Bela senang karena hari ini Angkasa menjemputnya, berangkat ke sekolah bersama itu adalah hal langka terutama Angkasa yang baru kali ini meluangkan waktu dengannya.
Sedangkan Bintang yang masih memoles make up tipis pun terburu-buru, biasanya ada suara deru motor. Sekarang? Mana sih Angkasa! Naik angkot? Mana mungkin ini masih area komplek perumahannya, motor? Dipakai ibu untuk kerja ke butik, mobil? Mobil mainan yang ada.
"Angkasa, lo dimana sih? Biasanya sudah ngongol didepan pintu kamar gue." Bintang membuka pintu kamarnya, tak ada Angkasa. Bisa saja kan motornya itu cuman di gelindingkan tanpa bunyi?
'Ya udah deh jalan kaki dulu, kalau nemu angkot tapi ke sekolah telat? Haduh lewat jalur belakang.'batin Bintang menyusun rencana kalau nantinya telat, mau menghafal pasal-pasal yang diteba oleh bu Ghina?
🌸🌸🌸
Bruk!!
Bintang menghela nafas lega, akhirnya masih ada 5 menit sebelum bel masuk berbunyi. Bintang sudah tau kalau gerbang depan sudah ditutup dan ada guru BK yang berjaga. Jalur yang pernah Virgo tunjukkan padanya beberapa minggu yang lalu, sekesal-kesalnya dengan cowok itu nyatanya berguna pula ide-ide ini.
'Bentar, kayaknya gue mencium bau-bau PR nih? Sekarang pelajaran... Ha? PR Fisika yang soalnya satu sampai duapuluh itu?! Angkasaaa gue nyontekk dong' Bintang berlari dengan kakinya yang lincah dan dipercepat, menuju kelas Angkasa yang harus menaiki tangga menuju lantai tiga yang bisa menyita waktu bagaimana berlaku sistem kebut copas PR?
"Angkasa, gue..nyontek..PR Fisikanya..lo kan jam terkahir." ucap Bintang tersengal, dan masih diambang pintu karena kakinya merasa lelah menaiki tangga. Angkasa menoleh mendapati Bintang yang kini rambutnya acak-acakan dan seragam yang tak lagi rapi.
"Jangan nyontek, percuma kalau 30 detik lagi bel masuk." peringat Angkasa yang membuat Bintang terbelalak. Dengan cemasnya Bintang kembali ke kelasnya, masa bodoh dengan hukuman nantinya. Simpel saja tinggal drama, ke toilet dan bilang ke bu Zaskia kalau dirinya lagi dapet.
🌸🌸🌸
Masih dengan perasaan kesal Bintang akhirnya selesai dengan hukuman lari mengitari halaman sekolah 4 kali. Bintang duduk di tanah dan menyelonjorkan kakinya.
"Apes banget yah gue, aish gara-gara tadi malam baca novel aksi sampai ketiduran." Bintang mengusap bulir keringat di pelipisnya dengan punggung tangannya, tak lagi wangi, bedak luntur, bibir mulai pucat karena lupa sarapan.
Sensasi dingin dan sejuk menempel di pipi kanannya. Bintang menoleh dan mendapati Virgo yang menyodorkan air mineral padanya, tumben baik?
"Gak ada racunnya." ucap Virgo ketika Bintang menatapnya curiga.
"Makasih Vir." Bintang menerimanya, menghabiskan air itu dan membuang botolnya ke tempat sampah. Malas diomelin dengan Virgo kalau dirinya membuang sampah sembarangan.
"Gue kasihan deh sama lo, datangnya mepet, nagih cotekan sama Angkasa. Gak tau apa kalau Bela itu dijemput sama Angkasa?" tanya Virgo menatap Bintang seperti orang tukang, seragamnya basah dengan keringat dan kuncir kudanya yang akan lepas.
"Nyindir lo?" sewot Bintang. Tak masalah kalau Angkasa dengan Bela mereka kan memang pacaran, hanya dirinya saja yang teledor dan ketiduran sampai lupa akan adanya PR.
