“Ayah kandung Felix ....”Saka mengangguk sebagai balasan dari gumaman Ariana. “Tidak peduli kamu lupa atau tidak tahu, tetapi isi dari perjanjian itu mengatakan kalau anak yang akan kamu lahirkan adalah sepenuhnya milikku. Bayaran tinggi yang aku berikan itu adalah sebagai upah rahimmu yang aku sewa, bukan karena aku butuh pasangan tidur saja.”Ariana menunduk dan termenung. Ia berusaha menyerap baik-baik perkataan Saka. Semua informasi yang diberikan Saka rasanya terlalu banyak dan mendadak bagi Ariana. Namun, Saka nampaknya tidak peduli dan terus melanjutkan ucapannya.“Aku butuh pewaris, dan Felix adalah pewarisku.”Wanita di hadapan Saka itu masih diam dan tidak merespon. Kepalanya terlalu pusing untuk memutuskan sesuatu.“Apa itu artinya … Anda akan membawa Felix?”“Tentu saja,” jawab Saka mantap.Ariana mendongak dan menatap mata kelam Saka yang tidak kenal ampun. Namun, tidak ada ketakutan dari tatapan Ariana. Justru, ada kekuatan di dalam sana ketika ia sadar jika kini mereka
“Presdir, apa Anda yakin ingin membawa Felix ke mansion Anda?” tanya Nichole sembari mengikuti langkah Saka. Mereka baru saja kembali dari ruang rapat dan akan menuju ruang kerja Saka.Nichole sebenarnya tidak tahu seperti apa perbincangan yang sudah Saka lakukan dengan Ariana kemarin. Nichole hanya mendengarkan beberapa poinnya saja dari Saka setelahnya. Namun, Nichole masih tidak nyaman ketika mengingat bagaimana ekspresi Ariana setelah ia datang membawa Felix.Setelah mereka hanya berdua saja, Saka berkata jika ia punya niat untuk membawa Felix secepatnya.“Tentu saja,” jawab Saka singkat. Ia tidak mengubah keputusannya meski Nichole terus bertanya akan hal yang sama berulang kali. Langkah pria itu sempat terhenti saat ia berada di depan pintu dan menunggu Nichole untuk membukakan pintunya. Setelah terbuka, ia pun masuk ke ruangannya.“Bagaimana kalau dia tidak mau? Memangnya ada anak yang mau dipisahkan dengan ibunya? Apalagi Felix terlihat sangat dekat dengan Nona Ariana,” komen
Alice yang menyadari bahwa Diana tidak menanggapi ucapannya itu mendadak panik. Ia lalu mengintip ke arah Diana, tetapi ia justru melihat Diana memasang ekspresi yang sulit Alice baca.‘Jangan-jangan Nyonya Diana marah padaku karena datang terlalu pas?!’ batin Alice panik. Bisa-bisa nasib butiknya akan berada di ujung tanduk jika ia tidak memuaskan salah satu orang berpengaruh di negaranya ini.“Nyonya Diana, saya minta maaf. Tolong jangan marah. Untuk ke depannya, saya tidak akan datang terlambat lagi dan akan datang sepuluh menit lebih awal dari janji temu. Tolong beri saya kesempatan lagi!” ucap Alice berusaha merebut hati Diana.Wanita itu tersadar setelah mendengar seruan dari Alice. Matanya pun beralih pada Alice yang sudah ia abaikan selama beberapa menit.“Ah! Emm … tidak, aku tidak marah, kok. Kamu juga tidak terlambat dan justru datang tepat waktu,” ucap Diana yang sadar akan lamunannya.Mendengar hal itu, Alice tersenyum sumringah. Ia bersyukur tidak membuat Diana kecewa. “
“Presdir? Selamat datang!” sapa Sutradara menyambut kedatangan Saka dengan segera bangkit dari duduknya.“Mari duduk dulu di tenda saya. Saya akan menyuruh orang untuk mengantarkan minuman dan camilan untuk Anda,” ajak Sutradara dengan mengajak Saka untuk keluar dari tenda itu.Namun, Saka tidak bergerak dari tempatnya berdiri. “Tidak perlu repot-repot. Aku tidak lama di sini. Aku hanya ingin bertemu dengan Nona Ariana sebentar saja,” tolak Saka.Pria itu mengalihkan tatapannya pada seorang wanita yang tersentak ketika namanya disebutkan. Ariana khawatir jika Saka akan berbuat yang aneh-aneh.“Nona Ariana, ikut saya sebentar ke mobil. Ada yang ingin saya bicarakan dengan Anda,” ucap Saka.“Baik,” jawab Ariana dengan tidak bersemangat. Alano menatapnya dari samping tanpa berkedip. Ia mengkhawatirkan teman wanitanya itu karena sejak tadi tidak terlihat baik-baik saja. Awalnya ia ragu, tetapi Ariana tidak punya alasan dan kekuatan untuk menolak. Jadi, ia pun berdiri dan mengikuti Saka d
