"Aku kembalikan jas laboratoriummu ini, Dova."
Dova mengambilnya dari tangan Ericko dan dia hanya menggeleng pelan melihatnya. Kondisinya sudah rusak parah, terkoyak bukan hanya di bagian kiri tapi juga punggung dan bekas terbakar di bagian bawah.
"Buang saja, Ericko!"
"Kau yakin? Aku pikir mau disimpan."
"Tapi, kau punya jas laboratorium banyak bukan? Boleh kuminta satu? Kurasa ukurannya sama semua. Satu lagi, kau punya hoodie?"
"Hoodie? Hm... kebetulan ada tapi aku tidak yakin ukurannya pas buatmu. Tapi kalau jas laboratorium ambil saja terserah kau. Aku selalu dapat yang baru tiap tahun. Nah, tunggu sebentar! Aku ambilkan dulu di lemari bajuku."
Serenada menyodok pinggang Dova. Tapi dia hanya menoleh sebentar ke belakang. Tak lama, Ericko kembali membawa apa yang diminta Dova.
"Enak saja minta gratisan terus."
"Cerewet kau, Serenada!"
"Aah...tidak apa, Serenada. Lagipula aku juga jarang memakainya. Coba saja dul
Seharusnya ini menjadi perjalanan yang menenangkan. Tapi Serenada sudah ribut soal bau tak sedap."Bau sepatumu ya, Artemis?""Enak saja! Setiap kali turun, aku bahkan selalu mencucinya biar wangi. Nih, kalau kau tidak percaya!""Iih! Kenapa kakimu dinaikan ke papan panel?""Bau kentut Serenada kali!""Sembarangan! Sejak kapan bisa baunya seperti ini?"Sempat berpikir apa filter udara di SKYLAR sudah bocor? Dova akhirnya turun tangan dan mengecek bagian filtrasi udara pada kendaraan ini. Semuanya masih aman!"W115, bisa tolong cek apakah aku pernah menyimpan makanan basah di bagian penyimpanan makanan?""Kondisinya bersih, Tuan Artemis."Lalu apa penyebab bau tak sedap ini? Serenada hanya bisa ribut tanpa memberikan solusi. Dova sibuk mengecek di komputer utama SKYLAR dan menemukan sesuatu."Kita melewati satu tempat dengan kondisi alam yang kurang baik. Aku baru saja mengaktifkan internet untuk
Suara AI pada SKYLAR memperingatkan kami untuk kota terdekat. Aku jadi bingung memilihnya karena semuanya menunjukkan itu kota besar. Tapi akhirnya aku memilih untuk ke arah utara saja dan disana ada sebuah kota bernama X-Merank City."Semoga saja pilihanku tidak salah kali ini.""Kurasa juga tidak, Artemis. Aku bisa melihatnya dari sini. Wah, ini hampir setara modernnya dengan B-Neo City!""Kita parkir dimana?"Ukuran SKYLAR yang terlalu besar memang membuat kami kesulitan untuk parkir sejak dulu. Terlebih lagi ini area kota besar yang rasanya tak mungkin sembarangan meletakkan kendaraan disini. Serenada menunjukkan ada sekumpulan orang melambaikan tangannya ke atas. Mereka berdiri diatas lahan luas yang sudah diberi dasaran khusus, bukan tanah."Apa mereka memberi kode pada kita?""Bagaimana kalau mereka hanya menjebak kita agar berhenti disana?""Posisi di kota besar memang sulit untuk mencari parkir kendaraan sebesar S
"Ini semua salahmu, Dova!""Mana aku tahu kalau kakek ini rupanya masih jelas pendengarannya. Kupikir....""Sst...! Sudahlah diam dulu!""Tidak ada yang salah maupun benar disini, Dova.""Madeline, bisa kau jelaskan kenapa kakekmu ini bisa tahu nama kami? Bahkan kami belum berkenalan dengannya."Perempuan bernama Madeline itu agaknya bingung. Dia hanya tertawa kecil, tapi kakeknya menepuk pundaknya. Baru perempuan itu berkata bahwa sejak dulu kakeknya memang punya kemampuan spesial. Tanpa perlu orang berkata sesuatu padanya, dia sudah tahu lebih dulu."Kakekmu bisa membaca pikiran orang?""Ya, begitulah. Hehe....""Madeline sebenarnya juga bisa!""Ah, Kakek! Aku tidak se-ahli seperti Kakek."Mereka berdua aneh, satu keluarga tapi punya kemampuan yang tak biasa. Kulihat Dova sejak tadi memperhatikan Madeline terus. Dari atas ke bawah dan perempuan tadi nampaknya bingung."Jangan melihat cucuku seperti
