Maisha agak terkejut saat melihat Agatha, tetapi matanya segera berbinar-binar.Dia sangat merasakan ketertarikan dengan Agatha."Agatha, kamu datang? Kemari duduklah."Awalnya Agatha berpikir dirinya sudah keterlaluan pada Maisha sehingga Maisha pasti sangat membencinya. Namun, tidak disangka, raut Maisha tak menunjukkan kekesalan sedikit pun. Sebaliknya, Maisha merasa bahagia akan kedatangannya.Dia meletakkan parsel buah yang dibawanya. "Aku ... aku datang untuk menjengukmu. Kejadian sebelumnya itu bukanlah kesengajaan. Waktu itu perasaanku kalut karena kalah main game, jadi aku ...""Nggak apa-apa, Bibi nggak marah, kok. Tapi kamu juga jangan marah sama ayahmu. Saat dia marah besar dan memukulmu, aku sudah membicarakan dengannya."Maisha melihat ekspresi malu Agatha, ekspresi yang tidak pernah ditunjukkan sebelumnya.Agatha terdiam selama beberapa saat dan hanya memperhatikan wajah kurus Maisha.Tak bisa dimungkiri, Maisha adalah wanita cantik. Agatha masih ingat penampilannya wakt
Selena kembali ke gang yang tak jauh dari rumah keluarga Bennett saat masa kanak-kanak, gang ini merupakan jalan tua yang dipenuhi toko. Orang-orang terus berlalu-lalang membuat suasananya menjadi sangat ramai.Dia masuk ke restoran pangsit. Selena terakhir datang kemari sebelum menikah. Pada jam ini sedang tidak banyak pelanggan sehingga pemilik restoran langsung menyambutnya dengan ramah saat melihat kedatangan Selena."Nona Selena sudah lama nggak kemari, ya.""Benar. Bisnis Bos masih lancar seperti biasa?""Semua berkat Anda. Pesan seperti biasa?""Ya, dua bungkus.""Baiklah, tunggu sebentar."Setelah memesan, Selena segera pergi ke toko sebelah untuk membeli beberapa kue. Maisha sudah hampir sepuluh tahun tidak memakan kue, pasti dia sangat mengidamkannya.Saat dia terburu-buru membawa bingkisan kue untuk mengambil pesanan, Selena tidak sengaja menabrak seseorang."Maaf," ucap Selena.Saat mendongakkan kepala, dia terkejut melihat pria tampan yang tidak asing, lalu berseru, "Kamu.
Pada tikungan berikutnya, Alex menginjak pedal gas dan pada saat bersamaan muncul beberapa mobil yang sudah menunggu untuk bergabung dalam pertempuran.Selena menoleh ke belakang, mobil Bentley Muslanne terjepit di tengah-tengah, dikepung oleh empat mobil dari segala penjuru.Siapa sebenarnya dia?Beberapa menit kemudian, mobil Bentley Muslanne terpaksa berhenti.Alex adalah orang yang pemarah, setelah menenangkan Selena, dia langsung turun dari mobil. Dia ingin tahu siapa yang bernyali sebesar ini.Meskipun mobil Bentley Muslanne terpaksa berhenti, penumpang dalam mobil terhalang oleh kaca hitam. Alex mengetuk kaca mobil dengan sombong. "Kamu buka atau kupecahkan kaca mobil ini."Sejumlah pengawal secara serempak mengelilingi mobil itu sampai menarik perhatian pejalan kaki. Apa yang terjadi? Perseteruan antara bos besar?Kaca anti peluru turun perlahan, menampakkan kedua tangan yang bertumpu pada lutut dan jari panjang ramping yang mengenakan cincin safir indah.Dia mengenakan setelan
Selena segera kembali ke rumah sakit dan Maisha sudah dibawa ke unit gawat darurat.Calvin berdiri di depan pintu ruang operasi dengan wajah pucat, sedangkan Selena masih memegang bungkus makanan. "Apa yang terjadi, Paman Calvin? Saat aku pergi kondisi ibu baik-baik aja. Ibu juga bilang mau makan pangsit, kenapa tiba-tiba dibawa ke unit gawat darurat?"Calvin menatap Selena yang membawa bungkus makanan, lalu berkata dengan terbata-bata, "Dia ... dia tiba-tiba kambuh, darah bercucuran tanpa henti."Selena segera meletakkan makanan yang dibawanya di atas kursi, lalu menggenggam telapak tangan Calvin yang kasar dan penuh dengan kapalan.Sosok pria yang kuat dan tegar menjadi ketakutan sampai tubuhnya gemetaran. Selena berusaha menenangkannya. "Ibu bakal baik-baik aja, Paman tetap tegar, ya."Ketakutan terlintas pada mata Calvin, lalu dia menggeleng berulang kali. "Kali ini beda, kamu belum lihat kondisi Maisha saat tubuhnya berlumuran darah. Kemungkinan besar dia nggak bakal bertahan."Se
