Share

Antara Cinta dan Misi Sang Assassin
Antara Cinta dan Misi Sang Assassin
Penulis: ETI KUSMAWATI

Part 1 : Sosok Misterius

Penulis: ETI KUSMAWATI
last update Terakhir Diperbarui: 2024-10-29 19:42:56

Kriieecckkk....

Dalam keheningan ruangan yang sunyi, terdengar bunyi pintu yang perlahan dibuka oleh seseorang, diikuti langkah kaki yang perlahan mendekati meja yang ada di ruangan tersebut. Di atas meja terlihat beberapa tumpukan amplop map berwarna gelap.

Sosok misterius yang memasuki ruangan memperhatikan keadaan sekitar ruangan itu, ruangan yang dipenuhi debu dan terlihat tidak terawat sedikitpun. Perabotan yang terlihat berkarat dihiasi dengan sarang laba-laba di sekelillingnya.

Lampu hias antik yang sudah tak mampu memaparkan cahayanya yang indah, entah karena sudah rusak atau memang tenaga listriknya tidak mampu memompanya.

Di balik meja ada seorang pria yang berperawakan tua dengan pakaian lusuh dan compang-camping, dia duduk membelakangi meja dan menatap jendela, cahaya tampak menyelinap masuk dari beberapa celah lubang dari jendela tersebut, sehingga mampu menerangi sedikit bagian dari ruangan itu.

"Seperti biasa langkahmu tidak terdengar sama sekali." ujar pria yang sedang duduk dikursi lalu memutar kursi tersebut dan menghadap tamu yang sudah ia tunggu.

"Apa kau tidak mau menyapa atasanmu sama sekali?" tanya pria itu.

"Aahhh sudahlah, aku sudah lelah berhadapan dengan patung bernyawa sepertimu." cibir pria itu lagi.

“Kali ini misimu cukup berbahaya, karena targetnya merupakan orang yang sangat berpengaruh di kota ini.” papar pria itu.

"Yah lagi pula ini bukan pertama kalinya kau melakukan misi berbahaya, jadi kuharap kau berhasil." ujar pria itu lagi tanpa mendengarkan lawan bicaranya menjawab.

Pria itu adalah Sam, agen penyedia informasi dari sebuah organisasi pembunuh bayaran yang sangat terkenal di duniah bawah, dunia dimana kejahatan sudah menjadi aktifitas sehari-hari.

Dunia yang diisi dengan manusia yang hidup berdampingan dengan darah dan menormalisasikan sebuah tindakan kriminal, terlepas dari itu semua orang-orang yang menekuni dunia bawah memiliki satu kesamaan yaitu keserakahan dan sangat mementingkan uang diatas segalanya.

The Black Shadows adalah organisasi pembunuh bayaran yang sangat terkenal sejak beberapa puluh tahun yang lalu, organisasi yang menjalani bisnis gelap yang anggotanya sangat mahir serta teroganisir dan menguasai bidangnya masing-masing.

Tidak peduli apapun permintaan dari klien mereka, jika itu sebanding dengan bayarannya maka dengan senang hati mereka melakukannya. Yang membuat organisasi tersebut semakin terkenal dan disegani dari waktu ke waktu adalah fakta bahwa mereka tidak pernah gagal dalam menyelasaikan permintaan dari klien.

"Apa hanya ini informasinya?" tanya sosok misterius itu dengan suara datar setelah ia membuka amplop map warna hitam pekat yang disodorkan padanya.

"Ya, hanya itu yang di berikan oleh markas." jawab Sam dengan cepat.

"Haahhh"

Helaan nafas terdengar dari sosok misterius itu, ia terlihat menahan kesal. Setelah itu ia membuka masker yang menutupi setengah wajahnya, namun tak membuka topi jenis Bucket hat yang ia kenakan.

Terlihat wajah seorang wanita di balik masker itu, jika dilihat lebih dekat dia terlihat seperti seorang wanita yang berusia sekitar 20 tahunan. Tubuhnya yang kecil dan bulu mata yang lentik terlihat sangat feminin, kulit putih pucat yang dibalut pakaian yang hitam pekat.

"Ahh yaa, aku lupa kalau kemampuan Black Shadows hanya sebatas itu." cibir wanita itu tanpa memperhatikan mimik wajah dari orang yang mendengar perkataannya.