"Dova, kau naik lagi ke SKYLAR!""Tidak! Kita semua yang naik ke sana. Rasanya sulit kalau mencari seperti ini."Kami kembali lagi ke pondok, menaiki SKYLAR dan mengaktifkan sensornya. Aku belum tahu apakah sensornya mendukung untuk pencarian orang saja atau tidak. Dova serius mengetikkan kode tertentu pada komputer utama SKYLAR."Baiklah... lakukan!""Cklik!"Pada layar komputer utama SKYLAR hanya muncul tulisan "PENCARIAN DILAKUKAN". Sampai akhirnya muncul aneka bentuk titik-titik merah di seluruh area Gunung Unagara."Apa ini Dova? Nyaris semuanya ada tanda merahnya.""Sial!""Dokk!"Dova meninju papan panel kendali. Ternyata hasilnya justru membingungkan. Semua makhluk hidup yang bisa bergerak terdeteksi dengan tanda merah. Serenada mengamatinya satu per satu. Kedua alisnya terangkat dan dia sepertinya menemukan sesuatu."Tidak! Kita bisa bedakan! Kurasa yang bentuknya aneh itu Chimaera!"
"Uuh... rasanya... aku....""Eeh... Serenada!"Hah? Kenapa dia pingsan? Eh, bukan! Serenada tertidur dengan pulas. Kulihat bekas lukanya secara ajaib langsung menutup. Bahkan benang yang aku gunakan untuk menjahit lukanya seolah ikut tertelan bersama kulitnya. Nampak dia tak pernah terluka sama sekali."Hei, apa yang kau lakukan pada teman kami!""Hihihi... tenang saja. Dia akan...aaaduh Kakek!"Kakek Z mencubit cucunya itu, wajahnya nampak kesal. Madeline hanya mengusap bekas cubitannya saja."Kakek tahu apa yang kau berikan padanya. Cepat netralkan!""Tapi, Kek. Aku memberikan sesuatu yang tepat. Lihat lukanya sudah menutup lagi.""Masalahnya kau mencampurkan sesuatu didalamnya, Madeline. Jangan bohongi Kakek."Dova ikut marah sementara aku masih menahan tubuh Serenada. Nyaris saja dia menghajar Madeline tapi ada sesuatu yang aneh menyembul keluar dari baju lengan panjangnya. Itu... sepertinya daun. Siapa M
"Ya, kita langsung mengarah ke rumah Profesor Madrosa.""Baiklah....""KEMUDI OTOMATIS DIAKTIFKAN SESUAI PETA!""Jadi, kita bisa sedikit bersantai dulu.""Ya, aku mau ke ruang pribadiku dulu Artemis."Hanya ada aku dan Serenada disini. Dia masih asik menguyah salah satu coklat pemberian Madeline. Semoga saja coklat itu membuatnya lupa atas peristiwa tadi. Tapi rasanya... jantungku berdebar kencang melihat wajah Serenada kali ini."Kenapa? Kau mau coklat juga, Artemis?""Tidak, aku mau makan yang lain saja! W115...! Buatkan aku makanan!""Baik, Tuan Artemis."Perjalanan masih lama dan aku mau menikmatinya saja kali ini. Dova sibuk mengutak-atik sesuatu di ruang pribadinya. Biarkan saja! Jangan coba ganggu dia ya!***"MENUJU KE HUTAN ALASRO!"Rasanya aku tak asing dengan nama itu. Ah, mungkin dulu pernah mendengar nama yang sama! Pemandangan disini didominasi oleh hijauan. Hampir sama sepert
"MENUJU KE HUTAN ALASRO!"SKYLAR masih mengikuti petunjuk sesuai dengan peta offline. Dova meninggalkan ruang kendali sebentar dan sepertinya meminta W115 untuk dibuatkan makanan. Dia mengambil sebotol minuman sari buah di lemari pendingin. Baru dia cium aromanya langsung isinya dibuang ke wastafel."Astaga! Pantas saja! Ini sudah melewati masa kadarluarsa.""Kalau begitu buang saja semuanya. Jadi, minuman yang baru kita beli bisa masuk juga kesini.""Eh, sejak kapan kau ada di belakangku Artemis?""Kupikir mata siberkinetikmu mampu mendeteksi pergerakanku.""Mana bisa kalau kau ada dibelakangku, Artemis. Haah...! Dasar!"Serenada ikut ke belakang, tapi dia hanya mengambil coklat pemberian Madeline tadi. Rasanya masih aneh sampai dengan saat ini melihatnya. Astaga! Tadi aku benar-benar menciumnya ya!"Kau kenapa Artemis? Aneh sekali!""Tidak apa! W115! Buatkan aku makanan yang ini saja.""Baik, Tuan Artemis."
