Tanpa izin dari Caden, tidak ada satu pun dokter yang diperbolehkan untuk mengobati Tony. Bagaimana kalau Tony benar-benar sakit nanti? Apa dia mesti menunggu mati di rumah?Caden tidak menjawab pertanyaannya, melainkan hanya menatap Tony lekat-lekat.Setelah melihat Tony, Caden pun kepikiran dengan Abigail, Yamin, kedua abangnya Samuel, dan juga Samuel. Selain itu, Caden juga kepikiran dengan sosok Wanda dan Darman.Orang yang tidak seharusnya mati malah sudah mati! Sekarang, iblis malah masih bertahan hidup di dunia ini!Apa ini yang namanya keadilan? Ternyata fakta memang sulit untuk diterima.Tony dapat merasakan aura membunuh dari tatapan Caden. Keningnya spontan berkerut. Dia sedang berpikir apakah hari ini dia telah menyinggung Caden?Setelah berpikir beberapa saat, Tony masih tidak kepikiran. Dia pun berkata dengan sinis, “Kamu nggak berhak untuk ikut campur dalam soal pengobatanku. Aku bebas mau diobati dokter mana pun.”Caden menarik napas dalam-dalam, berusaha menekan keingi
Tony bernapas terengah-engah. Pakaiannya sudah dibasahi keringat dingin. Dia merasa murka. Namun, keadaan Caden hari ini agak aneh. Jadi, dia tidak berani melawan.Tony menekan amarahnya dan menatap Melvin, lalu berkata, “Katakan apa yang kamu katakan padaku tadi kepadanya dengan jujur!”Melvin juga takut pada Caden. Dia melangkah maju dengan gemetar dan berujar, “Setelah Pak Tony meninggalkan studio dulu, ada beberapa pengawal yang datang untuk tangani masalah akhirnya. Waktu bersihkan lokasi, mereka temukan kakak adik yang bersembunyi dalam lemari. Adiknya sudah pingsan, tapi kakaknya masih sadar.”“Kakaknya menatap pengawal dengan ketakutan dan memeluk adiknya sambil menangis tersedu-sedu. Karena takut tangisan itu menarik perhatian orang di luar, pengawal pun hendak menghabisi mereka. Alhasil, ada seorang pria yang tiba-tiba masuk.”“Dia pakai nama Pak Darman untuk bawa kakak beradik itu pergi, juga kasih selembar cek dengan nominal yang sangat besar. Pokoknya, dia pakai segala car
Hanya karena Abigail cantik dan tidak sengaja menarik perhatian Tony, seluruh keluarganya harus mati dengan tragis.“Sebaiknya kamu berdoa kamu nggak cepat mati. Anggota Keluarga Sadana lagi menunggumu di alam baka!”Seusai berbicara, Caden berdiri, lalu mencabut pisau buah yang menusuk tangan Tony. Darah segera memuncrat dari luka itu.“Ah!” Tony berteriak kesakitan dan langsung pingsan.Caden berjalan keluar dari ruangan dengan ekspresi dingin. Begitu melihatnya, para pengawal yang sedang berjaga di depan pintu buru-buru menyingkir. Setelah Caden pergi, semua orang baru menghampiri Tony.Tangan Tony sudah bolong, sedangkan ujung pisau juga menembus pahanya sedalam 7-8 cm. Hanya melihatnya saja, semua orang bisa membayangkan betapa sakitnya itu. Setelah lukanya diperban, Tony baru sadar dan berseru dengan marah, “Anak durhaka! Kalau tahu dia begitu kejam, aku seharusnya langsung habisi dia saja dari dulu! Orang nggak tahu berterima kasih! Dia lebih menyebalkan dari ayahnya!”Darman h
