!”

       Fedrin terus melakukan ini sebanyak tiga kali. Sebelum akhirnya, dia mengumumkan para prajurit yang telah menjalankan tugasnya dengan baik.

       Ada empat prajurit yang mendapatkan prestasi dalam tugasnya. Mereka adalah Hilda (Jenderal Pasukan Divisi I), Zilong (Komandan Pasukan Kavaleri), Rafaela (Komandan Pasukan Pemanah), dan Luke (Jenderal Pasukan Divisi II)

       Mereka berempat mendapatkan penghargaan dan penghormatan berupa bintang satu. Di sisi lain, raja Fedrin juga memberikan penghormatan kepada anaknya dan dua sahabatnya. Sebab mereka sudah menyelamatkan kota terpenting Kerajaan Malvevis dari bahaya.

       Seven, Aurel, dan Jhon mendapatkan satu bintang yang menempel di bajunya masing-masing. Mereka bertiga sangat senang mendapatkan satu bintang.

       Setelah diberi bintang oleh sang ayah, kedua kaki Seven melangkah ke depan. Wajahnya melirik ke sana-sini memperhatikan rakyat kerajaan yang sedang bahagia.

       “Dengan satu bintang ini. Aku berjanji akan menjadi raja keenam suatu saat nanti, menggantikan posisi ayahku,” ucap Seven dengan suara keras. Ucapannya mendapatkan tepuk tangan yang meriah dan sorak-sorakan yang menyebut namanya.

       Fedrin hanya tersenyum melihat anaknya kembali menegaskan tekadnya menjadi raja keenam. Dia yakin anaknya bisa mewujudkan tekadnya, karena ia memiliki kekuatan yang lebih kuat dibandingkan dirinya. Apalagi ditambah dengan kekuatan pedang naga hitam.

       Setelah Seven melangkah mundur, Fedrin kembali melangkah ke depan. Dia menghirup udara dalam-dalam, lalu mengeluarkannya pelan-pelan. “Hari ini, selain memberikan penghargaan dan penghormatan untuk mereka yang berprestasi. Aku juga akan memperkenalkan kesatria baru Kerajaan Malvevis.”

       Fedrin menyuruh kesatria baru keluar dari ruangan. Seorang laki-laki bertubuh kecil, memiliki rambut hitam panjang yang dikucir, dan bola mata berwarna biru melangkah keluar menuju balkon. Ia memperlihatkan senyuman manis pada penduduk kerajaan.

       “Perkenalkan dia adalah Julian kesatria baru kerajaan. Dia berasal dari keluarga miskin, tetapi dia sudah membantu kita mengalahkan tiga kerajaan musuh. Selain itu, dia memiliki skill bertarung dan kekuatan sihir di atas rata-rata para jenderal. Dia akan menjadi kesatria ketiga setelah kesatria Aurel dan kesatria Jhon.”

       Prok ... prok ... prok ...

       Suara tepuk tangan meriah kembali bergema di depan istana. Penduduk kerajaan sama sekali tidak mempermasalahkan hal tersebut, yang terpenting kesatria baru ini bisa melindungi mereka dari kejahatan.

       Di balik kesenangan dan kebahagian penduduk dengan adanya kesatria baru. Dua jenderal yang baru saja mendapatkan bintang satu merasa kesal. Dalam hatinya mereka tidak menerima kehadiran kesatria baru ini. Sebab mereka berdua belum pernah melihat skill bertarung dan kekuatan sihirnya. Padahal Aurel dan Jhon saja susah payah menjalankan tugas jenderal sebelum akhirnya naik pangkat menjadi kesatria.

       “Apakah kita perlu menantangnya?” bisik Hilda pada Luke yang berada disampingnya.

       Luke menganggukkan kepalanya sebagai tanda setuju.

       Hilda kembali berbisik, “Kalau begitu kita tantang dia bertarung satu lawan satu.”

       Luke menjawab dengan suara pelan, “Boleh juga. Kita perlihatkan kehebatan kita sebagai seorang jenderal.”