Madrosa menghisap rokoknya, lalu mengeluarkan asapnya. Dia bercerita dulu tentang apa itu EARTHSEED Golem.Rupanya manusia yang menjadi EARTHSEED ini hanya ada satu saja setiap elemennya. Misalnya saja seperti Irana, tidak ada EARTHSEED Golem lainnya yang mampu mengeluarkan listrik dari tubuhnya."Sepertinya dari ceritamu di awal, Artemis. Kau masuk ke dalam elemen tanah. Kekuatanmu bisa menghancurkan tanah bahkan batu yang kau pukul.""Ya, itu benar.""Wah, dia yang namanya Artemis ini EARTHSEED juga ya. Berarti kita sama! Tos dulu!"Irana mengajakku tos dan tentu saja kubalas. Tapi tiba-tiba dia merasa aneh sambil melihat ke telapak tangannya."Eh, padahal aku tadi pakai tangan yang belum terbungkus sarung tangan. Tapi kenapa kau tidak kesetrum?""Karena dia berelemen tanah, Irana. Tanah menyerap energi listrikmu.""Ooh... begitu ya, Kek. Kalau begitu aku setrum yang tadi saja. Siapa namanya?""Dia na
Yess...! Akhirnya Artemis mengijinkanku untuk memakai sisa terakhir dari kapasitas kertas ini. Aku mau menuliskan kisah malam pertama Serenada dan Artemis. Sebenarnya, ini adalah misi selanjutnya dariku dan Irana.Hei, kalian tahu bukan? Artemis dan Serenada itu orangnya polos parah. Mereka tidak paham soal apa yang harus dilakukan oleh pasangan pengantin setelah menikah. Haah... aku tidak tahu! Kenapa bisa punya sahabat seperti mereka?"Roger! Ganti! Posisimu, Irana!""Bzzzt!""Posisi! Aku ada di dekat kamar pengantin."Astaga! Apa yang dilakukan Irana disana? Terpaksa aku datangi saja dan kuseret dulu keluar dari posisinya."Kapten! Bajuku bisa rusak!""Aaah...! Kau ini bagaimana? Kenapa malah ada didepan pintu kamar mereka?""Bukannya kita mau mengawasi, apakah mereka sudah melakukan sesuatu yang benar sebagai pasangan suami istri pertama kalinya?""Tapi jangan didepan pintu! Bagaimana kalau mereka t
Bel rumah Profesor Madrosa berbunyi. Kebetulan sang pemilik rumah sedang pergi bersama cucunya. Jadi, aku yang membukakan pintu kali ini."Halo, Artemis...!""Astaga! Kalian semua...."Dova akhirnya turun dari lantai dua dan ikut menyambut orang-orang yang datang kemari. Dia meminta semuanya masuk dan seketika rumah ini jadi ramai. Acaranya besok, tapi mereka semua sudah hadir. Ternyata Dova mengundang orang-orang ini.Dari B-Neo City ada Azka yang datang dan juga laki-laki dari suku Xafreon yang bernama Purnama. Aku ingat ini, Alamsyah dan Farhein dari keluarga El-Tigre. Padahal Alam ini orangnya selalu sibuk."Aku hanya bisa hari ini saja, Artemis. Farhein yang mewakiliku nanti. Kalau sudah selesai, biar nanti aku jemput."Ternyata itu alasannya kenapa dia mengajak Farhein. Ada Dexta, Alara, Ericko dan juga Asnee yang ikut datang kemari. Asnee yang paling heboh disini. Dia bilang, Primerose akan datang besok.
