Sambil menunggu Dova memilah barang yang dibawa oleh Alara, aku dan Serenada melihat apa saja yang ada di laboratorium pribadi milik Ericko ini. Serenada tertarik dengan Ikan di tabung kaca besar.
"Ikan ini tidak seperti yang ada di lautan."
"Ehehe... tentu saja. Aku mengutak-atik DNA tubuhnya agar menghasilkan warna dan corak baru."
Ericko juga bercerita kalau dia adalah bagian dari ilmuwan muda untuk pemerintah. Tugasnya adalah meneliti dan memantau sejauh apa perkembangan hewan Chimaera khususnya di wilayah Nuuswantaara. Jika ada yang sekiranya berbahaya, maka dia dan anggota timnya akan memburu hewan itu untuk dibunuh.
"Chimaera akan sangat berbahaya jika tidak dikendalikan. Dwatta Island memang sudah terkenal akan ragamnya hewan Chimaera. Saat ini masih terkontrol dengan baik."
"Berarti banyak juga ilmuwan disini yang mempelajari dan mengembangkan Chimaera ini ya."
"Tidak juga! Rata-rata mereka dari luar area ini. Mereka kes
Ericko sudah mempersiapkan segala barang yang akan dibawanya. Ia masih berharap Alara baik-baik saja. Raut wajahnya nampak khawatir. Aku berusaha meyakinkannya, bahwa kita sudah bertindak cepat. Meski hari sudah gelap."Terima kasih, Artemis. Tapi aku sangat khawatir padanya.""Aku tahu itu, kita langsung berangkat saja. Ericko, kau didepan bersama Orama. Biar kami mengikuti di belakang.""Baiklah, tapi hanya siapa tadi namanya yang tidak membawa alat seperti kalian?""Namaku Asnee! Tenang saja, tanpa alat apapun aku sudah biasa berlari cepat."Asnee hanya mengedipkan sebelah matanya. Saat Ericko menaiki punggung Orama, dia sudah mengubah tubuhnya menjadi setengah Rusa.***Setidaknya lampu senter dari Hexacycro cukup membantu untuk melihat jalan di depan. Kami melewati jalur dimana tas milik Alara tadi siang ditemukan. Saat melewatinya, posisi tas dan barangnya masih ada disana."Apakah masih jauh dari sini?"
Perlahan cahaya ledakan itu meredup. Aku, Serenada, Asnee dan Ericko sudah pasrah. Dova belum juga menampakkan wujudnya dihadapan kami. "Apa perlu kita kembali kesana?" "Ayo kita coba kesana lagi, Serenada!" "Jangan!" Anehnya, Ericko mencegahku. Dia juga baru tersadar kalau Asnee tidak dalam wujud manusia biasa. Melainkan wujud setengah rusanya. Itu juga tidak bisa berlari ke arah Dova tertinggal. Ekornya digigit oleh Orama. "Lepaskan, Orama! Itu sakit!" "Nguiiik...." "Tunggu! Ada yang mendekat pada kita!" Cahaya lampu yang perlahan nampak jelas di mataku. Aku nyaris tak percaya! Serenada sudah berteriak kegirangan sambil sedikit melompat diatas Hexacycro miliknya. Dova masih hidup dan susah payah dia menggendong Alara dengan menaiki Hexacycro miliknya. Nampak bagian kiri jas laboratoriumnya terkoyak parah dan ada bekas terbakar. Mata kirinya menutup dengan darah yang terus mengalir. Dia
Sampai besoknya, Dova masih belum sadarkan diri. Aku dan Serenada diijinkan tinggal sementara waktu di rumah Dexta. Entah bagaimana kabar Alara disana? Mereka juga belum menemui kami disini. Dexta mengajakku berbicara empat mata di dalam laboratoriumnya. Sambil melihat kondisi Dova. Mata siberkinetiknya sudah lebih rapi. Tidak nampak kabel berserabut keluar. Memang kalau dilihat saja itu nampak berat. Setidaknya ini lebih nyaman untuk dilihat. "Kalau tidak keburu pergi, ada banyak yang mau aku lakukan untuk penyempurnaan mata siberkinetiknya." "Silahkan saja, Dexta. Tapi aku masih khawatir dengan kondisi psikologisnya. Dia masih belum bisa menerima ini semua." Dexta menepuk pundakku dengan mantap. Dia berkata bahwa hanya seorang sahabat yang mampu membuatnya menerima ini semua. Kondisinya sebenarnya sama saja andai dibiarkan satu matanya buta. Dova tetap tak menerima kenyataan yang terjadi pada dirinya. "Oh ya, soal profesor Madros
