“Untuk sementara, jangan kasih tahu Papa dulu deh.”“Ya sudah. Kalau gagal, dia pasti akan sedih. Habis berhasil, kita baru kasih tahu dia saja.”Braden, Hayden, dan Jayden akan bertindak bersama. Mana mungkin hal ini gagal? Namun, ketiga bocah itu tetap mengangguk dan menjawab, “Oke. Kalau begitu, kita nggak usah beri tahu Papa dulu.”Baby yang ada di bawah memanggil Naomi. Setelah memberi beberapa pesan pada ketiga putranya, Naomi pun terlebih dahulu meninggalkan ruang baca kecil untuk menemui Baby.Braden duduk di depan komputer, lalu segera mengganti tampilan layar. Sekarang, di layar komputer menunjukkan sebuah titik merah yang sedang bergerak.“Braxton” sudah melakukan sesuatu pada toples abu itu sesuai perintah Braden. Titik merah di layar adalah posisi toples itu. Berhubung alat pelacaknya terlalu modern, Melvin baru tidak menyadarinya.Hayden menatap titik merah itu dan berkomentar, “Kak, kita sudah tahu lokasi abu itu. Kenapa nggak langsung bertindak? Memangnya kita nggak bol
Braden mengerutkan keningnya, lalu menoleh ke arah Rayden. “Rayden, aku rasa Tony yang taruh abu Nenek ke kuil sangat aneh. Kita harus selidiki dengan jelas keadaan spesifik Kuil Cinta Kasih.”Rayden juga menyadari masalahnya dan berkata dengan ekspresi yang sangat serius, “Aku akan selidiki sekarang juga!”Braden menyahut, “Selidiki informasi tentang kepala kuil dan semua biksu biasa di sana, termasuk para biksu yang bertugas untuk bersih-bersih, masak, dan yang lain. Oh iya, selidiki juga informasi tentang Gunung Forlins!”“Emm!”Rayden membuka komputernya dan mulai menyelidiki semua itu. Sementara itu, Braden menelepon seseorang untuk berpura-pura pergi beribadah di kuil supaya bisa mengamati keadaan kuil.Pada pukul 5 sore, semua informasi mendasar tentang kuil itu sudah terselidiki dengan jelas. Berdasarkan penyelidikan, Kuil Cinta Kasih adalah kuil biasa yang sudah memiliki sejarah ratusan tahun. Tidak ada yang aneh juga dengan kepala biksu dan biksu lainnya di sana. Hanya saja,
‘Kalau itu benar-benar abu Nenek ....’ Amarah dalam hati Braden langsung tersulut dan makin membara. Setelah berusaha menekan amarahnya, dia menoleh ke arah Hayden.“Hayden, kamu takut masuk ke area terlarang? Kalau takut, aku akan pikirkan cara untuk suruh orang lain saja yang masuk ke sana.”Hayden masih belum tersadar dan bertanya balik, “Apa maksudnya? Abu Nenek ada di area terlarang?”“Masih belum tahu apa itu abu Nenek atau bukan. Tapi, abu yang kita lihat hari ini memang ditaruh di area terlarang.”Hayden pun membelalak. “Si bajingan tua itu ... dia ... dia berani .... Bagus! Bagus!” Melihat Hayden yang murka, Braden berkata, “Tenangkan dirimu. Kita harus tangani masalah ini dulu. Nanti, kita baru balaskan dendam ini!”Di hari mereka menemukan abu Wanda, mereka juga akan balas dendam pada Tony!Hayden menggertakkan giginya. “Aku nggak takut kok. Nanti malam, aku dan Putih akan masuk ke sana!”Braden mengangguk. “Oke. Mengenai masalah abu ... untuk sementara, kita nggak usah kas
Pada saat ini, Caden sedang bersama dengan komandan polisi. Setelah tidak tidur semalaman, dia dan pihak polisi sudah menghancurkan lebih dari 20 sarang orang misterius dengan mengandalkan petunjuk yang ditinggalkan Samuel. Selain itu, mereka juga berhasil menangkap belasan pejabat yang terlibat.Dapat dikatakan bahwa kaki tangan orang misterius dalam negeri sudah sepenuhnya disingkirkan dan dia mengalami kerugian yang sangat besar. Kelak, jika dia ingin membuat ulah lagi dalam negeri, semuanya tidak akan bisa berjalan selancar dulu. Caden yang termasuk sudah melampiaskan amarahnya merasa jauh lebih lega. Saat mendengar Hayden keluar malam-malam untuk menangkap hantu, dia pun bertanya dengan bingung, “Dia berkata begitu?”“Emm! Tuan Hayden yang ngomong sendiri.”“Dia mau tangkap hantu di mana?”“Dia nggak bilang. Kamu juga tahu seberapa hebat Tuan Hayden. Kami nggak sanggup menghalanginya maupun mengikutinya. Sekarang, kami sudah kehilangan jejaknya.”Caden terdiam beberapa detik sebe