Tony menjawab dengan ekspresi muram, “Itu urusannya sendiri. Kita nggak perlu khawatir.”“A ... aku cuma merasa ada yang aneh dalam hal ini. Apa mungkin dia ingin merebut abu Wanda, lalu pergi bertransaksi dengan Caden secara langsung?”Tony menjawab dengan yakin, “Nggak mungkin!”Bagaimanapun juga, Tony tidak mungkin menyangka Braxton sebenarnya adalah cicitnya, Braden. Tony menganalisis, “Kalau kerja sama dengan kita, Braxton bisa dapat sejumlah besar uang, juga bisa tempati posisi sebagai orang terkaya. Kalau kerja sama dengan Caden, dia paling-paling cuma akan dapat sedikit uang dari Caden. Dia masih nggak bisa menekan Caden dan akan jadi nomor 2 selamanya. Dia nggak bodoh dan tentu saja tahu pilihan mana yang lebih menguntungkannya.”Melvin mengangguk dan menjawab, “Masuk akal.”Tony melanjutkan, “Aturkan waktu dan lokasi pertemuan dengannya. Bawa abu Wanda untuk diidentifikasinya. Selama dia bersedia kerja sama, kita pasti bisa jatuhkan Caden! Aku benar-benar sudah nggak tahan s
Caden menelan ludah, lalu menjawab, “Aku juga kurang tahu. Kalau kerjaannya sudah selesai, dia pasti kembali. Baby tunggu saja dia kembali dengan patuh.”“Emm!”Yahya membawa masuk seekor kelinci dan mengatakan kelinci itu kiriman dari keluarganya Samuel. Caden tahu bahwa kelinci itu bukan hadiahnya untuk Baby, melainkan hadiah dari Samuel. Namun, dia tidak mengatakan apa-apa dan hanya melepaskan Baby supaya Baby bisa bermain dengan kelinci.Sebelum meninggal, Samuel menyuruh Caden membelikan seekor hewan peliharaan untuk Baby supaya bisa menggantikannya menemani Baby. Kelak, kelinci itu adalah anggota keluarga mereka yang baru.Saat ketiga anak itu bermain dengan kelinci di ruang tamu, Caden berjalan ke dapur. Naomi sedang berdiri di depan pintu dapur dengan berlinang air mata. Dia merasa terharu, tetapi juga tidak berdaya. Dia merasa terharu karena Baby akhirnya memanggil Caden dengan sebutan papa. Namun, begitu mendengar Baby mengungkit tentang Samuel, dia merasa sangat tidak berda
Kabar baiknya adalah, brankas yang ditinggalkan Samuel itu sudah ditemukan dan masih utuh. Berkas-berkas di dalamnya sudah dikeluarkan dan sedang diantar ke Vila Maison.Kabar buruknya adalah, orang misterius itu berhasil melarikan diri. Pesawatnya jatuh ke sebuah hutan yang rindang dan meledak. Namun, tidak ditemukan mayatnya. Sangat jelas bahwa dia sudah terlebih dahulu terjun payung.Setelah memutuskan sambungan telepon, Caden menatap ke layar komputer Rayden dan bertanya, “Pesawatnya jatuh di sana?”“Emm!” Rayden memperbesar petanya dan menjawab, “Untuk mencegah timbulnya korban jiwa yang nggak diperlukan, polisi nggak ambil tindakan tegas. Mereka mau tunggu sampai dia mendarat baru menangkapnya. Tak disangka, dia malah berhasil kabur! Sinyal di hutan terputus-putus. Aku nggak tahu dari mana dia terjun payung dan nggak bisa lanjut lacak posisinya.”Braden berdiri di samping dan berkata dengan kening berkerut, “Di samping hutan ini ada sungai. Setelah melewati sungai ini, dia bisa s
Caden juga merasa curiga. Setelah terdiam sejenak, dia berkata, “Nanti, kalian selidiki saja semua informasi mengenai kakek kalian. Kita harus temukan siapa saja yang pernah terlibat dengannya, lalu selidiki orang-orang itu satu per satu.”Braden dan Rayden mengangguk, lalu menjawab dengan serentak, “Oke!”Ketiga orang itu lanjut memeriksa data dan ekspresi mereka bertambah muram. Dapat dikatakan bahwa orang misterius ini melakukan kejahatan apa saja. Memproduksi dan menjual narkoba, menyelundupkan senjata api, menjalankan perdagangan organ manusia, dan transaksi ilegal lainnya. Dia benar-benar jahat!Apa yang pernah dilakukannya benar-benar mengerikan dan bisa memicu amarah orang. Selain itu, jaringan koneksinya benar-benar luas hingga bisa membuat orang tercengang. Dia memiliki hubungan dengan banyak kelompok berbahaya di luar negeri dan juga pejabat dalam negeri.Tony adalah sampah masyarakat, tetapi dia masih tidak termasuk apa-apa jika dibandingkan dengan orang misterius ini. Dia