       Mendengar ada bisik-bisik yang membuatnya tidak enak, Seven menyuruh dua jenderal tersebut untuk diam. Kompak Hilda dan Luke menundukkan kepalanya karena malu dilihat oleh pangeran kerajaan.

       Fedrin mempersilakan Julian untuk mengatakan sepatah dua patah untuk penduduk kerajaan.

       Awalnya Julian tidak mau, karena dia belum terbiasa melakukan hal seperti ini. Namun, setelah paksaan dari sang raja lewat senyuman manis, mau tidak mau dia harus melakukannya. Dengan kedua kaki yang gemetar, dia memaksakan dirinya sendiri melangkah satu langkah.

       Ketika sudah berada di depan ribuan penduduk Kerajaan Malvevis, dia menghirup udara dalam-dalam, lalu mengeluarkannya dengan pelan. “Hi-hidup Kerajaan Malvevis!” hanya itu yang keluar dari mulutnya dengan gemetar.

       Walaupun begitu penduduk kerajaan kompak menjawab, “Hidup!”

       Setelah merasa dihargai, tiba-tiba Julian merasa leluasa untuk berbicara. Dengan penuh gagah berani dia mengatakan sepatah dua patah untuk penduduk kerajaan.

       “Aku bersumpah dan berjanji dari lubuk hati yang paling dalam. Aku pasti akan melindungi kalian dengan jiwa ragaku. Aku tidak akan membuat senyuman kalian hari ini menghilang begitu saja. Akan ku pastikan kalian untuk selalu tersenyum selamanya!”

       Penduduk kerajaan kembali bersorak-sorak menyebut nama Julian dengan keras.

       Fedrin tersenyum melihat kebahagian hari ini, dia yakin Kerajaan Malvevis akan semakin kuat. Sehingga tidak akan ada musuh yang mudah mengalahkan Kerajaan Malvevis. Kedua kakinya kembali melangkah mendekati Julian, dia menyuruhnya untuk mundur ke belakang. Julian hanya menganggukkan kepalanya, lalu mundur ke belakang dan ikut berbaris bersama para jenderal dan komandan.

       Raja Fedrin menutup acara bulanan ini dengan doa harapan dan keselamatan bagi penduduk dan lingkungan kerajaan.

***

       Seorang wanita bernama Juli tersenyum sinis melihat penduduk Kerajaan Malvevis yang sedang berbahagia. Sedari tadi, ia memperhatikan acara ini dari jauh menggunakan salah satu sihirnya. “Tunggu saja. Dalam waktu dekat akan ku hancurkan kebahagian kalian.”

Related chapters

  • Anugerah Dewa   Penyusup!

    “Bagaimana rasanya kalian mendapatkan satu bintang lagi?” tanya Seven penasaran dengan perasaan kedua sahabatnya, Aurel dan Jhon. Aurel hanya tersenyum manis sembari melihat-lihat tiga bintang yang sudah dikumpulkan, sedangkan Jhon menjawab sembari tersenyum ramah, “Biasa saja.” Seven menggelengkan kepalanya, lalu menyindir mereka berdua yang terlalu kesenangan mendapatkan tiga bintang. “Ingat! Perjalanan kalian masih panjang. Suatu saat kalian akan menjadi tangan kanan dan kiriku.” Aurel dan Jhon kompak menjawab siap. Setelah itu, mereka bertiga tertawa bersama-sama mengingat-ingat beberapa pertarungan yang pernah hadapi sebelumnya. Ya, mereka bertiga selalu bersama sejak kecil. Itulah mengapa Aurel dan Jhon menjadi kesatria I dan II dengan mudah. Ketiga orang ini seperti burung-burung merpati yang tidak bisa dipisahkan. Selalu bersama-sama di mana pun berada. Tidak pernah berpisah sama sekali, kecuali jika ada hal yang penting seperti masalah kelua