Putih dapat merasakan suasana hati Hayden yang sedih. Ia menggunakan kepalanya untuk menyentuh kepala Hayden supaya bisa menghiburnya.Hayden berkata, “Putih, kamu juga nggak mau dia sedih, ‘kan?”Putih menjulurkan lidahnya ke arah Hayden. Hayden pun tertawa dan melanjutkan, “Putih memang patuh! Habis pulang nanti, kutraktir kamu makan enak! Demi cegah dia bersedih, kita harus selesaikan tugas ini dengan baik! Ayo kita pergi cari Nenek!”Hayden merasa selama dia bisa menemukan abu neneknya tanpa diketahui Caden, Caden yang tidak tahu di mana abu itu disimpan tidak akan sedih lagi.Kemudian, Hayden melompat ke atas dinding kuil, lalu melompat masuk ke dalam kuil. Dia berjalan menyusuri jalan yang sudah diperiksanya terlebih dahulu sejauh beberapa ratus meter dan tiba di depan area terlarang. Pintu kayu berwarna cokelat kemerahan itu tertutup rapat dan juga dikunci sehingga Hayden tidak bisa masuk. Jadi, dia pun melompat masuk melalui dinding.Keadaan di dalam area terlarang sangat gela
Sosok itu tinggi dan kekar, juga jauh lebih tinggi daripada Hayden. Untuk melihatnya, Hayden perlu mendongak. Orang yang bisa mendekati Hayden tanpa suara pasti adalah ahli bela diri!Hayden mengenakan senter di kepala. Begitu cahaya lampu menyinari sosok hitam itu ... Hayden pun terkejut sejenak.Wajah orang itu dipenuhi dengan bekas luka sehingga bisa membuat orang ketakutan. Pria itu sepertinya tidak menyukai lampu, keningnya pun berkerut dan dia mengulurkan tangannya ke arah Hayden. Entah untuk menyerang Hayden atau ingin memadamkan senter di kepala Hayden.Tinjunya meluncur dengan kecepatan tinggi hingga Hayden pun terkejut. Orang ini bukan sekadar petarung biasa, gerakannya sangat terlatih. Hayden pun mengernyit, lalu secara refleks mundur beberapa langkah untuk menghindari serangannya.Putih sepertinya menyadari bahaya yang mengancam Hayden. Dengan gerakan yang cepat, ia melompat maju untuk menyerang. Namun, Hayden dengan sigap meraih ekor Putih, menariknya kembali, lalu memasuk
Belum selesai Hayden berbicara, sosok hitam kembali mendekat. Dia menyerang sembari bertanya, “Di mana dia? Di mana? Sebenarnya di mana dia?”Hayden kesulitan dalam menghadapi sosok hitam hingga terus melangkah mundur. Sementara, si Putih terus menjulurkan lidahnya dan terus mendesis. Ia menatap Hayden dengan rasa khawatir sembari menunggu arahan dari Hayden!Namun, Hayden tidak bersuara sama sekali. Padahal dia dalam kondisi tidak menguntungkan, dia masih saja tidak menyuruh si Putih untuk menyerang!Lantaran didesak oleh pertanyaan sosok hitam, Hayden bertanya kembali, “Sebenarnya apa hubungan kamu dengan guruku? Untuk apa kamu mencarinya? Kenapa teknik tinjuanmu bisa sama seperti dirinya? Apa kalian belajar dari guru yang sama? Kalian ….”Tiba-tiba sosok hitam itu mencekik leher Hayden. Dia bagai seekor burung elang yang sedang menggigit anak ayam saja.Tubuh si Putih seketika gemetar. Saat si Putih hendak menyerang, Hayden malah menekan kepalanya dan memasukkannya ke dalam saku.M