"Apaa?? Dasar kurang ajar, kau seharusnya mengetahui batasanmu." hardik pria bernama Sam mengepal tanganya dengan kuat.

"Bukankah yang kukatakan itu kenyataan, mereka bahkan tidak mampu mengumpulkan informasi yang berguna. Kenapa kalian memberiku informasi sampah ini, kualitasnya Black Shadows semakin rendah saja." ujar wanita itu dengan sengaja melempar isi dari amplop map yang berada ditangannya, kertas-kertas dan foto terkait informasi target berserakan di lantai.

"Dasar wanita tidak tau diri, jangan kau kira setelah kau merangkak naik ke posisi Silent Assassint kau bisa bertindak seenaknya dan menghina Black Shadowos!" Sam tampak geram tak terima saat organisasi tempatnya bernaung dihina didepan matanya sendiri.

"Ingat kau itu hanya anjing pesuruh Black Shadows, jadi ketahui posisimu Zora." berang Sam, tanpa sadar telah menyebutkan nama dari wanita itu.

Namun respon yang dia harapkan dari wanita itu sangat mengecawakan, wanita itu tampak tidak peduli dengan apa yang ia katakan, berbeda dengan agen lain yang akan mengigil ketakutan ketika nama organisasi disebutkan. Jangankan takut, wanita itu bahkan tidak peduli sedikitpun tentang organisasi yang mempekerjakannya.

"Aku tanya sekali lagi! Apa cuma ini informasi dari misi kali ini?" dengan mata yang tajam, suara yang tak gentar sedikitpun wanita itu bertanya dan sengaja menekan suaranya mengintimidasi.

"B-benar." jawabnya gugup berusaha untuk tetap tenang.

"Ternyata benar, cuma segini kemampuan organisasiku." desis wanita itu.

"M-memangnya apa lagi yang bisa kulakukan, aku tidak bisa melakukan apa-apa. Semua keputusan ada ditangan ketua markas." keluh Sam.

"Ternyata kau tau siapa aku!" ujar wanita itu.

"Tentu saja" jawab Sam dengan bangga menyeringai.

"Kau adalah Zora, agen pembunuh dengan rekor tercepat yang mampu maraih posisi Silent Assassin kategori bahaya dalam organisasi The Black Shadows. Dalam kurun waktu 2 tahun kau mampu membuat namamu dikenal oleh pemimpin organisasi sehingga membuat agen lain merasa iri dan ingin membunuhmu. Tapi jangankan membunuh, menemukan batang hidungmu saja mereka kesulitan. Hahaha aku sangat terhibur dengan tindakan konyol mereka." jelas Sam panjang lebar sambil tertawa bangga.

Wanita yang dipanggil Zora itu terlihat diam, dia mendengarkan tanpa membantah sedikitpun ucapan dari pria di depannya.

"Kenapa kau yakin kalau aku adalah Zora?" tanya wanita itu lagi.

"Hahah, pertanyaan konyol macam apa itu. Apa kau melupakan tato di jari tanganmu?" beber Sam sambil menunjuk bagian tangan kanan Zora.

"Tato itu hanya dimiliki oleh mereka yang sudah menduduki posisi Silent Assassin." lanjut Sam. Sam sangat yakin bahwa wanita itu adalah Zora saat dia memperhatikan tato yang ada di jari tangan Zora.

Seketika itu Zora sadar, ia menatap tato yang membelit jari telunjuknya dengan lekat, tato berbentuk ular  dengan gigi yang tajam dan lidah yang munjulur, tampak seperti ular yang merayap mengikuti lekuk dan kontur jari telunjuknya. Serta detail sisik hitam menambah kesan yang terlihat nyata sehingga mampu memberikan efek manakutkan .

Zora terlihat kesal karena sebagian tentang informasinya sudah bocor, bahkan itu diketahui oleh agen tingkat rendah seperti pria yang ada di depannya.

Setelah mendengar ocehan dari Sam Zora menggerakan tangannya mengisyaratkan untuk bergerak.

Sesaat kemudian Sam yang sedang tertawa ringan itu terdiam membeku, matanya terbuka lebar dan urat-urat terlihat menonjol di bagian dahinya. Hawa dingin terasa di bagian belakangnya, dia merasakan sesuatu yang tajam hampir menembus lehernya.

"Ssstttt, diam." bisik orang di balik kegelapan itu.

"S-siapa kau?" tanya Sam gemetar ketakutan.

