Home / Fantasi / Anugerah Dewa / Toki o tomeru surasshu!

Share

Toki o tomeru surasshu!

Author: Dr. Meong
last update Last Updated: 2023-10-08 22:28:56

            “Kaminari kokuryu kiri!” Seven kembali memasukan pedangnya ke dalam serangkanya. Partikel-partikel hitam bergerak bak kilat petir menebas-nebas tubuh musuh dalam sekejap.

            Ratusan prajurit yang mengepung istana Kerajaan Megorold berteriak histeris kesakitan. Mereka tidak dapat menahan rasa sakit tebasan secepat kilat ini. Rasanya seperti tusukan ribuan pedang.

            Sanzhes berdecak kesal, matanya melirik ke sana-sini mencari keberadaan Seven. Seven berusaha mempertahan hawa keberadaan dirinya yang menghilang.

Tak ada pilihan lain, Sanzhes menancapkan pedangnya pada lantai. Mulutnya bergerak mengucapkan satu kalimat untuk mengeluarkan kekuatannya. “Aminosan Poizunrein!”

Perlahan muncul sebuah awan dari atas. Cairan-cairan hitam pekat keluar dari awan, dan menetes secara perlahan ke lantai. Semakin lama keluar, semakin banyak cairan yang menetes ke bawah mengenai siapa saja.

Julian berusaha keras melindungi tiga orang sekaligus. Ratusan prajurit yang sudah merasakan tebasan Seven, sekarang mereka harus merasakan cairan racun milik Sanzhes. Walaupun begitu, Sanzhes hanya membuat cairan racun tersebut tidak mengenai tuannya, Raja Steward.

Cairan ini membuat tubuh manusia meleleh seperti dibakar api, hingga menyisakan tulang belulang saja. Seven tidak ingin banyak korban, apalagi orang-orang tidak bersalah harus merenggang nyawa.

“Jigen hakai no kokuryu kiri!” Seven menebaskan pedangnya ke atas menyerang awan yang mengeluarkan cairan hitam pekat.

Dalam sekejap awan terbelah menjadi dua, lalu hancur menjadi debu. Sanzhes naik pitam melihat sihirnya hancur dalam sekali tebasan. Namun, dia tertawa kecil karena berhasil membuat Seven kembali menampakkan dirinya sendiri.

Tak menunggu lama, Sanzhes mengucapkan satu kalimat dengan pelan. Tubuhnya menghilang, lalu muncul dalam sekejap dibelakang Seven. “Rasakan tebasan pedang racunku, Seven!” Kedua tangannya mengayunkan pedang dengan cepat pada Seven.

Refleks Seven memutar tubuhnya ke belakang, tangan kanannya mengeluarkan pedangnya dengan cepat. Namun, sayang dia terlambat satu detik, yang membuatnya terkena tebasan racun pada bagian bahunya kanannya.

Sanzhes tidak ingin berhenti dan membuang waktu, dia kembali menyerang Seven dengan cepat menggunakan tebasan-tebasan pedang racunnya. Seven hanya meringis kesakitan, tubuhnya terkena tebasan racun beberapa kali. Akan tetapi, tangan kanannya selalu berusaha memegang Pedang Naga Hitam dengan erat.

“Apakah hanya ini kekuatan pemilik Pedang Naga Hitam?” Pertanyaan Sanzhes ini membuat Seven mulai naik pitam.

Seven tidak bisa menahan emosi lagi. Dia menundukkan kepalanya. Partikel-partikel hitam kembali bermunculan. Partikel-partikel hitam ini terbang mengelilingi tubuh Seven, lalu masuk ke dalam Pedang Naga Hitam.

Sanzhes tidak peduli apa yang terjadi pada Seven, yang ada dalam pikirannya hanyalah menumbangkan Seven secepat mungkin.

Slash! Slash!