Gerakan Caden sangat gesit. Dia langsung menggendong Hayden dan membawanya untuk bersembunyi.“Krek!” Pintu area terlarang dibuka.Beberapa orang biksu berjalan memasuki halaman. Mereka semua menenteng lampu teplok, berjalan ke sisi sumur, lalu mulai mengamatinya. Salah satu dari mereka berkata, “Kuncinya masih sama seperti sebelumnya. Seharusnya nggak ada yang menyentuhnya.”Kepala biksu mengangguk. “Emm, bersiaplah. Kita akan segera memulai ritual.”Biksu yang satu lagi bertanya dengan penasaran, “Entah ada dendam kesumat apa di antara mereka, dia malah meletakkan abu jenazah di dalam sini! Di dalam sini terkurung banyak roh jahat yang nggak bisa bereinkarnasi untuk selamanya. Ada dendam besar di dalam hati para roh jahat! Bahkan meski ada hantu kuat masuk ke sini, mereka juga akan dicabik-cabik hingga nggak bersisa.”Kepala para biksu itu menegur dengan tegas, “Jangan ikut campur dalam masalah orang lain!”Orang itu segera mengangguk. “Baik!”Beberapa biksu duduk mengeliling sumur,
“Atasan sudah berulang kali berpesan pada kita untuk nggak bocorkan informasi ini, tapi kamu malah kasih data-datanya ke orang luar. Dari mana datangnya nyalimu itu! Kalau dia beberkan hal ini, kamu bisa tanggung jawab? Memangnya kamu nggak tahu akan betapa mengerikan situasinya kalau masyarakat panik?”Robbin menjelaskan dengan sabar, “Aku suruh dia datang kemari untuk minta bantuannya. Dia sangat hebat dalam pengobatan tradisional, juga adalah temanku yang bisa dipercaya. Dia nggak akan bocorkan informasi ini.”Salvia mengejek, “Bisa dipercaya? Dari mana kamu tahu dia bisa dipercaya? Dari tampangnya yang cantik?”Hari ini, suasana hati Salvia pada dasarnya sudah buruk. Berhubung dipermalukan Caden lagi, dia pun murka dan meluapkan amarahnya pada Robbin.“Dia hebat? Memangnya dia lulusan universitas mana? Dia kerja di rumah sakit mana? Kalau dia sehebat itu, kenapa dia nggak bergabung sama Asosiasi Medika? Dia bahkan nggak direkrut Asosiasi Medika, tapi kamu malah bilang dia hebat. Ap
Robbin mendekati Naomi dan berbisik, “Dia itu cucu kandung Pak Anton. Menurutku, dia datang untuk numpang dapat pujian. Kalau kita berhasil kendalikan virus ini, dia bisa rebut jasanya. Kalau gagal, dia juga nggak perlu takut disalahkan karena masih ada banyak pakar senior yang akan disalahkan.”Naomi bertanya dengan kening berkerut, “Siapa itu Pak Anton?”“Ketua Asosiasi Medika.”Naomi pun terdiam. Pantas saja Salvia begitu arogan. Ternyata dia diutus kemari dengan mengandalkan koneksi. Cucu kandung Ketua Asosiasi Medika setara dengan putri bangsawan di dunia medis.Asosiasi Medika adalah organisasi yang memiliki wewenang di dunia medis. Semua ahli medis terkenal di dalam negeri merupakan anggota dari Asosiasi Medika. Asosiasi ini sangat terkenal dan mempunyai koneksi luas. Siapa pun yang menduduki posisi sebagai ketua asosiasi, siapa pula yang akan menjadi bosnya.Bagaimanapun juga, yang namanya manusia pasti harus menjalani siklus hidup. Tidak peduli apa pekerjaannya, bagaimana lata
Caden sudah tidak tahan mendengar kearoganan Salvia. Dia muncul di samping Naomi dengan ekspresi dingin dan berujar, “Aku nggak peduli kamu itu siapa. Coba saja kalau kamu berani lanjut memarahi istriku!”Caden sebenarnya tidak ingin ikut campur dalam percakapan wanita. Namun, Salvia sudah keterlaluan dan jelas perlu ditegur.Salvia langsung menoleh ke arah Caden dan hendak memakinya. Akan tetapi, begitu melihat tampang Caden, dia langsung tercengang. Pria di hadapannya benar-benar tampan! Selain tampan, tubuhnya juga sangat bagus. Apa dia itu seorang artis?Salvia menenangkan diri, lalu berkata dengan lembut, “Aku nggak marah kok, cuma lagi jalankan pekerjaanku. Kamu itu siapa?”“Kamu nggak layak tahu!” jawab Caden dengan dingin. Dia sama sekali tidak peduli pada harga diri Salvia.Salvia baru berumur sekitar 20-an tahun. Ini adalah masa-masa seorang wanita suka melihat cowok tampan dan sangat mementingkan harga diri. Berhubung sudah terbiasa dimanjakan di rumah, dia yang tiba-tiba di