"Dikasih tau malah ngegas. Yaudah gue balik, males denger mulut lebah." Virgo pergi dan Bintang berteriak tak terima. "Virgong kayak gong nyemplung tong gak ada yang nolong." Bintang bernyanyi seperti penggalan lirik 'Burung kakak tua'.
'Kok lo betah ya sa sahabatan sama Binatang? Tapi sama sekali gak tertarik, dia itu luc..aish ngapain bilang lucu? Orangnya galak dan sengak omongannya.' batin Virgo tak lupa pula tersenyum tipis mendengar nyanyian fals dari Bintang. Geli gimana yah? Bintang sekarang fans-nya, Virgo bersyukur kalau kadar kegantenganya tak diragukan.
"Gagal lagi deh gue drama ke bu Zaskia. Matanya itu loh kayak detektif, cari alesan apapun tetap hukuman dijalankan." keadaan Bintang masih sama duduk seperti anak terlantar tapi untunglah masih jam pelajaran jadi tak ada yang namanya tontonan gratisan.
🌸🌸🌸
"Haduh ini apaan kok asin banget? Gue kira tampilannya itu kayak enak." Virgo mulai kesal karena bekal dari Bintang yang tadinya ingin diberikan pada Angkasa pun diambil alih oleh Virgo.
Suara lembut dan anggun itu menyapa Angkasa agar ke kantin bersama. "Ke kantin yuk sa," ajak Bela dan Angkasa menyanggupinya meninggalkan Virgo dan Bintang yang beradu debat tentang nasi goreng yang kelebihan garam itu.
"Ya tapi kan ada manfaatnya juga keasinan gitu, bisa nambah darah kan? Gak pernah denger ya kalau yang darah tinggi kebanyakan darah malah ngelunjak?" tanya Bintang sok polos padahal ia berusaha menahan tawa melihat Virgo yang menahan rasa asin itu, Bintang tambah bersyukur mengingat Virgo pernah berpegang teguh kalau makanan itu tidak boleh dibuang-buang. Masih beruntung kita makan sesuap nasi tanpa bersusah payah mencarinya, sedangkan diluar sana masih ada yang kelaparan dan membutuhkan.
"Makasih yah, kalau asin lagi mending kasih ke kucing piaraan lo tuh." kesal Virgo dan berjalan meninggalkan Bintang yang sendirian dikelas.
"Siapa ya yang beruntung dapat Virgo nantinya? Makanan asin aja dimakan, protes sih iya. Tapi masih menghargai ya gak kayak yang buang-buang makanan. Andai itu gue, mana mungkin tiap hari masih berselisih."
🌸🌸🌸
Bintang menghela nafas gusar, kulkas yang biasanya terdapat sayur atau beberapa bahan untuk memasak kini habis. Ibunya pun sudah izin dengannya bahwa lima hari ke depan tidak bisa menemani Bintang dirumah, acara arisan PKK yang saat ini mengadakan tour ke Bali. Ibunya pun lebib suka membaur dengan ikut arisan ini ia bisa berekreasi dari uang kas yang dikeluarkan setiap bulannya, lumayan banyak. Tapi Bintang tak suka sendirian dirumah, ayah sudah meninggal karena kecelakaan pesawat yang ditumpanginya saat kembali ke Indonesia setelah menyelesaikan bisnisnya yang bermasalah. "Cuman ada uang 500 ribu, apa cukup ya dalam lima hari? Belum lagi SPP gue belum bayar untuk bulan Agustus ini." keluh Bintang, iya kalau Angkasa mengantar jemputnya. Tapi sepertinya Angkasa mulai perhatian dengan Bela, ongkos angkot, uang jajan, berat jika menuju ke SPP. Uang 100 ribu untuk apa? Bintang tak ingin menunggak masalah SPP, walaupun hanya tinggal sedikit uangnya ia harus pandai menghemat. Terl