  • Anugerah Dewa   Penculikan

    Fedrin, Seven, Julian, dan Juli sama-sama berlari menuju tempat berkumpulnya para kesatria. Perasaan khawatir pada dua sahabatnya muncul, Seven berharap mereka berdua tidak apa-apa. Diam-diam kedua matanya melirik ke arah Julian dan Juli, memperhatikan setiap ekspresi dan gerak-gerik keduanya. Tidak ada yang aneh, keduanya sama-sama mengkhawatirkan apa yang terjadi di ruang berkumpulnya para kesatria. Hanya dalam hitungan belasan menit, tiga laki-laki dan satu wanita sudah berada di dalam ruangan berkumpulnya para kesatria. Hening. Ya, tidak ada suara apa pun yang terdengar. Tidak ada bau yang aneh. Semuanya sunyi tidak ada hal yang aneh. Seorang prajurit yang ketinggalan baru saja sampai di depan pintu. Ia terkejut melihat keadaan ruangan menjadi sepi dan sunyi ini. Sebelumnya, ia mendengar ada suara pertarungan dan teriakan seorang wanita. “Apa yang sebenarnya terjadi?” tanya Raja Fedrin sembari melirik ke arah sang prajurit. Sang prajurit menjelaskan

  • Anugerah Dewa   Jebakan Kerajaan Megorold

    “Ingat, Julian! Aku masih belum percaya padamu,” ujar Seven dengan nada kesal. Julian hanya mengangguk tanpa mengucapkan satu kata pun. Bagaimanapun caranya, dia harus bisa mendapatkan dari seluruh prajurit Kerajaan Malvevis. Kedua kakinya tetap melangkah ke depan hingga melangkah di depan Seven yang masih kesel bercampur khawatir dengan keadaan dua sahabatnya. Sebuah tangan tiba-tiba menepuk pundak Seven. Reflek Seven memutar tubuhnya ke belakang, tangan kanannya memegang tangan yang menepuk pundaknya. Dia bersiap menjungkir balikan orang tersebut. Akan tetapi, dia berhenti saat melihat siapa yang menepuk pundaknya. Seven meminta maaf, lalu bertanya, “Ada apa?” Juli hanya tersenyum memperlihatkan betapa imut dan manis wajahnya saat ini. Ternyata dia hanya mengucapkan satu kalimat untuk menenangkan Seven agar tidak terlalu khawatir dengan dua sahabatnya. “Tetap saja. Aku selalu khawatir dengan mereka berdua.” “Apa itu artinya kau tidak pe

  • Anugerah Dewa   Kokoryu No Kiri Kiri

    Merasa terdengar ada suara yang kesakitan dan meminta tolong, perlahan Seven membuka kelopak matanya. Penglihatannya masih samar-samar, dia hanya melihat sebuah pecutan yang memecut seorang manusia dengan sekilas. “Seven! Bangun!” teriak Julian ketiga kalinya berusaha membangunkan Seven. Hingga sekarang sama sekali belum sadarkan diri, wajahnya terlihat tersenyum seperti masih nyaman dengan mimpi indahnya. Juli sedari tadi hanya melirik ke sana-sini melihat setiap sudut yang ada di singgasana kerajaan ini. Pikirannya traveling memikirkan hal-hal rumit. Menutup kedua matanya dan otaknya berusaha bekerja memikirkan sebuah rencana. “Seven!!! Oi, Seven! Bangun!” Julian kembali berteriak memanggil Seven, tetapi semua ini terasa percuma saja Seven tidak bangun-bangun. Karena Seven tidak bangun-bangun, dia melirik ke samping kanan meminta pendapat pada Aurel. Aurel dengan tempat Julian dan Seven hanya berjarak satu meter. Dengan begini, mereka bisa memikirkan s

  • Anugerah Dewa   Toki o tomeru surasshu!

