Beranda / Fantasi / Anugerah Dewa / Tebasan Demi Tebasan!

Share

Tebasan Demi Tebasan!

Penulis: Dr. Meong
last update Terakhir Diperbarui: 2023-01-15 10:57:53

       Sebagian prajurit yang diperintahkan oleh Patrick sudah berada di sekitar Seven dan Jhon. Mereka melihat keduanya sudah tidak berdaya. Empat orang prajurit melangkah dengan pelan untuk membawa tubuh Seven dan Jhon.

       Tubuh Jhon dengan mudah berhasil diangkat oleh dua orang prajurit. Lain halnya dengan tubuh Seven, dua orang prajurit kesulitan mengangkatnya. Tubuh Seven beratnya seperti sebuah benda yang beratnya 50 kilogram.

       Dua orang prajurit meminta teman-temannya untuk mengangkat tubuh Seven. Ketika dua orang prajurit datang membantu, tubuh Seven tetap saja tidak bisa diangkat. Mereka kembali meminta tambahan personil untuk mengangkat tubuh Seven.

       Hingga sepuluh prajurit masih kesusahan mengangkat tubuh Seven. Entah apa yang terjadi pada tubuh Seven. Tak lama kemudian, Patrick datang dengan wajah kesal. “Dasar tidak berguna! Mengangkat satu orang saja tidak bisa.”

       Seorang prajurit menyahut, “Silakan Komandan untuk mengangkat sendiri.”

       Patrick hanya berdecak kesal mendengarkan sahutan prajuritnya. Kedua kakinya melangkah mendekati tubuh Seven. Dia mencondongkan tubuhnya ke depan, kedua tangannya menyelip di antara tanah dan punggung Seven.

       Dalam hitungan ketiga, Patrick mengangkat tubuh Seven. Suara retakan punggung Patrick sekilas terdengar. Apa yang diucapkan oleh prajuritnya benar-benar nyata. Tubuh Seven sangat sulit untuk diangkat.

       Brush!

       Sebuah serangan menyerang Patrick dari depan. Beruntungnya Patrick berhasil menghindar dengan meloncat ke belakang. Kedua matanya melirik ke depan melihat siapa yang menyerangnya. Ternyata hanya seorang wanita yang napasnya terengah-rengah.

       “Apa maumu, hah?” tanya Patrick dengan sombong. Aurel dengan nada keras memintanya agar tidak menyentuh tubuh Seven.

       Patrick hanya terkekeh. Dengan sengaja melangkah kembali mendekati Seven, lalu kaki kanannya menendang tubuh Seven dengan keras.

       Aurel emosi dan geram melihat tubuh Seven ditendang-tendan. Tanpa melakukan perhitungan, dia kembali bersiap menyerang Patrick. Kedua tangannya bergerak-gerak. Beberapa detik kemudian kedua telapak tangannya saling menempel. Terakhir dia menarik kedua tangannya ke belakang sambil mengepal, lalu mencondongkan kedua telapak tangannya ke depan.

       Dua gelombang sihir angin keluar dari kedua telapak tangan Aurel. Gelombang ini menyerang Patrick dengan sangat cepat. Sehingga tidak ada waktu baginya melakukan sihir pertahanan. Akan tetapi, dia berhasil menghindarinya dengan meloncat ke atas.

       Ketika di atas, tubuh Patrick menghilang. Aurel melirik ke sana-sini mencari keberadaan Patrick. Pada saat itu, ratusan serangan sihir menyerang Aurel sendirian dari segala arah. Aurel hanya bisa terdiam sembari menutup kedua matanya.

       Duar!

       Ledakan besar kembali terjadi. Perlahan Aurel membuka kelopak matanya. Dalam hatinya dia bertanya-tanya, “Me-mengapa aku masih hidup?” kedua matanya melirik ke depan. Wajahnya terkejut melihat seorang laki-laki berada di depannya menahan semua ratusan serangan sihir.

       “Se-seven? Ka-kau masih hidup?”