Meskipun tidak mengerti bagaimana Braden bisa membedakan keaslian abu seseorang, Rayden sudah merasa jauh lebih tenang. Sebab, dia mengetahui jelas kemampuan Braden. Braden sangat tenang, cerdas, tidak pernah membual, dan tidak pernah berperang tanpa persiapan.Rayden bertanya, “Kami perlu ngapain?”Braden mulai membagi tugas. “Rayden, kamu yang paling sering berinteraksi sama Tony. Kamu pasti bisa diam-diam pasang beberapa kamera tersembunyi di rumahnya, terutama di ruang tamu. Sebelum jam 10, kamu sudah harus selesaikan tugas ini.”“Hayden, kamu dan Putih istirahatlah di rumah dengan baik. Jangan keluyuran lagi di luar. Malam ini, ada tugas penting yang harus kalian lakukan!”...Saat mendekati jam 10 pagi, Braden menyuruh Jayden menemani Baby bermain, sedangkan dirinya menyuruh Naomi menemuinya di ruang baca kecil.Naomi bertanya dengan bingung, “Kenapa kamu begitu misterius, Braden?”“Mama pintar dalam bidang psikologi. Aku mau Mama bantu aku lihat apa Tony lagi bohong atau nggak.
Angeline sudah bangkit dan berdiri dengan sangat dekat di sisi Dylan sambil memelototi Camila. Melihat Camila yang menunjukkan ekspresi kesakitan, dia hanya memasang tampang mengejek.Seusai Naomi menghentikan darahnya, ambulans masih belum tiba. Tubuh Camila sudah dibasahi keringat dingin saking sakitnya. Amarahnya pun memuncak. Dia memelototi Dylan, lalu berseru sambil menggertakkan gigi, “Jangan pura-pura mati! Cepat bicara!”Begitu Camila berseru, lukanya terasa sakit lagi. “Hk!”Naomi buru-buru berujar, “Kamu tenang dulu. Aku akan gantikan kamu bertanya padanya.”Kemudian, Naomi memelototi Dylan dan Angeline sambil bertanya, “Katakanlah, atas dasar apa dia memukul orang!”Dylan menjawab dengan ekspresi menyesal, “Begitu lihat ada wanita yang tidur di rumahku, dia pun salah paham dan mengira Camila datang untuk merayuku. Dia langsung ambil sebuah pajangan dan mulai memukuli orang.”Naomi mencibir, “Dia langsung main pukul tanpa bertanya dulu? Apa dia itu orang normal?”Angeline ber
Dylan menghela napas. “Otak itu barang yang penting. Bisa nggak kamu punya otak sedikit? Orang yang agak-agak bodoh memang imut. Tapi kalau terlalu bodoh, siapa yang suka?”Angelina sangat peka dan segera meminta maaf. “Aku salah, Sayang. Jangan marah, ya. Aku begitu nggak suka sama mereka kan cuma karena aku takut mereka merebutmu. Jangan marah lagi, ya. Aku yang salah. Kalau kamu masih marah, aku ... aku pergi minta maaf sama mereka deh. Gimana?”Sebelum Dylan sempat berbicara, Angeline sudah berlari ke sisi Naomi dan berkata, “Kak, aku salah. Maaf ....”Naomi hanya menjulingkan matanya tanpa mengatakan apa-apa. Dia langsung mengabaikan Angeline, lalu lanjut berjalan ke depan rumah Camila dan membuka pintu dengan memindai wajahnya.Angeline sangat terkejut. Dia menoleh ke arah Dylan dan bertanya, “Sayang, kamu tinggal di samping rumah Camila?”“Emm.”Angeline langsung merasa cemburu. “Kenapa kalian tinggalnya begitu dekat ....”Setelah masuk ke rumah, Naomi menjulingkan matanya lagi.