“Tuan Saka? Dia sungguhan ayah kandung Felix?” Alice masih saja tidak percaya dengan apa yang dikatakan oleh Ariana. “Bukannya kamu tidak tahu siapa ayah kandungnya? Kenapa bisa-bisa tahu begini?” tanya Alice memastikan.“Aku memang tidak tahu. Sepertinya, dia juga tidak mengenaliku awalnya. Tapi, dia bilang mulai curiga padaku ketika ia melihat gelang berbandul krystal bintang yang ada di tas Felix,” cerita Ariana. “Sepertinya sejak itu dia mulai menyelidiki tentangku dan Felix.”Alice menggeleng-gelengkan kepala ketika mendengar penjelasan Ariana. “Ya ampun, aku tidak menyangka jika dia ternyata adalah laki-laki yang suka berbuat mesum dan bersenang-senang dengan wanita. Kelihatannya saja orang yang terhormat dan baik-baik. Ternyata … dia sama saja dengan pria hidung belang lainnya!”Ariana tertawa kecil mendengar ucapan sahabatnya itu. “Tidak, Alice. Sepertinya kamu salah paham.”“Hah? Salah paham bagaimana, Ariana?”“Seperti yang kamu tahu, dulu ibu tiriku menjualku pada ayah Feli
“Apa yang kamu lakukan sampai Ariana terjatuh ke danau, hmm?”Luna mengernyit tajam. “Apa maksud Kak Alano? Kak Alano nuduh aku yang menjatuhkan Ariana, ya?!” tanya Luna tidak terima. Ia memasang wajah sedihnya dan bersiap-siap untuk segera menangis jika Alano terus menuduhnya. Alano mendengkus dan memutar bola matanya bosan. “Sudahlah, Luna. Terserah kamu mau mengelak seperti apa. Mau kamu berpura-pura tidak tahu atau berpura-pura jadi korban pun aku tidak peduli lagi. Tapi ingat! Aku tidak akan percaya begitu saja kalau ini semua hanya kecelakaan biasa!” Alano kemudian membalikkan badan dan pergi dari sana.Luna yang ditinggal sendiri itu menggeram dan mengepalkan tangannya erat. Wajahnya sudah sangat memerah karena menahan amarah.‘Sial! Tidak kusangka dia bisa menuduhku seperti itu! Ternyata dia pintar juga, sepertinya tidak mudah membohongi orang yang satu itu!’ batin Luna sembari menatap punggung Alano tajam.***“Mama, apa benar kita akan pergi ke rumahnya Paman Tampan sekaran
“Ehem!” Saka berdeham untuk menetralisir detak jantung dan kepanikan sesaatnya.Ariana yang mulai sadar dengan apa yang ia lakukan pun akhirnya menyadari jika dirinya sedang memeluk orang lain dengan seenaknya, tanpa izin dari orang tersebut. Ariana mundur beberapa langkah, lalu mendongak untuk melihat siapa orang tersebut.Wajah Ariana semakin pucat ketika mengetahui siapa orang yang baru saja ia peluk itu. “Astaga! Ya ampun, maafkan saya, Tuan Saka! Saya benar-benar tidak sengaja! Saya kira tadi saya mendengar dan melihat hantu!””Alis Saka mengernyit. “Hantu?” gumam Saka keheranan.“I-itu ....” Ariana berusaha memikirkan alasan yang sesuai. Ia malu karena sudah dewasa tetapi masih saja takut dengan hantu. “Tuan, saya permisi dulu. Saya akan kembali ke atas dan melihat Felix. Permisi!” ujar Ariana mengubah topik pembicaraan dan berlari meninggalkan Saka seorang diri di sana.Berlari menaiki tangga yang tinggi dan banyak membuat napas Ariana berderu cepat. Ia berusaha mengatur napasn
“Presdir, apa Anda sudah tahu tentang berita yang sedang trending hari ini?” tanya Nichole pada Saka yang sibuk menandatangani berkas-berkas yang ia bawa.“Tentang dollar yang turun tadi pagi? Sudah,” jawab Saka tanpa mengalihkan tatapannya dari berkas-berkas di depannya. “Kalau berita yang lain aku belum lihat karena sibuk.”“Bukan!” keluh Nichole dan menghela napas panjang. “Ini tentang Nona Ariana, Presdir.”Saka menghentikan kegiatannya begitu mendengar nama Ariana disebutkan. Ia mendongakkan wajahnya dan menatap Nichole dengan pandangan bertanya.“Berita apa yang kamu maksud?” tanya Saka memastikan.Nichole tidak langsung menjelaskan, ia membuka dulu ponselnya dan menunjukkan berita yang ia maksud pada Saka. “Berita ini, Presdir. Gempar sekali di media sosial, bahkan beberapa orang sampai marah karena kasus ini.”Saka membaca berita itu dengan sebelah mata. “Oh, berita ini.” Saka menyerahkan ponsel Nichole kembali dan melanjutkan pekerjaannya. “Jangan pernah menunjukkan berita sep