Share

Bab 102

Penulis: Ema Ahman
last update Terakhir Diperbarui: 2024-04-12 23:59:27

Merry masih belum tidur dan menunggu Teguh pulang meskipun waktu sudah menunjukkan pukul sepuluh malam.

“Kamu lama sekali pulangnya, Mas? Memang sesusah itu nyari tempat yang aku bilang ya?” tanya Merry begitu ia membukakan pintu untuk suaminya itu.

Teguh tidak menjawab melainkan buru-buru ke belakang. Pria itu terlihat sangat penat karena berusaha mencari salah satu kaset yang hilang itu selama berjam-jam lamanya. Itu pun dia tidak berhasil mendapatkannya.

“Ih, Mas cuekin aku. Kenapa nggak jawab pertanyaanku sih? Mas ketemu nggak tempat di mana aku membuang kaset-kaset itu?” tanya Merry penasaran.

“Ketemu, Sayang. Tapi kamu buangnya lumayan jauh sih. Makanya ayah kesulitan cari. Ditambah lagi banyak pepohonan di pinggir-pinggir TPAS itu, jadi sulit bedakan mana pohon sirsak, apalagi hari sudah mulai gelap,” jawab Teguh sembari membuka kemeja yang dipakainya.

Teguh merasa dirinya mengeluarkan aroma sampah saat ini. Ditambah lagi sejak berangkat dari Singapura tadi, dirinya belum menye
Bab Terkunci
Membaca bab selanjutnya di APP
Komen (2)
goodnovel comment avatar
Erni Rosita
oh...ternyata dulu teguh model bf
goodnovel comment avatar
Teteng yeni
teguh.....kau stress ....
LIHAT SEMUA KOMENTAR

Bab terkait

  • Anaknya Kau Sayang, Anakku Tak Diinginkan   Bab 103

    Merry terpaku di depan jendela kamarnya sambil menatap ke luar, ke arah balkon tetangganya. Perempuan itu menebak-menebak ke manakah si tuan rumah saat ini? Apakah dia ada di rumah? Apakah orang itu sedang mengawasi kondisi rumah Merry saat ini?Hati Merry waswas dan tak bisa berpikir positif tentang hal ini. Sejujurnya dia belum bisa membuktikan secara akurat 100% bahwa Anggraini adalah orang yang menjadi kakak madunya, yakni istri muda suaminya itu. Tapi perasaan ada yang mengawasi kini tak dapat ia hilangkan. Merry paranoid untuk satu kemungkinan itu.“Bun, apa yang sedang kamu lakukan di situ? Dari tadi ayah lihat kamu selalu berdiri di sana, merenung nggak jelas,” tegur Teguh.Merry tersentak. Panggilan Teguh yang memanggilnya bunda membuatnya spontan menoleh ke belakang. Ya, sejak tadi malam hubungan mereka memang kembali membaik. Keduanya sudah mulai saling memanggil ayah bunda antara satu dengan yang lain. Yah, Merry sudah memutuskan untuk menjaga hubungan pernikahannya denga

    Terakhir Diperbarui : 2024-04-13
  • Anaknya Kau Sayang, Anakku Tak Diinginkan   Bab 104

    “Ada apa, Mas?” Merry menepuk pundak Teguh yang sedang berdiri di pagar sambil celingak-celinguk melihat ke kanan dan kekiri.Teguh menoleh ke belakang dengan mengernyitkan kening. 75% orang yang dia lihat tadi memiliki tingkat kemiripan yang sama dengan Anggraini. Bahkan setelah ojek yang membawa wanita itu lewat, Teguh masih sempat spontanitas mengejar hingga ke depan pagar untuk melihat punggung wanita itu, dan bagaimana pun itu memang mirip Anggraini.“Aku bilang ada apa? Kok muka Mas kelihatan kebingungan begitu? Lihat jidatnya Mas sampai mengerut begitu,” tunjuk Merry pada kening Teguh.Tegug mengusap keningnya.“Ah masa? Nggak kok, tadi Mas pikir pak RW lewat. Mas mau mempertanyakan tentang keamanan komplek kita, kok bisa rumah kita kemalingan pas kita nggak ada tapi nggak ada yang tau. Eh tapi ternyata yang lewat tadi bukan Pak RW deh,” dusta Teguh.Dia tidak ingin membuat Merry merasa paranoid dan berpikir yang bukan-bukan jika dia mengatakan yang sebenarnya bahwa dia melih