    “Kaminari kokuryu kiri!” Seven kembali memasukan pedangnya ke dalam serangkanya. Partikel-partikel hitam bergerak bak kilat petir menebas-nebas tubuh musuh dalam sekejap. Ratusan prajurit yang mengepung istana Kerajaan Megorold berteriak histeris kesakitan. Mereka tidak dapat menahan rasa sakit tebasan secepat kilat ini. Rasanya seperti tusukan ribuan pedang. Sanzhes berdecak kesal, matanya melirik ke sana-sini mencari keberadaan Seven. Seven berusaha mempertahan hawa keberadaan dirinya yang menghilang. Tak ada pilihan lain, Sanzhes menancapkan pedangnya pada lantai. Mulutnya bergerak mengucapkan satu kalimat untuk mengeluarkan kekuatannya. “Aminosan Poizunrein!” Perlahan muncul sebuah awan dari atas. Cairan-cairan hitam pekat keluar dari awan, dan menetes secara perlahan ke lantai. Semakin lama keluar, semakin banyak cairan yang menetes ke bawah mengenai siapa saja. Julian berusaha keras melindungi tiga orang sekaligus. Ratusan prajurit yang sudah merasaka

  • Anugerah Dewa   Kekuatan Misterius

    Raja Fedrin tidak percaya kalau anaknya mengalahkan Raja Kerajaan Megorold dengan mudah, apalagi ia juga berhasil mengalahkan pembunuh bayaran, Sanzhes. Masih tidak percaya, sang raja kembali bertanya, “Apa kau yakin dengan informasinya, Hilda?” Hilda membungkukkan tubuhnya untuk memberikan hormat pada sang raja, lalu dia kembali berdiri tegak dan menjawab, “Benar, Yang Mulia Raja. Aku mendapatkan informasinya langsung dari Julian.” Setelah mendengar jawaban yang meyakinkan, sekilas Fedrin dengan masa lalunya. Masa lalu kelam yang penuh dengan darah, dia takut anaknya mengalami hal yang sama seperti dirinya. Namun, dia cukup yakin karena Pedang Naga Hitam ini sudah bertahun-tahun tidak dipakai. Jadi, tidak akan ada hal aneh yang terjadi pada diri Seven. “Sekarang bagaimana kabar mereka?” Raja Fedrin masih khawatir dengan keadaan para kesatrianya, apalagi anaknya sendiri. Hilda menjelaskan situasi saat ini pada sang raja denga

  • Anugerah Dewa   Serangan

    Tahun 1200 fire ... Kehidupan damai, aman, dan tentram terjadi di salah satu wilayah Kerajaan Malvevis. Wilayah ini bernama kota Crucio, merupakan salah satu wilayah paling berpengaruh bagi Kerajaan Malvevis. Salah satunya sebagai penghasil rempah-rempah. Rempah-rempah ini akan di ekspor ke beberapa wilayah Kerajaan Malvevis dan di impor ke berbagai kerajaan. Pagi hari di bawah sinar matahari para penduduk kota Crucio seperti biasa sibuk dengan aktivitasnya masing-masing. Ada yang pergi ke sekolah, ada yang pergi berbelanja, ada yang sibuk menyiapkan sarapan pagi, dan masih banyak lagi. Kebanyakan dari mereka sedang bersiap untuk menjual hasil pertanian, pertenakan, dan perkebunan. Hari ini terlihat senyuman yang memancar dari wajah manusia yang sedang sibuk dengan aktivitasnya masing-masing. Padahal salah seorang peramal pernah meramalkan kalau kota Crucio akan diserang oleh puluhan prajurit dan penyihir pada tahun ini. Namun, kebanyakan penduduk kota Cruc

  • Anugerah Dewa   Tebasan Demi Tebasan!

