Share

Bab 108

Penulis: Ema Ahman
last update Terakhir Diperbarui: 2024-04-19 23:52:07

“Kakak, kakak! Ayo bangun!”

Suara panggilan seseorang sambil mengguncang-guncang pundaknya dengan pelan membuat tidur Anggraini terganggu. Dengan kelopak mata yang berat ia membuka matanya.

“Sholat subuh.”

Anggraini mengernyitkan kening. Siapa orang yang repot-repot mau membangunkan dia untuk sholat subuh? Nalarnya berusaha menganalisa semua itu hingga kemudian ia akhirnya sadar kalau sedang berada di rumah orang lain.

“Astaga, jam berapa ini?” Anggraini terduduk kaget.

“Jam lima,” jawab Syanum.

Ah iya, Anggraini lupa kalau malam ini dia sedang menginap di kamar salah satu anggota keluarga Asyif. Anggota keluarga? Entahlah sepertinya seperti itu.

Anggraini menurunkan kakinya ke lantai dan lekas berdiri.

“Kamar mandi ada di situ!” tunjuk Syanum seperti paham apa yang dicari oleh seorang wanita ketika ia baru saja bangun tidur.

“Ya, terimakasih,” ucap Anggraini berterimakasih.

Sungguh tuan rumah yang baik.

Anggraini baru saja keluar dari kamar mandi ketika ternyata perempuan yang dia du
Bab Terkunci
Membaca bab selanjutnya di APP
Komen (1)
goodnovel comment avatar
Ar Ni
lama amat to Thor ke cerita inti capex deh
LIHAT SEMUA KOMENTAR

Bab terkait

  • Anaknya Kau Sayang, Anakku Tak Diinginkan   Bab 109

    Pesan dari Syanum di terima oleh Ummi-nya Asyif dengan tangan yang bergetar menahan amarah.Bagaimana tidak, di dalam pesan chat yang ditunjukkan oleh Syanum padanya ada foto perempuan itu. Perempuan yang selama beberapa hari ini membuatnya hampir tidak bisa tidur karena putranya telah melarikan perempuan yang katanya adalah istri orang itu.Dan sekarang apa ini? Tak hanya terkejut dengan pesan chat putri bungsunya, bahkan ia sempat syok melihat foto yang dikirimkan oleh Syanum.Dia kenal wanita itu. Wanita yang belum lama ini dibawa oleh Asyif ke rumah mereka di Jakarta dan diperkenalkan oleh putranya itu sebagai perawat lansia untuk sang nenek dan kemudian hanya berselang beberapa hari saja sudah berhenti bekerja karena katanya anaknya sedang sakit.Ck? Benar-benar licik keduanya, tak hanya perempuan itu, bahkan putranya juga tega membuat kebohongan sebesar ini. Dia berani menjalin hubungan terlarang dengan wanita yang telah bersuami. Sungguh, ini perbuatan yang amat sangat tidak bi

    Terakhir Diperbarui : 2024-04-20
  • Anaknya Kau Sayang, Anakku Tak Diinginkan   Bab 110

    “Eh, Ibu pulang? Ibu dari mana saja?” sambutan Bu Asih yang hangat terdengar senang saat melihat Anggraini datang.Ah, Anggraini lupa tentang keberadaan asisten rumah tangganya itu. Sudah tanggal berapa sekarang? Harusnya tanggal gajian Bik Asih sudah lewat kan? Ya ampun, karena terlalu sibuk dengan masalah hidupnya yang rumit, Anggraini bahkan hampir melupakan kewajibannya yaitu membayar hak orang yang bekerja padanya.“Lama loh Ibu nggak kelihatan. Bapak juga jarang ke sini. Duuuh saya sampai khawatir. Soalnya Bapak sama Ibu nggak ada pesan apa-apa. Takutnya kenapa-kenapa. Beberapa kali saya telepon tapi kayaknya ibu sibuk atau gimana. Telepon saya nggak diangkat. Maaf kalau saya mengganggu ya, Bu,” kata perempuan itu.Anggraini mendengar hal itu langsung membuka ponselnya dan melihat di log riwayat panggilan apa benar Bik Asih ada meneleponnya. Dan setelah dia memeriksanya, ternyata memang benar. Asisten rumah tangga yang datang dan pulang hari membersihkan rumahnya meneleponnya d

