Saat Antono muncul, Agatha sembunyi di balik pohon sambil menahan napas dan menutupi tubuhnya dengan dedaunan.Meskipun wanita itu sangat memesona, tubuhnya memancarkan aura kuat yang berbahaya.Seperti bunga yang mekar di hutan belantara, cantik, tetapi beracun. Orang yang melihat tidak berani menyentuhnya sembarangan."Tuan, lama nggak bertemu." Nada suara wanita itu tidak dapat terdeteksi, seperti diubah dengan sengaja.Kakek Agatha agak waspada menghadapinya. Meski pakaiannya ketat dan tidak bisa menyembunyikan apa-apa pada tubuhnya, kakeknya tidak berani mendekat begitu saja."Kalian bikin masalah besar buatku kali ini!" Kakek itu mengentakkan tongkatnya keras-keras ke lantai. Wajahnya terlihat berang."Memang benar yang membocorkan keberadaan kami adalah bawahanku. Jadi, sebagai rasa terima kasih pada Tuan yang sudah melindungi kami, aku sendiri yang mengantar obat ini untukmu."Setelah mendengar tentang obat, ekspresi Antono agak melunak.Saat wanita itu membuka telapak tangan,
Selena langsung membawa Calvin ke unit gawat darurat. "Gimana keadaannya, Dok?""Jangan khawatir, sepertinya cuma pingsan karena kelelahan. Biar saya periksa sedikit lagi untuk memastikan kondisi akhir."Akhirnya, Selena merasa lega. Dia tetap tinggal di sana sementara untuk menunggu Calvin bangun sambil menuangkan segelas air hangat."Paman Calvin, bukannya sudah kubilang, kondisimu sekarang buruk. Paman harus banyak-banyak istirahat, deh."Calvin menggeleng. "Aku nggak apa-apa, kok. Kondisiku juga sehat-sehat aja.""Mau sesehat apa tubuh seseorang, tetap nggak bakal tahan kalau terus-terusan dipaksa. Kalau gini terus, Paman duluan yang bakal ambruk sebelum Bibi Maisha. Biar kupanggilin Agatha untuk datang merawat Paman."Calvin segera menahan tangan Selena dengan ekspresi gelisah. "Jangan, Nak! Kumohon, jangan telepon dia. Kalau sampai dia datang, aku bisa mati lebih cepat!""Sebenarnya, cerita ini benar-benar memalukan. Selama ini Maisha merasa kehilangan ibunya yang meninggal lebih
Selena menemani Maisha di kamar VIP rumah sakit. Malam sudah larut dan Maisha memanggilnya untuk tidur bersama.Rasanya sungguh aneh, Selena sudah menunggu lebih dari 10 tahun, tetapi baru kali ini bisa tidur dengan ibunya. Suasana rukun seperti sekarang terjadi setelah dia mengungkap identitasnya.Maisha menggenggam tangan Selena dan berkata dengan lembut, "Selena, entah siapa pun putri kandungku, aku tetap merasa bersalah padamu. Beberapa hari terakhir, aku mengingat banyak hal saat terbaring di ranjang. Dulu sikapku terhadapmu dan Arya beneran kejam. Mungkin penyakit ini adalah hukuman untukku. Aku sudah siap mati karena selama ini aku sudah diperlakukan dengan kasih sayang, aku nggak menyesal sama sekali."Pada saat ini, Selena melihat senyum bahagia tersungging pada wajah Maisha di bawah sinar lampu. "Selena, meski kamu membenciku dan nggak menganggapku sebagai ibu. Aku bakal tetap menganggapmu sebagai putriku. Ibu nggak hadir waktu kamu menikah, bahkan waktu kamu menderita karena
Maisha agak terkejut saat melihat Agatha, tetapi matanya segera berbinar-binar.Dia sangat merasakan ketertarikan dengan Agatha."Agatha, kamu datang? Kemari duduklah."Awalnya Agatha berpikir dirinya sudah keterlaluan pada Maisha sehingga Maisha pasti sangat membencinya. Namun, tidak disangka, raut Maisha tak menunjukkan kekesalan sedikit pun. Sebaliknya, Maisha merasa bahagia akan kedatangannya.Dia meletakkan parsel buah yang dibawanya. "Aku ... aku datang untuk menjengukmu. Kejadian sebelumnya itu bukanlah kesengajaan. Waktu itu perasaanku kalut karena kalah main game, jadi aku ...""Nggak apa-apa, Bibi nggak marah, kok. Tapi kamu juga jangan marah sama ayahmu. Saat dia marah besar dan memukulmu, aku sudah membicarakan dengannya."Maisha melihat ekspresi malu Agatha, ekspresi yang tidak pernah ditunjukkan sebelumnya.Agatha terdiam selama beberapa saat dan hanya memperhatikan wajah kurus Maisha.Tak bisa dimungkiri, Maisha adalah wanita cantik. Agatha masih ingat penampilannya wakt
Selena kembali ke gang yang tak jauh dari rumah keluarga Bennett saat masa kanak-kanak, gang ini merupakan jalan tua yang dipenuhi toko. Orang-orang terus berlalu-lalang membuat suasananya menjadi sangat ramai.Dia masuk ke restoran pangsit. Selena terakhir datang kemari sebelum menikah. Pada jam ini sedang tidak banyak pelanggan sehingga pemilik restoran langsung menyambutnya dengan ramah saat melihat kedatangan Selena."Nona Selena sudah lama nggak kemari, ya.""Benar. Bisnis Bos masih lancar seperti biasa?""Semua berkat Anda. Pesan seperti biasa?""Ya, dua bungkus.""Baiklah, tunggu sebentar."Setelah memesan, Selena segera pergi ke toko sebelah untuk membeli beberapa kue. Maisha sudah hampir sepuluh tahun tidak memakan kue, pasti dia sangat mengidamkannya.Saat dia terburu-buru membawa bingkisan kue untuk mengambil pesanan, Selena tidak sengaja menabrak seseorang."Maaf," ucap Selena.Saat mendongakkan kepala, dia terkejut melihat pria tampan yang tidak asing, lalu berseru, "Kamu.