Waktu terus berlalu di Nuuswantaara...Aku, Irana dan Serenada masih terus berlatih. Bahkan sekarang aku lebih baik dalam mengendalikan kekuatan EARTHSEED ini. Tak perlu lagi marah atau melihat Serenada menderita. Kapanpun asal dibutuhkan, aku bisa mengendalikannya.Perkembangan Irana juga sangat baik dalam mengendalikan listrik di tubuhnya.Profesor Madrosa membantu kami agar bisa mendapatkan tanda bukti bahwa kami sekarang adalah penduduk tetap di Nuuswantaara ini. Bahkan dia yang menunjukkan dimana aku bisa belajar lagi ilmu arkeologi yang sesungguhnya.Sepertinya SKYLAR sebentar lagi akan pensiun. W115 juga ku turunkan dan Profesor Madrosa sangat terkejut melihatnya.Sayangnya, mesin W115 mulai mengalami kerusakan. Irana menyarankan untuk menonaktifkan robot ini. Hanya satu yang kuminta darinya, aku hanya mau mengambil memori milik sahabat robotku ini. Irana dan Dova yang bekerjasama mengeluarkan dan katanya ada rencana mereka mau mem
Sepertinya aku bangun terlalu pagi. Kulihat Serenada dan Dova masih tertidur di kasurnya. Aku meminta W115 membuatkan sarapan dan segelas kopi untukku. Saat aku pergi ke kamar mandi dan membuka baju, baru ku sadari hal lainnya.Aku pikir hanya lengan dan telapak tanganku saja yang nampak lebih besar. Bagian dada dan perut juga jadi lebih bidang. Padahal rasanya dulu biasa saja. Bahkan aku tidak pernah berolahraga rutin untuk membentuk badanku."Haah... sepertinya aku butuh baju baru."Aku hanya berganti pakaian dengan kaos biasa saja. Baju bekas ayah sudah kucoba dan sama saja sempitnya. Saat aku turun sambil memakan sepotong roti dan membawa segelas kopi di tangan, Irana mengejutkanku."Eh, hampir saja ini jatuh!""Pagi, Artemis. Temanmu yang perempuan itu belum bangun?""Serenada? Ya, dia masih tertidur. Aku tidak berani mengganggunya. Ada apa?""Kakekku mengajak kalian sarapan di rumah. Oh ya, ngomong-ngomong saat
"Kakek...! Keluarkan aku dari sini! Aaargh! Lepaskan aku!""Ayo batalkan! Komputer utama... batalkan prosesnya!""PROSES TIDAK BISA DIBATALKAN!""A-apa? Iranaaaa...!""Kakeeeek...! Aaaaa...!""PROSES DIMULAI!""Tidaaaaak...!"Sementara itu, Dova dan Serenada masih terjebak dengan Artemis. Mereka berdua tidak tahu lagi apa yang harus dilakukan."Aku tidak mau mati sekarang, Dova!""Kau pikir aku juga? Artemis... sadarlah!""Dova... Serenada...kalian adalah sahabat terbaikku."Artemis berhasil meraih mereka berdua dan memeluknya. Tapi bagi Dova dan Serenada, mereka justru tersiksa oleh panas yang berasal dari tubuh Artemis."Panaaaas...!""Eergh! Profesor... apa yang harus kami lakukan? Kami sudah tidak tahan lagi...!""Dova, aku tahu! Tahanlah sebentar!"Profesor Madrosa merogoh kantong jas laboratoriumnya. Dia mengeluarkan batu Katilayu yang berasal dari Artemis sebel
"Kau gila, Artemis!""Ya, aku memang sudah gila Dova!""Pikirkan lagi baik-baik, Artemis. Kumohon....""Semua sudah aku pikirkan dan sekarang aku sedang memutuskan itu, Serenada."Profesor Madrosa masih saja diam menatapku. Ternyata Irana punya pemikiran yang sama dengan kedua sahabatku itu. Hari ini aku sudah mempersiapkan diriku untuk itu. Satu tujuanku, ingin hidup normal. Jika memang gagal, biarkan aku menyusul ayah dan ibuku."Kemarilah kalian semua!"Profesor Madrosa menunjukkan satu alat yang ditutupi kain putih. Saat kain penutupnya dibuka, nampak tabung besar berwarna silver dalam kondisi tertutup. Tabung Penghapus, begitulah sebutan yang disematkan oleh sang pembuatnya sendiri."Seharusnya ini untuk Irana. Tapi aku tidak mau terjadi apapun pada cucu kesayanganku itu."Apapun yang terjadi, aku tidak akan mundur. Tujuan terakhirku melakukan perjalanan hanya untuk ini saja. Bertemu dengan Profesor Madrosa dan mengh