    Terakhir Diperbarui : 2024-04-22
  • Anaknya Kau Sayang, Anakku Tak Diinginkan   Bab 111

    Puspa menerobos masuk begitu saja bahkan sebelum Anggraini mempersilahkan. Demikian pun dengan Riani yang memang selalu ikut ibunya kemana-mana.“Mbak Anggre sekarang jarang di rumah ya? Aku beberapa kali sempat ke sini tapi kayaknya nggak ada orang,” sapa Riani berbasa-basi dengan iparnya itu.Anggraini menanggapi dengan senyum kecut.“Ya, sekarang Mbak banyak kesibukan,” jawab Anggraini seadanya.“Mas Teguh juga jarang pulang ya, Mbak. Coba hitung sudah berapa lama Mbak Anggre dan Mas Teguh nggak ke rumah. Dua atau tiga bulan ada kali,” lanjut Riani berceloteh sambil dia juga berjalan masuk.Anggraini mengikuti saja ke dua orang itu hingga persis seperti dugaannya, mertuanya itu pasti melihat koper-koper yang baru dia bawa turun ke bawah.Puspa mengernyitkan kening dan menoleh ke belakang ke arah Anggraini. Wanita berusia di atas lima puluh tahunan itu menatap tajam Anggraini.“Kamu mau kemana, Anggre? Bawa koper sebanyak ini, kamu mau pindah? Kamu tidak mungkin mau berlibur bawa ba

    Terakhir Diperbarui : 2024-04-23
  • Anaknya Kau Sayang, Anakku Tak Diinginkan   Bab 112

    “Tolong bantu angkat sebagian barang-barangku, Phi!” pinta Anggraini saat ia menyongsong kedatangan Sophia. Sophia yang baru saja turun dari mobil melihat mobil yang dipakai oleh Puspa dan Riani parkir di sisi lain depan rumah itu.“Ada mertuamu?” tanya Sophia tidak suka.Anggraini membenarkan pertanyaan Anggraini itu melalui isyarat mata. Setelah itu ia pun kembali masuk ke dalam rumah untuk mengambil koper-kopernya.Di sofa ruang tamu itu duduk dengan penuh amarah sang mertua, namun Anggraini tak mempedulikannya. Ia hanya perlu mengangkat koper-kopernya ini dan segera hengkang dari rumah ini tanpa mempedulikannya lagi. “Kalau kau ingin bercerai dengan Teguh, jangan pernah berharap untuk bisa kembali ke rumah ini, dan jangan berpikir untuk mendapat harta gono gini karena tak sepeser uangpun kau punya hak di rumah ini. Ini semua punya Teguh,” kata Puspa memperingatkanMendengar perkataan ibunya Teguh yang terkesan sangat merendahkan Anggraini itu, Sophia tak tahan untuk tidak angkat

    Terakhir Diperbarui : 2024-04-24
  • Anaknya Kau Sayang, Anakku Tak Diinginkan   Bab 113

    Anggraini baru saja keluar dari pengadilan agama setelah ia selesai mengurus berkas perceraiannya dan mendaftarkan gugatan cerainya terhadap Teguh. Dan kini ia sedang berada di dalam mobil Sophia yang sedari tadi menjemputnya di rumahnya hingga berada di depan pengadilan agama ini.Layar ponsel Anggraini menyala, membuat Anggraini kini memusatkan perhatiannya pada sebuah panggilan telepon yang dia terus abaikan sejak berada di dalam tadi.Sebuah panggilan telepon dari Teguh yang totalnya mungkin sudah ada dua puluhan di log riwayat panggilan pada perangkat ponselnya. Tentu saja pria itu telah mengetahui tentang dirinya yang akan menggugat cerai pria itu. Dia pasti sudah diberitahu oleh ibunya. Anggraini sangat tahu itu.“Siapa? Calon mantan suamimu itu?” tanya Sophia sinis.Anggraini membenarkan dengan mengangkat alisnya.“Biarin aja, nggak usah diangkat,” larang Sophia.“Aku angkat aja sih, Phi. Takutnya kalau nggak diangkat dia akan terus gangguin aku. Lagipula bagus kalau kami ngo