    Sebagian prajurit yang diperintahkan oleh Patrick sudah berada di sekitar Seven dan Jhon. Mereka melihat keduanya sudah tidak berdaya. Empat orang prajurit melangkah dengan pelan untuk membawa tubuh Seven dan Jhon. Tubuh Jhon dengan mudah berhasil diangkat oleh dua orang prajurit. Lain halnya dengan tubuh Seven, dua orang prajurit kesulitan mengangkatnya. Tubuh Seven beratnya seperti sebuah benda yang beratnya 50 kilogram. Dua orang prajurit meminta teman-temannya untuk mengangkat tubuh Seven. Ketika dua orang prajurit datang membantu, tubuh Seven tetap saja tidak bisa diangkat. Mereka kembali meminta tambahan personil untuk mengangkat tubuh Seven. Hingga sepuluh prajurit masih kesusahan mengangkat tubuh Seven. Entah apa yang terjadi pada tubuh Seven. Tak lama kemudian, Patrick datang dengan wajah kesal. “Dasar tidak berguna! Mengangkat satu orang saja tidak bisa.” Seorang prajurit menyahut, “Silakan Komandan untuk mengangkat sendiri.” Patrick

Latest chapter

  • Anugerah Dewa   Kekuatan Misterius

    Raja Fedrin tidak percaya kalau anaknya mengalahkan Raja Kerajaan Megorold dengan mudah, apalagi ia juga berhasil mengalahkan pembunuh bayaran, Sanzhes. Masih tidak percaya, sang raja kembali bertanya, “Apa kau yakin dengan informasinya, Hilda?” Hilda membungkukkan tubuhnya untuk memberikan hormat pada sang raja, lalu dia kembali berdiri tegak dan menjawab, “Benar, Yang Mulia Raja. Aku mendapatkan informasinya langsung dari Julian.” Setelah mendengar jawaban yang meyakinkan, sekilas Fedrin dengan masa lalunya. Masa lalu kelam yang penuh dengan darah, dia takut anaknya mengalami hal yang sama seperti dirinya. Namun, dia cukup yakin karena Pedang Naga Hitam ini sudah bertahun-tahun tidak dipakai. Jadi, tidak akan ada hal aneh yang terjadi pada diri Seven. “Sekarang bagaimana kabar mereka?” Raja Fedrin masih khawatir dengan keadaan para kesatrianya, apalagi anaknya sendiri. Hilda menjelaskan situasi saat ini pada sang raja denga

  • Anugerah Dewa   Toki o tomeru surasshu!

    “Kaminari kokuryu kiri!” Seven kembali memasukan pedangnya ke dalam serangkanya. Partikel-partikel hitam bergerak bak kilat petir menebas-nebas tubuh musuh dalam sekejap. Ratusan prajurit yang mengepung istana Kerajaan Megorold berteriak histeris kesakitan. Mereka tidak dapat menahan rasa sakit tebasan secepat kilat ini. Rasanya seperti tusukan ribuan pedang. Sanzhes berdecak kesal, matanya melirik ke sana-sini mencari keberadaan Seven. Seven berusaha mempertahan hawa keberadaan dirinya yang menghilang. Tak ada pilihan lain, Sanzhes menancapkan pedangnya pada lantai. Mulutnya bergerak mengucapkan satu kalimat untuk mengeluarkan kekuatannya. “Aminosan Poizunrein!” Perlahan muncul sebuah awan dari atas. Cairan-cairan hitam pekat keluar dari awan, dan menetes secara perlahan ke lantai. Semakin lama keluar, semakin banyak cairan yang menetes ke bawah mengenai siapa saja. Julian berusaha keras melindungi tiga orang sekaligus. Ratusan prajurit yang sudah merasaka

  • Anugerah Dewa   Kokoryu No Kiri Kiri

    Merasa terdengar ada suara yang kesakitan dan meminta tolong, perlahan Seven membuka kelopak matanya. Penglihatannya masih samar-samar, dia hanya melihat sebuah pecutan yang memecut seorang manusia dengan sekilas. “Seven! Bangun!” teriak Julian ketiga kalinya berusaha membangunkan Seven. Hingga sekarang sama sekali belum sadarkan diri, wajahnya terlihat tersenyum seperti masih nyaman dengan mimpi indahnya. Juli sedari tadi hanya melirik ke sana-sini melihat setiap sudut yang ada di singgasana kerajaan ini. Pikirannya traveling memikirkan hal-hal rumit. Menutup kedua matanya dan otaknya berusaha bekerja memikirkan sebuah rencana. “Seven!!! Oi, Seven! Bangun!” Julian kembali berteriak memanggil Seven, tetapi semua ini terasa percuma saja Seven tidak bangun-bangun. Karena Seven tidak bangun-bangun, dia melirik ke samping kanan meminta pendapat pada Aurel. Aurel dengan tempat Julian dan Seven hanya berjarak satu meter. Dengan begini, mereka bisa memikirkan s