    Terakhir Diperbarui : 2024-04-15
  • Anaknya Kau Sayang, Anakku Tak Diinginkan   Bab 105

    Krik … krik … krik …Situasi di salah satu meja coffe shop itu terlihat hening meskipun di meja itu ditempati oleh setidaknya enam orang.“Ayolah, kenapa kalian diam saja? Kayak apa aja gitu loh. Anggre jadi takut nanti,” Suara Asyif memecah kesunyian.Yang terdengar di cafe itu hanya alunan lagu klasik yang mendayu-dayu.Mendengar teguran dari Asyif keempatnya kembali menatap Anggraini seperti baru pertama kalinya melihat seorang perempuan.“Umm, sorry, sorry. Kita nggak bermaksud gitu kok. Cuma kaget aja lihat Asyif tiba-tiba bawa cewek,” sahut salah seorang di antaranya.“Hahaha, benar. Biasanya kan nggak pernah tuh dia kayak gitu. Kita bahkan sampai mikir jangan-jangan dia sukanya yang kayak kita juga. Hahaha, ada batangnya!” gelak temannya yang lain.Anggraini melihat Asyif yang berada di sebelahnya. Siapa yang sangka kalau pria itu benar-benar akan membawa dia bertemu dengan teman-teman SMA-nya.“Ck! Kalian ini ya. Kita single digangguin. Ternyata pas bawa cewek ternyata sama aj

    Terakhir Diperbarui : 2024-04-16
  • Anaknya Kau Sayang, Anakku Tak Diinginkan   Bab 106

    “Kamu yakin merasa nyaman saat ini?” tanya Asyif pada Anggraini yang duduk manis di sebuah sofa bar.Wanita itu tidak melakukan apa pun selain melihat-lihat teman-teman Asyif yang sedang asyik dugem tak jauh dari mereka. “Ya, kenapa memangnya?” Anggraini malah balik bertanya sambil meraih satu kaleng minuman bersoda yang dia pesan tadi.Anggraini tidak mau lagi minum alkohol mengulang kembali kebodohannya beberapa waktu lalu. Lagipula pikirannya cukup jernih untuk saat ini.“Nggak, nggak kenapa-napa. Cuma takut kamu merasa nggak nyaman aja. Terakhir kali kamu ke klub kan sampai mabul berat dan berakhir kamu harus jadi perawat lansia untuk nenekku,” kekeh Asyif mengingatkan Anggraini.“Hahaha, jangan ingatkan itu lagi. Ck! Itu memalukan. Ngomong-ngomong, gimana kabar Bu Haji sekarang?” tanya Anggraini.“Baik. Nenek masih sering nanyain kamu tuh. Kayaknya nenek masih aja mikir kalau kamu tuh calon istriku,” kata Asyif.Anggraini manggut-manggut.“Makanya kamu cari calon istri beneran d

    Terakhir Diperbarui : 2024-04-17
  • Anaknya Kau Sayang, Anakku Tak Diinginkan   Bab 107

    “Pulang, pulang! Ayo pulang!”Asyif yang setengah teler, menggiring keempat orang teman-temannya seakan mereka adalah hewan gembala.“Tapi … aku masih mau joget sama cewek yang itu,” kata Abdi yang mabuk berat sambil berusaha ingin menoleh pada cewek yang dia maksud.“No, no, no!” Asyif menggerak-gerakkan jari telunjuknya sebagai isyarat larangan. “Belum boleh kalau belum halal.”“Asyif, kau … jangan melarang aku, hmm? Kau sepertinya punya kelainan. Apa kau tidak suka cewek?” tuduh Abdi sambil menudingkan jarinya.Sungguh konyol tingkah-tingkah orang mabuk itu.Asyif tidak menyahut melainkan merangkul pundak Abdi.“Aku suka Haruka,” kekehnya.“Siapa itu?”Asyif menujuk Anggraini yang masih duduk di sofa.Sadar orang-orang yang membawanya ke klub malam ini sedang mabuk, Anggraini pun berinisiatif mendekati mereka yang akal sehatnya sudah menghilang entah kemana. “Sudah mau pulang?” tanya Anggraini pada Asyif.Asyif mengerjapkan matanya beberapa kali untuk mempertahankan kesadarannya.