    Terakhir Diperbarui : 2024-04-26
  • Anaknya Kau Sayang, Anakku Tak Diinginkan   Bab 114

    Sophia melirik Anggraini yang selama beberapa menit yang lalu menghentikan ocehannya pada Teguh tanpa menutup panggilan telepon tersebut. Sophia tidak perlu mengkhawatirkan Anggraini sepertinya. Wanita itu cukup tangguh untuk menghadapi Teguh meski hanya la lewat telepon saja.Tak lama terdengar suara Anggraini menghela napas panjang.“Baiklah, kau tidak perlu menjawabnya lagi. Apa pun yang menjadi alasanmu, aku sudah tidak butuh untuk tahu. Sampai jumpa di pengadilan nanti, dan tolong jangan persulit proses perceraian kita. Ini tidak sulit karena tidak ada yang aku ingin perebutkan denganmu. Aku juga tidak butuh pembagian harta atau sejenisnya. Hanya datang, atau tidak perlu datang sama sekali. Itu lebih bagus!” pinta Anggraini kemudian menutup panggilan teleponnya.Usai menelepon Anggraini menatap lurus ke depan. Bohong jika dia bilang ini tidak berpengaruh pada perasaannya. Ini membuat hatinya tidak karuan.“Kamu baik-baik aja, Anggre. Mau aku berhentikan dulu mobilnya? Kita cari t

    Terakhir Diperbarui : 2024-04-27
  • Anaknya Kau Sayang, Anakku Tak Diinginkan   Bab 115

    “Mas, aku mau pergi senam dulu. Nggak apa-apa kan kalau Kila sama Mas dulu?” tanya Merry pada Teguh yang sedang menonton televisi sambil menemani Shakila.“Hum, kamu yakin mau pergi sendiri? Nggak perlu diantar?” tanya Teguh malas tanpa menoleh pada Merry.“Nggak. Nggak usah. Aku masih bisa bawa motor sendiri kok. Apalagi kalau Kila nggak ikut, malah makin gampang,” kata Merry menolak secara halus.Bagaimana mungkin dia mengijinkan Teguh untuk mengantarkan dirinya ke gymnasium sementara ada Anggraini di sana.Merry sendiri tidak begitu mengerti apa yang terjadi. Setelah hampir dua minggu Anggraini absen untuk melatih senam, bahkan Merry tidak melihatnya sama sekali di rumah sebelah, akhirnya melalui grup WA member senam untuk kelas ibu hamil itu akhirnya mendapat pemberitahuan dari instruktur senam itu untuk hadir pada hari ini.Tidak mengherankan bagi Merry jika Anggraini tidak pernah terlihat sama sekali selama beberapa waktu terakhir ini. Wanita itu pasti tahu kalau suaminya maksud

    Terakhir Diperbarui : 2024-04-28
  • Anaknya Kau Sayang, Anakku Tak Diinginkan   Bab 116

    Sesi senam untuk kelas bumil sudah berakhir. Para peserta sibuk membereskan diri sendiri, sebagian ada yang mengganti pakaian di ruang senam, sementara yang lain ada yang melakukannya di toilet.Anggraini sendiri memilih untuk melakukannya terakhir dari yang lain. Ia memberikan kesempatan untuk para member senam yang semuanya sedang dalam kondisi mengandung itu untuk berganti pakaian terlebih dahulu. Ibu hamil tentu saja adalah prioritas.Sepanjang menunggu, Anggraini duduk berselonjor bersandar di dinding sambil tangannya mengutak-atik ponsel miliknya. Perhatiannya teralihkan ketika sebuah bayangan jatuh tepat di atas dirinya. Merry berdiri tepat di hadapannya. Tubuh perempuan itu rupanya menghalangi cahaya lampu yang menerangi ruang studio senam itu.Anggraini mengernyitkan kening.“Ya, Mer? Kenapa?” tanyanya sambil menutupi layar ponselnya.Sesungguhnya pada saat itu Anggraini sedang membalas chat dari Asyif. Pria itu sedang meminta bantuan pada Anggraini agar mau bertemu dengan k