Baru saja Naomi hendak menjawab, tiba-tiba terdengar seruan tajam seorang wanita di luar pintu.“Sudah kubilang kalian nggak boleh menjenguknya! Mau kalian nangis juga nggak guna! Ini peraturan rumah sakit! Aku benar-benar nggak pernah ketemu keluarga pasien yang begitu nggak pengertian kayak kalian. Sudah kubilang, dia cuma dikarantina, belum mati. Buat apa kalian nangis? Kalau kalian tunda waktu kami temukan obat penawarnya dan orangnya benar-benar mati, itu salah kalian sendiri!”Di sisi lain, terdengar suara tercekat wanita lain yang memohon, “Ini hari ulang tahun anak kami. Dia sudah rindu sama ayahnya. Kami nggak boleh melihatnya dari jauh?”“Nggak boleh! Aku sudah bilang berulang kali. Nggak boleh, ya nggak boleh! Kalau kalian ganggu aku lagi, aku akan suruh satpam usir kalian! Nyebelin banget sih!”Wanita yang tiba-tiba marah itu membuat anak kecil ketakutan dan menangis.Naomi pun mengerutkan kening, lalu berjalan keluar ruangan. Di koridor, terdapat total 3 orang yang terdiri
Leon melangkah maju dengan garang. Alhasil ....Sebelum Leon sempat mendekati Caden, Caden sudah menendangnya hingga dia terpental sangat jauh. Setelah berkelahi secara langsung, Leon baru menyadari seberapa besar perbedaannya dengan Caden.Gerakan Caden sangat lincah, juga bertenaga dan tepat sasaran. Jangankan memukul Caden, Leon bahkan tidak sempat menghindari serangan Caden. Setelah meninju wajah Leon beberapa kali, Caden menendang lututnya sehingga Leon langsung jatuh berlutut di lantai. Kemudian, Caden yang berekspresi dingin berdiri di belakang Leon dan membidik tepat pergelangan kakinya sebelum menginjaknya dengan kuat.Seiring dengan suara tulang patah yang nyaring, Leon pun berteriak kesakitan, “Ah!”Namun, Caden masih belum mengampuni Leon. Dia menendang tulang rusuk Leon sehingga Leon terpental sangat jauh. Tulang rusuk Leon pun patah akibat tendangan itu.Caden berjalan mendekati Leon dengan ekspresi suram. Kali ini, tidak ada lagi kearoganan dan ejekan dalam mata Leon sa
Leon berseru dengan marah, “Aku orang picik, sedangkan dia pria sejati? Kalau dia itu pria sejati, dia nggak akan bilang mencintaimu, tapi malah bawa kamu datang untuk meneliti virus baru dan obat penawarnya!”“Kamu tahu seberapa berbahaya virus ini? Begitu nggak hati-hati, kamu akan langsung terinfeksi! Setelah terinfeksi, kamu akan sangat menderita! Ini nggak ada bedanya dengan mau celakai kamu, juga nggak peduli sama hidup dan matimu!”Begitu mendengar ucapan Leon, Naomi makin murka dan menyahut sambil menggertakkan gigi, “Caden nggak membujukku untuk meneliti virus ini! Aku sendiri yang mau melakukannya! Dia setuju aku datang kemari bukan karena nggak peduli sama hidup dan matiku, tapi karena tahu dia nggak akan bisa menghentikanku!”“Sebaliknya kamu. Kamu juga tahu seberapa berbahaya virus ini? Kamu tahu betapa menderitanya orang yang terinfeksi virus ini? Tapi, kamu malah mau gunakan virus ini untuk celakai orang? Kenapa kamu bisa sekejam itu!”Leon berseru, “Ini semua demi kamu!
