“Ariana, ayo kita menikah!”Ucapan singkat itu membuat Ariana menganga sepenuhnya. Dalam beberapa detik, ia membeku seperti ada yang rusak dalam pikirannya. Ariana pun mengerjap beberapa kali dan berusaha meyakinkan dirinya bahwa ia tidak salah dengar.“... apa? Me ... nikah?”Saka mengangguk mantap. “Iya, menikah. Tapi hanya pernikahan pura-pura,” sambung Saka.Mendengar kata terakhir itu, Ariana menghela napas panjang. “Oh … pura-pura,” gumamnya. Hampir saja ia mati karena terkejut, ternyata itulah yang diingankan Saka sebenarnya.“Tidak ada jalan lain lagi untuk membersihkan namaku dan namamu selain dengan jalan pernikahan. Ini juga untuk kebaikan Felix” jelas Saka sekali lagi. “Jika aku membuat konferensi pers dan membantah berita itu, yang ada Felix akan tersakiti dan akan susah untuk mengumumkannya sebagai pewaris di masa depan nanti.”Saka melanjutkan, “Dengan pernikahan ini, kita bisa mengumumkan bahwa Felix bukanlah anak haram. Nama Felix akan bersih dan tidak ada lagi omonga
Langit malam terasa tenang dan nampak indah untuk dipandang. Meski susah dilihat, tetapi bintang-bintang terlihat berusaha untuk memancarkan cahayanya. Ariana ingat bagaimana dulu bintang terlihat lebih banyak daripada hari ini. Ada suatu masa di mana Ariana menikmati pemandangan malam di atas bukit bersama dengan kedua orang tuanya. Mereka bertiga saling bercerita satu sama lain dan bertukar candaan. Saat itu Ariana masih sangat kecil dan membuatnya samar-samar mengingat wajah ibunya. Namun, ingatan itu selalu memberikan kesan hangat dalam hati Ariana. Bahkan saat ini, ia pun tengah tersenyum ketika memikirkannya.‘Rasanya saat itu aku tidak perlu mengkhawatirkan apa pun. Pekerjaanku hanya main, makan, dan tidur,’ batin Ariana. Perlahan senyuman Ariana menghilang. ‘Sekarang Papa dan Mama sudah tidak ada di sini, kuharap mereka bahagia di surga sana.’Ariana berdoa seperti itu meski ia merasakan bahwa kepergian kedua orang tuanya membuat dunianya tidak lagi terasa indah. Sejak merek
“Hans, bantu aku. Aku tidak tahu kapan lagi aku punya waktu sebelum Saka menghukumku. Aku ingin bertemu dengan Ariana secepatnya.”Hans menghela napas panjang ketika mendengar tuannya berkata seperti itu. Satu-satunya cara membuat Jake tenang adalah dengan melakukan semua yang dimintanya. Jadi, Hans pun mengangguk.“Baiklah, Tuan Jake. Saya akan coba menghubungi Nona Ariana dengan bantuan Tuan Alano. Tapi, jangan sampai Anda ketahuan oleh Tuan Saka, ya? Beliau pasti akan sangat marah pada Anda dan tidak akan pernah memaafkan Anda lagi ke depannya,” ucap Hans khawatir.Mendengar hal itu, Jake pun tersenyum sangat lebar. Hans tidak pernah melihat Jake tersenyum selebar itu sejak ia terbangun dari komanya. Menyadari hal itu, Hans pun ikut senang melihatnya.“Terima kasih banyak, Hans! Kamu satu-satunya yang paling pengertian padaku dari dulu sampai sekarang! Aku juga baru sadar kalau kamu sangat setia padaku. Kalau orang lain, mereka pasti sudah meninggalkanku sejak aku mengambil jalan ya
Ucapan Saka membuat Ariana mengepalkan kedua tangannya. Ia semakin memiliki alasan untuk membenci pria di depannya itu. ‘Mana mungkin aku bisa menyerahkan Felix begitu saja! Mau berapa banyak pun uang yang dia berikan, memangnya bisa membuatku menyerahkan Felix?! Ayah macam apa yang tega memisahkan anak dengan ibu kandungnya sendiri!’“Oke! Aku akan segera keluar dari sini!” balas Ariana dengan berani. “Aku akan pergi sesuai dengan apa yang Anda katakan barusan!”Mendengar Ariana yang mengatakan hal itu dengan lantang dan tanpa ragu-ragu membuat Saka terkejut. Ia tidak menyangka jika Ariana akan seberani itu. Bahkan, saat ini Ariana pun menatap Saka dengan nyalang. Hal itu membuat perasaan Saka menjadi marah.“Oh, baguslah kalau begitu! akan aku berikan uang kompensasinya padamu sekarang! Kamu pasti senang karena tidak perlu lagi mengkhawatirkan anakmu lagi, kan? Kamu bisa hidup berfoya-foya setelah ini!” balas Saka dengan seringai lebar. Meski begitu, sebenarnya Saka sama sekali tid
