Sampai besoknya, Dova masih belum sadarkan diri. Aku dan Serenada diijinkan tinggal sementara waktu di rumah Dexta. Entah bagaimana kabar Alara disana? Mereka juga belum menemui kami disini. Dexta mengajakku berbicara empat mata di dalam laboratoriumnya. Sambil melihat kondisi Dova.
Mata siberkinetiknya sudah lebih rapi. Tidak nampak kabel berserabut keluar. Memang kalau dilihat saja itu nampak berat. Setidaknya ini lebih nyaman untuk dilihat.
"Kalau tidak keburu pergi, ada banyak yang mau aku lakukan untuk penyempurnaan mata siberkinetiknya."
"Silahkan saja, Dexta. Tapi aku masih khawatir dengan kondisi psikologisnya. Dia masih belum bisa menerima ini semua."
Dexta menepuk pundakku dengan mantap. Dia berkata bahwa hanya seorang sahabat yang mampu membuatnya menerima ini semua. Kondisinya sebenarnya sama saja andai dibiarkan satu matanya buta. Dova tetap tak menerima kenyataan yang terjadi pada dirinya.
"Oh ya, soal profesor Madros
Kita menuju ke rumah Ericko, tentunya bersama Serenada dan Dova. Alara masih tak sadarkan diri dengan wujud Siren. Ericko bingung luar biasa, sebab dia tak tahu lagi harus berbuat apa. Tangan kanannya masih menggenggam batu aneh berwarna hijau tosca."Aku sudah berusaha meneliti batu ini, tapi aneh! Ada zat yang tidak dikenali jika batu ini coba untuk di ekstrasi. Zat itulah yang ternyata bisa menyatu pada DNA Alara dan membuatnya berubah menjadi seperti ini."Keningnya makin berkerut sambil memutar batu itu. Lalu ia memandang Alara kembali. Serenada memberi usul agar Alara dimasukkan ke dalam aquarium milik Ericko yang berbentuk tabung besar itu."Tapi, itu sempit untuk Alara.""Kurasa dia butuh air.""Sedari tadi sudah kuberi air, Serenada. Lihatlah! Sampai air di wadah ini sudah habis lagi. Aku siramkan perlahan di bagian sirip ikannya. Tapi langsung mengering begitu saja.""Kau punya bak untuk berendam di kamar mandi?""Saya
"Aku kembalikan jas laboratoriummu ini, Dova."Dova mengambilnya dari tangan Ericko dan dia hanya menggeleng pelan melihatnya. Kondisinya sudah rusak parah, terkoyak bukan hanya di bagian kiri tapi juga punggung dan bekas terbakar di bagian bawah."Buang saja, Ericko!""Kau yakin? Aku pikir mau disimpan.""Tapi, kau punya jas laboratorium banyak bukan? Boleh kuminta satu? Kurasa ukurannya sama semua. Satu lagi, kau punya hoodie?""Hoodie? Hm... kebetulan ada tapi aku tidak yakin ukurannya pas buatmu. Tapi kalau jas laboratorium ambil saja terserah kau. Aku selalu dapat yang baru tiap tahun. Nah, tunggu sebentar! Aku ambilkan dulu di lemari bajuku."Serenada menyodok pinggang Dova. Tapi dia hanya menoleh sebentar ke belakang. Tak lama, Ericko kembali membawa apa yang diminta Dova."Enak saja minta gratisan terus.""Cerewet kau, Serenada!""Aah...tidak apa, Serenada. Lagipula aku juga jarang memakainya. Coba saja dul
Seharusnya ini menjadi perjalanan yang menenangkan. Tapi Serenada sudah ribut soal bau tak sedap."Bau sepatumu ya, Artemis?""Enak saja! Setiap kali turun, aku bahkan selalu mencucinya biar wangi. Nih, kalau kau tidak percaya!""Iih! Kenapa kakimu dinaikan ke papan panel?""Bau kentut Serenada kali!""Sembarangan! Sejak kapan bisa baunya seperti ini?"Sempat berpikir apa filter udara di SKYLAR sudah bocor? Dova akhirnya turun tangan dan mengecek bagian filtrasi udara pada kendaraan ini. Semuanya masih aman!"W115, bisa tolong cek apakah aku pernah menyimpan makanan basah di bagian penyimpanan makanan?""Kondisinya bersih, Tuan Artemis."Lalu apa penyebab bau tak sedap ini? Serenada hanya bisa ribut tanpa memberikan solusi. Dova sibuk mengecek di komputer utama SKYLAR dan menemukan sesuatu."Kita melewati satu tempat dengan kondisi alam yang kurang baik. Aku baru saja mengaktifkan internet untuk