Tebasan demi tebasan terus menyerang tubuh Seven, hingga tubuhnya mengeluarkan banyak cairan merah kental. Anehnya, sekarang dia sama sekali tidak berteriak kesakitan. Mulutnya justru tertutup rapat, dan hanya tersenyum sinis.

Julian terkejut melihat tubuh Seven yang hampir hancur, ingin sekali rasanya menolong Seven, tetapi dia harus menjaga ketiga orang di belakang dirinya. Aurel sedari tadi terus berusaha menyembuhkan Jhon menggunakan sihir medisnya. Walaupun sudah dibantu oleh Juli, Jhon hingga sekarang belum sadarkan diri.

Tidak ingin menunggu dan melihat saja, Julian bersiap membantu Seven.

Kau cukup diam saja, dan jaga mereka bertiga, tiba-tiba sebuah bisikan dari Seven terdengar telinganya. Julian mengangkat kepalanya, melihat apa yang terjadi pada Seven. Tak ada yang berubah, tubuh Seven terus terkena tebasan pedang racun milik Sanzhes.

Sudah lima belas menit, Sanzhe tidak mengerti mengapa tubuh Seven tidak terjatuh ke lantai. Padahal cairan merah kental sudah membanjiri lantai istana Kerajaan Megorold. Apakah dia sekuat ini?, Sanzhes masih tidak percaya dengan apa yang dilihat oleh kedua matanya.

Tubuh sudah hancur lebur dan penuh darah. Tangan kanan berusaha memegang sebuah pedang dengan erat. Kedua kaki tetap berdiri kokoh, membuat tubuh yang hancur ini tidak tergeletak ke lantai.

Sanzhes sudah mengeluarkan banyak mana untuk menyerang Seven. Dia meminta prajurit Megorold yang bisa berdiri untuk menyerang Seven bersamaan. “Cepat! Serang dia sekarang! Hancurkan tubuhnya hingga tak tersisa!” perintahnya pada beberapa prajurit yang sudah berdiri.

Segerombolan prajurit berlari menyerang Seven yang terdiam dengan tubuh yang sudah hancur. Julian panik, otaknya segera bekerja memikirkan cara untuk menghentikan serangan beberapa prajurit Kerajaan Megorold.

Sanzhes tertawa jahat melihat tubuh Seven diserang beberapa prajurit Kerajaan Megorold.

“Toki o tomeru surasshu!” lirih Seven dengan suara pelan.

Dalam sekejap semua orang berhenti bergerak dan bernapas. Pandangan mata mereka menjadi kosong, tidak melihat apa pun. Sebuah gumpalan asap hitam muncul, dan memakan tubuh Seven dalam sekejap.

Dalam hitungan menit, Seven keluar dari gumpalan asap hitam dengan tubuh segar. Tidak ada luka apa pun dalam tubuhnya. Staminanya kembali terisi penuh. Namun, bola matanya berwarna kuning dengan lingkaran merah.

“Waktunya pembalasan,” ucap Seven sembari melirik ke arah Sanzhes yang tidak bergerak sama sekali.

Kedua kakinya melangkah dengan pelan ke arah Sanzhes. Seven hanya perlu lima langkah untuk sampai di depan Sanzhes. Tangan kirinya menjentik dahi Sanzhes sekali.

Napas Sanzhes terengah-rengah, dia akhirnya bisa bergerak dan bernapas, tetapi hanya kepalanya saja yang bisa bergerak. Nyalinya sedikit ciut saat menatap wajah Seven. Dia merasa ini bukanlah Seven yang sebenarnya, dia bertanya, “Siapa kau sebenarnya?”

Seven hanya tersenyum manis, tangan kirinya menarik seorang prajurit Kerajaan Megorold. Dia mengangkat tangan kanannya yang memegang pedang, lalu memotong tubuh prajurit yang baru saja diambil. “Siapa aku? Aku Seven sang pembunuh naga!” ucapnya dengan tatapan tajam ke arah Sanzhes.