"Sa, gue buatin roti panggang kesukaan lo nih." Bela menyodorkan bekal berwarna biru laut itu, perhatian kecil pun ia lakukan dan berharap Angkasa peka. "Udah tinggal aja, daripada bel masuk. Nanti dikembaliin kok wadahnya." ucap Virgo menanggapi tau kalau Angkasa sedang serius dengan buku Matematikanya untuk persiapan olimpiade yang kurang empat hari lagi. Angkasa memang sudah terpilih sejak kelas sepuluh, sekalipun fokusnya satu ya mana mungkin berpaling dari yang lain. "Baiklah, makasih ya go." Bela melangkah pergi. Virgo membuka bekal tersebut dengan raut..ngiler? "Angkasa, saya izin untuk memakan sandwichnya Bela tercinta." izin Virgo seakan Angkasa kalau tau bisa menendangnya ke laut A****n. Angkasa mencegah tangan Virgo yang tadinya ingin melahap sandwich itu. "Bagi dua, ya kali gue nolak rejeki." Virgo takjub, sejak kapan Angkasa menghargai pemberian Bela? Saat keduanya sudah mulai makan datanglah bu Ghina guru BK sekaligus mengajar pe
Saat Angkasa hendak ke toilet ia mendengar percakapan yang menyebut namanya di ujung koridor. "Emang lo gak takut kalau Angkasa nanti bisa tau? Han, jangan macem-macem deh sama dia. Geng kita aja damai-damai kok sama dia. " ujar Vito cemas. "Gue gak takut, sebagai balas dendam aja. Lo gak pernah merasakan sakitnya hati gue ketika posisi siswa teladan dan berprestasi itu direbut Angkasa?" kesal Farhan. "Iya-iya, udahlah jangan cari gra-gara lagi." saran Vito takut jika gengnya berurusan dengan Angkasa. "Dan rencana selanjutnya ada pada sahabatnya, nanti gue tunjukin fotonya." Mendengar nama sahabat yang menunjuk Bintang, Angkasa mulai cemas. Harus selalu mengawasinya walaupun mengabaikan Bela. 'Bintang, kali ini gue akan jagain lo 24 jam dimanapun, asal lo tau pengawasan geng Farhan itu lebih ketat.' 🌸🌸🌸 Setelah Farhan menunjukkan foto Bintang wajah Vito langsung heboh. "Ini manis banget han, ya ampun masa lo
Saat perjalanan hanya ada sepi yang menyelimuti keduanya.'Bintang sebenarnya gue gak tega kalau lo disakitin.'ucap Vito dalam hati kata-katanya tertahan ia tak tega melihat raut wajah Bintang yang tampam tenang, kalem dan membuat hati adem didekatnya, eaa. Sesuai perintah Farhan motor Vito sengaja berhenti, ia meminta Bintang turun beralasan kalau bensinnya habis. "Maaf ya Bintang, kayaknya gue tadi lupa isi bensinnya. Kalau daerah sini sih 500 kilometer lagi, lo gak apa-apa kan cari kendaraan sendiri? Sekali lagi maaf ya." ucap Vito tak enak. Bintang mengangguk memaklumi ia berjalan sendiri tak tau arah jalan yang ia tapaki. Dari jarak satu meter Farhan sudah memakai jubah hitam dan topeng layaknya hacker. 'Bagus Vit, ya walaupun kalau urusan cewek cantik lo lemah dan gak tegaan.'batin Farhan. "Niatnya nebengin tapi lupa isi bensin." ujar Bintang kesal. Langkah Bintang memelan ketika merasa ada seseorang yang mengikutinya, ditolehnya tak ada siapapun
Ketika dirumah Angkasa hanya suasana sepi dan TV yang menyala diruang tengah serta suara Lala yang sedang bermain puzzle sendirian. "Lala, boleh ikut main gak?" Bintang duduk disebelah Lala, anak berparas cantik dan rambut kecoklatan itu menangguk. "Boleh kak, aku tambah seneng kalau ada temannya. Kakak namanya siapa ya? Pernah kesini tapi jarang, jadi lupa deh namanya."Lala terkekeh, Bintang terkadang ke rumah Angkasa 1 atau dua bulan sekali jika ada keperluan mendadak, itu pun biasanya Lala dititipkan oleh tetangganya Angkasa yang seperti keluarga sendiri. Bintang memandangi puzzle yang belum tersusun rapi itu, hanya susunan huruf ABC. Tapi Lala bingung mengurutkannya. Angkasa sedang menyiapkan makan malam untuk Bintang dan Lala, soto ayam yang tadi pagi ia buat masih tersisa sedikit. Tak apa dirinya makan asalkan Bintang bisa makan dan tak kelaparan, makanan Lala hanya bubur yang ia beli di pasar sebelum pergi ke rumah Bintang. Lala yang mencium ar