       Seven melirik ke arah Aurel sembari memperlihatkan senyuman yang begitu manis. “Tentu saja. Kau tunggu di sini dan sembuhkan Jhon.”

       Setelah itu, Seven kembali melesat seperti angin. Dia kembali menarikan tubuhnya sembari mengayunkan pedangnya ke sana-sini. Kali ini, tebasan demi tebasan mengenai beberapa tubuh penyihir yang menyerangnya.

       Patrick terkejut melihat laki-laki yang mereka serang masih bisa berdiri. “Siapa dia sebenarnya?” tanyanya dalam hati penasaran. Sebuah gelombang tebasan tiba-tiba muncul di depan matanya. Refleks tubuhnya menunduk ke depan. Dia bersyukur bisa menghindari tebasan kejutan.

       “Hebat juga ternyata kau,” puji Seven sembari tersenyum sinis.

       Patrick berdecak kesal, tangan kanannya mengepal. Dia kembali memberikan perintah pada sebagian prajurit dan penyihir untuk menyerang pemuda ini.

       Seven menggelengkan kepalanya lagi, lalu melakukan satu kali tebasan ke arah puluhan prajurit dan penyihir yang menyerangnya. Dalam sekejap sepuluh prajurit dan penyihir tumbang. Beberapa prajurit dan penyihir melangkah mundu. Mereka sedikit ketakutan dengan kekuatan tebasannya.

       Seven terkekeh, dia memperkenalkan dirinya bernama Pangeran Seven. Dia adalah seorang pangeran Kerajaan Malvevis.

       Mendengar nama sang pangeran, seketika beberapa penduduk kota Crucio berdiri dan memberikan semangat padanya. Dalam sekali bentakan Patrick berhasil membuat penduduk kota Crucio kembali ketakutan.

       Sekarang gantian gilirian Patrick yang memperkenalkan dirinya. Dia adalah seorang Komandan pasukan Kerajaan Zephyra. Dirinya diperintahkan oleh sang raja untuk membumi hanguskan kota terpenting Kerajaan Malvevis.

       “Aku peringatkan jangan macam-macam dengan Kerajaan Malvevis,” pesan Seven dengan nada dingin.

       Patrick sama sekali tidak peduli. “Kau pikir aku takut? Tentu saja!” tubuhnya kembali menghilang.

       Kali ini, Seven merespon dengan cepat. Dia kembali menebaskan pedangnya untuk menumbang beberapa penyihir dalam waktu satu menit. “Serangan yang sama tidak akan mempan padaku.”

       “Siapa bilang?” Patrick muncul di belakang Seven. Kedua tangannya mengayun dari atas ke bawah. Dua tebasan menyerang kedua bahu Seven. Refleks Seven memutar tubuhnya. Memegang pedang menggunakan kedua tangannya untuk menahan dua tebasan Patrick.

       Patrick tersenyum sinis sembari memberikan tekanan pada dua pedangnya. Seven berusaha keras menahan dua pedang yang akan menyerangnya. Tidak ingin kalah, dia menggunakan cara licik.

       Kaki kanan Seven menendang tanah ke atas, sehingga tanahnya mengenai mata Patrick. Patrick melangkah mundur karena matanya kepedihan. Dia memerintahkan sebagian prajurit untuk mengulur waktu.

       Namun, para prajuritnya sudah tidak berani melawan Seven, karena mereka takut akan tebasannya. Akan tetapi, Patrick memberikan ancaman yang serius. Sehingga para prajurit mau tidak mau harus mengikuti perintah sang komandan.

       Beberapa prajurit berlari ke arah Seven sembari menghunuskan pedangnya masing-masing. Satu tebasan menyerang Seven dari belakang. Seven menggunakan tangan kirinya untuk menahan tebasan dari belakang, lalu menggunakan tangan kanannya untuk menahan tebasan dari depan.

       “Cih! Mudah sekali, tetapi itu cukup sulit, kecuali ... kecuali aku menggunakan kekuatan pedang ini,” ungkap Seven dalam hatinya.