Sanzhes terkejut, dan lehernya seperti ada yang mencekik saat melihat tatapan tajam Seven. Dia ingin mengeluarkan kata-kata, tetapi mulutnya sulit bergerak gara-gara lehernya seperti dicekik.

“Selamat tinggal, orang bodoh!” Seven menebaskan pedangnya pada tubuh Sanzhes. Dia membelah dua tubuh Sanzhes. Darah merah segar perlahan membanjiri lantai istana Kerajaan Megorold.

Setelah itu, Seven menancapkan pedannya pada lantai. Kita bertemu kembali lain waktu, Seven.

Semua orang kembali bisa bergerak dan bernapas. Para prajurit Kerajaan Megorold terkejut saat melihat tubuh Sanzhes terbelah menjadi dua. Begitu juga dengan Seven, dia tidak tahu mengapa tubuh Sanzhes bisa terbelah menjadi dua.

Julian segera menghampiri Seven untuk menanyakan keadaannya, tetapi dia cukup terkejut saat melihat tubuh Seven dari dekat.

Bukannya Seven terkena banyak tebasan pedang racun asam amino? Tidak mungkin, tidak mungkin. Apa yang terjadi sebenarnya?, Julian tidak percaya. Bahkan rasa terkejutnya tidak sampai disitu, dia kembali terkejut saat melihat tubuh Sanzhes terbelah menjadi dua, Apa? Sejak kapan tubuh Sanzhes terbelah menjadi dua?

“Julian apa kau tahu siapa yang melakukan ini?” tanya Seven yang penasaran.

Julian tercengang, dia segera melirik ke arah Seven, dan bertanya balik, “Bukannya kau yang melakukan ini?”

Dr. Meong

Mulai besok, Meong Insya Allah rajin up 2 bab setiap hari pada pukul 23.00 WIB.

| Like

Related chapters

  • Anugerah Dewa   Kekuatan Misterius

    Raja Fedrin tidak percaya kalau anaknya mengalahkan Raja Kerajaan Megorold dengan mudah, apalagi ia juga berhasil mengalahkan pembunuh bayaran, Sanzhes. Masih tidak percaya, sang raja kembali bertanya, “Apa kau yakin dengan informasinya, Hilda?” Hilda membungkukkan tubuhnya untuk memberikan hormat pada sang raja, lalu dia kembali berdiri tegak dan menjawab, “Benar, Yang Mulia Raja. Aku mendapatkan informasinya langsung dari Julian.” Setelah mendengar jawaban yang meyakinkan, sekilas Fedrin dengan masa lalunya. Masa lalu kelam yang penuh dengan darah, dia takut anaknya mengalami hal yang sama seperti dirinya. Namun, dia cukup yakin karena Pedang Naga Hitam ini sudah bertahun-tahun tidak dipakai. Jadi, tidak akan ada hal aneh yang terjadi pada diri Seven. “Sekarang bagaimana kabar mereka?” Raja Fedrin masih khawatir dengan keadaan para kesatrianya, apalagi anaknya sendiri. Hilda menjelaskan situasi saat ini pada sang raja denga

    Last Updated : 2023-10-22
  • Anugerah Dewa   Serangan

    Tahun 1200 fire ... Kehidupan damai, aman, dan tentram terjadi di salah satu wilayah Kerajaan Malvevis. Wilayah ini bernama kota Crucio, merupakan salah satu wilayah paling berpengaruh bagi Kerajaan Malvevis. Salah satunya sebagai penghasil rempah-rempah. Rempah-rempah ini akan di ekspor ke beberapa wilayah Kerajaan Malvevis dan di impor ke berbagai kerajaan. Pagi hari di bawah sinar matahari para penduduk kota Crucio seperti biasa sibuk dengan aktivitasnya masing-masing. Ada yang pergi ke sekolah, ada yang pergi berbelanja, ada yang sibuk menyiapkan sarapan pagi, dan masih banyak lagi. Kebanyakan dari mereka sedang bersiap untuk menjual hasil pertanian, pertenakan, dan perkebunan. Hari ini terlihat senyuman yang memancar dari wajah manusia yang sedang sibuk dengan aktivitasnya masing-masing. Padahal salah seorang peramal pernah meramalkan kalau kota Crucio akan diserang oleh puluhan prajurit dan penyihir pada tahun ini. Namun, kebanyakan penduduk kota Cruc

    Last Updated : 2023-01-15
  • Anugerah Dewa   Tebasan Demi Tebasan!