Naomi membawa sarapan yang dipersiapkannya untuk Camila masuk ke vila.“Nana!” Tiba-tiba, ada suara seseorang yang familier memanggil Naomi dari belakang. Begitu menoleh, Naomi langsung melihat Dylan yang baru kembali Di sampingnya, terdapat seorang gadis bertubuh seksi dan bertampang imut. Gadis itu terlihat sangat muda, sepertinya baru berusia sekitar 20 tahun. Dia adalah tipikal gadis bertubuh seksi, tetapi berwajah bak malaikat yang sangat disukai para pria.Dylan hanya menyukai wanita yang cantik alami. Semua pacarnya adalah wanita cantik yang memiliki pesona masing-masing. Gadis ini merangkul lengan Dylan dan keduanya terlihat sangat mesra.Begitu melihat Naomi, gadis itu langsung mengamatinya dengan penuh rasa permusuhan. Naomi hanya mengatupkan bibirnya dan merasa agak pusing. Camila pernah memberi tahu Naomi bahwa hanya dalam waktu 20-an hari, Dylan sudah mengganti 3 pacar. Sebelum tubuhnya pulih, dia sudah langsung mulai berpacaran. Gadis di hadapannya ini seharusnya adalah
Naomi memeluk Caden sambil berbisik, “Sekarang, semua orang nggak berhenti memuji Ayah dan Ibu. Negara sudah turun tangan untuk bersihkan nama mereka dan mereka bisa beristirahat dengan tenang. Kamu juga nggak perlu khawatir lagi.”Caden menyahut, “Menemukan abu Ibu dan membiarkannya dikubur bersama Ayah secara terang-terangan adalah impianku selama ini. Sekarang, impian itu sudah terwujud. Aku senang banget kok. Kamu nggak usah khawatirkan aku.”Naomi merasa sangat sedih dan menepuk-nepuk punggung Caden. Setelah terdiam sejenak, Naomi memanggil, “Sayang.”“Hmm?”“Kamu sudah mau ulang tahun.”Caden membuka matanya, lalu menengadah dan menatap Naomi. “Lalu?”“Apa kamu harus tinggal di aula leluhur di kediaman lama selama beberapa hari ini?”“Nggak juga sih. Kalau ada masalah mendesak, aku bisa pulang kapan saja. Ada para biksu yang melakukan upacaranya, aku nggak ada di sana juga nggak apa-apa.”Naomi berkata, “Kalau begitu, kamu harus makan dan tidur yang baik di sana. Di hari ulang ta
Braden mengalihkan perhatiannya dari virus ke orang misterius. “Papa, kamu sudah temukan petunjuk baru mengenai orang misterius?”Caden mengernyit lagi. Ketika mengungkit tentang orang misterius, ekspresinya langsung berubah menjadi sangat dingin. Ada amarah, kebencian, dan kekecewaan yang terkandung dalam matanya.Setelah sesaat, Caden baru menjawab, “Mengenai masalah orang misterius, itu masalah pribadiku dengannya. Kalian nggak perlu ikut campur atau menyelidiki tentangnya. Kalau butuh bantuan, aku akan cari kalian. Waktu kalian senggang, carilah informasi tentang Kakek Buyut Pertama dan Kakek Buyut Keempat kalian.”Kakek Pertama dan Kakek Keempat sudah turun gunung untuk beberapa saat. Anehnya, masih tidak ada informasi mengenai keberadaan mereka sampai sekarang.Braden dan Rayden menatap Caden dengan kening berkerut, lalu mengangguk dan menjawab, “Kami mengerti.”Seusai menyiapkan makanan, Naomi mengetuk pintu dan berjalan masuk. “Ayo makan.”Setelah berjalan mendekat dan melihat