"Gak ada gunanya kamu disekolahin! Mana jalur beasiswa yang biasanya dapat? Dan ini! Papa dipanggil ke sekolah cuman gara-gara kamu yang bikin perkara kecil?" Tirta merobek surat tersebut dan dilemparkan berhamburan di lantai. "Maaf pa, sebenarnya ada siswa lain yang sudah menggeser posisiku. Aku iri pa, padahal prestasiku juga sama dengan dia." jelas Farhan membela dirinya. "Gak peduli, sekarang bayar sendiri biaya sekolahmu. Jangan harap papa bisa memberikan sepeser pun uang." Tirta melangkah pergi dan menutup pintu kamar kasar. 'Tunggu kejutan lainnya ya, Angkasa.' 🌸🌸🌸 "Lo kalau dibangunin ternyata susah ya." gerutu Angkasa ketika ia sudah sampai disekolah dan gerbangnya sudah ditutup. Semua ini gara-gara Bintang yang tidurnya molor, ritual mandi, dandan. Tapi itu membuat Angkasa senang, Bintang tak semurung kemarin. Bintang nyengir. Angkasa mendengus. "Maaf, lagian kalau ada AC kan tambah nyenyak. Beda banget sama kamar gue yang
"Sa, lo mau kan gabung sama kita? Geng Elang." pinta Virgo, ia mengajak Angkasa berkumpul satu meja disudut kantin tak lupa pula Bintang juga duduk disebelah Angkasa dengan tatapan hampa. "Gimana sama olimpiade gue besok? Boleh aja sih, tapi kalau sudah kelas 12 yaudah lah fokus lagi." jawab Angkasa tengah-tengah. "Besok? Semoga lo menang ya sa, untuk Bintangnya biar kita yang jaga kok." ujar Virgo mantap, Rangga dan Pandu yang awalnya tak kenal Bintang pun kini tau, cewek itu rapuh, sedih, takut menjadi satu. "Oke, gue anterin Bintang ke kelas dulu. Biar gak ada yang lecet." ucap Angkasa possesif. Ia pamit pada teman-teman Virgo lalu menggandeng tangan Bintang erat, tautan itu ia takut lepas. Entah ada apa dengan Bintang pikiran cewek itu berubah lagi seperti kemarin, sangat lain setelah bertemu dengan Farhan tadi. 🌸🌸🌸 "Han, kalau lo mau nyakitin Bintang pikir-pikir dulu. Karena geng Elang sudah mulai bekerja sama. Lo tau kan jumlah anggot
"Maaf ya gue gak bisa nemenin lo. Yah, doain aja lancar semuanya." Setelahnya Angkasa memakirkan motornya, berjalan berbeda arah, Bintang ke kelas, dirinya harus ke kantor dan menunggu lainnya yang belum datang. 🌸🌸🌸 Farhan tersenyum senang ketika dikelas Bintang hanya cewek itu saja yang ada dikelas."Sendirian aja." Farhan duduk disamping Bintang yang kini tengah memakan sandwichnya. Bintang sewot, suara itu! Ia harus tetap berani walaupun berkebalikan dengan hatinya. "Mau apa sih lo! Pergi sana!" usir Bintang mendorong bahu Farhan hingga cowok itu terjatuh dari kursinya. Farhan kesal sudah cukup ia dipermainkan oleh Bintang, diberi kelakuan manis malah minta perlakuan sadis! "Lo ngusir gue sama aja pingin Angkasa celaka dan...batal mengikuti olimpiadenya." ancam Farhan lalu pergi dengan menutup pintu kelas hingga menimbulkan suara beedebum. 'Angkasa, lo harus hati-hati dan jaga diri baik-baik. Gue takut kalau Farhan itu bakalan habcurin se