“Presdir, apa Anda sudah tahu tentang berita yang sedang trending hari ini?” tanya Nichole pada Saka yang sibuk menandatangani berkas-berkas yang ia bawa.“Tentang dollar yang turun tadi pagi? Sudah,” jawab Saka tanpa mengalihkan tatapannya dari berkas-berkas di depannya. “Kalau berita yang lain aku belum lihat karena sibuk.”“Bukan!” keluh Nichole dan menghela napas panjang. “Ini tentang Nona Ariana, Presdir.”Saka menghentikan kegiatannya begitu mendengar nama Ariana disebutkan. Ia mendongakkan wajahnya dan menatap Nichole dengan pandangan bertanya.“Berita apa yang kamu maksud?” tanya Saka memastikan.Nichole tidak langsung menjelaskan, ia membuka dulu ponselnya dan menunjukkan berita yang ia maksud pada Saka. “Berita ini, Presdir. Gempar sekali di media sosial, bahkan beberapa orang sampai marah karena kasus ini.”Saka membaca berita itu dengan sebelah mata. “Oh, berita ini.” Saka menyerahkan ponsel Nichole kembali dan melanjutkan pekerjaannya. “Jangan pernah menunjukkan berita sep
Keduanya terdiam sejenak dan saling memandang satu sama lain. Rasanya, waktu berhenti untuk beberapa detik sampai akhirnya Ariana yang tersadar terlebih dahulu. Ariana dengan cepat memalingkan wajahnya dan menjauh dari Saka.“Ma-maaf.” entah mengapa, Ariana ingin meminta maaf.Saka yang sebenarnya tidak tidur itu pun bangkit dari posisinya. Diam-diam, Ariana mencoba melirik ke arah Saka. Raut wajahnya yang menekuk seperti itu membuat Ariana merasa sedikit ketakutan. Ia takut membuat suasana hati Saka memburuk karena kelakuannya.“Ikut aku. Ada yang ingin aku bicarakan denganmu,” ucap Saka tanpa menatap ke arah Ariana.Ariana melihat pandangan Saka yang datar dan dingin. Tanpa banyak bicara dan hanya bisa pasrah, Ariana berjalan mengikuti Saka yang keluar dari kamar Felix. Mereka sampai di ruang kerja Saka. Pria itu segera duduk di kursi yang ada di sana, sementara Ariana hanya berdiri dan tidak berani bergerak sedikit pun. Apalagi ketika Saka menatapnya dengan tatapan menginterogasi.
‘Akhirnya tertidur juga,’ batin Ariana sembari menatap Felix yang tengah tertidur dengan tenang dan nyenyak. Bahkan, Ariana juga melihat sedikit senyum di wajah Felix. Melihatnya saja membuat dada Ariana tenang rasanya.Setelah puas memperhatikan wajah anaknya, Ariana memutuskan untuk keluar dari kamar Felix. Baru saja ia menutup pintu dan membalikkan badannya, ia terkejut saat melihat sosok Saka tengah bersandar di dinding dan menatapnya.Saka terlihat seolah sudah menunggunya untuk keluar dari kamar Felix sedari tadi. Setelah melihat Ariana, Saka membalikkan badannya dan memberi pandangan pada Ariana untuk mengikuti langkahnya.“Ikut aku,” perintah Saka pada Ariana. Seperti biasa, tidak ada nada hangat dalam caranya berbicara.‘Ada apa lagi kali ini,’ batin Ariana kebingungan. Meski begitu, ia mengikuti langkah Saka tanpa protes.Kali ini, Saka tidak membawa Ariana ke ruangannya, melainkan mereka duduk di ruang tengah. Setelah Saka duduk, barulah Ariana ikut duduk dan memilih sofa y