Suara AI pada SKYLAR memperingatkan kami untuk kota terdekat. Aku jadi bingung memilihnya karena semuanya menunjukkan itu kota besar. Tapi akhirnya aku memilih untuk ke arah utara saja dan disana ada sebuah kota bernama X-Merank City."Semoga saja pilihanku tidak salah kali ini.""Kurasa juga tidak, Artemis. Aku bisa melihatnya dari sini. Wah, ini hampir setara modernnya dengan B-Neo City!""Kita parkir dimana?"Ukuran SKYLAR yang terlalu besar memang membuat kami kesulitan untuk parkir sejak dulu. Terlebih lagi ini area kota besar yang rasanya tak mungkin sembarangan meletakkan kendaraan disini. Serenada menunjukkan ada sekumpulan orang melambaikan tangannya ke atas. Mereka berdiri diatas lahan luas yang sudah diberi dasaran khusus, bukan tanah."Apa mereka memberi kode pada kita?""Bagaimana kalau mereka hanya menjebak kita agar berhenti disana?""Posisi di kota besar memang sulit untuk mencari parkir kendaraan sebesar S
"Ini semua salahmu, Dova!""Mana aku tahu kalau kakek ini rupanya masih jelas pendengarannya. Kupikir....""Sst...! Sudahlah diam dulu!""Tidak ada yang salah maupun benar disini, Dova.""Madeline, bisa kau jelaskan kenapa kakekmu ini bisa tahu nama kami? Bahkan kami belum berkenalan dengannya."Perempuan bernama Madeline itu agaknya bingung. Dia hanya tertawa kecil, tapi kakeknya menepuk pundaknya. Baru perempuan itu berkata bahwa sejak dulu kakeknya memang punya kemampuan spesial. Tanpa perlu orang berkata sesuatu padanya, dia sudah tahu lebih dulu."Kakekmu bisa membaca pikiran orang?""Ya, begitulah. Hehe....""Madeline sebenarnya juga bisa!""Ah, Kakek! Aku tidak se-ahli seperti Kakek."Mereka berdua aneh, satu keluarga tapi punya kemampuan yang tak biasa. Kulihat Dova sejak tadi memperhatikan Madeline terus. Dari atas ke bawah dan perempuan tadi nampaknya bingung."Jangan melihat cucuku seperti
"Dova, kau naik lagi ke SKYLAR!""Tidak! Kita semua yang naik ke sana. Rasanya sulit kalau mencari seperti ini."Kami kembali lagi ke pondok, menaiki SKYLAR dan mengaktifkan sensornya. Aku belum tahu apakah sensornya mendukung untuk pencarian orang saja atau tidak. Dova serius mengetikkan kode tertentu pada komputer utama SKYLAR."Baiklah... lakukan!""Cklik!"Pada layar komputer utama SKYLAR hanya muncul tulisan "PENCARIAN DILAKUKAN". Sampai akhirnya muncul aneka bentuk titik-titik merah di seluruh area Gunung Unagara."Apa ini Dova? Nyaris semuanya ada tanda merahnya.""Sial!""Dokk!"Dova meninju papan panel kendali. Ternyata hasilnya justru membingungkan. Semua makhluk hidup yang bisa bergerak terdeteksi dengan tanda merah. Serenada mengamatinya satu per satu. Kedua alisnya terangkat dan dia sepertinya menemukan sesuatu."Tidak! Kita bisa bedakan! Kurasa yang bentuknya aneh itu Chimaera!"
"Uuh... rasanya... aku....""Eeh... Serenada!"Hah? Kenapa dia pingsan? Eh, bukan! Serenada tertidur dengan pulas. Kulihat bekas lukanya secara ajaib langsung menutup. Bahkan benang yang aku gunakan untuk menjahit lukanya seolah ikut tertelan bersama kulitnya. Nampak dia tak pernah terluka sama sekali."Hei, apa yang kau lakukan pada teman kami!""Hihihi... tenang saja. Dia akan...aaaduh Kakek!"Kakek Z mencubit cucunya itu, wajahnya nampak kesal. Madeline hanya mengusap bekas cubitannya saja."Kakek tahu apa yang kau berikan padanya. Cepat netralkan!""Tapi, Kek. Aku memberikan sesuatu yang tepat. Lihat lukanya sudah menutup lagi.""Masalahnya kau mencampurkan sesuatu didalamnya, Madeline. Jangan bohongi Kakek."Dova ikut marah sementara aku masih menahan tubuh Serenada. Nyaris saja dia menghajar Madeline tapi ada sesuatu yang aneh menyembul keluar dari baju lengan panjangnya. Itu... sepertinya daun. Siapa M
"Ya, kita langsung mengarah ke rumah Profesor Madrosa.""Baiklah....""KEMUDI OTOMATIS DIAKTIFKAN SESUAI PETA!""Jadi, kita bisa sedikit bersantai dulu.""Ya, aku mau ke ruang pribadiku dulu Artemis."Hanya ada aku dan Serenada disini. Dia masih asik menguyah salah satu coklat pemberian Madeline. Semoga saja coklat itu membuatnya lupa atas peristiwa tadi. Tapi rasanya... jantungku berdebar kencang melihat wajah Serenada kali ini."Kenapa? Kau mau coklat juga, Artemis?""Tidak, aku mau makan yang lain saja! W115...! Buatkan aku makanan!""Baik, Tuan Artemis."Perjalanan masih lama dan aku mau menikmatinya saja kali ini. Dova sibuk mengutak-atik sesuatu di ruang pribadinya. Biarkan saja! Jangan coba ganggu dia ya!***"MENUJU KE HUTAN ALASRO!"Rasanya aku tak asing dengan nama itu. Ah, mungkin dulu pernah mendengar nama yang sama! Pemandangan disini didominasi oleh hijauan. Hampir sama sepert