    Sebagian prajurit yang diperintahkan oleh Patrick sudah berada di sekitar Seven dan Jhon. Mereka melihat keduanya sudah tidak berdaya. Empat orang prajurit melangkah dengan pelan untuk membawa tubuh Seven dan Jhon. Tubuh Jhon dengan mudah berhasil diangkat oleh dua orang prajurit. Lain halnya dengan tubuh Seven, dua orang prajurit kesulitan mengangkatnya. Tubuh Seven beratnya seperti sebuah benda yang beratnya 50 kilogram. Dua orang prajurit meminta teman-temannya untuk mengangkat tubuh Seven. Ketika dua orang prajurit datang membantu, tubuh Seven tetap saja tidak bisa diangkat. Mereka kembali meminta tambahan personil untuk mengangkat tubuh Seven. Hingga sepuluh prajurit masih kesusahan mengangkat tubuh Seven. Entah apa yang terjadi pada tubuh Seven. Tak lama kemudian, Patrick datang dengan wajah kesal. “Dasar tidak berguna! Mengangkat satu orang saja tidak bisa.” Seorang prajurit menyahut, “Silakan Komandan untuk mengangkat sendiri.” Patrick

    Last Updated : 2023-01-15
  • Anugerah Dewa   Pedang Naga Hitam

    Patrick terkejut melihat seorang Seven masih berdiri. Matanya melihat satu pedang hitam menyerap semua ratusan serangan sihir. “Sial! Bagaimana bisa dia menahan ratusan serangan sihir?” Seven kembali menggelengkan kepalanya. Dalam hitungan detik tubuhnya melesat seperti kilat. Dengan kasar kedua tangannya mengayunkan pedang berwarna hitam. Satu tebasan mengenai dada Patrick, satu tebasan lagi mengenai perutnya, dan terakhir punggungnya terkena tebasan yang begitu cepat dan tajam. Seketika tulang-tulang dalam tubuhnya terasa patah semua. Saat ini, Patrick tidak bisa bergerak sama sekali. Perlahan tubuhnya terjatuh ke tanah dibarengi dengan suara retakan tulang dalam tubuhnya. Melihat pemimpin mereka tumbang, penduduk kota Crucio dengan penuh keberanian melawan sepuluh prajurit dan penyihir yang menyerang mereka. Jhon yang sudah sembuh membantu melawan mereka. Begitu juga dengan Aurel yang ikut membantu. Tak membutuhkan waktu lama, seluruh prajurit dan

    Last Updated : 2023-01-15
  • Anugerah Dewa   Kesatria Baru

    Bulan Januari Tahun 1200 fire ... Pagi hari di bawah sinar matahari yang cerah, Kerajaan Malvevis mengadakan acara pemberian penghargaan dan penghormatan pada beberapa prajurit yang telah menorehkan prestasi dalam tugasnya. Prajurit Kerajaan Malvevis selalu berlomba-lomba melaksanakan tugasnya dengan baik, agar bisa mendapatkan bintang dari raja kelima Kerajaan Malvevis. Apalagi jika bintangnya diberikan secara langsung oleh sang raja. Hal ini, membuat mereka menyerahkan jiwa raganya untuk Kerajaan Malvevis. Ribuan penduduk Kerajaan Malvevis sudah menunggu di depan istana Kerajaan Malvevis. Wajah-wajah senang dan bahagia begitu terpancar dari wajah mereka. Seorang laki-laki gagah tersenyum melihat tersebut. Beberapa prajurit dan petinggi kerajaan sudah berdiri di atas balkon yang berada di lantai kedua istana. Sembari menunggu sang raja muncul, mereka melirik ke sana-sini melihat wajah sumringah penduduk kerajaan. Bahkan, mereka juga memperlihatkan s

    Last Updated : 2023-01-15
  • Anugerah Dewa   Penyusup!