“Selamat siang, Presdir,” ucap Ariana, Alano, dan Sutradara yang datang dengan Nichole.“Ah, iya. Selamat siang,” balas Saka dengan nada suaranya yang seperti biasa. Untung saja ia bisa mengendalikan keterkejutannya meski sedikit canggung. “Ada perihal apa kalian datang kemari tanpa memberi kabar terlebih dahulu?”Mendengar hal itu, Nichole melangkah maju dan mencoba menjelaskannya pada Saka. “Presdir, mereka semua di sini ingin menyampaikan masalah skandal yang menimpa para pemain drama yang diproduksi oleh agensi kita. Saya tidak tahu apakah Anda sudah melihatnya atau belum, tetapi mereka sudah melakukan konferensi pers untuk meredakan rumornya.”Kali ini, Sutradara maju mendekati Saka. “Presdir. Saya sebagai penanggung jawab untuk proyek ini ingin menyampaikan permintaan maaf yang sebesar-besarnya atas kejadian yang menimpa kita kemarin. Ini semua di luar kendali kami dan kami sendiri juga tidak tahu dari mana rumor itu berasal dan siapa yang menyebarkannya. Kami akan berusaha lebi
“Apa benar Paman Tampan adalah papa Felix yang asli?” tanya Felix dengan mata besarnya yang membulat sempurna.Ariana mengangguk. Ia masih merasa bersalah karena sudah berbohong pada anaknya. “Benar, Paman Saka sebenarnya adalah papa kandungmu, Felix,” ucap Ariana mencoba meyakinkan anaknya.“Tapi, kenapa Paman Tampan tidak pernah bilang pada Felix kalau dia papa Felix?” tanya Felix bingung. “Apa Paman Tampan tidak suka kalau Felix anaknya?”Ariana tersentak mendengar penuturan Felix. “Tidak! Mana mungkin begitu. Buktinya, Paman Saka kan baik padamu. Dia kasih kamu banyak hadiah. Emm … Paman Saka cuma bingung saja bagaimana menjelaskannya pada Felix karena baru kali ini bertemu dengan Felix setelah sekian lama.”“Benarkah?” Felix bangkit dari tidurnya dan merangkak mendekati Ariana. “Beneran Paman Tampan sayang sama Felix?”Ariana terdiam menatap mata berbinar anaknya. “Iya. Mana mungkin dia tidak sayang pada anaknya sendiri, kan? Apalagi Felix itu anak yang pintar. Dia pasti sangat s
Mendengar suara Saka yang meninggi, Ariana tersentak. “Ba-baiklah. Aku akan bawa Felix pulang sekarang juga,” ucap Ariana dengan suara bergetar.Wanita itu langsung saja mematikan teleponnya tanpa menunggu balasan dari Saka. Ia tidak mau mendengar suara pria itu lagi. Ia tidak suka saat ada orang yang berteriak padanya, apalagi dengan alasan tidak jelas.‘Huh, menyeramkan sekali, sih!’ gerutu Ariana dalam hati sembari mengelus dada. Ia berusaha menenangkan diri sebelum berjalan menuju Felix dan Jake yang menunggunya.“Mama!” sapa Felix dengan mulut yang sedikit belepotan karena sisa es krim yang tadi ia makan.Ariana tersenyum pada Felix dan mengambil tisu basah yang selalu ia bawa. “Felix, sekarang kita pulang, ya? Tiba-tiba ada urusan mendadak yang harus Mama urus,” ucap Ariana.“Eh? Kenapa tiba-tiba?”Ariana menoleh pada Jake dan mengangguk. “Iya, maaf, Jake. Kami harus pulang sekarang. Tidak usah repot-repot mengantarkan kami pulang, aku akan panggil taksi saja.”“Tapi, nanti–”“T
“Paman Tam—Eh, Papa?!”Felix yang melihat kedatangan orang yang sudah ia tunggu-tunggu itu segera turun dari kasurnya. Kaki kecilnya berjalan cepat ke arah Saka yang baru saja masuk ke kamarnya.“Sst!” Saka meletakkan jari telunjuknya di depan bibir ketika melihat Ariana yang tertidur pulas. Felix segera menghentikan langkahnya dan menutup mulut. Ia mengangguk cepat setelah paham dengan maksud Saka.Akan tetapi, Ariana yang tertidur tidak membuat reuni ayah dan anak itu terasa canggung. Saka segera menarik Felix ke dalam gendongannya. Terlihat senyum lebar di kedua sudut bibir laki-laki itu.“Sst, Mama sedang tidur. Mama sepertinya capek sekali hari ini. Jangan sampai membuat Mama terbangun, ya, Pa,” bisik Felix di telinga Saka.Mendengar hal itu, Saka berusaha menahan tawanya. Ada desiran aneh dalam dadanya ketika mendengar Felix memanggilnya dengan sebutan ‘Papa’. Tidak pernah Saka membayangkan dirinya akan disebut seperti itu oleh orang lain. Awalnya, ia berpikir akan biasa saja,