Kita menuju ke rumah Ericko, tentunya bersama Serenada dan Dova. Alara masih tak sadarkan diri dengan wujud Siren. Ericko bingung luar biasa, sebab dia tak tahu lagi harus berbuat apa. Tangan kanannya masih menggenggam batu aneh berwarna hijau tosca."Aku sudah berusaha meneliti batu ini, tapi aneh! Ada zat yang tidak dikenali jika batu ini coba untuk di ekstrasi. Zat itulah yang ternyata bisa menyatu pada DNA Alara dan membuatnya berubah menjadi seperti ini."Keningnya makin berkerut sambil memutar batu itu. Lalu ia memandang Alara kembali. Serenada memberi usul agar Alara dimasukkan ke dalam aquarium milik Ericko yang berbentuk tabung besar itu."Tapi, itu sempit untuk Alara.""Kurasa dia butuh air.""Sedari tadi sudah kuberi air, Serenada. Lihatlah! Sampai air di wadah ini sudah habis lagi. Aku siramkan perlahan di bagian sirip ikannya. Tapi langsung mengering begitu saja.""Kau punya bak untuk berendam di kamar mandi?""Saya
"Aku kembalikan jas laboratoriummu ini, Dova."Dova mengambilnya dari tangan Ericko dan dia hanya menggeleng pelan melihatnya. Kondisinya sudah rusak parah, terkoyak bukan hanya di bagian kiri tapi juga punggung dan bekas terbakar di bagian bawah."Buang saja, Ericko!""Kau yakin? Aku pikir mau disimpan.""Tapi, kau punya jas laboratorium banyak bukan? Boleh kuminta satu? Kurasa ukurannya sama semua. Satu lagi, kau punya hoodie?""Hoodie? Hm... kebetulan ada tapi aku tidak yakin ukurannya pas buatmu. Tapi kalau jas laboratorium ambil saja terserah kau. Aku selalu dapat yang baru tiap tahun. Nah, tunggu sebentar! Aku ambilkan dulu di lemari bajuku."Serenada menyodok pinggang Dova. Tapi dia hanya menoleh sebentar ke belakang. Tak lama, Ericko kembali membawa apa yang diminta Dova."Enak saja minta gratisan terus.""Cerewet kau, Serenada!""Aah...tidak apa, Serenada. Lagipula aku juga jarang memakainya. Coba saja dul
Seharusnya ini menjadi perjalanan yang menenangkan. Tapi Serenada sudah ribut soal bau tak sedap."Bau sepatumu ya, Artemis?""Enak saja! Setiap kali turun, aku bahkan selalu mencucinya biar wangi. Nih, kalau kau tidak percaya!""Iih! Kenapa kakimu dinaikan ke papan panel?""Bau kentut Serenada kali!""Sembarangan! Sejak kapan bisa baunya seperti ini?"Sempat berpikir apa filter udara di SKYLAR sudah bocor? Dova akhirnya turun tangan dan mengecek bagian filtrasi udara pada kendaraan ini. Semuanya masih aman!"W115, bisa tolong cek apakah aku pernah menyimpan makanan basah di bagian penyimpanan makanan?""Kondisinya bersih, Tuan Artemis."Lalu apa penyebab bau tak sedap ini? Serenada hanya bisa ribut tanpa memberikan solusi. Dova sibuk mengecek di komputer utama SKYLAR dan menemukan sesuatu."Kita melewati satu tempat dengan kondisi alam yang kurang baik. Aku baru saja mengaktifkan internet untuk
Suara AI pada SKYLAR memperingatkan kami untuk kota terdekat. Aku jadi bingung memilihnya karena semuanya menunjukkan itu kota besar. Tapi akhirnya aku memilih untuk ke arah utara saja dan disana ada sebuah kota bernama X-Merank City."Semoga saja pilihanku tidak salah kali ini.""Kurasa juga tidak, Artemis. Aku bisa melihatnya dari sini. Wah, ini hampir setara modernnya dengan B-Neo City!""Kita parkir dimana?"Ukuran SKYLAR yang terlalu besar memang membuat kami kesulitan untuk parkir sejak dulu. Terlebih lagi ini area kota besar yang rasanya tak mungkin sembarangan meletakkan kendaraan disini. Serenada menunjukkan ada sekumpulan orang melambaikan tangannya ke atas. Mereka berdiri diatas lahan luas yang sudah diberi dasaran khusus, bukan tanah."Apa mereka memberi kode pada kita?""Bagaimana kalau mereka hanya menjebak kita agar berhenti disana?""Posisi di kota besar memang sulit untuk mencari parkir kendaraan sebesar S
"Ini semua salahmu, Dova!""Mana aku tahu kalau kakek ini rupanya masih jelas pendengarannya. Kupikir....""Sst...! Sudahlah diam dulu!""Tidak ada yang salah maupun benar disini, Dova.""Madeline, bisa kau jelaskan kenapa kakekmu ini bisa tahu nama kami? Bahkan kami belum berkenalan dengannya."Perempuan bernama Madeline itu agaknya bingung. Dia hanya tertawa kecil, tapi kakeknya menepuk pundaknya. Baru perempuan itu berkata bahwa sejak dulu kakeknya memang punya kemampuan spesial. Tanpa perlu orang berkata sesuatu padanya, dia sudah tahu lebih dulu."Kakekmu bisa membaca pikiran orang?""Ya, begitulah. Hehe....""Madeline sebenarnya juga bisa!""Ah, Kakek! Aku tidak se-ahli seperti Kakek."Mereka berdua aneh, satu keluarga tapi punya kemampuan yang tak biasa. Kulihat Dova sejak tadi memperhatikan Madeline terus. Dari atas ke bawah dan perempuan tadi nampaknya bingung."Jangan melihat cucuku seperti