“Sudah, sudah! Ayo duduk kalian berdua! Apa tidak lelah berdiri terus sepanjang hari?” ucap Alice yang membuyarkan fokus orang-orang.Ariana dan Alano pun duduk di sofa yang ada di hadapan Saka dan Nichole. Felix dengan cepat segera menghampiri Ariana dan langsung duduk di pangkuan ibunya.“Felix, bagaimana harimu?” tanya Ariana.“Menyenangkan!” jawab Felix cepat. “Aku undang Paman Nichole dan Paman Tampan untuk datang kemari, soalnya aku mau kasih kukis yang kemarin kita buat ke mereka.”‘Paman Tampan?’ batin Alano saat mendengar ucapan Felix. Ia segera menoleh pada Saka dan Nichole, bertanya-tanya siapa ‘Paman Tampan’ yang dikatakan oleh Felix. Sebenarnya, ada satu orang yang cocok dengan sebutan itu, tetapi Alano tidak mau mengakuinya.‘Tunggu dulu, entah kenapa mereka terlihat tidak asing,’ batin Alano bertanya-tanya.Sementara itu, Felix melanjutkan ceritanya, “Aku senang bisa punya teman baru. Kata Mama, kalau punya teman harus saling berbagi apa yang kita punya, kan? Jadi, aku
“Sampai di sini saja kunjungannya. Kalian boleh kembali bekerja sekarang,” perintah Saka yang membuat Nichole kembali menoleh pada Saka. Nichole tidak menyangka jika Saka akan menyelesaikan kunjungan mereka lebih cepat dari yang ada di jadwal. Padahal, biasanya Saka selalu mengikuti sesuai jadwal kecuali jika ada keadaan darurat.Bahkan, orang-orang yang ikut saling menatap dengan keheranan dengan keputusan sang Presdir yang tiba-tiba itu. Wajah mereka pucat, hingga salah satu dari mereka menghampiri Saka.“Maaf, Presdir, apa terjadi sesuatu yang membuat Anda tidak nyaman?” tanya orang itu dengan khawatir, takut berbuat salah tanpa dia ketahui.Nichole yang paham apa yang terjadi segera menjadi penengah di antara mereka. “Sudah, tidak apa-apa. Presdir hanya sedang ada urusan mendadak, jadi terpaksa harus menghentikan kegiatan ini. Tapi, setidaknya kita sudah berkeliling hampir ke semua tempat. Menurut Presdir, pengelolaan tempat ini sudah cukup baik. Untuk masalah peningkatannya nant
“Felix, meski kamu punya keinginan seperti itu, kamu jangan sampai mengatakan hal itu di depan dia, ya?” nasihat Ariana. “Bisa saja nanti dia sudah punya anak dan keluarga. Dia pasti akan jadi tidak enak hati dan canggung kalau mendengar ucapanmu.”Felix menatap Ariana dengan cemberut, matanya tiba-tiba berkaca-kaca. Dia menjawab, “Jadi, Paman Tampan sudah punya anak juga?”Melihat hal itu, Ariana jadi panik. “Eh? Bukan, maksudnya, kita tidak tahu apakah dia punya anak atau tidak, belum tentu juga dia punya anak.”“Begitu, ya? Oke, Mama …,” jawab Felix dengan lesu. Dalam hati, ia masih ingin memiliki ayah seperti Saka. Rasanya, ia tidak mau Saka punya anak selain dirinya. Namun, ia juga tidak bisa membantah ucapan Ariana.Tiba-tiba, raut wajah sedih Felix menghilang digantikan dengan raut wajah cerianya, seolah ia sudah melupakan kesedihannya barusan. Ada hal yang terjadi tadi siang, yang membuat Felix merasa senang.“Oh, iya, Mama! Tadi siang Paman Tampan belikan aku banyak mainan j
‘Ariana? Apa mungkin Ariana yang itu?’ batin Saka terkejut. Hanya ada satu nama Ariana yang terpikirkan olehnya saat ini, yaitu ibu dari anaknya, Felix.“Tunjukkan kami di mana tempatnya,” perintah Saka tanpa pikir panjang. Kru itu pun segera menunjukkan lokasi di mana Ariana terjatuh. Banyak orang yang berdiri di ujung tebing itu. Mereka berteriak seolah sedang mencoba berbicara dengan orang yang ada di dasar tebing. Beberapa saling berbincang satu sama lain, seolah sedang berusaha mencari ide yang tepat dan berpikir bagaimana caranya agar mereka bisa menyelamatkan Ariana.Bersamaan dengan itu, Sutradara yang juga tidak kalah paniknya dengan para kru itu kini semakin memucat saat melihat kedatangan sang pemilik agency.“Ya, ampun, Presdir. Saya benar-benar lupa jika Anda akan datang hari ini,” ucap Sutradara itu dengan gugup. “Jelaskan apa yang sedang terjadi. Aku dengar terjadi kecelakaan di sini,” perintah Saka dengan tegas.Sutradara sudah tidak bisa mengelak lagi. “Itu ... bena