    Terakhir Diperbarui : 2024-04-18
  • Anaknya Kau Sayang, Anakku Tak Diinginkan   Bab 108

    “Kakak, kakak! Ayo bangun!”Suara panggilan seseorang sambil mengguncang-guncang pundaknya dengan pelan membuat tidur Anggraini terganggu. Dengan kelopak mata yang berat ia membuka matanya.“Sholat subuh.”Anggraini mengernyitkan kening. Siapa orang yang repot-repot mau membangunkan dia untuk sholat subuh? Nalarnya berusaha menganalisa semua itu hingga kemudian ia akhirnya sadar kalau sedang berada di rumah orang lain.“Astaga, jam berapa ini?” Anggraini terduduk kaget.“Jam lima,” jawab Syanum.Ah iya, Anggraini lupa kalau malam ini dia sedang menginap di kamar salah satu anggota keluarga Asyif. Anggota keluarga? Entahlah sepertinya seperti itu.Anggraini menurunkan kakinya ke lantai dan lekas berdiri.“Kamar mandi ada di situ!” tunjuk Syanum seperti paham apa yang dicari oleh seorang wanita ketika ia baru saja bangun tidur.“Ya, terimakasih,” ucap Anggraini berterimakasih.Sungguh tuan rumah yang baik.Anggraini baru saja keluar dari kamar mandi ketika ternyata perempuan yang dia du

    Terakhir Diperbarui : 2024-04-19
  • Anaknya Kau Sayang, Anakku Tak Diinginkan   Bab 109

    Pesan dari Syanum di terima oleh Ummi-nya Asyif dengan tangan yang bergetar menahan amarah.Bagaimana tidak, di dalam pesan chat yang ditunjukkan oleh Syanum padanya ada foto perempuan itu. Perempuan yang selama beberapa hari ini membuatnya hampir tidak bisa tidur karena putranya telah melarikan perempuan yang katanya adalah istri orang itu.Dan sekarang apa ini? Tak hanya terkejut dengan pesan chat putri bungsunya, bahkan ia sempat syok melihat foto yang dikirimkan oleh Syanum.Dia kenal wanita itu. Wanita yang belum lama ini dibawa oleh Asyif ke rumah mereka di Jakarta dan diperkenalkan oleh putranya itu sebagai perawat lansia untuk sang nenek dan kemudian hanya berselang beberapa hari saja sudah berhenti bekerja karena katanya anaknya sedang sakit.Ck? Benar-benar licik keduanya, tak hanya perempuan itu, bahkan putranya juga tega membuat kebohongan sebesar ini. Dia berani menjalin hubungan terlarang dengan wanita yang telah bersuami. Sungguh, ini perbuatan yang amat sangat tidak bi

    Terakhir Diperbarui : 2024-04-20
  • Anaknya Kau Sayang, Anakku Tak Diinginkan   Bab 110

    “Eh, Ibu pulang? Ibu dari mana saja?” sambutan Bu Asih yang hangat terdengar senang saat melihat Anggraini datang.Ah, Anggraini lupa tentang keberadaan asisten rumah tangganya itu. Sudah tanggal berapa sekarang? Harusnya tanggal gajian Bik Asih sudah lewat kan? Ya ampun, karena terlalu sibuk dengan masalah hidupnya yang rumit, Anggraini bahkan hampir melupakan kewajibannya yaitu membayar hak orang yang bekerja padanya.“Lama loh Ibu nggak kelihatan. Bapak juga jarang ke sini. Duuuh saya sampai khawatir. Soalnya Bapak sama Ibu nggak ada pesan apa-apa. Takutnya kenapa-kenapa. Beberapa kali saya telepon tapi kayaknya ibu sibuk atau gimana. Telepon saya nggak diangkat. Maaf kalau saya mengganggu ya, Bu,” kata perempuan itu.Anggraini mendengar hal itu langsung membuka ponselnya dan melihat di log riwayat panggilan apa benar Bik Asih ada meneleponnya. Dan setelah dia memeriksanya, ternyata memang benar. Asisten rumah tangga yang datang dan pulang hari membersihkan rumahnya meneleponnya d