Pada tikungan berikutnya, Alex menginjak pedal gas dan pada saat bersamaan muncul beberapa mobil yang sudah menunggu untuk bergabung dalam pertempuran.Selena menoleh ke belakang, mobil Bentley Muslanne terjepit di tengah-tengah, dikepung oleh empat mobil dari segala penjuru.Siapa sebenarnya dia?Beberapa menit kemudian, mobil Bentley Muslanne terpaksa berhenti.Alex adalah orang yang pemarah, setelah menenangkan Selena, dia langsung turun dari mobil. Dia ingin tahu siapa yang bernyali sebesar ini.Meskipun mobil Bentley Muslanne terpaksa berhenti, penumpang dalam mobil terhalang oleh kaca hitam. Alex mengetuk kaca mobil dengan sombong. "Kamu buka atau kupecahkan kaca mobil ini."Sejumlah pengawal secara serempak mengelilingi mobil itu sampai menarik perhatian pejalan kaki. Apa yang terjadi? Perseteruan antara bos besar?Kaca anti peluru turun perlahan, menampakkan kedua tangan yang bertumpu pada lutut dan jari panjang ramping yang mengenakan cincin safir indah.Dia mengenakan setelan
Selena segera kembali ke rumah sakit dan Maisha sudah dibawa ke unit gawat darurat.Calvin berdiri di depan pintu ruang operasi dengan wajah pucat, sedangkan Selena masih memegang bungkus makanan. "Apa yang terjadi, Paman Calvin? Saat aku pergi kondisi ibu baik-baik aja. Ibu juga bilang mau makan pangsit, kenapa tiba-tiba dibawa ke unit gawat darurat?"Calvin menatap Selena yang membawa bungkus makanan, lalu berkata dengan terbata-bata, "Dia ... dia tiba-tiba kambuh, darah bercucuran tanpa henti."Selena segera meletakkan makanan yang dibawanya di atas kursi, lalu menggenggam telapak tangan Calvin yang kasar dan penuh dengan kapalan.Sosok pria yang kuat dan tegar menjadi ketakutan sampai tubuhnya gemetaran. Selena berusaha menenangkannya. "Ibu bakal baik-baik aja, Paman tetap tegar, ya."Ketakutan terlintas pada mata Calvin, lalu dia menggeleng berulang kali. "Kali ini beda, kamu belum lihat kondisi Maisha saat tubuhnya berlumuran darah. Kemungkinan besar dia nggak bakal bertahan."Se
Agatha menjawab. "Aku segera manggil perawat, tapi karena sarapan yang kumakan pagi ini bikin perutku sakit, aku pergi ke toilet dulu. Aku langsung ke sini setelah dari toilet. Ibu nggak apa-apa, 'kan?"Calvin menatapnya dengan serius, tetapi akhirnya menggelengkan kepala. "Kondisinya sangat kritis.""Ayah nggak usah khawatir, penyakit Bibi Maisha pasti bakal sembuh. Dua hari terakhir ini, aku mikirin banyak hal. Aku nggak suka sama bibi karena mengira dia cuma pura-pura, tapi sekarang aku baru tahu bahwa Bibi Maisha beneran menyayangiku. Aku sungguh bersalah atas sikapku padanya dulu. Setelah bibi sembuh, aku pasti nggak bakal marah lagi padanya."Mendengar perkataannya, Calvin memeluk Agatha. "Ibumu pasti nggak apa-apa, kita sekeluarga pasti bisa lewati cobaan ini.""Ya."Kejadian itu berlangsung di depan mata Selena, hatinya menjadi kalut.Semua perbuatan Agatha padanya dan dendam kesumat di antara mereka. Dari lubuk hatinya yang terdalam, Selena tak sanggup melihat ekspresi bahagia