       Sudah beberapa kali Seven menahan semua tebasan yang dilakukan oleh beberapa prajurit. Semuanya bisa ditahan dengan mudah. Dia kembali menggelengkan kepalanya lagi-lagi, tubuhnya seketika menghilang. Tebasan demi tebasan tiba-tiba menyerang tubuh beberapa prajurit.

       Tidak hanya beberapa prajurit. Sebagian penyihir juga terkena tebasan Seven. Seven terkekeh setelah melakukan tebasannya. Dia menyisakan sepuluh prajurit dan penyihir yang masih hidup. “Bagaimana, Tuan Patrick? Apakah kau takut padaku?”

       Tiba-tiba tiga orang dari belakang Seven muncul. Mereka memegang kedua tangan dan kaki Seven dengan erat. Satu orang lagi memegang perut Seven.  Hal ini, membuat Seven berdecak kesal. Bisa-bisanya dia lengah pada hal seperti ini.

       Patrick memuji keberanian ketiga prajuritnya. Dia meminta mereka untuk menahannya selama dua menit. Kedua tangannya kembali mengambil dua pedang yang tergeletak di tanah. Tubuhnya bersiap melakukan tebasan. “Apakah kau sudah siap mati, Pangeran bodoh?”

       Seven mengeram sembari menggerak-gerakkan tubuhnya, agar bisa melepaskan diri dari cengkraman ketiga orang. Sialnya, cengkraman ketiga orang ini sangat kuat.

       Dalam hitungan ketiga, Patrick melesat seperti badai ke arah Seven. Melakukan dua tebasan sekaligus. Dua tebasannya sama sekali tidak melesat. Suara ledakan pun kembali terdengar di dekat tubuh Seven. Wajahnya terkekeh setelah melakukan tebasannya, lalu dia memutar tubuhnya untuk melihat kematian sang pangeran.

       “Apa?!”

Bab terkait

  • Anugerah Dewa   Pedang Naga Hitam

    Patrick terkejut melihat seorang Seven masih berdiri. Matanya melihat satu pedang hitam menyerap semua ratusan serangan sihir. “Sial! Bagaimana bisa dia menahan ratusan serangan sihir?” Seven kembali menggelengkan kepalanya. Dalam hitungan detik tubuhnya melesat seperti kilat. Dengan kasar kedua tangannya mengayunkan pedang berwarna hitam. Satu tebasan mengenai dada Patrick, satu tebasan lagi mengenai perutnya, dan terakhir punggungnya terkena tebasan yang begitu cepat dan tajam. Seketika tulang-tulang dalam tubuhnya terasa patah semua. Saat ini, Patrick tidak bisa bergerak sama sekali. Perlahan tubuhnya terjatuh ke tanah dibarengi dengan suara retakan tulang dalam tubuhnya. Melihat pemimpin mereka tumbang, penduduk kota Crucio dengan penuh keberanian melawan sepuluh prajurit dan penyihir yang menyerang mereka. Jhon yang sudah sembuh membantu melawan mereka. Begitu juga dengan Aurel yang ikut membantu. Tak membutuhkan waktu lama, seluruh prajurit dan

    Terakhir Diperbarui : 2023-01-15
  • Anugerah Dewa   Kesatria Baru

    Bulan Januari Tahun 1200 fire ... Pagi hari di bawah sinar matahari yang cerah, Kerajaan Malvevis mengadakan acara pemberian penghargaan dan penghormatan pada beberapa prajurit yang telah menorehkan prestasi dalam tugasnya. Prajurit Kerajaan Malvevis selalu berlomba-lomba melaksanakan tugasnya dengan baik, agar bisa mendapatkan bintang dari raja kelima Kerajaan Malvevis. Apalagi jika bintangnya diberikan secara langsung oleh sang raja. Hal ini, membuat mereka menyerahkan jiwa raganya untuk Kerajaan Malvevis. Ribuan penduduk Kerajaan Malvevis sudah menunggu di depan istana Kerajaan Malvevis. Wajah-wajah senang dan bahagia begitu terpancar dari wajah mereka. Seorang laki-laki gagah tersenyum melihat tersebut. Beberapa prajurit dan petinggi kerajaan sudah berdiri di atas balkon yang berada di lantai kedua istana. Sembari menunggu sang raja muncul, mereka melirik ke sana-sini melihat wajah sumringah penduduk kerajaan. Bahkan, mereka juga memperlihatkan s