Tak lama, dokter yang dikirimkan oleh Harry pun datang bersamaan dengan tim penyelamat yang tadi mereka telepon. Saka sempat memprotes tentang keterlambatan mereka saat dokter melihat kondisi Ariana.Beruntungnya, Ariana tidak terluka parah, bahkan kakinya hanya terkilir ringan dan tidak mengalami keretakan di tulangnya. Namun, ada baiknya untuk diperiksakan lebih lanjut. Dokter juga memberikan beberapa resep obat untuk Ariana.“Tuan, terima kasih sudah menyelamatkan saya,” ucap Ariana ketika yang lainnya pergi meninggalkan tenda. Saka menoleh pada Ariana dan berdeham. “Tidak masalah. Cepatlah sembuh,” ucap Saka dan langsung pergi meninggalkan Ariana. Jika terlalu lama berada di dekatnya, entah mengapa jantung Saka jadi berdetak tidak beraturan.“Nichole, ayo kita kembali,” perintah Saka setelah Nichole mengurus kedatangan tim penyelamat.“Baik, Tuan!” Ketika Saka dan Nichole sudah berada di dalam mobil dan sedang dalam perjalanan ke perusahaan mereka, Nichole tidak bisa berhenti me
“Apa? Nichole, kau ini benar-benar—”“Tuan-Tuan! Makanannya sudah siap, mari kita makan bersama,” ucap Ariana yang baru saja muncul dan tanpa sengaja memotong ucapan Saka.“Wah, terima kasih banyak, Nona Ariana!” Nichole segera kabur dari pandangan Saka sebelum atasannya itu memarahinya lebih lanjut.Saka mendengkus kesal dan memutuskan untuk diam dan mengikuti langkah Felix ke meja makan. Mereka duduk berempat di sana dan bersiap untuk makan. Masakan Ariana malam itu sederhana, hanya sebuah pasta. Namun, mereka memakannya habis tanpa bersisa.Felix yang duduk di sebelah Saka terus memperhatikan Saka tanpa henti. Bahkan, Felix juga mengikuti gerak-gerik Saka ketika ia makan dan menirunya. Ketika selesai makan, ia masih saja tidak mengalihkan tatapannya.“Paman Tampan,” panggil Felix, “Bagaimana masakan mamaku? Enakkan? Paman suka, ‘kan?” Saka yang tidak menyangka akan mendapatkan pertanyaan seperti itu dari Felix menjadi gugup. Ia tidak pernah dekat dengan anak kecil, maka dari itu k
Proses pemulihan Ariana ternyata berjalan cukup cepat dan hanya dalam waktu seminggu saja, Ariana sudah bisa kembali untuk melakukan aktivitas syuting. Ia datang dengan langkah tegap seolah ia tidak pernah mengalami kecelakaan yang membuatnya mendapatkan luka di sana-sini sebelumnya.Itu semua berkat orang-orang yang ada di sekitar Ariana. Wanita itu mungkin memang tidak memiliki keluarga yang lengkap—tidak ada ayah maupun ibu yang memperhatikannya, tetapi Ariana punya teman-teman yang setia dan perhatian padanya. Baik Alano, Alice, maupun Jake, mereka benar-benar memperhatikan Ariana dan tidak membiarkan Ariana bergerak sedikit pun. Rasanya, Ariana mendapatkan perlakuan layaknya seorang putri raja dari mereka.Tak hanya itu, selama sakit pula, Felix selalu menurut pada Ariana. Tidak pernah Felix rewel maupun merengek padanya. Yang ada justru Felix malah merasa kasihan dan menangis jika melihat Ariana kesakitan.Yang terakhir adalah perlakuan dari Saka. Meski Ariana memandang Saka seb
Bunyi gebrakan pintu yang amat keras membuat Felix terlonjak. Melihat adanya seorang wanita paruh baya yang Ariana kenal dan berdiri di depan pintu apartemennya, Ariana langsung menutup pintu dengan membantingnya.Akan tetapi, sebelum Ariana sempat mengunci pintu, pintunya kembali terbuka dengan paksa. Kekuatan pria yang berdiri di sebelah wanita paruh baya itu membuat Ariana tidak bisa menahan pintu. Hingga akhirnya pintu itu pun terbuka dengan lebar.“Dasar anak tidak tahu diuntung! Bisa-bisanya kamu menutup pintu dengan keras di depan orang tuamu!” suara wanita itu meninggi setelah ia berhasil masuk satu langkah ke dalam apartemen Ariana.Wanita yang bernama Maria itu menoleh ke sana-kemari, matanya memperhatikan apa yang ada di depannya. Tidak terlihat adanya sikap ramah di wajahnya itu. Ariana sendiri tidak bisa berkutik. Ia yang tadi terdorong ke belakang karena kalah kekuatan itu tidak bisa menahan mereka untuk masuk.Mata Maria kini menatap nyalang ke arah Ariana. Ia pun melan