    Terakhir Diperbarui : 2024-04-29

Bab terbaru

  • Anaknya Kau Sayang, Anakku Tak Diinginkan   Bab 160

    Dinda menangis keras saat Puspa meraihnya. Entah karena anak berusia satu tahun itu baru bangun atau memang karena dia takut pada sosok Puspa yang tidak familiar, Dinda terkejut saat dirinya langsung ditangkap oleh seorang nenek-nenek yang tidak dia kenal sebelumnya.“Cup! Cup! Jangan menangis, nenek akan membawamu dari sini, Ok? Tenang, tenang jangan menangis!” Puspa berusaha membujuk Dinda yang kini telah berada dalam gendongannya.Melihat putrinya sangat ketakutan, Anggraini merebut paksa Dinda dari Puspa. “Tolong pergi dari sini. Kau membuatnya takut,” desis Anggraini mencoba menahan sabar.“Kau jangan keterlaluan dan bersikap seolah-olah kau adalah ibu kandungnya. Kau tidak punya hak! Aku adalah nenek kandungnya. Dan aku ingin membawanya, aku ingin menjemput cucuku sekarang!”“Anda yang jangan keterlaluan! Ngomong-ngomong soal hak, anda yang tidak punya hak apa-apa terhadap mereka. Aku mengantongi ijin dari pemerintah untuk merawat mereka,” kata Anggraini.“Hah! Izin dari pemeri

  • Anaknya Kau Sayang, Anakku Tak Diinginkan   Bab 159

    Perempuan tua itu menerobos masuk tanpa menghiraukan Anggraini yang berdiri di pagar.“Mama! Tunggu dulu!”Anggraini berusaha mencegah mantan mertuanya itu untuk masuk ke rumahnya. Sebenarnya dia sendiripun sudah enggan menyebut perempuan itu dengan panggilan Mama, namun untuk saat ini ia tidak punya waktu untuk memanggilnya dengan sebutan lain“Jangan halangi aku! Aku akan membawa dia dari sini!”Rupanya keributan di luar membuat Shakila yang sudah masuk ke dalam rumah kembali keluar untuk melihat apa yang terjadi. Demikian pula baby sitternya Dinda menyusul Shakila untuk melihat apa yang terjadi.“Di mana dia? Di mana cucuku!” teriaknya.Anggraini berjalan cepat dan menghalangi Puspa untuk masuk ke dalam rumahnya. Ia membentangkan tangannya lebar-lebar.“Stop! Cukup sampai di situ ya. Tolong bersopan santunlah saat hendak masuk ke rumah orang lain. Aku sangat menghormati tamu, tapi kalau sikap Mama seperti ini aku tidak akan segan-segan mengusir Mama dari rumah ini!” ancam Anggrain

  • Anaknya Kau Sayang, Anakku Tak Diinginkan   Bab 158

    “Kita sudah sampai!!!” seru Asyif yang baru saja mematikan mesin mobil.Shakila segera membukakan pintu mobil dengan lihai, pertanda dia telah biasa melakukannya. Terlihat gadis kecil itu begitu senang telah dibawa jalan-jalan oleh ayah bundanya.“Dih, main tinggal aja. Memang ayah nggak disayang dulu apa?” cibir Asyif pura-pura kecewa saat Shakila hendak langsung keluar.“Oh iya, lupa!” Shakila menepuk jidatnya dan langsung berbalik badan.Cup!! Ia segera mencium pipi Asyif.“Terima kasih jalan-jalannya, Ayah!” ucapnya.“Dan mainannya juga!” celutuk Anggraini mengingatkan Shakila agar tidak lupa mengucapkan terimakasih juga atas belanjaan mainan Anggraini yang seabrek.“Oh, iya! Lupa lagi. Terimakasih mainannya juga, Ayah!” ucapnya.Asyif mengangguk-anggukkan kepalanya sambil mengelus kepala anak itu.“Ya, nanti ajak adek main juga ya!” kata Asyif.“Hu’ uh!” jawab Shakila mengiyakan.Anak perempuan itu segera turun dari mobil setelah membawa beberapa mainan yang bisa dia bawa terlebi