    Terakhir Diperbarui : 2023-01-15
  • Anugerah Dewa   Penyusup!

    “Bagaimana rasanya kalian mendapatkan satu bintang lagi?” tanya Seven penasaran dengan perasaan kedua sahabatnya, Aurel dan Jhon. Aurel hanya tersenyum manis sembari melihat-lihat tiga bintang yang sudah dikumpulkan, sedangkan Jhon menjawab sembari tersenyum ramah, “Biasa saja.” Seven menggelengkan kepalanya, lalu menyindir mereka berdua yang terlalu kesenangan mendapatkan tiga bintang. “Ingat! Perjalanan kalian masih panjang. Suatu saat kalian akan menjadi tangan kanan dan kiriku.” Aurel dan Jhon kompak menjawab siap. Setelah itu, mereka bertiga tertawa bersama-sama mengingat-ingat beberapa pertarungan yang pernah hadapi sebelumnya. Ya, mereka bertiga selalu bersama sejak kecil. Itulah mengapa Aurel dan Jhon menjadi kesatria I dan II dengan mudah. Ketiga orang ini seperti burung-burung merpati yang tidak bisa dipisahkan. Selalu bersama-sama di mana pun berada. Tidak pernah berpisah sama sekali, kecuali jika ada hal yang penting seperti masalah kelua

    Terakhir Diperbarui : 2023-01-15
  • Anugerah Dewa   Penculikan

    Fedrin, Seven, Julian, dan Juli sama-sama berlari menuju tempat berkumpulnya para kesatria. Perasaan khawatir pada dua sahabatnya muncul, Seven berharap mereka berdua tidak apa-apa. Diam-diam kedua matanya melirik ke arah Julian dan Juli, memperhatikan setiap ekspresi dan gerak-gerik keduanya. Tidak ada yang aneh, keduanya sama-sama mengkhawatirkan apa yang terjadi di ruang berkumpulnya para kesatria. Hanya dalam hitungan belasan menit, tiga laki-laki dan satu wanita sudah berada di dalam ruangan berkumpulnya para kesatria. Hening. Ya, tidak ada suara apa pun yang terdengar. Tidak ada bau yang aneh. Semuanya sunyi tidak ada hal yang aneh. Seorang prajurit yang ketinggalan baru saja sampai di depan pintu. Ia terkejut melihat keadaan ruangan menjadi sepi dan sunyi ini. Sebelumnya, ia mendengar ada suara pertarungan dan teriakan seorang wanita. “Apa yang sebenarnya terjadi?” tanya Raja Fedrin sembari melirik ke arah sang prajurit. Sang prajurit menjelaskan

    Terakhir Diperbarui : 2023-02-03
  • Anugerah Dewa   Jebakan Kerajaan Megorold

    “Ingat, Julian! Aku masih belum percaya padamu,” ujar Seven dengan nada kesal. Julian hanya mengangguk tanpa mengucapkan satu kata pun. Bagaimanapun caranya, dia harus bisa mendapatkan dari seluruh prajurit Kerajaan Malvevis. Kedua kakinya tetap melangkah ke depan hingga melangkah di depan Seven yang masih kesel bercampur khawatir dengan keadaan dua sahabatnya. Sebuah tangan tiba-tiba menepuk pundak Seven. Reflek Seven memutar tubuhnya ke belakang, tangan kanannya memegang tangan yang menepuk pundaknya. Dia bersiap menjungkir balikan orang tersebut. Akan tetapi, dia berhenti saat melihat siapa yang menepuk pundaknya. Seven meminta maaf, lalu bertanya, “Ada apa?” Juli hanya tersenyum memperlihatkan betapa imut dan manis wajahnya saat ini. Ternyata dia hanya mengucapkan satu kalimat untuk menenangkan Seven agar tidak terlalu khawatir dengan dua sahabatnya. “Tetap saja. Aku selalu khawatir dengan mereka berdua.” “Apa itu artinya kau tidak pe