    Terakhir Diperbarui : 2024-04-22

Bab terbaru

  • Anaknya Kau Sayang, Anakku Tak Diinginkan   Bab 160

    Dinda menangis keras saat Puspa meraihnya. Entah karena anak berusia satu tahun itu baru bangun atau memang karena dia takut pada sosok Puspa yang tidak familiar, Dinda terkejut saat dirinya langsung ditangkap oleh seorang nenek-nenek yang tidak dia kenal sebelumnya.“Cup! Cup! Jangan menangis, nenek akan membawamu dari sini, Ok? Tenang, tenang jangan menangis!” Puspa berusaha membujuk Dinda yang kini telah berada dalam gendongannya.Melihat putrinya sangat ketakutan, Anggraini merebut paksa Dinda dari Puspa. “Tolong pergi dari sini. Kau membuatnya takut,” desis Anggraini mencoba menahan sabar.“Kau jangan keterlaluan dan bersikap seolah-olah kau adalah ibu kandungnya. Kau tidak punya hak! Aku adalah nenek kandungnya. Dan aku ingin membawanya, aku ingin menjemput cucuku sekarang!”“Anda yang jangan keterlaluan! Ngomong-ngomong soal hak, anda yang tidak punya hak apa-apa terhadap mereka. Aku mengantongi ijin dari pemerintah untuk merawat mereka,” kata Anggraini.“Hah! Izin dari pemeri

  • Anaknya Kau Sayang, Anakku Tak Diinginkan   Bab 159

    Perempuan tua itu menerobos masuk tanpa menghiraukan Anggraini yang berdiri di pagar.“Mama! Tunggu dulu!”Anggraini berusaha mencegah mantan mertuanya itu untuk masuk ke rumahnya. Sebenarnya dia sendiripun sudah enggan menyebut perempuan itu dengan panggilan Mama, namun untuk saat ini ia tidak punya waktu untuk memanggilnya dengan sebutan lain“Jangan halangi aku! Aku akan membawa dia dari sini!”Rupanya keributan di luar membuat Shakila yang sudah masuk ke dalam rumah kembali keluar untuk melihat apa yang terjadi. Demikian pula baby sitternya Dinda menyusul Shakila untuk melihat apa yang terjadi.“Di mana dia? Di mana cucuku!” teriaknya.Anggraini berjalan cepat dan menghalangi Puspa untuk masuk ke dalam rumahnya. Ia membentangkan tangannya lebar-lebar.“Stop! Cukup sampai di situ ya. Tolong bersopan santunlah saat hendak masuk ke rumah orang lain. Aku sangat menghormati tamu, tapi kalau sikap Mama seperti ini aku tidak akan segan-segan mengusir Mama dari rumah ini!” ancam Anggrain

  • Anaknya Kau Sayang, Anakku Tak Diinginkan   Bab 158

    “Kita sudah sampai!!!” seru Asyif yang baru saja mematikan mesin mobil.Shakila segera membukakan pintu mobil dengan lihai, pertanda dia telah biasa melakukannya. Terlihat gadis kecil itu begitu senang telah dibawa jalan-jalan oleh ayah bundanya.“Dih, main tinggal aja. Memang ayah nggak disayang dulu apa?” cibir Asyif pura-pura kecewa saat Shakila hendak langsung keluar.“Oh iya, lupa!” Shakila menepuk jidatnya dan langsung berbalik badan.Cup!! Ia segera mencium pipi Asyif.“Terima kasih jalan-jalannya, Ayah!” ucapnya.“Dan mainannya juga!” celutuk Anggraini mengingatkan Shakila agar tidak lupa mengucapkan terimakasih juga atas belanjaan mainan Anggraini yang seabrek.“Oh, iya! Lupa lagi. Terimakasih mainannya juga, Ayah!” ucapnya.Asyif mengangguk-anggukkan kepalanya sambil mengelus kepala anak itu.“Ya, nanti ajak adek main juga ya!” kata Asyif.“Hu’ uh!” jawab Shakila mengiyakan.Anak perempuan itu segera turun dari mobil setelah membawa beberapa mainan yang bisa dia bawa terlebi