“Apa? Aku juga ikut?” Ariana menatap Saka dengan pandangan tidak percaya.“Iya, ikutlah bersama kami,” ucap Saka sekali lagi. “Cepat ganti bajumu. Jangan membuatku malu karena kamu pergi dengan pakaian seperti itu!”“Ba-baiklah! Beri aku waktu sebentar,” seru Ariana. Ia segera bangkit dan berlari ke kamarnya.Ariana langsung berlari ke kamar mandi, ia membersihkan wajahnya agar lebih segar, untungnya ia sudah mandi bersamaan dengan Felix mandi tadi. Ia segera membuka lemari pakaiannya dan mencari gaun mana yang paling cocok untuk acara keluarga Wilson. “Ya ampun, kenapa tiba-tiba mengajakku ikut juga, sih?” gumam Ariana kewalahan. “Duh, apa tidak apa-apa untukku ikut? Aku bahkan belum mempersiapkan diri!”Akhirnya, pilihan Ariana jatuh pada gaun putih dengan pita abu-abu. Ia memilihnya tanpa pikir panjang. Ia hanya pernah memakai gaun itu sekali saat datang ke acara penghargaan.Tak hanya itu, Ariana pun mencoba memakai riasan dalam waktu singkat. Untungnya, ia berhasil siap dalam wa
“Mama cantik sekali …. seperti putri yang ada di film-film!”Ariana menoleh pada Felix yang tidak mengalihkan tatapannya darinya. Wajah anak empat tahun itu masih terlihat polos, ditambah ketika mulutnya menganga kecil membuat Felix terlihat menggemaskan.“Masa, sih?” Ariana menyentuh wajahnya. “Iya! Mama yang paling cantik! Mama cocok sekali pakai gaun putihnya!”Alice yang berada di antara kedua orang itu mendengkus. “Tentu saja! Kan Mami yang desain bajunya!”Ariana tertawa melihat respon Alice. “Kamu benar. Terima kasih sudah mau menuruti permintaan egoisku, Alice. Karena Saka minta tanggal pernikahannya harus cepat, kamu jadi tidak bisa tidur demi mengerjakan gaunnya.”Alice menggeleng. Ia menatap Ariana yang terlihat menawan dalam balutan gaun putih dengan rok yang mengembang seperti bunga mawar putih yang mekar. Riasan Ariana tidaklah berlebihan, sangat pas untuk acara pernikahan. Rambutnya yang panjang itu dikepang dan disanggul, lalu dihias dengan tiara sederhana tetapi terl
Setelah itu, kelima orang itu pun berkumpul di belakang mansion. Sebelum acara dimulai, mereka mempersiapkan beberapa perlengkapan. Saka dan Arnold menyiapkan alat masak, sedangkan Ariana, Diana, Grace, dan Felix mulai menyiapkan bahan-bahannya.“Hmm … kenapa mereka tidak datang juga, ya?” gumam Diana yang terlihat khawatir.“Eh? Mereka siapa, Ma? Bukannya sudah lengkap?” tanya Ariana heran.“Itu, teman—”“Kami datang! Maaf ya menunggu lama!”Tiba-tiba, terdengar seruan dari belakang Ariana. Ariana yang mendengar suara yang tidak asing pun dengan cepat menoleh ke asal sumber suara. Matanya melebar dan senyumnya mengembang.“Kalian?!” Ariana berseru tidak percaya saat melihat Alano, Alice, dan Nichole datang. Ariana berjalan ke arah Alice dan memeluknya sejenak. “Kalian juga diundang?”Alano dan Alice mengangguk mantap. Diana yang ikut bergabung pun berkata, “Iya, Mama juga mengundang mereka. Mereka teman-temanmu, kan? Nichole juga datang karena dia sudah seperti anakku sendiri, hihi.
