Muncul kendaraan kecil yang menyambut kami setelah turun dari SKYLAR. Ternyata melalui kendaraan inilah kami diantar ke satu rumah. Eh, tapi bangunan mirip rumah biasa ada banyak disini. Hanya dibatasi taman kecil sebelum menuju ke bangunan rumah lainnya.
"Selamat datang, semuanya! Inilah kediamanku untuk sementara waktu."
"Sementara waktu?"
"Ya, sampai aku selesai menjabat menjadi gubernur disini. Wilayah pemerintahanku tidak hanya kota LampOne-G saja, tapi kota kecil lainnya disekitarnya."
Alamsyah mengajak masuk bersama kendaraan kecil yang kami tumpangi. Dia sendiri juga menaiki kendaraan yang sama.
"Bukannya ingin membuat kalian manja, tapi disini sangat luas. Bisa capek jika harus berjalan biasa. Nah, kendaraan itu akan mengantarkan kalian ke kamar."
Setiap orang mendapatkan kamarnya masing-masing. Aku takjub melihat kamarnya. Rasanya seperti kembali lagi ke rumahku yang ada di dalam Dome. Terdapat kamar mandi juga didalam dan ka
Alamsyah datang menaiki kendaraan kecilnya, sebelumnya dia sudah berpesan agar kami berkumpul di ruang tengah tempat kami tinggal sementara ini. Farhein sudah pulang ke Hutan Bukit Alam Tuo. Sengaja pertemuan ini dilakukan malam hari agar tidak ada yang mencuri dengar."Kalian harus segera pergi, bukan bermaksud mengusir tapi kita tak pernah tahu. Apakah Profesor Madrosa masih baik-baik saja atau tidak. Komunikasi kami sempat terputus selama satu bulan.""Jadi, kami selanjutnya harus mengarah kemana?""Ke Pulau Van Java. Tapi tolong lewat jalur laut saja."Jalur laut sejauh ini tidak terlalu mendeteksi adanya pendatang dari negara lain. Alamsyah berpikir jalur ini lebih aman untuk kami. Sebab bila menerbangkan SKYLAR, maka dikhawatirkan menara pengawas di Kota Meichartaka akan mendeteksi kami sebagai penyusup."Tidak ada ampun bagi penyusup. Kenapa jalur laut tidak seketat itu? Karena laut disini sangat berbahaya. Beberapa kali muncul p
"Apa yang terjadi tadi? Perutku mual sekali! Hngg...!"Serenada berlari kembali ke kamar mandi. Ini sudah ketiga kalinya dia muntah. Asnee hanya memegang kepalanya dan tubuhnya sudah berubah menjadi setengah Rusa.Sementara aku dan Dova hanya diam dan terduduk cukup lama dibawah panel. Kurasa inilah pengalaman pertama dan kalau perlu terakhir kalinya nyaris mati ditelan pusaran air. W115 juga mendatangiku dan bertanya soal itu."Biarkan aku dan Dova menenangkan diri dulu, W115.""Baik, Tuan. Maafkan saya."Aku dan Dova hanya saling memandang. Napas kami masih terengah-engah. Akhirnya aku duluan yang mencoba bangkit dan duduk di tempatku seperti biasanya. Dova masih terduduk dibawah sambil berteriak pada W115 agar diambilkan segelas air.Kondisi mulai kondusif, aku harap tidak ada lagi kejadian seperti tadi. Perjalanan berlangsung tenang dan sepertinya ini sudah mulai masuk malam hari. Lampu depan dan samping SKYLAR aku hidu
"Cepat sekali makhluk itu berenang!""Hei, apa yang kalian lakukan?""Sst... diam dulu Serenada! Kami sedang mengejar makhluk aneh itu."Badannya yang kira-kira sebesar manusia itu tak membuatnya lambat dalam berenang. Gerakan sirip belakangnya nampak cepat sekali. Makhluk itu akhirnya menengok ke belakang. Sepertinya dia tahu kalau kami mengikutinya."Astaga! Wajahnya menjijikkan sekali!""S-seperti manusia tapi dipenuhi apa itu...? Hm...ya, menurut informasi di kacamataku badannya dipenuhi sisik. Termasuk di beberapa bagian wajahnya.""Fokus kita kejar saja, Dova! Eeeh... apa ini?""Gerombolan ikan? Uwaaaa...!""Duk! duk! duk!"Akhirnya hilang juga sebanyak apa ikan yang sempat menabrak kaca depan SKYLAR. Untung saja kacanya tidak pecah. Tapi kami jadi kehilangan jejak makhluk tadi. Kemana perginya ya?"PERINGATAN! OKSIGEN SUDAH MENIPIS!""Kita naik ke permukaan dulu untuk mengambil oksigen. Naikkan tuasn