    “Bagaimana rasanya kalian mendapatkan satu bintang lagi?” tanya Seven penasaran dengan perasaan kedua sahabatnya, Aurel dan Jhon. Aurel hanya tersenyum manis sembari melihat-lihat tiga bintang yang sudah dikumpulkan, sedangkan Jhon menjawab sembari tersenyum ramah, “Biasa saja.” Seven menggelengkan kepalanya, lalu menyindir mereka berdua yang terlalu kesenangan mendapatkan tiga bintang. “Ingat! Perjalanan kalian masih panjang. Suatu saat kalian akan menjadi tangan kanan dan kiriku.” Aurel dan Jhon kompak menjawab siap. Setelah itu, mereka bertiga tertawa bersama-sama mengingat-ingat beberapa pertarungan yang pernah hadapi sebelumnya. Ya, mereka bertiga selalu bersama sejak kecil. Itulah mengapa Aurel dan Jhon menjadi kesatria I dan II dengan mudah. Ketiga orang ini seperti burung-burung merpati yang tidak bisa dipisahkan. Selalu bersama-sama di mana pun berada. Tidak pernah berpisah sama sekali, kecuali jika ada hal yang penting seperti masalah kelua

    Last Updated : 2023-01-15
  • Anugerah Dewa   Penculikan

    Fedrin, Seven, Julian, dan Juli sama-sama berlari menuju tempat berkumpulnya para kesatria. Perasaan khawatir pada dua sahabatnya muncul, Seven berharap mereka berdua tidak apa-apa. Diam-diam kedua matanya melirik ke arah Julian dan Juli, memperhatikan setiap ekspresi dan gerak-gerik keduanya. Tidak ada yang aneh, keduanya sama-sama mengkhawatirkan apa yang terjadi di ruang berkumpulnya para kesatria. Hanya dalam hitungan belasan menit, tiga laki-laki dan satu wanita sudah berada di dalam ruangan berkumpulnya para kesatria. Hening. Ya, tidak ada suara apa pun yang terdengar. Tidak ada bau yang aneh. Semuanya sunyi tidak ada hal yang aneh. Seorang prajurit yang ketinggalan baru saja sampai di depan pintu. Ia terkejut melihat keadaan ruangan menjadi sepi dan sunyi ini. Sebelumnya, ia mendengar ada suara pertarungan dan teriakan seorang wanita. “Apa yang sebenarnya terjadi?” tanya Raja Fedrin sembari melirik ke arah sang prajurit. Sang prajurit menjelaskan

    Last Updated : 2023-02-03
  • Anugerah Dewa   Jebakan Kerajaan Megorold

    “Ingat, Julian! Aku masih belum percaya padamu,” ujar Seven dengan nada kesal. Julian hanya mengangguk tanpa mengucapkan satu kata pun. Bagaimanapun caranya, dia harus bisa mendapatkan dari seluruh prajurit Kerajaan Malvevis. Kedua kakinya tetap melangkah ke depan hingga melangkah di depan Seven yang masih kesel bercampur khawatir dengan keadaan dua sahabatnya. Sebuah tangan tiba-tiba menepuk pundak Seven. Reflek Seven memutar tubuhnya ke belakang, tangan kanannya memegang tangan yang menepuk pundaknya. Dia bersiap menjungkir balikan orang tersebut. Akan tetapi, dia berhenti saat melihat siapa yang menepuk pundaknya. Seven meminta maaf, lalu bertanya, “Ada apa?” Juli hanya tersenyum memperlihatkan betapa imut dan manis wajahnya saat ini. Ternyata dia hanya mengucapkan satu kalimat untuk menenangkan Seven agar tidak terlalu khawatir dengan dua sahabatnya. “Tetap saja. Aku selalu khawatir dengan mereka berdua.” “Apa itu artinya kau tidak pe