Brak! Brak! Brak!Hari ini rasanya sama sekali tidak menenangkan seperti biasanya. Felix yang sejak tadi menunggu Ariana itu menggedor-gedor pintu kamar Ariana dengan bersemangat.“Mama! Mama! Cepatlah! Apa masih lama ganti bajunya?!” teriak Felix tidak sabaran.“Sebentar, Sayang!” teriak Ariana dari dalam kamar.Wanita itu sebenarnya sudah memakai gaunnya, hanya saja ia masih perlu menata rambut dan memasang anting-antingnya. Belum lagi ia harus memakai make up. Meski Ariana tetap cantik tanpa menggunakan make up, tetapi rasanya akan sangat kurang jika ia tidak merias wajahnya saat pergi ke luar. “Ma, aku masuk, ya!” teriak Felix lagi. Kali ini, ia menggapai gagang pintu kamar Ariana dan mendorongnya.“Eh, Felix?!” seru Ariana terkejut. Namun, ia tidak bisa berbuat apa-apa dan membiarkan Felix untuk masuk.“Duh, Mama ini padahal udah cantik, apa masih perlu pakai make up?” protes Felix.Ariana menggembungkan pipinya dan menatap anaknya yang sudah tampan itu. Ia menatap Felix dengan
“Apa? Siapa?” Ariana sebenarnya masih belum paham dengan apa yang dikatakan oleh Saka kepadanya. Pria itu seperti ingin memberitahukan sesuatu pada Ariana, tetapi di sisi lain, dia juga tidak mau. Ariana pun bingung dan penasaran di saat yang sama.“Bukankah Ayah saya meninggal karena sakit, Tuan?” tanya Ariana sekali lagi. Ia mulai tertarik dengan topik pembicaraan Saka yang tiba-tiba.Saka terdiam mendengar rentetan pertanyaan dari Ariana. Sayangnya, ada satu hal yang lebih menarik perhatiannya daripada topik pembicaraan yang baru saja ia angkat itu. Saka tersenyum kecil dan berkata, “Aku baru sadar kalau selama ini kamu memanggilku dengan embel-embel ‘Tuan’. Aku kan bukan majikanmu. Kamu bisa panggil aku Saka atau panggilan apapun yang kamu suka. Kamu juga bisa bicara dengan santai, tidak perlu kaku dan formal begitu.”Ariana tergagap. Sebenarnya ia terbiasa memanggil Saka dengan sebutan Tuan karena Saka menjadi atasannya di agensi tempatnya bermain drama terakhir kali. Ia jadi ket
‘Kenapa dia ada di sini? Bukannya semalam dia ada di atas sofa?’ batin Ariana kelabakan. Ini memang bukan pertama kalinya dia dan Saka berada di ranjang yang sama. Setiap kali Felix meminta mereka tidur bersama, selalu saja hal seperti ini terjadi.Akan tetapi, Ariana tidak mendorong Saka untuk menjauh. Ia justru diam dan menata wajah tampan Saka yang tertidur dengan pulas. Dia tampak tenang setelah semalam terjaga membantunya merawat Felix yang terus menangis kesakitan.Yang tidak Ariana ketahui adalah, Saka sebenarnya juga kurang tidur selama sebulan terakhir. Banyak hal yang harus ia urus. Apalagi ia juga disibukkan dengan Felix dan pikirannya yang terus berputar tentang Ariana yang tidak ada di sisinya.‘Ternyata dia juga bisa memasang wajah polos seperti ini. Padahal biasanya dia selalu mengernyitkan alisnya tajam dan punya aura wibawa yang luar biasa,’ batin Ariana lagi. ‘Tapi sekarang dia seperti anak kecil.’‘Kalau dilihat-lihat, Felix mirip sekali dengannya,’ batin Ariana cem
“Alice! Alice!”Begitu mendapatkan panggilan dari Saka yang mengatakan bahwa Felix tengah sakit, Ariana langsung bangkit menuju Alice yang sedang bersantai di kamarnya.“Ada apa, Ariana? Kenapa panik begitu?” tanya Alice keheranan.Ariana melompat ke atas kasur Alice sambil menjawab, “Felix sakit, Alice! Kita harus pergi ke mansion Tuan Saka sekarang!” Alice berseru mendengarnya, “Hah? Felix sakit? Kalau begitu kita harus cepat ke sana!”. Dengan cepat ia pun mengambil kunci mobilnya dan menarik lengan Ariana untuk berlari bersama menuju basemant apartemennya.Alice tentu saja dengan senang hati membantu Ariana untuk bertemu dengan Felix. Alice tahu betapa rindunya Ariana pada anaknya itu, apalagi akhir-akhir ini mereka juga merasakan duka mendalam setelah kepergian Jake. Dengan adanya kesempatan untuk bertemu dengan Felix, maka Alice tidak akan menyia-nyiakannya.“Terima kasih banyak sudah mengantarkanku kemari, Alice,” ucap Ariana ketika mereka sudah berada di depan gerbang mansion
