"Sa, gue buatin roti panggang kesukaan lo nih." Bela menyodorkan bekal berwarna biru laut itu, perhatian kecil pun ia lakukan dan berharap Angkasa peka.
"Udah tinggal aja, daripada bel masuk. Nanti dikembaliin kok wadahnya." ucap Virgo menanggapi tau kalau Angkasa sedang serius dengan buku Matematikanya untuk persiapan olimpiade yang kurang empat hari lagi. Angkasa memang sudah terpilih sejak kelas sepuluh, sekalipun fokusnya satu ya mana mungkin berpaling dari yang lain.
"Baiklah, makasih ya go." Bela melangkah pergi. Virgo membuka bekal tersebut dengan raut..ngiler?
"Angkasa, saya izin untuk memakan sandwichnya Bela tercinta." izin Virgo seakan Angkasa kalau tau bisa menendangnya ke laut A****n.
Angkasa mencegah tangan Virgo yang tadinya ingin melahap sandwich itu. "Bagi dua, ya kali gue nolak rejeki." Virgo takjub, sejak kapan Angkasa menghargai pemberian Bela?
Saat keduanya sudah mulai makan datanglah bu Ghina guru BK sekaligus mengajar pelajaran Biologi.
🌸🌸🌸
Bintang merasa nyeri di pelipisnya, rupanya rasa sakit itu baru terasa sekarang daripada kemarin yang dirinya benar-benar di titik amarah yang beringas. "Aww," Bintang meringis ketika ia menekan sedikit lukanya, melalui kaca kotak mungilnya yang selalu dibawa.
"Daripada ditekan mending diobatin lukanya." suara Angkasa menginterupsi, ia meraih pergelangan tangan Bintang.
'Tumben perhatian? Kenapa gak ke si Bela? Angkasa kayak bunglon, pandai pindah-pindah hati yah.'batin Bintang tersenyum.
Saat di UKS Angkasa mengobati pelipis Bintang dengan pelan, kemudian menempelkan plester bermotif bulan miliknya, berjaga-jaga kalau ada yang terluka.
"Berkelahi sama siapa?" tanya Angkasa curiga, Bintang menatap ke arah lain. Menghindari manik mata itu.
"Gak, cuman kejedot meja gara-gara ambil buku-buku gue." Bintang berkelit. Angkasa tak percaya, luka itu seperti tonjokan. Bintang bukanlah cewek yang seperti lain, dia suka berkelahi jika ada yang memulainya.
"Jujur, jangan bohong. Kalau kejedot meja kenapa memarnya biru? Seharusnya kan benjol." ucap Angkasa membenarkan.
Posisi Angkasa memang berhadapan dengan Bintang. Tapi di kaca UKS ada yang diam-diam memotretnya, sebagai bahan gosip hangat dan bumbu pedas agar menarik. Cowok itu tersenyum puas dan melangkah kembali ke kelas, besok akan ada kekacauan. Yah, dialah Farhan cowok yang memiliki rasa iri terhadap Angkasa yang bisa-bisanya menggeser posisinya sebagai siswa teladan dan berprestasi, karena Angkasa sekarang dirinya tak lagi mendapat bebas SPP selama 6 atau 4 bulan kalau menjuarai lomba. Farhan hanya mampu bertanding di ring, melawan pria berotot dan kuat demi mendapatkan uang 5-10 juta untuk biaya sekolah dan keperluan lainnya.
'Liat aja sa, lo bakal ngerasain yang namanya rasa sakit gue selama ini karena dengan sombongnya lo menggeser posisi gue.'batin Farhan di iringi senyum liciknya.
🌸🌸🌸
Paginya Bela yang sedang iseng membuka I*******m atau lebih tepatnya memesan masker spirulina online tercengang melihat post dari akun @Jenakakelam yang menampilkan foto Angkasa yang memegang dahi cewek membelakanginya. Caption-nya pun membuat Bela lebih cemburu daripada biasanya.