    Terakhir Diperbarui : 2023-03-15
  • Anugerah Dewa   Kokoryu No Kiri Kiri

    Merasa terdengar ada suara yang kesakitan dan meminta tolong, perlahan Seven membuka kelopak matanya. Penglihatannya masih samar-samar, dia hanya melihat sebuah pecutan yang memecut seorang manusia dengan sekilas. “Seven! Bangun!” teriak Julian ketiga kalinya berusaha membangunkan Seven. Hingga sekarang sama sekali belum sadarkan diri, wajahnya terlihat tersenyum seperti masih nyaman dengan mimpi indahnya. Juli sedari tadi hanya melirik ke sana-sini melihat setiap sudut yang ada di singgasana kerajaan ini. Pikirannya traveling memikirkan hal-hal rumit. Menutup kedua matanya dan otaknya berusaha bekerja memikirkan sebuah rencana. “Seven!!! Oi, Seven! Bangun!” Julian kembali berteriak memanggil Seven, tetapi semua ini terasa percuma saja Seven tidak bangun-bangun. Karena Seven tidak bangun-bangun, dia melirik ke samping kanan meminta pendapat pada Aurel. Aurel dengan tempat Julian dan Seven hanya berjarak satu meter. Dengan begini, mereka bisa memikirkan s

    Terakhir Diperbarui : 2023-03-16
  • Anugerah Dewa   Toki o tomeru surasshu!

    “Kaminari kokuryu kiri!” Seven kembali memasukan pedangnya ke dalam serangkanya. Partikel-partikel hitam bergerak bak kilat petir menebas-nebas tubuh musuh dalam sekejap. Ratusan prajurit yang mengepung istana Kerajaan Megorold berteriak histeris kesakitan. Mereka tidak dapat menahan rasa sakit tebasan secepat kilat ini. Rasanya seperti tusukan ribuan pedang. Sanzhes berdecak kesal, matanya melirik ke sana-sini mencari keberadaan Seven. Seven berusaha mempertahan hawa keberadaan dirinya yang menghilang. Tak ada pilihan lain, Sanzhes menancapkan pedangnya pada lantai. Mulutnya bergerak mengucapkan satu kalimat untuk mengeluarkan kekuatannya. “Aminosan Poizunrein!” Perlahan muncul sebuah awan dari atas. Cairan-cairan hitam pekat keluar dari awan, dan menetes secara perlahan ke lantai. Semakin lama keluar, semakin banyak cairan yang menetes ke bawah mengenai siapa saja. Julian berusaha keras melindungi tiga orang sekaligus. Ratusan prajurit yang sudah merasaka

    Terakhir Diperbarui : 2023-10-08
  • Anugerah Dewa   Kekuatan Misterius

    Raja Fedrin tidak percaya kalau anaknya mengalahkan Raja Kerajaan Megorold dengan mudah, apalagi ia juga berhasil mengalahkan pembunuh bayaran, Sanzhes. Masih tidak percaya, sang raja kembali bertanya, “Apa kau yakin dengan informasinya, Hilda?” Hilda membungkukkan tubuhnya untuk memberikan hormat pada sang raja, lalu dia kembali berdiri tegak dan menjawab, “Benar, Yang Mulia Raja. Aku mendapatkan informasinya langsung dari Julian.” Setelah mendengar jawaban yang meyakinkan, sekilas Fedrin dengan masa lalunya. Masa lalu kelam yang penuh dengan darah, dia takut anaknya mengalami hal yang sama seperti dirinya. Namun, dia cukup yakin karena Pedang Naga Hitam ini sudah bertahun-tahun tidak dipakai. Jadi, tidak akan ada hal aneh yang terjadi pada diri Seven. “Sekarang bagaimana kabar mereka?” Raja Fedrin masih khawatir dengan keadaan para kesatrianya, apalagi anaknya sendiri. Hilda menjelaskan situasi saat ini pada sang raja denga