Leon awalnya mengira Naomi tidak akan peduli padanya dalam waktu dekat. Jadi, saat melihat Naomi berjalan mendekatinya, dia merasa sangat gembira. Setelah berjarak dekat dengan Naomi, dia menyapa, “Naomi.”“Plak!” Begitu mendengar sahutan Leon, Naomi langsung menamparnya. Kepala Leon terkulai ke samping akibat tamparan itu. Di pipinya, terlihat bekas telapak tangan yang sangat jelas.Leon menoleh ke arah Naomi dan menatapnya dengan perasaan campur aduk. “Naomi ....”Naomi menggertakkan gigi dan berseru dengan tubuh gemetar, “Aku bukan cuma salah menilaimu, juga terlalu meremehkanmu. Leon, kamu benar-benar hebat! Kamu sudah sepenuhnya mengubah pengertianku terhadap sampah masyarakat!”“Aku pernah ketemu banyak sampah masyarakat, tapi nggak pernah ketemu sama yang separah kamu! Selain mau celakai Camila, Paman Herbert, dan Keluarga Nandara, kamu juga berniat untuk celakai rakyat jelata? Leon, kamu benar-benar nggak layak jadi manusia!”Leon yang ditampar tidak sedih, malah berkata dengan
Setelah menerima data-data yang bersangkutan dengan virus itu, Naomi pun memusatkan semua perhatiannya pada hal ini hingga lupa makan dan tidur. Meskipun sudah membaca sampai jam 3 dini hari, dia masih menolak untuk tidur. Jika bukan karena dipaksa Caden, dia mungkin akan bergadang.Setelah tidur tidak sampai 4 jam, Naomi bangun pagi-pagi keesokan harinya dan lanjut meneliti hal ini seharian. Saat menjelang malam, dia tiba-tiba berkata, “Aku mau pergi ke rumah sakit.”Melihat ekspresi Naomi yang serius, Caden bertanya, “Nggak bisa ditunda?”“Nggak bisa! Aku harus pergi sekarang!”Caden tahu tidak ada gunanya dia menghentikan Naomi. Jadi, dia pun menemani Naomi. Joseph dan anak-anak tahu Naomi sedang menyibukkan hal serius. Mereka menyuruhnya untuk bekerja dengan tenang dan tidak perlu mengkhawatirkan urusan rumah.Selama perjalanan, Naomi tidak berhenti mengerutkan keningnya. Caden menggenggam tangannya dan berkata, “Yang penting kamu sudah berusaha yang terbaik. Untuk sisanya, kita se
Caden pulang di malam hari. Begitu dia mendekati Naomi, Naomi langsung berkata, “Kamu sudah merokok, juga pergi ke rumah sakit. Ada apa? Apa ada masalah?”Indera penciuman Naomi sangat sensitif, terutama dalam mencium bau obat dan rokok. Caden pun tertegun setelah mendengar ucapan Naomi.Naomi lanjut berkata, “Jujurlah padaku. Kalau kamu menutupinya dariku, aku akan makin khawatir.”Caden akhirnya menjawab jujur, “Aku pergi ke rumah sakit untuk ketemu Robbin.”“Karena masalah obat penawar?”“Emm.”“Ada apa dengan obat penawarnya? Hari ini, Camila juga meneleponku untuk tanya masalah obat penawar dan virus itu. Leon sudah menghubunginya.”Caden bertanya dengan kening berkerut, “Apa yang dikatakan Leon?”“Dia masih mau pakai Paman Herbert buat ancam Camila supaya bisa rebut harta Keluarga Nandara. Dia bilang cuma dia yang bisa tolong Paman Herbert.”“Suruh Camila abaikan dia.”“Emm. Apa yang kamu dan Robbin gusarkan? Bukannya Paman Herbert nggak terinfeksi virus?”Naomi tidak mengetahui