    Last Updated : 2023-03-15

Latest chapter

  • Anugerah Dewa   Kekuatan Misterius

    Raja Fedrin tidak percaya kalau anaknya mengalahkan Raja Kerajaan Megorold dengan mudah, apalagi ia juga berhasil mengalahkan pembunuh bayaran, Sanzhes. Masih tidak percaya, sang raja kembali bertanya, “Apa kau yakin dengan informasinya, Hilda?” Hilda membungkukkan tubuhnya untuk memberikan hormat pada sang raja, lalu dia kembali berdiri tegak dan menjawab, “Benar, Yang Mulia Raja. Aku mendapatkan informasinya langsung dari Julian.” Setelah mendengar jawaban yang meyakinkan, sekilas Fedrin dengan masa lalunya. Masa lalu kelam yang penuh dengan darah, dia takut anaknya mengalami hal yang sama seperti dirinya. Namun, dia cukup yakin karena Pedang Naga Hitam ini sudah bertahun-tahun tidak dipakai. Jadi, tidak akan ada hal aneh yang terjadi pada diri Seven. “Sekarang bagaimana kabar mereka?” Raja Fedrin masih khawatir dengan keadaan para kesatrianya, apalagi anaknya sendiri. Hilda menjelaskan situasi saat ini pada sang raja denga

  • Anugerah Dewa   Toki o tomeru surasshu!

    “Kaminari kokuryu kiri!” Seven kembali memasukan pedangnya ke dalam serangkanya. Partikel-partikel hitam bergerak bak kilat petir menebas-nebas tubuh musuh dalam sekejap. Ratusan prajurit yang mengepung istana Kerajaan Megorold berteriak histeris kesakitan. Mereka tidak dapat menahan rasa sakit tebasan secepat kilat ini. Rasanya seperti tusukan ribuan pedang. Sanzhes berdecak kesal, matanya melirik ke sana-sini mencari keberadaan Seven. Seven berusaha mempertahan hawa keberadaan dirinya yang menghilang. Tak ada pilihan lain, Sanzhes menancapkan pedangnya pada lantai. Mulutnya bergerak mengucapkan satu kalimat untuk mengeluarkan kekuatannya. “Aminosan Poizunrein!” Perlahan muncul sebuah awan dari atas. Cairan-cairan hitam pekat keluar dari awan, dan menetes secara perlahan ke lantai. Semakin lama keluar, semakin banyak cairan yang menetes ke bawah mengenai siapa saja. Julian berusaha keras melindungi tiga orang sekaligus. Ratusan prajurit yang sudah merasaka

  • Anugerah Dewa   Kokoryu No Kiri Kiri

    Merasa terdengar ada suara yang kesakitan dan meminta tolong, perlahan Seven membuka kelopak matanya. Penglihatannya masih samar-samar, dia hanya melihat sebuah pecutan yang memecut seorang manusia dengan sekilas. “Seven! Bangun!” teriak Julian ketiga kalinya berusaha membangunkan Seven. Hingga sekarang sama sekali belum sadarkan diri, wajahnya terlihat tersenyum seperti masih nyaman dengan mimpi indahnya. Juli sedari tadi hanya melirik ke sana-sini melihat setiap sudut yang ada di singgasana kerajaan ini. Pikirannya traveling memikirkan hal-hal rumit. Menutup kedua matanya dan otaknya berusaha bekerja memikirkan sebuah rencana. “Seven!!! Oi, Seven! Bangun!” Julian kembali berteriak memanggil Seven, tetapi semua ini terasa percuma saja Seven tidak bangun-bangun. Karena Seven tidak bangun-bangun, dia melirik ke samping kanan meminta pendapat pada Aurel. Aurel dengan tempat Julian dan Seven hanya berjarak satu meter. Dengan begini, mereka bisa memikirkan s