Jenaka Kelam
"Ena-ena di UKS mumpung suasana koridor sepi dan pas waktunya pelajaran."
Dengab kasarnya Bela membanting ponselnya hingga pecah, tak peduli kalau nantinya ia tak bisa membelinya lagi. Angkasa merusak kesucian seorang wanita?
Tina yang melihat Bela marah pun langsung menenangkannya."Bel, udah jangan di pikirin. Sebentar lagi ulangan lisan sejarah. Mending belajarlah, kalau Angkasa memang cowok yang gak baik buat lo ya lupain dan putusin dia." saran Tina dan Bela akhirnya duduk dan mulai tenang.
"Udah jangan berisik, gue mau belajar." kesal Bela. Farhan yang mendengar ucapan Bela dan kemarahannya pun tersenyum senang, menggeser satu orang dan ia akan mendapatkan Bela tanpa susah payah, sudah sangat jelas Bela benar-benar jijik menatap postingan itu. Tidak pakai logika jika foto itu hanyalah bumbu pedas agar pencitraan Angkasa hancur dan buruk dimata semua guru.
🌸🌸🌸
Angkasa mengumpat kesal, setelah Virgo menunjukkan foto itu amarhanya tak ditahan sehingga gebrakan meja keras membuat seisi kelas kaget dan menatapnya takut. Beruntung kali ini jamkos.
"Udah sa, mungkin aja akun itu emang benci sama lo sampai memfitnah dengan cara ini. Kita harus cari tau dulu siapa yang sudah memotret lo di UKS kemarin." nasihat Virgo.
Angkasa menggeleng. "Gak bisa, kalau foto itu gak dihapus sekarang juga yang jelas gue bakal dipanggil bu Ghina dan urusannya tambah rumit." Angkasa berdiri dan berjalan keluar kelas. Virgo tak dapat mencegah sahabatnya yang kini kalap itu.
'Andai ya sa lo bisa nyelesain ini secepatnya. Kalau enggak kandidat siswa teladan dan berprestasi lo bakalan dicabut.' batin Virgo khawatir, ia juga berusaha mencari orang dibalik akun @jenakakelam itu.
🌸🌸🌸
Saat Angkasa hendak ke toilet ia mendengar percakapan yang menyebut namanya di ujung koridor. "Emang lo gak takut kalau Angkasa nanti bisa tau? Han, jangan macem-macem deh sama dia. Geng kita aja damai-damai kok sama dia. " ujar Vito cemas. "Gue gak takut, sebagai balas dendam aja. Lo gak pernah merasakan sakitnya hati gue ketika posisi siswa teladan dan berprestasi itu direbut Angkasa?" kesal Farhan. "Iya-iya, udahlah jangan cari gra-gara lagi." saran Vito takut jika gengnya berurusan dengan Angkasa. "Dan rencana selanjutnya ada pada sahabatnya, nanti gue tunjukin fotonya." Mendengar nama sahabat yang menunjuk Bintang, Angkasa mulai cemas. Harus selalu mengawasinya walaupun mengabaikan Bela. 'Bintang, kali ini gue akan jagain lo 24 jam dimanapun, asal lo tau pengawasan geng Farhan itu lebih ketat.' 🌸🌸🌸 Setelah Farhan menunjukkan foto Bintang wajah Vito langsung heboh. "Ini manis banget han, ya ampun masa lo
Saat perjalanan hanya ada sepi yang menyelimuti keduanya.'Bintang sebenarnya gue gak tega kalau lo disakitin.'ucap Vito dalam hati kata-katanya tertahan ia tak tega melihat raut wajah Bintang yang tampam tenang, kalem dan membuat hati adem didekatnya, eaa. Sesuai perintah Farhan motor Vito sengaja berhenti, ia meminta Bintang turun beralasan kalau bensinnya habis. "Maaf ya Bintang, kayaknya gue tadi lupa isi bensinnya. Kalau daerah sini sih 500 kilometer lagi, lo gak apa-apa kan cari kendaraan sendiri? Sekali lagi maaf ya." ucap Vito tak enak. Bintang mengangguk memaklumi ia berjalan sendiri tak tau arah jalan yang ia tapaki. Dari jarak satu meter Farhan sudah memakai jubah hitam dan topeng layaknya hacker. 