Bab terkait

  • Antara Cinta dan Misi Sang Assassin   Part 2 : Sensasi Menggelitik

    "Kau akan segera mati, jadi tidak ada gunanya bertanya" tutur pria yang ada dibelakangnya. "Dasar pengecut, jadi kau tidak bergerak sendiri." cecar Sam, dia sadar nyawanya terancam dan mengarahkan pandangannya ke arah Zora.Sesaat sebelum benda tajam itu menembus kulitnya lebih dalam, tiba-tiba orang yang memegang senjata itu terhenti karena melihat Zora memberikan isyarat untuk berhenti. Melihat kesempatan itu Sam dengan cepat memberontak, ia memegang tangan dari orang yang mengancamnya lalu merebut senjata yang ia pegang. Setelah ia berhasil merebut senjatanya ia menyundulkan kepalanya kebelakang. "Aarrggghhh" teriaknya, sesaat kemudian hidung pria itu bercucuran darah. Benturan yang dia dapatkan dari sundulan kepala Sam cukup parah.Zora yang melihat itu hanya diam tanpa mengambil tindakan apapun, Zora berpikir bahwa sekalipun agen informasi berada ditingkat rendah mereka tetap memiliki kemampuan untuk melindungi nyawa mereka. Walaupun sebenarnya Sam bukanlah agen tingkat renda

  • Antara Cinta dan Misi Sang Assassin   Part 3 : Kehidupan Normal

    Di tengah kendaraan yang berlalu lalang, suara bisik mesin dari segala arah. Zora melajukan mobilnya dengan kecepatan tinggi, sesekali dia memperhatikan dan melirik matanya sendiri. Penampilannya sudah berubah, dia memakai sweater oversize berwarna abu dengan kacamata bulat serta rambut diikat kuncir kuda yang cukup tinggi, dilengakapi dengan poni yang menutupi alisnya. Itu adalah penampilannya dalam kehidupan normal jika profesinya sebagai pembunuh bayaran dikesampingkan. Zora masih dalam perjalanan akan kembali ke apartemen miliknya yang terletak di pinggir kota yang jauh dari pemukiman, daerah itu sudah tidak berpenghuni karena 2 tahun lalu pernah di landa banjir. Hanya ada beberapa pengemis dan tunawisma yang menjadi penghuninya. Sesampainya Zora di halaman apartemen, dia memarkirkan mobilnya di depan gedung apartemen 3 lantai yang sudah usang kerena tidak memiliki basement, apartemennya terletak di lantai atas bangunan tua itu. Karena apartemen itu juga tidak memiliki lift, Z

  • Antara Cinta dan Misi Sang Assassin   Part 4 : Identitas Baru

    Setelah Zora memeriksa dan melihat semua isi dari paper bag, ada 2 kotak makanan favorit Zora yaitu kue macaron yang berasal dari Prancis dan 1 gelas dark choco drink. Lalu Zora dengan cepat menyantap kue favoritnya, hingga satu kotak yang berisi 6 kue bulat dengan varian rasa yang berbeda itu habis. Sedangkan 1 kotak yang tersisa ia simpan di kulkas karena tidak mampu menghabiskannya sekaligus. Waktu mengisi perut sudah habis, kini dia beralih kepekerjaanya. Dia memeriksa gelas minumannya, di bagian bawah gelas itu ada flashdisk yang sengaja ditempelkan. Flashdisk berukuran kecil yang berisi terkait misi yang akan diberikan padanya. Tanpa pikir panjang Zora langsung menyalakan leptop miliknya dan memeriksa isi dari flashdisk itu, disana ada beberapa foto dan informasi pribadi dari target kali ini. Ada juga foto orang-orang yang menjadi keluarga dan orang terdekat target. 'Jadi ini misi pembunuhan?' batik Zora. "Ini cukup merepotkan karena membutuhkan waktu." gumam Zora. Di dalam