  • Anaknya Kau Sayang, Anakku Tak Diinginkan   Bab 157

    “Kila, pulang yuk!” ajak Anggraini dengan nada sebal.Bagaimana dia tidak sebal, sedari tadi dia hanya mengikuti kedua orang itu keliling-keliling di Mall sekaligus menjadi tukang angkut barang-barang belanjaan Shakila yang sengaja dibelikan Asyif untuknya. Sementara kedua orang, bapak dan anak itu berjalan di depannya sambil tertawa cekikikan. Bukankah itu harusnya terbalik? Harusnya dia yang menuntun Shakila dan Asyif yang membawakan barang-barang belanjaan mereka. Dasar, sungguh tidak gentleman! gerutu Anggraini“Pulang? Yang benar aje, rugi dong!” sahut Asyif membuat Anggraini semakin lebih sebal lagi.“Nanti, Bun. Kita kan belum makan. Belum makan ice cream juga. Benar kan, Yah?” kata Shakila pada Asyif meminta dukungan dari Asyif.“Benar tuh. Bundamu tuh nggak tau. Lagian buat apa sih cepat-cepat pulang? Sudahlah, nikmati aja dulu. Lagian nggak tiap hari kan kita jalan-jalan begini?”Anggraini mendengus.“Bukannya apa-apa, ih. Dinda di rumah takutnya rewel gimana?” “Ada si Mba

  • Anaknya Kau Sayang, Anakku Tak Diinginkan   Bab 156

    “Kila, ada Bunda yang jemput tuh!”Shakila yang tengah bermain perosotan di halaman sekolah langsung menoleh ke arah gurunya, lalu melihat lagi ke arah yang ditunjuk ibu guru tersebut.Tak jauh dari sana ada Anggraini yang melambaikan tangan sambil berjalan ke arah mereka.“Bundaaaaa!!!” panggil bocah itu sambil buru-buru berlari ke arah Anggraini.Begitu sampai di dekat Anggraini, Shakila pun lantas menghambur ke pelukan Anggraini dan yang segera dibalas peluk pula oleh Anggraini.“Lama nunggu Bunda nggak?” tanya Anggraini.“Nggak kok. Kila baru aja pulang, kata Bu Guru, Kila main aja dulu sambil tungguin Bunda,” jawab gadis kecil itu.Anggraini tersenyum. Satu tahun lebih dia telah mengasuh anak itu beserta adiknya. Sudah banyak perubahan yang terjadi termasuk pada tumbuh kembang mereka. Shakila sudah tidak lagi bicara cadel seperti dulu. Gadis kecil itu juga sudah tumbuh menjadi anak yang lebih ceria meninggalkan tampilan imutnya di tahun-tahun sebelumnya.Anggraini membungkukkan s

  • Anaknya Kau Sayang, Anakku Tak Diinginkan   Bab 155

    Anggraini bengong sesaat dengan secarik kertas berwarna putih di tangannya. “Kamu nggak apa-apa?” tanya Asyif.Pria ini entah bagaimana menyediakan diri untuk membantu Anggraini dan menemaninya dalam kepengurusan masalah Dinda yang sudah berlangsung selama beberapa hari itu. Kebetulan juga Sophia tidak bisa menemaninya hari ini.Anggraini menarik napas dalam-dalam sebelum akhirnya dia mengangguk. Hari ini dia pergi ke kantor catatan sipil untuk mencetak ulang kartu keluarganya sebagai syarat agar dia bisa membawa pulang kembali Dinda. Sebelum staf itu memberikan padanya Kartu Keluarga itu, setitik keinginan di hati Anggraini berharap bahwa Kartu Keluarga yang dia inginkan itu tidak mencetak nama Merry di sana. Walaupun sebelumnya dia sendiri sudah pernah ke sini untuk menanyakannya langsung. Dan ternyata benar, bahwa di Kartu Keluarga itu terpampang dengan nyata nama Merry dan putrinya. Dan sekarang Anggraini benar-benar memegang Kartu Keluarga itu dalam bentuk fisik.“Kartu keluarg