'Bagus Vit, ya walaupun kalau urusan cewek cantik lo lemah dan gak tegaan.'batin Farhan. "Niatnya nebengin tapi lupa isi bensin." ujar Bintang kesal. Langkah Bintang memelan ketika merasa ada seseorang yang mengikutinya, ditolehnya tak ada siapapun
Ketika dirumah Angkasa hanya suasana sepi dan TV yang menyala diruang tengah serta suara Lala yang sedang bermain puzzle sendirian. "Lala, boleh ikut main gak?" Bintang duduk disebelah Lala, anak berparas cantik dan rambut kecoklatan itu menangguk. "Boleh kak, aku tambah seneng kalau ada temannya. Kakak namanya siapa ya? Pernah kesini tapi jarang, jadi lupa deh namanya."Lala terkekeh, Bintang terkadang ke rumah Angkasa 1 atau dua bulan sekali jika ada keperluan mendadak, itu pun biasanya Lala dititipkan oleh tetangganya Angkasa yang seperti keluarga sendiri. Bintang memandangi puzzle yang belum tersusun rapi itu, hanya susunan huruf ABC. Tapi Lala bingung mengurutkannya. Angkasa sedang menyiapkan makan malam untuk Bintang dan Lala, soto ayam yang tadi pagi ia buat masih tersisa sedikit. Tak apa dirinya makan asalkan Bintang bisa makan dan tak kelaparan, makanan Lala hanya bubur yang ia beli di pasar sebelum pergi ke rumah Bintang. Lala yang mencium ar
"Gak ada gunanya kamu disekolahin! Mana jalur beasiswa yang biasanya dapat? Dan ini! Papa dipanggil ke sekolah cuman gara-gara kamu yang bikin perkara kecil?" Tirta merobek surat tersebut dan dilemparkan berhamburan di lantai. "Maaf pa, sebenarnya ada siswa lain yang sudah menggeser posisiku. Aku iri pa, padahal prestasiku juga sama dengan dia." jelas Farhan membela dirinya. "Gak peduli, sekarang bayar sendiri biaya sekolahmu. Jangan harap papa bisa memberikan sepeser pun uang." Tirta melangkah pergi dan menutup pintu kamar kasar. 'Tunggu kejutan lainnya ya, Angkasa.' 🌸🌸🌸 "Lo kalau dibangunin ternyata susah ya." gerutu Angkasa ketika ia sudah sampai disekolah dan gerbangnya sudah ditutup. Semua ini gara-gara Bintang yang tidurnya molor, ritual mandi, dandan. Tapi itu membuat Angkasa senang, Bintang tak semurung kemarin. Bintang nyengir. Angkasa mendengus. "Maaf, lagian kalau ada AC kan tambah nyenyak. Beda banget sama kamar gue yang
"Sa, lo mau kan gabung sama kita? Geng Elang." pinta Virgo, ia mengajak Angkasa berkumpul satu meja disudut kantin tak lupa pula Bintang juga duduk disebelah Angkasa dengan tatapan hampa. "Gimana sama olimpiade gue besok? Boleh aja sih, tapi kalau sudah kelas 12 yaudah lah fokus lagi." jawab Angkasa tengah-tengah. "Besok? Semoga lo menang ya sa, untuk Bintangnya biar kita yang jaga kok." ujar Virgo mantap, Rangga dan Pandu yang awalnya tak kenal Bintang pun kini tau, cewek itu rapuh, sedih, takut menjadi satu. "Oke, gue anterin Bintang ke kelas dulu. Biar gak ada yang lecet." ucap Angkasa possesif. Ia pamit pada teman-teman Virgo lalu menggandeng tangan Bintang erat, tautan itu ia takut lepas. Entah ada apa dengan Bintang pikiran cewek itu berubah lagi seperti kemarin, sangat lain setelah bertemu dengan Farhan tadi. 🌸🌸🌸 "Han, kalau lo mau nyakitin Bintang pikir-pikir dulu. Karena geng Elang sudah mulai bekerja sama. Lo tau kan jumlah anggot