  • Antara Cinta dan Misi Sang Assassin   Part 5 : Keluarga Bintara

    "Huufftt akhirnya selesai." lirih Satya sembari meregengkan tubuhnya yang lelah karena dari pagi dia sudah duduk memeriksa dokumen yang berkaitan dengan pekerjaannya. Tok tok tok. Terdengar ketukan pintu, Satya sedang bersandar dikursinya sambil memejamkan mata tidak bereaksi. Beberapa saat kemudia Andika masuk dan dia melihat Satya sedang tidur dikursinya. 'Tuan muda pasti sangat kelelahan' batin Andika. "Tuan muda, mohon untuk bersiap-siap. Sudah waktunya kita berangkat." ucap Andika membangunkan Satya dengan sedikit menggoyangkan tubuhnya. "Tuan, saya sudah menyediakan setelan jas yang akan tuan muda kenakan. Ayo cepat bangun." ucap Andika dengan nada suara yang sedikit meninggi. Andika tidak bisa membiarkan Satya beristirahat, karena malam ini ada jadwal penting yaitu makan malam dengan ayah Satya dan seluruh keluarga akan menghadiri acara malam itu. "Aku sangat malas bertemu dengan kedua kakakku." keluh Satya. "Walaupu begitu anda harus tetap hadir tuan, kalau tidak tuan

  • Antara Cinta dan Misi Sang Assassin   Part 6 : Makan Malam

    Satu persatu anggota keluarga memasuki kediaman, tuan dan nyonya rumah belum menunjukan diri. Kedua orang tersebut masih sibuk dengan urusan masing-masing, tuan besar sibuk dengan pekerjaan dan nyonya besar sibuk dengan kegiatan sosialita. "Halo tuan, para tuan muda sudah datang. Mereka sedang menunggu kehadiran tuan besar." ucap Jeev setelah menghubungi majikannya untuk mengabari bahwa ketiga putranya sudah hadir. "Baiklah, sebentar lagi aku sampai." setelah mengatakan hal itu William yang ada dibalik telepon itu langsung mengakhiri telepon. "Baik tuan." balas Jeev. Seusai menelpon Jeev berjalan keruang tamu untuk menjamu para tuan muda yang sudah berkumpul. William Arga Bintara adalah ayah dari Satya sekaligus orang yang memimpin perusahaan Bintara Grup, sebetar lagi dia akan memasuki masa pensiun dan sedang mempersiapkan untuk menyerahkan posisinya pada salah satu putranya yang di anggap mampu olehnya. William orang yang sangat dingin, tidak pandai menunjukan perasaannya bahka

  • Antara Cinta dan Misi Sang Assassin   Part 7 : Interview kerja

    Pagi hari yang cerah menyambut matahari dan seolah mengusir gelapnya malam, Zora bersiap-siap untuk berangkat ke perusahaan untuk interview. Dia memakai baju formal yang sesuai dengan kriteria seorang karyawan kantoran. Zora menghadap cermin memperhatikan pantulan dirinya dari atas sampai bawah, dia berpikir masih ada yang kurang dari penampilannya lalu meraih laci di sampingnya dan mangambil sebuah kacamata dan memakainya. "Sempurna" gumam Zora. Setelah selesai dengan urusan penampilan, Zora berangkat keperusahaan dengan mengendarai mobil pribadinya. Butuh waktu satu setengah jam untuk sampai ke perusahaan jadi Zora berangkat lebih awal karena jam intervewnya pukul sembilan. Sesampainya didepan gedung Zora memperhatikan area sekitarnya dengan saksama lalu melangkahkan kakinya dengan tenang memasuki gedung itu dan berjalan menuju resepsionis. Zora dia antar keruangan tunggu karyawan. Ada banyak orang yang melamar di perusahaan di berbagai macam posisi, tetapi berbeda dengan posis

  • Antara Cinta dan Misi Sang Assassin   Part 8 : Diremehkan

    Klikkk... Ada 3 orang memasuki ruang tunggu, diantara nya ada Satya yang akan mewawancarai para pelamar, Zora memperhatikan orang-orang yang memasuki ruangan. Mata Zora langsung tertuju kepada satu orang yaitu Satya, dia terlihat mencolok dan sangat mudah menarik perhatian dengan penampilannya. Wibawanya sebagai seorang direktur dapat terlihat dari bagaimana cara ia berjalan, dengan dagu terangkat dan terlihat sangat arogan. Zora mengamatinya dari atas sampai bawah dan berfikir misinya kali ini tidak akan mudah untuk dilakukan, walaupun selama ini tidak ada misi yang dapat dianggap mudah. Ketiganya menduduki kursi masing-masing, didepan mereka sudah tersedia data-data terkait para pelamar, mata Zora tetap hanya fokus pada Satya seorang. Satya yang merasa ada yang memperhatikannya langsung mengangkatnya. Mata keduanya bertemu, dengan cepat Zora memberikan senyuman ramah. "Kamu maju kedepan.!" pinta Satya menunjuk ke arah Zora. "Saya?" tanya Zora menunjuk dirinya sendiri. Tanpa