  • Anaknya Kau Sayang, Anakku Tak Diinginkan   Bab 157

    “Kila, pulang yuk!” ajak Anggraini dengan nada sebal.Bagaimana dia tidak sebal, sedari tadi dia hanya mengikuti kedua orang itu keliling-keliling di Mall sekaligus menjadi tukang angkut barang-barang belanjaan Shakila yang sengaja dibelikan Asyif untuknya. Sementara kedua orang, bapak dan anak itu berjalan di depannya sambil tertawa cekikikan. Bukankah itu harusnya terbalik? Harusnya dia yang menuntun Shakila dan Asyif yang membawakan barang-barang belanjaan mereka. Dasar, sungguh tidak gentleman! gerutu Anggraini“Pulang? Yang benar aje, rugi dong!” sahut Asyif membuat Anggraini semakin lebih sebal lagi.“Nanti, Bun. Kita kan belum makan. Belum makan ice cream juga. Benar kan, Yah?” kata Shakila pada Asyif meminta dukungan dari Asyif.“Benar tuh. Bundamu tuh nggak tau. Lagian buat apa sih cepat-cepat pulang? Sudahlah, nikmati aja dulu. Lagian nggak tiap hari kan kita jalan-jalan begini?”Anggraini mendengus.“Bukannya apa-apa, ih. Dinda di rumah takutnya rewel gimana?” “Ada si Mba

  • Anaknya Kau Sayang, Anakku Tak Diinginkan   Bab 156

    “Kila, ada Bunda yang jemput tuh!”Shakila yang tengah bermain perosotan di halaman sekolah langsung menoleh ke arah gurunya, lalu melihat lagi ke arah yang ditunjuk ibu guru tersebut.Tak jauh dari sana ada Anggraini yang melambaikan tangan sambil berjalan ke arah mereka.“Bundaaaaa!!!” panggil bocah itu sambil buru-buru berlari ke arah Anggraini.Begitu sampai di dekat Anggraini, Shakila pun lantas menghambur ke pelukan Anggraini dan yang segera dibalas peluk pula oleh Anggraini.“Lama nunggu Bunda nggak?” tanya Anggraini.“Nggak kok. Kila baru aja pulang, kata Bu Guru, Kila main aja dulu sambil tungguin Bunda,” jawab gadis kecil itu.Anggraini tersenyum. Satu tahun lebih dia telah mengasuh anak itu beserta adiknya. Sudah banyak perubahan yang terjadi termasuk pada tumbuh kembang mereka. Shakila sudah tidak lagi bicara cadel seperti dulu. Gadis kecil itu juga sudah tumbuh menjadi anak yang lebih ceria meninggalkan tampilan imutnya di tahun-tahun sebelumnya.Anggraini membungkukkan s

  • Anaknya Kau Sayang, Anakku Tak Diinginkan   Bab 155

    Anggraini bengong sesaat dengan secarik kertas berwarna putih di tangannya. “Kamu nggak apa-apa?” tanya Asyif.Pria ini entah bagaimana menyediakan diri untuk membantu Anggraini dan menemaninya dalam kepengurusan masalah Dinda yang sudah berlangsung selama beberapa hari itu. Kebetulan juga Sophia tidak bisa menemaninya hari ini.Anggraini menarik napas dalam-dalam sebelum akhirnya dia mengangguk. Hari ini dia pergi ke kantor catatan sipil untuk mencetak ulang kartu keluarganya sebagai syarat agar dia bisa membawa pulang kembali Dinda. Sebelum staf itu memberikan padanya Kartu Keluarga itu, setitik keinginan di hati Anggraini berharap bahwa Kartu Keluarga yang dia inginkan itu tidak mencetak nama Merry di sana. Walaupun sebelumnya dia sendiri sudah pernah ke sini untuk menanyakannya langsung. Dan ternyata benar, bahwa di Kartu Keluarga itu terpampang dengan nyata nama Merry dan putrinya. Dan sekarang Anggraini benar-benar memegang Kartu Keluarga itu dalam bentuk fisik.“Kartu keluarg

