Pandangan orang-orang yang semula tertuju pada Selena pun beralih ke Alana. Alana menelan ludahnya, dan Rudy berkata, "Gak apa-apa. Ceritakanlah apa yang kamu lihat dengan jujur."Meskipun dia adalah seseorang yang memiliki kekuasaan dan status yang tinggi, saat ini dia terlihat begitu ramah, seperti seorang kakek tetangga yang baik hati.Alana melirik Darren. Dalam situasi ini, Darren hanya bisa pasrah. Dia bisa hadir di pesta semacam ini karena kesempatan yang diberikan oleh kakaknya.Sepertinya dia harus mengucapkan selamat tinggal hari ini!Dia hanya bisa menyetujuinya, "Katakanlah yang sebenarnya."Alana akhirnya menceritakan semuanya dengan rinci, tetapi Nyonya Wuritno jelas tidak senang, "Pak Rudy, gadis ini adalah teman sekelasnya Selena. Cara dia menggambarkannya itu agak memihak dan gak objektif.""Memihak, katamu? Kamu kira Selena bisa hadir di sini karena memanfaatkan kekayaan orang, kan? Secara langsung atau gak langsung, kamu selalu menunjukkan bahwa dia gak layak berada
Keluarga Wuritno yang dulunya sukses, merusak masa depan mereka sendiri dengan mulut mereka yang lancang. Beberapa orang yang dulu menyakiti Selena juga takut Selena akan membalas mereka di kemudian hari.Mata yang semula menatap dengan iri pun berubah menjadi pandangan mengasihani. Di Kota Arama yang selalu dinamis ini, apa gunanya menjadi sukses?Seperti di zaman dulu, di mana semua tanah adalah milik raja. Rudy pun hanya perlu satu alasan bagus untuk menghancurkan keluarga Wuritno.Alana memandang punggung Selena dengan ekspresi penuh ketidakpercayaan, "Kok tiba-tiba Selena bisa menjadi bagian dari keluarga Farrell?""Itu urusan keluarga mereka, mana mungkin kita tahu? Tapi melihat dia sekarang, aku jadi ingat waktu zaman kita sekolah dulu. Bahkan, sekarang dia lebih bersinar dibanding waktu itu."Alana mencubit lengannya, "Kamu masih suka sama dia, ya?""Sudah lama sekali, mana mungkin? Dulu aku cuma kagum akan kecantikannya. Sekarang, aku hanya turut senang atas pencapaiannya."Se
Begitu mata Michelle bertemu tatapan dingin Rudy, dia sadar bahwa hubungan ayah-anak itu sudah lama hilang. Dia sudah menduga akan berakhir seperti ini, tapi Michelle tetap tak bisa menerima kenyataan bahwa setelah dicintai selama bertahun-tahun, tiba-tiba dia dibuang begitu saja."Ayah.""Aku bukan lagi ayahmu. Bersikaplah yang pantas."Setelah semua yang Michelle lakukan pada Molin, fakta bahwa Rudy belum memotongnya menjadi seribu keping saja sudah menunjukkan bahwa dia sudah sangat bersabar.Mira baru saja membuka mulutnya hendak mengatakan sesuatu. Tapi, tiba-tiba saja Michelle berlutut di hadapan Tuan Harold!Tindakan ini mengejutkan semua orang, tetapi Selena sudah menebak jalan pikirannya.Setelah sekian lama menjadi orang bodoh, kali ini Michelle bertindak cerdas juga.Selena awalnya mengira bahwa keluarga Michelle mungkin bersembunyi di pegunungan terpencil atau menyelundup keluar dari kota Arama.Namun, pilihan yang kedua lebih sulit karena mereka langsung menutup semua pos
Hayden sangat murka ketika melihat Michelle. Masih teringat dengan jelas di ingatannya apa yang diperbuat Michelle terhadap Molin.Rudy dan Mira saling melempar pandangan. Mereka bukanlah orang sembarangan. Jadi, mereka tidak akan berkomentar banyak untuk menjaga rahasia keluarga mereka agar tidak menjadi pembicaraan orang lain dan menjadi bahan tertawaan.Selena mendengus kecil, "Dia jadi pintar sekarang."Harvey menenangkannya dengan lembut sambil mengelus kepalanya, "Cepat lambat juga akan begitu. Gak beda jauh juga.""Benar juga," celetuk Selena dengan pandangan dingin.Michelle pantas mati atas apa yang sudah dia perbuat. Selena sama sekali tidak merasa kasihan lagi padanya. Karena dia juga sudah mengeluarkan kartu ASnya, sekarang kita lihat bagaimana Tuan Harold menanggapinya.Michelle menangis sambil berlutut di depannya dengan wajah memelas. "Kakek, kalau kakek pun gak mau menerimaku, aku gak punya tempat lain lagi untuk pergi. Kasihanilah aku, kasihani juga cucumu ini. Dia sud