"Maaf ya gue gak bisa nemenin lo. Yah, doain aja lancar semuanya." Setelahnya Angkasa memakirkan motornya, berjalan berbeda arah, Bintang ke kelas, dirinya harus ke kantor dan menunggu lainnya yang belum datang. 🌸🌸🌸 Farhan tersenyum senang ketika dikelas Bintang hanya cewek itu saja yang ada dikelas."Sendirian aja." Farhan duduk disamping Bintang yang kini tengah memakan sandwichnya. Bintang sewot, suara itu! Ia harus tetap berani walaupun berkebalikan dengan hatinya. "Mau apa sih lo! Pergi sana!" usir Bintang mendorong bahu Farhan hingga cowok itu terjatuh dari kursinya. Farhan kesal sudah cukup ia dipermainkan oleh Bintang, diberi kelakuan manis malah minta perlakuan sadis! "Lo ngusir gue sama aja pingin Angkasa celaka dan...batal mengikuti olimpiadenya." ancam Farhan lalu pergi dengan menutup pintu kelas hingga menimbulkan suara beedebum. 'Angkasa, lo harus hati-hati dan jaga diri baik-baik. Gue takut kalau Farhan itu bakalan habcurin se
"Angkasa... Bangun, jangan tinggalin gue secepat ini." Bintang menangis tiada henti, ia menggenggam tangan Angkasa yang dingin. Beberapa selang dan alat lain menyatu di cowok itu, wajah Angkasa pucat. Kalau saja sekarag Angkasa sudah selesai dengan olimpiadenya dan membawa pulang prestasinya.Rangga yang tak jauh dari Bintang pun menatapnya sendu, kata-kata dokter tadi pun masih teringat jelas, Bintang sudah tau. Tapi cewek itu tak henti-hentinya menangis. Virgo dan Pandu sudah lelah menenangkan Bintang mulai dari tingakh konyolnya, gurauan recehnya dan berbagai pose lucu."Dokter, bagaimana keadaan Angkasa? Dia akan selamat kan? Selamat kan dok?" tanya Bintang khawatir, dokter bernama Prabudi pun menggeleng."Maaf, kepalanya mengalami benturan keras. Dia juga mengalami pendarahan di otaknya, doakan saja yang terbaik. Karena kemungkinan pasien selamat itu sangat kecil." jelasnya, Bintang langsung menerobos pintu masuk UGD tak peduli dengan dua suster yang masih
Bau rokok, lampu temaram dan udara yang pemgap membuat Farhan masih betah sambil memakan satu loyang pizza yang ia beli. "Gue pingin tau nasib Angkasa gimana? Dan masalah lombanya sih batal, sekolah kita berusaha menutupi nama baiknya dengan menggantikan selain Angkasa, walaupun kalah yang terpenting sudah ikut serta."Igo mengangguk. "Iya, menurut infotmasi sih, Angkasa masih belum sadar. Dan lo tau kan reaksinya Bintang gimana?"Farhan tertarik, ah Bintang pasti kondisi cewek itu sedang tertekan."Gimana?""Bintang sering ngelamun, jalannya itu kayak orang linglung, tapi dia dikelilingi oleh geng Elang. Kemanapun dia pergi, pasti ada yang menjaganya." jawab Igo.'Semoga raga lo balik lagi ya Bintang sayang.'🌸🌸🌸Angkasa membuka matanya perlahan, pusing dan rasa sakit dikepalanya menerjangnya. Pandangan samar, nuansa putih, bau obat, dan seorang cewek yang memegang tangannya, nafasnya teratur, Angkasa tak tau siapa.Rangga masuk da