  • Anugerah Dewa   Jebakan Kerajaan Megorold

    “Ingat, Julian! Aku masih belum percaya padamu,” ujar Seven dengan nada kesal. Julian hanya mengangguk tanpa mengucapkan satu kata pun. Bagaimanapun caranya, dia harus bisa mendapatkan dari seluruh prajurit Kerajaan Malvevis. Kedua kakinya tetap melangkah ke depan hingga melangkah di depan Seven yang masih kesel bercampur khawatir dengan keadaan dua sahabatnya. Sebuah tangan tiba-tiba menepuk pundak Seven. Reflek Seven memutar tubuhnya ke belakang, tangan kanannya memegang tangan yang menepuk pundaknya. Dia bersiap menjungkir balikan orang tersebut. Akan tetapi, dia berhenti saat melihat siapa yang menepuk pundaknya. Seven meminta maaf, lalu bertanya, “Ada apa?” Juli hanya tersenyum memperlihatkan betapa imut dan manis wajahnya saat ini. Ternyata dia hanya mengucapkan satu kalimat untuk menenangkan Seven agar tidak terlalu khawatir dengan dua sahabatnya. “Tetap saja. Aku selalu khawatir dengan mereka berdua.” “Apa itu artinya kau tidak pe

  • Anugerah Dewa   Penculikan

    Fedrin, Seven, Julian, dan Juli sama-sama berlari menuju tempat berkumpulnya para kesatria. Perasaan khawatir pada dua sahabatnya muncul, Seven berharap mereka berdua tidak apa-apa. Diam-diam kedua matanya melirik ke arah Julian dan Juli, memperhatikan setiap ekspresi dan gerak-gerik keduanya. Tidak ada yang aneh, keduanya sama-sama mengkhawatirkan apa yang terjadi di ruang berkumpulnya para kesatria. Hanya dalam hitungan belasan menit, tiga laki-laki dan satu wanita sudah berada di dalam ruangan berkumpulnya para kesatria. Hening. Ya, tidak ada suara apa pun yang terdengar. Tidak ada bau yang aneh. Semuanya sunyi tidak ada hal yang aneh. Seorang prajurit yang ketinggalan baru saja sampai di depan pintu. Ia terkejut melihat keadaan ruangan menjadi sepi dan sunyi ini. Sebelumnya, ia mendengar ada suara pertarungan dan teriakan seorang wanita. “Apa yang sebenarnya terjadi?” tanya Raja Fedrin sembari melirik ke arah sang prajurit. Sang prajurit menjelaskan

  • Anugerah Dewa   Penyusup!

    “Bagaimana rasanya kalian mendapatkan satu bintang lagi?” tanya Seven penasaran dengan perasaan kedua sahabatnya, Aurel dan Jhon. Aurel hanya tersenyum manis sembari melihat-lihat tiga bintang yang sudah dikumpulkan, sedangkan Jhon menjawab sembari tersenyum ramah, “Biasa saja.” Seven menggelengkan kepalanya, lalu menyindir mereka berdua yang terlalu kesenangan mendapatkan tiga bintang. “Ingat! Perjalanan kalian masih panjang. Suatu saat kalian akan menjadi tangan kanan dan kiriku.” Aurel dan Jhon kompak menjawab siap. Setelah itu, mereka bertiga tertawa bersama-sama mengingat-ingat beberapa pertarungan yang pernah hadapi sebelumnya. Ya, mereka bertiga selalu bersama sejak kecil. Itulah mengapa Aurel dan Jhon menjadi kesatria I dan II dengan mudah. Ketiga orang ini seperti burung-burung merpati yang tidak bisa dipisahkan. Selalu bersama-sama di mana pun berada. Tidak pernah berpisah sama sekali, kecuali jika ada hal yang penting seperti masalah kelua