    Terakhir Diperbarui : 2023-10-22

Bab terbaru

  • Anugerah Dewa   Kekuatan Misterius

    Raja Fedrin tidak percaya kalau anaknya mengalahkan Raja Kerajaan Megorold dengan mudah, apalagi ia juga berhasil mengalahkan pembunuh bayaran, Sanzhes. Masih tidak percaya, sang raja kembali bertanya, “Apa kau yakin dengan informasinya, Hilda?” Hilda membungkukkan tubuhnya untuk memberikan hormat pada sang raja, lalu dia kembali berdiri tegak dan menjawab, “Benar, Yang Mulia Raja. Aku mendapatkan informasinya langsung dari Julian.” Setelah mendengar jawaban yang meyakinkan, sekilas Fedrin dengan masa lalunya. Masa lalu kelam yang penuh dengan darah, dia takut anaknya mengalami hal yang sama seperti dirinya. Namun, dia cukup yakin karena Pedang Naga Hitam ini sudah bertahun-tahun tidak dipakai. Jadi, tidak akan ada hal aneh yang terjadi pada diri Seven. “Sekarang bagaimana kabar mereka?” Raja Fedrin masih khawatir dengan keadaan para kesatrianya, apalagi anaknya sendiri. Hilda menjelaskan situasi saat ini pada sang raja denga

  • Anugerah Dewa   Toki o tomeru surasshu!

    “Kaminari kokuryu kiri!” Seven kembali memasukan pedangnya ke dalam serangkanya. Partikel-partikel hitam bergerak bak kilat petir menebas-nebas tubuh musuh dalam sekejap. Ratusan prajurit yang mengepung istana Kerajaan Megorold berteriak histeris kesakitan. Mereka tidak dapat menahan rasa sakit tebasan secepat kilat ini. Rasanya seperti tusukan ribuan pedang. Sanzhes berdecak kesal, matanya melirik ke sana-sini mencari keberadaan Seven. Seven berusaha mempertahan hawa keberadaan dirinya yang menghilang. Tak ada pilihan lain, Sanzhes menancapkan pedangnya pada lantai. Mulutnya bergerak mengucapkan satu kalimat untuk mengeluarkan kekuatannya. “Aminosan Poizunrein!” Perlahan muncul sebuah awan dari atas. Cairan-cairan hitam pekat keluar dari awan, dan menetes secara perlahan ke lantai. Semakin lama keluar, semakin banyak cairan yang menetes ke bawah mengenai siapa saja. Julian berusaha keras melindungi tiga orang sekaligus. Ratusan prajurit yang sudah merasaka

  • Anugerah Dewa   Kokoryu No Kiri Kiri

    Merasa terdengar ada suara yang kesakitan dan meminta tolong, perlahan Seven membuka kelopak matanya. Penglihatannya masih samar-samar, dia hanya melihat sebuah pecutan yang memecut seorang manusia dengan sekilas. “Seven! Bangun!” teriak Julian ketiga kalinya berusaha membangunkan Seven. Hingga sekarang sama sekali belum sadarkan diri, wajahnya terlihat tersenyum seperti masih nyaman dengan mimpi indahnya. Juli sedari tadi hanya melirik ke sana-sini melihat setiap sudut yang ada di singgasana kerajaan ini. Pikirannya traveling memikirkan hal-hal rumit. Menutup kedua matanya dan otaknya berusaha bekerja memikirkan sebuah rencana. “Seven!!! Oi, Seven! Bangun!” Julian kembali berteriak memanggil Seven, tetapi semua ini terasa percuma saja Seven tidak bangun-bangun. Karena Seven tidak bangun-bangun, dia melirik ke samping kanan meminta pendapat pada Aurel. Aurel dengan tempat Julian dan Seven hanya berjarak satu meter. Dengan begini, mereka bisa memikirkan s