Mana ada yang gratis di dunia ini?Dia pikir status anaknya akan melindunginya, tapi keluarga Aswin mungkin berencana untuk memisahkannya dari anaknya. Hayden bahkan mungkin ingin melenyapkan mereka berdua sekaligus.Kalau itu Hayden, jika dia sudah berhasil melarikan diri, lebih baik dia tinggal di pegunungan terpencil untuk melahirkan daripada hidup di tempat yang sangat berbahaya.Dulu, dia sendiri juga dibesarkan dengan penuh kasih sayang oleh Arya, dan harus bekerja keras untuk menyokong keluarganya. Tidak seperti Michelle yang sepertinya tidak tahan hidup susah.Michelle akan menjadi korban keserakahannya sendiri suatu hari nanti. Kecerdikannya kalah telak dari Mia.Orang yang tega mengkhianati ibu yang sudah merintis masa depan untuknya itu pasti akan menerima balasan dari perbuatannya, cepat ataupun lambat.Selena menggoyangkan gelas minumannya, raut wajahnya terlihat sangat dingin."Selena, sudah lama sekali gak bertemu. Melihatmu baik-baik saja seperti ini membuatku merasa le
Selena sama sekali tidak ingin mendengar ucapan manis dari orang-orang tersebut. Melihat raut muka Selena yang terlihat tidak nyaman, Harvey pun segera duduk di sampingnya untuk menghentikan percakapan yang tidak perlu.Begitulah manusia. Di saat kamu sukses, semua orang akan mendekatimu. Tapi, di saat kamu terpuruk, bahkan teman baik yang telah bersahabat selama puluhan tahun pun bisa mengkhianatimu dalam sekejap.Jadi, dia merasa tidak perlu terlibat dalam interaksi sosial yang tidak berguna. Karena, kekuatan sesungguhnya berasal dari dirinya sendiri.Tidak jauh dari sana, dia melihat Michelle yang sedang menyantap makanannya dan masih bersikap angkuh seperti biasanya.Selena tertawa kecil, "Sebenarnya, kadang-kadang bermuka tebal juga bukan hal yang buruk. Yang penting kita bisa mencapai tujuan kita, gak peduli gimana pun caranya."Molin sangat penakut dibandingkan dengannya. Ini karena lingkungan Molin sejak kecil, dan juga penderitaannya selama tinggal dengan keluarga Aswin.Harve
Selena sebenarnya bukan tipe orang yang suka menendang saat orang lain sudah terpuruk. Tapi, Michelle terus menantangnya. Pada akhirnya, dia pun pergi dengan menahan rasa malu.Sampai sekarang, setiap kali Molin melihat Michelle, dia tidak bisa mengendalikan ketakutannya. Selain itu, dia juga sangat membenci Michelle, karena dia yang menyebabkan kegugurannya. Membuatnya kehilangan bayi yang selama ini diidam-idamkannya.Mira menepuk-nepuk tangan Molin, berusaha menenangkannya "Gak usah takut, Moli. Kamu adalah putri semata wayang keluarga Farrell sekarang. Dia gak akan bisa macam-macam lagi denganmu."Molin berbisik, "Ibu, apakah gak ada cara untuk menghukum Michelle atas semua kejahatannya yang keterlaluan itu?""Masalah ini melibatkan keluarga Aswin, jadi kita sulit untuk menanganinya secara terang-terangan, tapi ..." Mira menatapnya dengan licik, "Begitu dia muncul, dia gak akan bisa lolos."Setelah perjamuan itu berakhir, Hayden dipanggil ke dalam mobil penjaga.Dengan kedua tangan
"Kamu ini seperti serigala licik. Percis seperti ibumu yang tak berperasaan dan tak tahu diuntung itu. Seharusnya aku menghajarmu sejak dulu!""Kamu kira keluarga Farrell bakal menerimamu dengan tangan terbuka? Teruslah bermimpi. Kamu gak ada apa-apanya tanpa keluarga Aswin.""Terlalu lama bersama wanita itu membuatmu jadi naif. Kepentingan adalah hal yang paling utama di dunia ini. Apa lagi yang bisa kamu tawarkan selain itu?"Angin dan salju yang kencang di luar sana membuat penglihatan Hayden menjadi buram. Dia hanya mengenakan pakaian tipis dan merasa kedinginan karenanya.Meskipun salju turun begitu lebatnya, tak jauh dari sana, ada seorang gadis yang mengenakan mantel bulu rubah yang tebal. Dia memandang Hayden dengan cemas."Hayden ..."Molin berlari menghampirinya. Karena takut dia akan terjatuh, Hayden pun berlari lebih cepat dan dengan sigap memeluknya.Kedua orang itu memeluk erat satu sama lain di tengah salju yang lebat. "Maafin aku, Hayden," ucap Molin."Moli, aku belum p