  • Anugerah Dewa   Kesatria Baru

    Bulan Januari Tahun 1200 fire ... Pagi hari di bawah sinar matahari yang cerah, Kerajaan Malvevis mengadakan acara pemberian penghargaan dan penghormatan pada beberapa prajurit yang telah menorehkan prestasi dalam tugasnya. Prajurit Kerajaan Malvevis selalu berlomba-lomba melaksanakan tugasnya dengan baik, agar bisa mendapatkan bintang dari raja kelima Kerajaan Malvevis. Apalagi jika bintangnya diberikan secara langsung oleh sang raja. Hal ini, membuat mereka menyerahkan jiwa raganya untuk Kerajaan Malvevis. Ribuan penduduk Kerajaan Malvevis sudah menunggu di depan istana Kerajaan Malvevis. Wajah-wajah senang dan bahagia begitu terpancar dari wajah mereka. Seorang laki-laki gagah tersenyum melihat tersebut. Beberapa prajurit dan petinggi kerajaan sudah berdiri di atas balkon yang berada di lantai kedua istana. Sembari menunggu sang raja muncul, mereka melirik ke sana-sini melihat wajah sumringah penduduk kerajaan. Bahkan, mereka juga memperlihatkan s

  • Anugerah Dewa   Pedang Naga Hitam

    Patrick terkejut melihat seorang Seven masih berdiri. Matanya melihat satu pedang hitam menyerap semua ratusan serangan sihir. “Sial! Bagaimana bisa dia menahan ratusan serangan sihir?” Seven kembali menggelengkan kepalanya. Dalam hitungan detik tubuhnya melesat seperti kilat. Dengan kasar kedua tangannya mengayunkan pedang berwarna hitam. Satu tebasan mengenai dada Patrick, satu tebasan lagi mengenai perutnya, dan terakhir punggungnya terkena tebasan yang begitu cepat dan tajam. Seketika tulang-tulang dalam tubuhnya terasa patah semua. Saat ini, Patrick tidak bisa bergerak sama sekali. Perlahan tubuhnya terjatuh ke tanah dibarengi dengan suara retakan tulang dalam tubuhnya. Melihat pemimpin mereka tumbang, penduduk kota Crucio dengan penuh keberanian melawan sepuluh prajurit dan penyihir yang menyerang mereka. Jhon yang sudah sembuh membantu melawan mereka. Begitu juga dengan Aurel yang ikut membantu. Tak membutuhkan waktu lama, seluruh prajurit dan

  • Anugerah Dewa   Tebasan Demi Tebasan!

    Sebagian prajurit yang diperintahkan oleh Patrick sudah berada di sekitar Seven dan Jhon. Mereka melihat keduanya sudah tidak berdaya. Empat orang prajurit melangkah dengan pelan untuk membawa tubuh Seven dan Jhon. Tubuh Jhon dengan mudah berhasil diangkat oleh dua orang prajurit. Lain halnya dengan tubuh Seven, dua orang prajurit kesulitan mengangkatnya. Tubuh Seven beratnya seperti sebuah benda yang beratnya 50 kilogram. Dua orang prajurit meminta teman-temannya untuk mengangkat tubuh Seven. Ketika dua orang prajurit datang membantu, tubuh Seven tetap saja tidak bisa diangkat. Mereka kembali meminta tambahan personil untuk mengangkat tubuh Seven. Hingga sepuluh prajurit masih kesusahan mengangkat tubuh Seven. Entah apa yang terjadi pada tubuh Seven. Tak lama kemudian, Patrick datang dengan wajah kesal. “Dasar tidak berguna! Mengangkat satu orang saja tidak bisa.” Seorang prajurit menyahut, “Silakan Komandan untuk mengangkat sendiri.” Patrick

DMCA.com Protection Status