  • Anugerah Dewa   Jebakan Kerajaan Megorold

    “Ingat, Julian! Aku masih belum percaya padamu,” ujar Seven dengan nada kesal. Julian hanya mengangguk tanpa mengucapkan satu kata pun. Bagaimanapun caranya, dia harus bisa mendapatkan dari seluruh prajurit Kerajaan Malvevis. Kedua kakinya tetap melangkah ke depan hingga melangkah di depan Seven yang masih kesel bercampur khawatir dengan keadaan dua sahabatnya. Sebuah tangan tiba-tiba menepuk pundak Seven. Reflek Seven memutar tubuhnya ke belakang, tangan kanannya memegang tangan yang menepuk pundaknya. Dia bersiap menjungkir balikan orang tersebut. Akan tetapi, dia berhenti saat melihat siapa yang menepuk pundaknya. Seven meminta maaf, lalu bertanya, “Ada apa?” Juli hanya tersenyum memperlihatkan betapa imut dan manis wajahnya saat ini. Ternyata dia hanya mengucapkan satu kalimat untuk menenangkan Seven agar tidak terlalu khawatir dengan dua sahabatnya. “Tetap saja. Aku selalu khawatir dengan mereka berdua.” “Apa itu artinya kau tidak pe

  • Anugerah Dewa   Penculikan

    Fedrin, Seven, Julian, dan Juli sama-sama berlari menuju tempat berkumpulnya para kesatria. Perasaan khawatir pada dua sahabatnya muncul, Seven berharap mereka berdua tidak apa-apa. Diam-diam kedua matanya melirik ke arah Julian dan Juli, memperhatikan setiap ekspresi dan gerak-gerik keduanya. Tidak ada yang aneh, keduanya sama-sama mengkhawatirkan apa yang terjadi di ruang berkumpulnya para kesatria. Hanya dalam hitungan belasan menit, tiga laki-laki dan satu wanita sudah berada di dalam ruangan berkumpulnya para kesatria. Hening. Ya, tidak ada suara apa pun yang terdengar. Tidak ada bau yang aneh. Semuanya sunyi tidak ada hal yang aneh. Seorang prajurit yang ketinggalan baru saja sampai di depan pintu. Ia terkejut melihat keadaan ruangan menjadi sepi dan sunyi ini. Sebelumnya, ia mendengar ada suara pertarungan dan teriakan seorang wanita. “Apa yang sebenarnya terjadi?” tanya Raja Fedrin sembari melirik ke arah sang prajurit. Sang prajurit menjelaskan

  • Anugerah Dewa   Penyusup!

    “Bagaimana rasanya kalian mendapatkan satu bintang lagi?” tanya Seven penasaran dengan perasaan kedua sahabatnya, Aurel dan Jhon. Aurel hanya tersenyum manis sembari melihat-lihat tiga bintang yang sudah dikumpulkan, sedangkan Jhon menjawab sembari tersenyum ramah, “Biasa saja.” Seven menggelengkan kepalanya, lalu menyindir mereka berdua yang terlalu kesenangan mendapatkan tiga bintang. “Ingat! Perjalanan kalian masih panjang. Suatu saat kalian akan menjadi tangan kanan dan kiriku.” Aurel dan Jhon kompak menjawab siap. Setelah itu, mereka bertiga tertawa bersama-sama mengingat-ingat beberapa pertarungan yang pernah hadapi sebelumnya. Ya, mereka bertiga selalu bersama sejak kecil. Itulah mengapa Aurel dan Jhon menjadi kesatria I dan II dengan mudah. Ketiga orang ini seperti burung-burung merpati yang tidak bisa dipisahkan. Selalu bersama-sama di mana pun berada. Tidak pernah berpisah sama sekali, kecuali jika ada hal yang penting seperti masalah kelua