Aku mendekati Serenada dan Asnee, mereka berdua nampak bahagia membuat bangunan dari pasir. Meski menurutku bentuknya aneh. Dova sebenarnya mengajakku ke tempat lain. Tapi aku tak mau dan memilih disini saja. Tiba-tiba air laut datang dan menghancurkan apa yang sudah dibuat oleh mereka berdua."Kita terlalu dekat dengan laut, jadi ombak mudah sekali menghancurkan buatan kita.""Nah, aku baru tahu. Jadi air laut yang mendekati daratan disebut ombak ya."Asnee hanya mengangguk. Dia sibuk membuat yang baru lagi. Dova berdiri diantara kami semua dan menantang untuk saling membuat sesuatu dari pasir di pantai ini."Apa saja! Tidak harus bangunan.""Baiklah, siapa takut?""Kita bagi jadi dua tim saja! Aku dan Asnee sedangkan kau dan Artemis.""Hehe... karya kami akan lebih bagus. Ayo, Artemis!"Sinar matahari semakin panas, tapi tidak kami hiraukan. Dova sudah lupa dengan masalah yang tadi. Dia fokus dengan tantangan yang dibua
"Tapi, aku mau tahu tentang Profesor Madrosa!""Ayolah, Artemis. Apa butuh secepat itu? Kita bisa santai dulu disini. Lihatlah pemandangannya, indah bukan?"Aku bukan penikmat pemandangan saat matahari bersinar. Lebih suka melihat suasana malam hari saat bulan nampak di langit. Dova nampaknya menikmati hembusan angin di pantai ini."Haah... aku bosan!"Ku biarkan saja Dova berdiri didekat pohon kelapa. Aku memilih kembali ke tempat Alara tadi. Tapi, kemana dia ya?Aku tidak melihatnya lagi. Sekitar pondok itu ku cari tapi tak ada tanda-tanda remaja perempuan itu ada disini. Dova akhirnya menghampirku juga."Apa yang kau cari Artemis?""Alara. Bukannya tadi dia disini bukan?""Mungkin dia ada sesuatu yang harus diselesaikan dan pergi begitu saja.""Yaah... mungkin. Nah, disana ada orang. Hei, dia mirip sekali denganmu Dova!""Ah, baru kali ini aku tahu ada orang yang mirip dengan... hei tunggu aku Artemis!"
Aku terkejut mendengar nama itu disebut. Ternyata bukan hanya aku, tapi semuanya. Alara juga terkejut melihat kami sudah ada di rumah Ericko. Ia langsung saja masuk dan membawa tas penuh isi barang."Kebetulan sekali, sebenarnya aku tadi mencari kalian di pantai. Pantas saja sudah tidak ada, ternyata kalian disini.""Hm... apa yang kau bawa?""Banyak, Dova. Nah, liahtlah! Ada banyak sampah elektronik yang dibuat disana. Pilih saja sendiri."Mata Dova membelalak seperti melihat harta karun saat isi tas Alara dituang ke lantai. Ericko agaknya mengernyitkan dahi. Masih tidak habis pikir baginya ada sampah yang masih berharga."Memangnya untuk apa?""Jangan salah, aku biasa memanfaatkan seperti ini untuk membuat barang baru bahkan senjata."Sedikitnya aku menjelaskan apa pekerjaan Dova selama ini. Ericko mulai paham dan mengangguk-anggukkan kepalanya. Dia bilang Dova seperti ayah angkatnya yang suka sekali mengumpulkan sisa be
Sambil menunggu Dova memilah barang yang dibawa oleh Alara, aku dan Serenada melihat apa saja yang ada di laboratorium pribadi milik Ericko ini. Serenada tertarik dengan Ikan di tabung kaca besar."Ikan ini tidak seperti yang ada di lautan.""Ehehe... tentu saja. Aku mengutak-atik DNA tubuhnya agar menghasilkan warna dan corak baru."Ericko juga bercerita kalau dia adalah bagian dari ilmuwan muda untuk pemerintah. Tugasnya adalah meneliti dan memantau sejauh apa perkembangan hewan Chimaera khususnya di wilayah Nuuswantaara. Jika ada yang sekiranya berbahaya, maka dia dan anggota timnya akan memburu hewan itu untuk dibunuh."Chimaera akan sangat berbahaya jika tidak dikendalikan. Dwatta Island memang sudah terkenal akan ragamnya hewan Chimaera. Saat ini masih terkontrol dengan baik.""Berarti banyak juga ilmuwan disini yang mempelajari dan mengembangkan Chimaera ini ya.""Tidak juga! Rata-rata mereka dari luar area ini. Mereka kes
Ericko sudah mempersiapkan segala barang yang akan dibawanya. Ia masih berharap Alara baik-baik saja. Raut wajahnya nampak khawatir. Aku berusaha meyakinkannya, bahwa kita sudah bertindak cepat. Meski hari sudah gelap."Terima kasih, Artemis. Tapi aku sangat khawatir padanya.""Aku tahu itu, kita langsung berangkat saja. Ericko, kau didepan bersama Orama. Biar kami mengikuti di belakang.""Baiklah, tapi hanya siapa tadi namanya yang tidak membawa alat seperti kalian?""Namaku Asnee! Tenang saja, tanpa alat apapun aku sudah biasa berlari cepat."Asnee hanya mengedipkan sebelah matanya. Saat Ericko menaiki punggung Orama, dia sudah mengubah tubuhnya menjadi setengah Rusa.***Setidaknya lampu senter dari Hexacycro cukup membantu untuk melihat jalan di depan. Kami melewati jalur dimana tas milik Alara tadi siang ditemukan. Saat melewatinya, posisi tas dan barangnya masih ada disana."Apakah masih jauh dari sini?"