  • Anugerah Dewa   Jebakan Kerajaan Megorold

    “Ingat, Julian! Aku masih belum percaya padamu,” ujar Seven dengan nada kesal. Julian hanya mengangguk tanpa mengucapkan satu kata pun. Bagaimanapun caranya, dia harus bisa mendapatkan dari seluruh prajurit Kerajaan Malvevis. Kedua kakinya tetap melangkah ke depan hingga melangkah di depan Seven yang masih kesel bercampur khawatir dengan keadaan dua sahabatnya. Sebuah tangan tiba-tiba menepuk pundak Seven. Reflek Seven memutar tubuhnya ke belakang, tangan kanannya memegang tangan yang menepuk pundaknya. Dia bersiap menjungkir balikan orang tersebut. Akan tetapi, dia berhenti saat melihat siapa yang menepuk pundaknya. Seven meminta maaf, lalu bertanya, “Ada apa?” Juli hanya tersenyum memperlihatkan betapa imut dan manis wajahnya saat ini. Ternyata dia hanya mengucapkan satu kalimat untuk menenangkan Seven agar tidak terlalu khawatir dengan dua sahabatnya. “Tetap saja. Aku selalu khawatir dengan mereka berdua.” “Apa itu artinya kau tidak pe

  • Anugerah Dewa   Penculikan

    Fedrin, Seven, Julian, dan Juli sama-sama berlari menuju tempat berkumpulnya para kesatria. Perasaan khawatir pada dua sahabatnya muncul, Seven berharap mereka berdua tidak apa-apa. Diam-diam kedua matanya melirik ke arah Julian dan Juli, memperhatikan setiap ekspresi dan gerak-gerik keduanya. Tidak ada yang aneh, keduanya sama-sama mengkhawatirkan apa yang terjadi di ruang berkumpulnya para kesatria. Hanya dalam hitungan belasan menit, tiga laki-laki dan satu wanita sudah berada di dalam ruangan berkumpulnya para kesatria. Hening. Ya, tidak ada suara apa pun yang terdengar. Tidak ada bau yang aneh. Semuanya sunyi tidak ada hal yang aneh. Seorang prajurit yang ketinggalan baru saja sampai di depan pintu. Ia terkejut melihat keadaan ruangan menjadi sepi dan sunyi ini. Sebelumnya, ia mendengar ada suara pertarungan dan teriakan seorang wanita. “Apa yang sebenarnya terjadi?” tanya Raja Fedrin sembari melirik ke arah sang prajurit. Sang prajurit menjelaskan

  • Anugerah Dewa   Penyusup!

    “Bagaimana rasanya kalian mendapatkan satu bintang lagi?” tanya Seven penasaran dengan perasaan kedua sahabatnya, Aurel dan Jhon. Aurel hanya tersenyum manis sembari melihat-lihat tiga bintang yang sudah dikumpulkan, sedangkan Jhon menjawab sembari tersenyum ramah, “Biasa saja.” Seven menggelengkan kepalanya, lalu menyindir mereka berdua yang terlalu kesenangan mendapatkan tiga bintang. “Ingat! Perjalanan kalian masih panjang. Suatu saat kalian akan menjadi tangan kanan dan kiriku.” Aurel dan Jhon kompak menjawab siap. Setelah itu, mereka bertiga tertawa bersama-sama mengingat-ingat beberapa pertarungan yang pernah hadapi sebelumnya. Ya, mereka bertiga selalu bersama sejak kecil. Itulah mengapa Aurel dan Jhon menjadi kesatria I dan II dengan mudah. Ketiga orang ini seperti burung-burung merpati yang tidak bisa dipisahkan. Selalu bersama-sama di mana pun berada. Tidak pernah berpisah sama sekali, kecuali jika ada hal yang penting seperti masalah kelua