  • Anaknya Kau Sayang, Anakku Tak Diinginkan   Bab 154

    Sophia yang baru saja memesan makanan siap saji, saat membalikkan badannya heran karena tidak melihat Anggraini di meja yang tadi mereka telah pilih. Namun kemudian kebingungannya berubah menjadi keterkejutan saat melihat Anggraini ada di depan outlet sedang bertengkar dengan seseorang yang dia tidak kenal.“Itu anak saya, berikan dia pada saya!!” teriak perempuan itu dengan kencang sehingga pertengkaran mereka menarik perhatian banyak mata.Anggraini mengelak saat perempuan itu ingin mengambil kembali bayi yang berada dalam gendongannya.“Ini Dinda. Katakan, sebenarnya kamu ini siapa? Kamu siapanya dia? Mana Ibu Septi?” tanya Anggraini menyebutkan nama ibunya Merry.“Ape hal kau kata ni? Aku tak paham apa cakap kau tu. Kalau tak bagi anak aku sekarang juga, aku akan report kau ke polis!” ancamnya.Anggraini geleng-geleng kepala.“Sana laporkan saja! Aku juga akan melakukan hal yang sama. Aku sudah mendengar apa yang kamu katakan di telepon. Kamu mau bawa dia ke negaramu, tapi kamu ti

  • Anaknya Kau Sayang, Anakku Tak Diinginkan   Bab 153

    “Jadi kamu yakin nggak mau balik lagi ke Jakarta?” tanya Sophia saat mereka sedang makan siang di kediaman orang tua Sophia di Jakarta.Anggraini mengangguk.“Ya, aku mau menetap di Bandung aja deh kayaknya. Soalnya kerjaanku juga di sana kan? Di sini juga aku kayak yang bingung mau ngapain,” kata Anggraini.Anggraini mengangguk.“Iya sih. Kalau di Jakarta membuat kamu nggak nyaman, sebaiknya ditinggalin aja. Tapi kalau aku boleh kasih saran meski kamu tinggal di Bandung, kamu nggak usah tinggal di rumah itu lagi. Jual aja tuh rumah. Pasti kamu juga nggak pengen teringat terus tentang mereka kan? Sudahlah, buka lembaran baru saja. Kalau kamu setuju, entar aku bantu jualkan rumah itu,” kata Sophia menjelaskan.Anggraini mengangguk.“Iya makanya itu aku lebih pilih ngontrak dulu sebelum aku dapat rumah baru. Entar kalau rumahnya laku dijual aku cari rumah lain aja,” jawab Anggraini terhadap saran sahabatnya itu.“Nah gitu donk! Jadi habis makan kita jadi ke pengadilan agama nih?” “Beso

  • Anaknya Kau Sayang, Anakku Tak Diinginkan   Bab 152

    Kedatangan mereka disambut dengan baik oleh keluarga Merry. Bahkan begitu mereka keluar dari dalam mobil, nenek Shakila yang juga merupakan ibu dari Merry itu langsung menyambut cucu-cucunya. “Kila, kamu sudah besar, Nak? Peluk nenek!” pinta wanita itu. Shakila mundur beberapa langkah dan kini bersembunyi di belakang tubuh Anggraini. Wanita itu menatap Anggraini. Tersungging seulas senyum di bibirnya. Entahlah, sekilas Anggraini merasa kalau senyum itu berbeda, menimbulkan kesan sinis. “Maaf, kamu istri pertamanya Teguh?” tanya wanita itu. Anggraini membenarkan meski dalam hati ia cukup terkejut mengetahui bahwa perempuan itu mengetahui bahwa dia adalah istri tua dari Teguh. “Iya, benar. Kenapa ibu tahu?” tanya Anggraini dengan nada sedikit tidak suka. Bagaimana tidak? Anggraini heran dengan kenyataan bahwa ibu ini seperti perempuan tidak tahu malu yang telah menikahkan putrinya pada suami orang lain. Bahkan Anggraini bisa melihat foto figura besar di ruang tamu rumah it

DMCA.com Protection Status