  • Anaknya Kau Sayang, Anakku Tak Diinginkan   Bab 154

    Sophia yang baru saja memesan makanan siap saji, saat membalikkan badannya heran karena tidak melihat Anggraini di meja yang tadi mereka telah pilih. Namun kemudian kebingungannya berubah menjadi keterkejutan saat melihat Anggraini ada di depan outlet sedang bertengkar dengan seseorang yang dia tidak kenal.“Itu anak saya, berikan dia pada saya!!” teriak perempuan itu dengan kencang sehingga pertengkaran mereka menarik perhatian banyak mata.Anggraini mengelak saat perempuan itu ingin mengambil kembali bayi yang berada dalam gendongannya.“Ini Dinda. Katakan, sebenarnya kamu ini siapa? Kamu siapanya dia? Mana Ibu Septi?” tanya Anggraini menyebutkan nama ibunya Merry.“Ape hal kau kata ni? Aku tak paham apa cakap kau tu. Kalau tak bagi anak aku sekarang juga, aku akan report kau ke polis!” ancamnya.Anggraini geleng-geleng kepala.“Sana laporkan saja! Aku juga akan melakukan hal yang sama. Aku sudah mendengar apa yang kamu katakan di telepon. Kamu mau bawa dia ke negaramu, tapi kamu ti

  • Anaknya Kau Sayang, Anakku Tak Diinginkan   Bab 153

    “Jadi kamu yakin nggak mau balik lagi ke Jakarta?” tanya Sophia saat mereka sedang makan siang di kediaman orang tua Sophia di Jakarta.Anggraini mengangguk.“Ya, aku mau menetap di Bandung aja deh kayaknya. Soalnya kerjaanku juga di sana kan? Di sini juga aku kayak yang bingung mau ngapain,” kata Anggraini.Anggraini mengangguk.“Iya sih. Kalau di Jakarta membuat kamu nggak nyaman, sebaiknya ditinggalin aja. Tapi kalau aku boleh kasih saran meski kamu tinggal di Bandung, kamu nggak usah tinggal di rumah itu lagi. Jual aja tuh rumah. Pasti kamu juga nggak pengen teringat terus tentang mereka kan? Sudahlah, buka lembaran baru saja. Kalau kamu setuju, entar aku bantu jualkan rumah itu,” kata Sophia menjelaskan.Anggraini mengangguk.“Iya makanya itu aku lebih pilih ngontrak dulu sebelum aku dapat rumah baru. Entar kalau rumahnya laku dijual aku cari rumah lain aja,” jawab Anggraini terhadap saran sahabatnya itu.“Nah gitu donk! Jadi habis makan kita jadi ke pengadilan agama nih?” “Beso

  • Anaknya Kau Sayang, Anakku Tak Diinginkan   Bab 152

    Kedatangan mereka disambut dengan baik oleh keluarga Merry. Bahkan begitu mereka keluar dari dalam mobil, nenek Shakila yang juga merupakan ibu dari Merry itu langsung menyambut cucu-cucunya. “Kila, kamu sudah besar, Nak? Peluk nenek!” pinta wanita itu. Shakila mundur beberapa langkah dan kini bersembunyi di belakang tubuh Anggraini. Wanita itu menatap Anggraini. Tersungging seulas senyum di bibirnya. Entahlah, sekilas Anggraini merasa kalau senyum itu berbeda, menimbulkan kesan sinis. “Maaf, kamu istri pertamanya Teguh?” tanya wanita itu. Anggraini membenarkan meski dalam hati ia cukup terkejut mengetahui bahwa perempuan itu mengetahui bahwa dia adalah istri tua dari Teguh. “Iya, benar. Kenapa ibu tahu?” tanya Anggraini dengan nada sedikit tidak suka. Bagaimana tidak? Anggraini heran dengan kenyataan bahwa ibu ini seperti perempuan tidak tahu malu yang telah menikahkan putrinya pada suami orang lain. Bahkan Anggraini bisa melihat foto figura besar di ruang tamu rumah it

DMCA.com Protection Status