  • Anugerah Dewa   Kesatria Baru

    Bulan Januari Tahun 1200 fire ... Pagi hari di bawah sinar matahari yang cerah, Kerajaan Malvevis mengadakan acara pemberian penghargaan dan penghormatan pada beberapa prajurit yang telah menorehkan prestasi dalam tugasnya. Prajurit Kerajaan Malvevis selalu berlomba-lomba melaksanakan tugasnya dengan baik, agar bisa mendapatkan bintang dari raja kelima Kerajaan Malvevis. Apalagi jika bintangnya diberikan secara langsung oleh sang raja. Hal ini, membuat mereka menyerahkan jiwa raganya untuk Kerajaan Malvevis. Ribuan penduduk Kerajaan Malvevis sudah menunggu di depan istana Kerajaan Malvevis. Wajah-wajah senang dan bahagia begitu terpancar dari wajah mereka. Seorang laki-laki gagah tersenyum melihat tersebut. Beberapa prajurit dan petinggi kerajaan sudah berdiri di atas balkon yang berada di lantai kedua istana. Sembari menunggu sang raja muncul, mereka melirik ke sana-sini melihat wajah sumringah penduduk kerajaan. Bahkan, mereka juga memperlihatkan s

  • Anugerah Dewa   Pedang Naga Hitam

    Patrick terkejut melihat seorang Seven masih berdiri. Matanya melihat satu pedang hitam menyerap semua ratusan serangan sihir. “Sial! Bagaimana bisa dia menahan ratusan serangan sihir?” Seven kembali menggelengkan kepalanya. Dalam hitungan detik tubuhnya melesat seperti kilat. Dengan kasar kedua tangannya mengayunkan pedang berwarna hitam. Satu tebasan mengenai dada Patrick, satu tebasan lagi mengenai perutnya, dan terakhir punggungnya terkena tebasan yang begitu cepat dan tajam. Seketika tulang-tulang dalam tubuhnya terasa patah semua. Saat ini, Patrick tidak bisa bergerak sama sekali. Perlahan tubuhnya terjatuh ke tanah dibarengi dengan suara retakan tulang dalam tubuhnya. Melihat pemimpin mereka tumbang, penduduk kota Crucio dengan penuh keberanian melawan sepuluh prajurit dan penyihir yang menyerang mereka. Jhon yang sudah sembuh membantu melawan mereka. Begitu juga dengan Aurel yang ikut membantu. Tak membutuhkan waktu lama, seluruh prajurit dan

  • Anugerah Dewa   Tebasan Demi Tebasan!

    Sebagian prajurit yang diperintahkan oleh Patrick sudah berada di sekitar Seven dan Jhon. Mereka melihat keduanya sudah tidak berdaya. Empat orang prajurit melangkah dengan pelan untuk membawa tubuh Seven dan Jhon. Tubuh Jhon dengan mudah berhasil diangkat oleh dua orang prajurit. Lain halnya dengan tubuh Seven, dua orang prajurit kesulitan mengangkatnya. Tubuh Seven beratnya seperti sebuah benda yang beratnya 50 kilogram. Dua orang prajurit meminta teman-temannya untuk mengangkat tubuh Seven. Ketika dua orang prajurit datang membantu, tubuh Seven tetap saja tidak bisa diangkat. Mereka kembali meminta tambahan personil untuk mengangkat tubuh Seven. Hingga sepuluh prajurit masih kesusahan mengangkat tubuh Seven. Entah apa yang terjadi pada tubuh Seven. Tak lama kemudian, Patrick datang dengan wajah kesal. “Dasar tidak berguna! Mengangkat satu orang saja tidak bisa.” Seorang prajurit menyahut, “Silakan Komandan untuk mengangkat sendiri.” Patrick

Scan code to read on App
DMCA.com Protection Status