Agatha menjawab. "Aku segera manggil perawat, tapi karena sarapan yang kumakan pagi ini bikin perutku sakit, aku pergi ke toilet dulu. Aku langsung ke sini setelah dari toilet. Ibu nggak apa-apa, 'kan?"Calvin menatapnya dengan serius, tetapi akhirnya menggelengkan kepala. "Kondisinya sangat kritis.""Ayah nggak usah khawatir, penyakit Bibi Maisha pasti bakal sembuh. Dua hari terakhir ini, aku mikirin banyak hal. Aku nggak suka sama bibi karena mengira dia cuma pura-pura, tapi sekarang aku baru tahu bahwa Bibi Maisha beneran menyayangiku. Aku sungguh bersalah atas sikapku padanya dulu. Setelah bibi sembuh, aku pasti nggak bakal marah lagi padanya."Mendengar perkataannya, Calvin memeluk Agatha. "Ibumu pasti nggak apa-apa, kita sekeluarga pasti bisa lewati cobaan ini.""Ya."Kejadian itu berlangsung di depan mata Selena, hatinya menjadi kalut.Semua perbuatan Agatha padanya dan dendam kesumat di antara mereka. Dari lubuk hatinya yang terdalam, Selena tak sanggup melihat ekspresi bahagia
Ekspresi Harvey tampak netral. Dia tidak ingin membahas topik ini secara langsung dengannya."Seli, aku punya rencana sendiri," kata Harvey penuh kesedihan.Senyum dingin melintas di wajah Selena. "Dia sudah mencelakai anak kita, membuatku depresi selama dua tahun, dan sekarang dia melakukan hal seperti ini. Aku benar-benar penasaran kenapa kamu begitu toleran dengannya?" tanya Selena.Jika dia mencintai Agatha, mengapa Harvey repot-repot memikat hatinya? Harvey tidak pernah menganggap remeh hal seperti ini."Ada beberapa hal yang nggak seperti asumsimu. Akan kuberi tahu kamu semuanya ketika waktunya sudah tepat."Waktu, ketika tidak dia ketahui kapan waktu yang tepat itu.Dia hanya tahu, dirinya terjerat pergolakan yang menghancurkan keluarganya."Kamu istirahat dulu saja sebentar, biar aku hidangkan sup untukmu." Harvey sengaja menghindari topik itu dan berjalan cepat ke dapur.Saat tutup panci diangkat, aroma harum makanan langsung tercium dan sendok kayu yang digenggam perlahan men
Harvey memberi beberapa instruksi pada Alex sambil membawa mangkuk sup yang sudah dingin untuk naik ke lantai atas dengan perlahan.Suara air yang mengalir dari kamar mandi terdengar. Tak lama kemudian, Selena keluar dengan tubuh yang masih basah.Tepat saat pintu terbuka, dia melihat Harvey. Tatapan mereka bertemu.Rambutnya tidak dikeringkan dan tergantung basah. Wajah putihnya tampak kaku, hingga pakaian rumahannya juga memperlihatkan tulang selangkanya yang ramping.Harvey berhati-hati memalingkan tatapannya. Tenggorokannya pun sedikit bergerak.Selena yang seperti ini selalu mengingatkan dirinya pada mimpi indah itu, bahkan sentuhan kulitnya terasa begitu nyata.Sebenarnya, hingga sekarang, dia masih mengingat suhu tubuh Selena dan suaranya yang menggetarkan hati."Supnya sudah matang. Kemarilah dan coba dirasa ada perubahan atau nggak," ujar Harvey.Sejak pagi, Selena sudah bolak-balik hingga belum sempat minum seteguk sup panas saja, perutnya sudah mulai terasa perih.Dia dibawa
Saat mendengar nama Poison Bug, wajah Selena langsung menjadi serius. "Paman Calvin, aku nggak mau berbohong padamu, orang-orang yang menculikku sebelumnya berhubungan dengan Poison Bug. Mereka bukan orang baik.""Aku tahu, dulu aku sangat membenci mereka. Mereka anggap nyawa manusia sekelas rumput liar, tapi mereka juga bisa membangkitkan orang mati. Demi Maisha, aku nggak punya pilihan lain."Selena tidak tahu apakah kali ini orang itu mengincar Maisha karena dia, tetapi orang dipenuhi niat jahat dan mungkin saja telah menggali lubang lain untuk menjebak Calvin."Jika kamu mencari mereka, sama saja seperti berurusan dengan iblis.""Selena, apakah kamu ingin melihat Maisha pergi dengan mata terbuka?"Seminggu yang lalu, Selena tak acuh dengan hidup dan matinya Maisha. Karena tadi malam dia dipeluk oleh Maisha, Selena tidak bisa melihatnya mati dengan cara yang tidak jelas.Saat datang, Alex juga memberi tahu hasil penyelidikan padanya. Tidak ada orang luar yang bolak-balik mengunjungi