  • Antara Cinta dan Misi Sang Assassin   Part 9 : Mimpi Buruk

    Satya kembali sibuk dengan urusan kantor, dan ada Andika yang membantunya dengan setia keluar masuk ruangan setiap kali Satya memanggil. Lagi-lagi pikiranya terbayang-bayang tentang Zora yang ia lihat tadi pagi. Alasan Satya memanggil Zora untuk interview karena dia sedikit penasaran tentang dirinya. Untuk pertama kalinya dia tahu ada seorang wanita yang mau bekerja dan melamar sebagai pengawal.Setelah melihat CV yang dikirim Zora, terlintas dipikiran Satya bahwa wanita ini sangat unik dan memiliki bakat. Menurut pengalaman dan pemahaman Satya tentang wanita tidak pernah terbayangkan akan ada wanita yang bekerja sebagai tukang pukul. Wanita hanya peduli tentang penampilan dan fokus untuk mempercantik diri. Bagaimana seorang wanita bisa mendapatkan begitu banyak sertivikat beladiri, berbagai macam dugaan yang Satya pikirkan tentang Zora salah satunya adalah kemungkinan CV itu dipalsukan.Akhirnya Satya memutuskan untuk memanggilnya untuk interview kerja dan memastikan apakah dugaa

Bab terbaru

  • Antara Cinta dan Misi Sang Assassin   Part 23 : Penyerangan

    Kaca mobil hampir pecah akibat pukulan, memperlihatkan retakan-retakan halus yang siap meledak menjadi serpihan-serpihan tajam. Zora memutar sorot matanya dengan tajam, masih belum menemukan sesuatu yang bisa dijadikan senjata untuk melawan.Rasa penyesalan menghampiri hati Zora, penyesalan terbesar yang menggerogoti dirinya. Ia ceroboh, menjadi terlena dalam kehidupan yang tampak normal dan cerah hanya dalam waktu 1 bulan. Seharusnya ia tidak pernah melupakan bayangan kehidupan gelapnya yang penuh darah.Nafas berat masih bergema di sebelahnya, mengisyaratkan bahwa Satya belum sepenuhnya kehilangan kesadarannya. Namun, kedipan matanya semakin lambat dan terasa berat, rasa sakit di dahinya seakan menusuk dan menjalar diseluruh bagian kepalanya.Darah yang keluar dari luka di dahinya terus mengalir tak terbendung, menyusul saat Zora merobek lengan kemeja putih polos yang ia pakai untuk menutupi luka tersebut. Setelah memberikan pertolongan pertama, ia kembali fokus mencari objek yang b

  • Antara Cinta dan Misi Sang Assassin   Part 22 : Penyerangan

    Saat keduanya sibuk dengan pikiran masing-masing, terlihat dari kejauhan seorang yang berlari dengan tergesa-gesa menghampiri Satya.Dengan nafas tersengal-sengal dia memperlambat langkahnya saat mendekati Satya. Wajahnya memerah dipenuhi keringat karena kehabisa nafas, ditambah rasa lelah yang membuat nafasnya tidak beraturan."I-ini pak, s-saya berlari kesini secepat mungkin." ucap Dani sekertaris Satya dengan suara yang terbata-bata, terdengar seperti orang yang kesulitan bernapas. Dia menarik nafas dalam-dalam untuk mengurangi rasa lelahnya yang berlebihan. "Kerja bagus." puji Satya merasa puas dengan usaha sekertarisnya itu. Dia memang mengancam akan memotong gajinya, jika ia tidak tepat waktu mengantarkan kunci mobil dan ponsel genggam milik Satya."K-kalah begitu apa saya boleh kembali kekantor? Pekerjaan saya sudah menumpuk." mohon Dani dengan wajah memelasnya. "Baiklah, jangan hubungi aku jika tidak ada urusan yang penting." pesan Satya, melambaikan tangannya untuk menyuruh