  • Anugerah Dewa   Kesatria Baru

    Bulan Januari Tahun 1200 fire ... Pagi hari di bawah sinar matahari yang cerah, Kerajaan Malvevis mengadakan acara pemberian penghargaan dan penghormatan pada beberapa prajurit yang telah menorehkan prestasi dalam tugasnya. Prajurit Kerajaan Malvevis selalu berlomba-lomba melaksanakan tugasnya dengan baik, agar bisa mendapatkan bintang dari raja kelima Kerajaan Malvevis. Apalagi jika bintangnya diberikan secara langsung oleh sang raja. Hal ini, membuat mereka menyerahkan jiwa raganya untuk Kerajaan Malvevis. Ribuan penduduk Kerajaan Malvevis sudah menunggu di depan istana Kerajaan Malvevis. Wajah-wajah senang dan bahagia begitu terpancar dari wajah mereka. Seorang laki-laki gagah tersenyum melihat tersebut. Beberapa prajurit dan petinggi kerajaan sudah berdiri di atas balkon yang berada di lantai kedua istana. Sembari menunggu sang raja muncul, mereka melirik ke sana-sini melihat wajah sumringah penduduk kerajaan. Bahkan, mereka juga memperlihatkan s

  • Anugerah Dewa   Pedang Naga Hitam

    Patrick terkejut melihat seorang Seven masih berdiri. Matanya melihat satu pedang hitam menyerap semua ratusan serangan sihir. “Sial! Bagaimana bisa dia menahan ratusan serangan sihir?” Seven kembali menggelengkan kepalanya. Dalam hitungan detik tubuhnya melesat seperti kilat. Dengan kasar kedua tangannya mengayunkan pedang berwarna hitam. Satu tebasan mengenai dada Patrick, satu tebasan lagi mengenai perutnya, dan terakhir punggungnya terkena tebasan yang begitu cepat dan tajam. Seketika tulang-tulang dalam tubuhnya terasa patah semua. Saat ini, Patrick tidak bisa bergerak sama sekali. Perlahan tubuhnya terjatuh ke tanah dibarengi dengan suara retakan tulang dalam tubuhnya. Melihat pemimpin mereka tumbang, penduduk kota Crucio dengan penuh keberanian melawan sepuluh prajurit dan penyihir yang menyerang mereka. Jhon yang sudah sembuh membantu melawan mereka. Begitu juga dengan Aurel yang ikut membantu. Tak membutuhkan waktu lama, seluruh prajurit dan

  • Anugerah Dewa   Tebasan Demi Tebasan!

    Sebagian prajurit yang diperintahkan oleh Patrick sudah berada di sekitar Seven dan Jhon. Mereka melihat keduanya sudah tidak berdaya. Empat orang prajurit melangkah dengan pelan untuk membawa tubuh Seven dan Jhon. Tubuh Jhon dengan mudah berhasil diangkat oleh dua orang prajurit. Lain halnya dengan tubuh Seven, dua orang prajurit kesulitan mengangkatnya. Tubuh Seven beratnya seperti sebuah benda yang beratnya 50 kilogram. Dua orang prajurit meminta teman-temannya untuk mengangkat tubuh Seven. Ketika dua orang prajurit datang membantu, tubuh Seven tetap saja tidak bisa diangkat. Mereka kembali meminta tambahan personil untuk mengangkat tubuh Seven. Hingga sepuluh prajurit masih kesusahan mengangkat tubuh Seven. Entah apa yang terjadi pada tubuh Seven. Tak lama kemudian, Patrick datang dengan wajah kesal. “Dasar tidak berguna! Mengangkat satu orang saja tidak bisa.” Seorang prajurit menyahut, “Silakan Komandan untuk mengangkat sendiri.” Patrick

DMCA.com Protection Status