Kematian Jake yang tiba-tiba mengejutkan semua orang yang mengenalnya, termasuk Alano dan Alice. Jenazah Jake dikembalikan ke keluarganya, keluarga Leonardo. Berita itu pun juga membuat ayah dan ibu Jake terpukul. Mereka tidak pernah membayangkan jika anaknya akan pergi di usia muda.“Tidak … Jake … kenapa kamu pergi meninggalkan, Mama?! Jake!! Mama minta maaf karena tidak pernah menunjukkan kasih sayang Mama ke kamu! Jake … bangunlah ... Mama tahu kamu cuma tidur!”Seorang wanita meraung-raung di atas pusara yang menjadi tempat peristirahatan Jake untuk yang terakhir kali. Wanita itu adalah ibu Jake. Ia sempat pingsan beberapa kali di hari kematian anaknya itu. Sementara itu, pria yang berdiri di sebelahnya sama sekali tidak menangis, tetapi ia memiliki tatapan mata yang kosong.Selama ini, Ariana mendengar bahwa kedua orang tua Jake sama sekali tidak pernah memberikan perhatiannya pada Jake. Makanya Jake sempat jadi anak nakal selama beberapa waktu demi menarik perhatian kedua orang
“Arrgh!”“Tidak! Jake!”Beruntungnya, Ariana selamat dari percobaan pembunuhan itu. Namun, sayangnya harus ada orang yang menjadi korban. Jake yang berada di dekat Ariana pun menyadari adanya wanita aneh yang berusaha mendekati Ariana. Ketika ia tahu bahwa wanita itu membawa pisau, Jake dengan cepat bergerak menarik Ariana dalam pelukannya.“Jake! Jake!”Punggung Jake nampak basah dengan cairan berwarna merah. Pria itu jatuh dalam pelukan Ariana yang terlihat masih sangat syok. Beberapa kali pria itu mengerang kesakitan sembari memuntahkan darah dari mulutnya. Sementara itu, wanita yang membawa pisau itu diam di tempatnya.“Tidak! Tidak mungkin! Kenapa bukan kamu yang mati, Ariana!” teriak Luna yang sudah hilang kewarasannya. “Arrghh!” Sementara itu, Jake berteriak kesakitan sebelum akhirnya hampir kehilangan kesadarannya.Sambil berteriak kencang, Luna berusaha untuk kabur dari sana. Namun, tentu saja tidak semudah itu. Nichole yang ada di dekat pintu dengan cepat menghentikan langk
Hari ini adalah hari pertemuan Ariana dengan Jake. Karena namanya masih belum pulih sepenuhnya dari netizen, Alano memesankan tempat khusus di restoran itu agar ia bisa berbincang dengan Jake dengan tenang. Namun, tentu saja Ariana tetap memakai penyamaran khusus agar tidak menarik perhatian orang-orang yang mengenal wajahnya.Tak butuh waktu lama bagi Ariana berangkat dari mansion Alice ke restoran itu. Dia hanya butuh waktu 15 menit saja dengan berangkat menggunakan mobil. Begitu sampai, ia menoleh ke kanan dan ke kiri, berusaha melihat apakah ada seseorang yang mengikutinya.‘Sepertinya aman,’ batin Ariana sembari memegang kunci pintu mobil. Ia pun segera membukanya dan keluar dari sana.Baru saja Ariana keluar dan menoleh ke arah pintu restoran, terlihat seorang pria sedang berdiri di sana. ia tersenyum dan melambaikan tangannya ke arah Ariana.Wanita itu terdiam memandang Jake yang menatapnya. Sudah lama sekali sejak ia melihat Jake di luar seperti ini. Melihat pria itu sehat dan