  • Antara Cinta dan Misi Sang Assassin   Part 21 : Darah Satya Mendidih

    Seakan tidak terjadi apa-apa, Zora memasuki lift. Masih memegang tangan Johan, dia menekan tombol lantai 1. Mengabaikan Satya yang menatapnya dengan tajam, membuat jantung Zora berdetak tidak karuan. Entah mengapa dia merasa seperti telah tertangkap basah telah mencuri sesuatu. "Lepaskan tanganku." bisik Johan, Ia merasa tak enak karena di belakangnya ada Satya yang tidak mungkin wajahnya tak dikenali oleh Johan.Zora tak bergeming, dia tak menggubris bisikan pelan dari Johan yang berusaha membebaskan diri dari cengkraman tangannya yang semakin kuat."Padahal tanganmu sekecil ini, kenapa cengkramannya sangat kuat." kesal Johan. Dia menggeliat melepaskan tangannya dengan kasar.Zora yang tangannya di hempas begitu saja tersentak kaget, pikirannya yang fokus pada Satya tiba-tiba memudar.Dia melihat Johan yang menatapnya dengan bingung, lalu dia tersadar bahwa di lift itu juga ada Satya dan Andika yang masih melihatnya. Berbeda dengan dengan Satya yang matanya menyiratkan amarah, Andi

  • Antara Cinta dan Misi Sang Assassin   Part 2 : di abaikan

    Bagaikan aliran air yang mengalir tanpa henti, waktu berlalu begitu cepat.Sudah satu bulan berlalu begitu saja, Zora bekerja dan beradaptasi dengan baik di kantor Satya. Walaupun ada beberapa orang tidak suka dan senang menjahilinya, namun dia memilih tetap diam mengabaikan dan tak membalas apa yang telah mereka lakukan terhadapnya. Begitu juga Satya selama satu bulan tidak datang mencari ataupun menanyakan kabarnya. Seolah tidak pernah saling mengenal, Satya hilang tak mencarinya seperti awal saat mereka bertemu, bahkan saat mereka berpapasan dikantor Satya langsung membuang muka dengan sombongnya. 'Sebenarnya aku mengharapkan dia lebih menyukaiku sedikit lebih lama.' batin Zora. Zora berpikir ketertarikan Satya padanya hanya bersifat sementara. Yah itu memang tidak mungkin bertahan lama, mereka bertemu belum lama ini dan Satya sekarang mungkin sudah merasa bosan pikir Zora. Selama satu bulan penuh Zora tidak pernah memikirkan rencana untuk misinya, dia hanya fokus mendengarkan

  • Antara Cinta dan Misi Sang Assassin   Part 19 : Saling Mengejek

    'Apa aku harus ikut mengantri juga?' batin Satya sambil melirik jam tangannya, mengangkat kepalanya menatap antrian panjang yang membentang di depannya. Dengan alis berkerut, Satya memejamkan matanya dan memantapkan pikirannya yang enggan mengantri. Mau tidak mau dia harus ikut mengantri, tidak mungkin untuk menerobos antrian hanya karena dia seorang direktur. Itu akan menimbulkan masalah nantinya. Setelah mengantri selama waktu 20 menit akhirnya tiba giliran Satya dan Zora di belakangnya, Satya memperhatikan makanan yang berderetan di depannya, ditangannya sudah ada nampan berwarna perak dan bagian isi yang berbeda bentuk dengan kesan yang sederhana. 'Pantas tercium aroma yang enak, ternyata makanannya cukup enak.' batin Satya. Makanan yang berjejeran di depannya terlihat menggiurkan, Satya manatapnya satu persatu. Sayur-sayur masih terlihat segar, mulai dari ikan yang dibaluri bumbu yang melimpah sehingga aromanya tercium dari jarak jauh. ‘Ohh, yang ini terlihat enak.’ batin Sa

  • Antara Cinta dan Misi Sang Assassin   Part 18 : Makan siang bersama

    Ashan berjalan cepat menghampiri Zora, dengan niat ingin memarahinya. Zora tidak melakukan kesalahan apapun, tapi dimata Ashan yang dari awal sudah membencinya pasti setiap tindakan kecil apapun akan dijadikan sebuah kesalahan. Ashan mengepalkan tangannya dengan keras, wajahnya merah padam menahan kesal. Zora dari awal sama sekali tidak menunjukan rasa hormat sedikitpun padanya sebagai atasan. Ashan berpikir bagaimanapun dia sebagai karyawan baru harus menyadari posisinya di perusahaan ini. "GEAA" bentak Ashan. Seketika rauangan yang berisik langsung hening, begitu suara itu mencapai ujung di setiap telinga karyawan yang ada. Suara itu seharusnya mampu membuat telinga orang yang mendengarnya merasa sakit, mungkin karyawan yang berada disana sudah terbiasa hingga tidak ada reaksi yang serius. Mereka hanya diam menyaksikan apa yang akan pemimpin mereka lakukan terhadap gadis itu. Termasuk Zora, dia tidak menanggapi suara lantang yang menyebut nama samarannya itu dengan kasar. Berunt