“Ariana, ayo makan dulu.”Alice mendekati Ariana sembari memberikan sepiring makanan untuk sahabatnya itu. Sejak pagi, Ariana tidak menyentuh makanan yang Alice masak untuknya, sampai matahari naik pun, Ariana belum juga makan.Akhirnya, Ariana mengambil piring yang disodorkan Alice kepadanya meski ia masih belum lapar. Entah mengapa nafsu makannya hilang, padahal ia belum makan sejak semalam.dengan tersenyum kecil, Ariana berkata, “Terima kasih. Maaf sampai repot-repot diambilkan, padahal aku bisa ambil sendiri.”Alice mendengkus dan duduk di sebelah Ariana. “Aku tidak percaya! Kalau tidak diambilkan, kau pasti tidak akan makan, bukan?” Alice merasa lega saat melihat Ariana tertawa dan mulai memakan makanannya. Ia sebenarnya khawatir karena melihat Ariana yang murung dan terus melamun.“Jadi, untuk ke depannya apa yang akan kamu lakukan?” tanya Alice penasaran. Semalam, Ariana tiba-tiba menghubunginya dan mengatakan bahwa ia berada di depan apartemennya. Dengan mata yang memerah,
“Mama!”“Apa?!” balas Diana. “Ucapan Mama memang benar, kan? Cepat usir wanita itu pergi! Luna adalah wanita yang paling cocok denganmu! Jangan pakai alasan kalau kamu tidak mencintainya! Cinta itu bisa tumbuh perlahan-lahan! Matamu pasti akan terbuka dan menyadari bahwa Luna adalah wanita yang sempurna!”Saka masih saja menganga. ia kehabisan kata-kata dengan ucapan Diana. Wanita itu terus memaksanya untuk segera menikahi Luna.“Ma, aku tidak mau wanita lain mengakui Felix sebagai anaknya!” putus Saka dengan tegas. “Mama kan juga seorang ibu! Masa Mama tidak bisa membayangkan bagaimana perasaan Ariana nantinya kalau mendengar hal itu?! Memangnya Mama akan menerima jika ada orang lain yang mengakuiku sebagai anaknya?!”Mendengar Saka yang berseru mengutarakan apa yang ada di dalam hatinya, Diana berkata, “Saka, Mama hanya ingin melakukan yang terbaik untuk kamu. Mama tidak bermaksud untuk—”“Tidak bermaksud apanya, Ma?” potong Saka dengan cepat. “Saka kan sudah bilang, untuk tidak per
Tok! Tok! Tok!Ting! Tong! Ting! Tong!Tok! Tok! Tok!Alice mengernyit kesal mendengar bunyi ketukan dan bel di pintu apartemennya yang tidak berhenti. Orang yang datang itu terdengar sangat tidak sabaran. Ia berjalan dengan menghentak-hentakkan kakinya ke lantai menuju pintu depan.“Siapa sih yang datang dengan tidak sopan begitu? Apa dia tidak pernah diajari adab bertamu?!” geruru Alice sambil menggeleng-gelengkan kepalanya. “Tunggu sebentar!” teriak Alice kesal.Ckrek!Begitu pintu terbuka, napas Alice tiba-tiba tertahan saat melihat siapa orang yang ada di hadapannya. Senyum kaku terpasang di wajah Alice dan rasa kesal yang tadi meluap-luap perlahan mulai menghilang. Namun sedetik kemudian, ia pun langsung sadar tentang apa yang terjadi pada Ariana. Rasa kesalnya itu pun kembali datang, tetapi Alice tidak berusaha untuk menunjukkannya.‘Aku kira siapa yang datang, ternyata si brengsek Saka!’ gerutu Alice dalam hatinya. Melihat wajah pria itu membuatnya teringat akan apa yang dilak
“Saka! Kamu jangan main tuduh sembarangan! Luna tidak mungkin melakukan hal itu!” Nampaknya, Diana masih enggan percaya dengan apa yang anaknya katakan. Saking kesalnya, ia sampai berdiri dan menatap Saka dengan tajam.“Apa Mama lebih percaya dengan Luna daripada anak Mama sendiri?” tanya Saka dengan menatap Diana serius.Diana diam seribu bahasa. Ia tentu saja percaya dengan anaknya sendiri. Orang tua mana yang tidak percaya dengan anaknya? Akan tetapi, rasanya apa yang Diana dengar adalah hal yang sangat sulit dipercaya.“Saka … Mama kenal dia dari lama! Dia anak yang baik!” bantah Diana sekali lagi. “Luna tidak mungkin menuduh keluarga kita, apalagi kamu! Dia kan sangat mencintai kamu!”Saka mendengkus miris. "Mama jangan lupa kalau dia itu seorang aktris. Mudah baginya untuk menipu orang lain dan merebut hati mereka, termasuk Mama. Bisa saja dia baik di luar supaya Mama membelanya seperti sekarang. Apa Mama yakin dia memang mencintaiku? Bagaimana kalau ternyata dia hanya mengingin