Max banyak bercerita pada Profesor Madrosa saat aku sedang perjalanan kemari. Terutama tentang masa laluku, pantas saja tahu nama lengkapku. Sesekali lelaki tua itu menghisap rokoknya."Tidak terganggu dengan rokokku bukan?""Tidak masalah, aku sudah terbiasa."Sebenarnya dia cukup geram dengan Max dan semua yang telah dilakukannya. Menurut Profesor Madrosa, dia sudah sangat keterlaluan. Max telah melanggar etika sains dan itu sebabnya tak pernah lagi muncul. Hanya teman terbaiknya saja yang tahu posisi dia saat ini."Dome milik V-Corporation adalah tempat terbaik baginya untuk bersembunyi. Jika tidak, dia sudah ditangkap dan dipenjara.""Maksudnya ini tentang semua percobaan dia yang melibatkan manusia. Termasuk aku dan Dova?""Dova yang pakai jas laboratorium itu?""Ya, itu aku."Sedikitnya aku jelaskan tentang masa lalu Dova bahwa dia adalah manusia buatan generasi pertama. Max juga yang memimpin dan mengawasi pr
Madrosa menghisap rokoknya, lalu mengeluarkan asapnya. Dia bercerita dulu tentang apa itu EARTHSEED Golem.Rupanya manusia yang menjadi EARTHSEED ini hanya ada satu saja setiap elemennya. Misalnya saja seperti Irana, tidak ada EARTHSEED Golem lainnya yang mampu mengeluarkan listrik dari tubuhnya."Sepertinya dari ceritamu di awal, Artemis. Kau masuk ke dalam elemen tanah. Kekuatanmu bisa menghancurkan tanah bahkan batu yang kau pukul.""Ya, itu benar.""Wah, dia yang namanya Artemis ini EARTHSEED juga ya. Berarti kita sama! Tos dulu!"Irana mengajakku tos dan tentu saja kubalas. Tapi tiba-tiba dia merasa aneh sambil melihat ke telapak tangannya."Eh, padahal aku tadi pakai tangan yang belum terbungkus sarung tangan. Tapi kenapa kau tidak kesetrum?""Karena dia berelemen tanah, Irana. Tanah menyerap energi listrikmu.""Ooh... begitu ya, Kek. Kalau begitu aku setrum yang tadi saja. Siapa namanya?""Dia na
"MENUJU KE HUTAN ALASRO!"SKYLAR masih mengikuti petunjuk sesuai dengan peta offline. Dova meninggalkan ruang kendali sebentar dan sepertinya meminta W115 untuk dibuatkan makanan. Dia mengambil sebotol minuman sari buah di lemari pendingin. Baru dia cium aromanya langsung isinya dibuang ke wastafel."Astaga! Pantas saja! Ini sudah melewati masa kadarluarsa.""Kalau begitu buang saja semuanya. Jadi, minuman yang baru kita beli bisa masuk juga kesini.""Eh, sejak kapan kau ada di belakangku Artemis?""Kupikir mata siberkinetikmu mampu mendeteksi pergerakanku.""Mana bisa kalau kau ada dibelakangku, Artemis. Haah...! Dasar!"Serenada ikut ke belakang, tapi dia hanya mengambil coklat pemberian Madeline tadi. Rasanya masih aneh sampai dengan saat ini melihatnya. Astaga! Tadi aku benar-benar menciumnya ya!"Kau kenapa Artemis? Aneh sekali!""Tidak apa! W115! Buatkan aku makanan yang ini saja.""Baik, Tuan Artemis."