  • Antara Cinta dan Misi Sang Assassin   Part 17 : Ingin Tertawa

    Tujuan Satya datang kesini untuk memberikannya obat salep, kemarin malam dia membeli obat itu untuk Zora. Merasa lebamnya tidak akan sembuh hanya dalam waktu semalam, lebih baik memberikannya dari pada dibiarkan seperti itu. Tadi pagi dia lupa memberikan obat itu, karena terburu-buru. Dia datang kesini tanpa sadar dan melupakan pekerjaannya yang menumpuk, jika Andika mengetahuinya dia pasti akan mengomeli Satya sepanjang waktu. Satya menghela nafas panjang, memijat pelipisnya sendiri. Ingin rasanya dia menertawakan dirinya sendiri, tindakannya akhir-akhir sejak dia bertemu gadis itu sangat di luar dugaan. Untuk apa dia mendatangi gadis itu, mengantarkan obat hanyalah alasan yang ia gunakan. Sesungguhnya dia hanya ingin bertemu dengan Zora. Satya yang sibuk dan asik dengan pikirannya sendiri mengabaikan keadaan sekitarnya, tanpa ia sadari Zora yang berada di sampingnya perlahan membuka mata. Zora terbangun dari tidurnya dengan perasaan yang berat. Tubuhnya terasa lelah dan kaku,

  • Antara Cinta dan Misi Sang Assassin   Part 16 : Cantik

    Zora akhirnya tiba dikantor. Orang-orang berlalu lalang kesana kemari dengan kesibukan mereka masing-masing. Semua orang yang dilewati Zora terlihat bersemangat dan begitu penuh dengan energi, Wajah mereka terlihat cerah walaupun di sambut dengan segudang pekerjaan. Sangat berbanding terbalik dengan Zora, kantong matanya yang sedikit menggelap akibat begadang sepanjang malam. Pagi ini dia benar-benar kerepotan, Zora pulang naik taksi tapi tidak memiliki uang cash untuk membayar biaya taksinya. Entah itu adalah hari sialnya atau tidak, ponsel genggamnya pun ikut mati seakan menjebaknya di tengah situasi itu. Beruntungnya sang supir taksi merupakan orang yang pengertian, dia dengan sabar mengantar Zora ke ATM terdekat. Akhirnya masalah itu terselesaikan dengan damai karena bantuan dari sang supir. Zora bergegas lari menaiki tangga gedung apartemen usang dan berkarat itu, langkah demi langkah dia lewati hingga sampai di depan pintu apartemennya. Zora terlihat buru-buru seakan dia di

  • Antara Cinta dan Misi Sang Assassin   Part 15 : Telanjang Dada

    Subuh tiba dengan keheningan yang mendalam, seolah dunia sedang beristirahat sejenak sebelum memulai keramaian hari baru. Langit masih gelap, dengan bintang-bintang yang berkelipan di kejauhan, namun ada semburat cahaya lembut di ufuk timur yang menandakan fajar akan segera tiba. Zora tak kunjung bisa menutup matanya hingga pagi menyingsing, tempat itu terasa asing baginya. Sangat sulit untuk tidur, dia memikirkan apa yang dia alami sejak pagi. Kemarin malam Zora sudah mengelilingi semua ruangan dan seisi apartemen ini, ternyata benar ada CCTV di beberapa titik yang mampu merekan semua bagian apartemen kecuali kamar yang ditempati Satya. Ada 2 kamar kosong yang terlihat rapi dan bersih walaupun itu tidak ditinggali, entah kenapa Satya tidak menyuruh Zora untuk menggunakan kamar itu. Setelah melihat semuanya Zora kembali kekamar, dan melewati ruang tamu. Dia meliha Satya yang terbaring dengan tenang di sofa menggunakan piyama, dan bertelanjang dada. Dia menutupi wajahnya dengan seb

DMCA.com Protection Status