Rayden bertanya dengan bersemangat, “Kakek dan Nenek menyembunyikan virusnya di Kota Amari?”Braden merasa bingung. “Tapi, Kota Amari itu bagian dari negara kita. Kalau Kakek dan Nenek sudah berhasil bawa virus dan datanya pulang, kenapa mereka nggak menyerahkannya pada negara? Bukannya katanya ada banyak orang yang diutus untuk pergi menjemput mereka? Kenapa Kakek dan Nenek nggak serahkan virus dan datanya pada mereka?”Caden terdiam dan memikirkannya. Dia juga tidak mengetahui situasi spesifik pada saat itu, tetapi merasa yakin bahwa barangnya pasti berada di Kota Amari. Sebelum ayahnya tewas, kata terakhir yang diucapkannya adalah puzzle.Waktu itu, Caden masih kecil. Dia mengira ayahnya mengungkit tentang puzzle karena merindukan waktu bermain mereka. Oleh karena itu, dia baru menunduk pada Tony demi menaruh kotak puzzle ini ke dalam peti mati ayahnya pada pemakaman ayahnya.Setelah mulai curiga, Caden selalu berniat untuk menggali kuburan ayahnya demi menemukan kotak puzzle ini. N
Naomi membantu Caden membuka jasnya dengan perhatian sambil berkata, “Aku sudah coba tidur, tapi nggak bisa tidur. Gimana? Semuanya sudah selesai?”“Masalah di tempat pemakaman sudah selesai, tapi para biksu masih harus bacakan sutra di aula leluhur kediaman lama untuk 3 hari.”“Apa kita perlu pergi ke sana?”“Aku sendiri sudah cukup. Aku cuma pulang untuk periksa keadaan kalian. Nanti, aku akan pergi lagi.”Naomi mengambil gantungan baju, lalu menggantung jas Caden di lemari jaket samping pintu.Braden mengeluarkan sandal rumah dari rak sepatu dan berkata, “Papa, ayo ganti sepatumu.”Caden tersenyum dan membuka sepatunya. Kemudian, Rayden menaruh sepatunya ke rak sepatu. Caden mengelus kepala putranya dengan lembut.Setelah itu, keempat orang itu berjalan masuk ke ruang tamu. Caden bertanya, “Ayah dan Ibu sudah pulang?”Joseph dan Maria telah pindah pada awal bulan. Sekarang, mereka tidak lagi tinggal di rumah ini.Naomi menjawab, “Belum. Mereka khawatir sama kamu, aku, dan anak-anak.
Setelah para petinggi militer pergi, Caden menyuruh Naomi terlebih dahulu membawa anak-anak pulang. Dia masih perlu kembali ke aula leluhur di kediaman lama bersama para biksu.Naomi menghibur Caden untuk sejenak, lalu terlebih dahulu membawa anak-anak dan orang tuanya pergi. Camila dan Tiara juga pergi bersama mereka, sedangkan Dylan dan Edward menemani Caden.Sampai meninggalkan pemakaman, Camila baru berkata, “Pasukan hari ini benar-benar mengejutkanku! Naomi, Paman dan Bibi itu pahlawan yang gugur demi negara? Aku sama sekali nggak pernah dengar tentang hal ini.”Naomi menjawab, “Aku juga baru tahu hari ini. Caden bilang, mereka berkorban demi masyarakat. Tapi aku juga nggak tahu situasi spesifiknya.”Camila merasa sangat terkejut. “Aku selalu kira anggota Keluarga Pangestu yang suruh orang untuk bunuh mereka demi merebut harta keluarga. Gimanapun, Paman itu satu-satunya pewaris Keluarga Pangestu.”Tiara juga mengangguk dan menambahkan, “Aku juga kira begitu. Selama ini, rumor itu
Pada malam hari itu juga, Caden yang masih kecil langsung dapat berpikir terbuka. Hanya orang terkuatlah yang dapat bertahan di dunia ini. Jika seseorang belum memiliki kemampuan yang cukup kuat, dia harus belajar untuk mengalah.Di usia Caden itu, menunduk merupakan cara paling dasar untuk bertahan hidup. Jadi, pada malam itu juga, dia berlutut di depan Tony dengan membawa puzzle itu dan memanggilnya “kakek” untuk yang pertama kalinya. Dia memohon pada Tony untuk mengizinkannya menaruh puzzle itu di dalam peti mati supaya bisa menemani ayahnya. Pada saat itu, Tony yang mengenakan pakaian resmi sedang duduk di kursi dan menyesap teh. Dia memicingkan matanya dan menatap Caden dengan penuh peremehan untuk sesaat sebelum berkata dengan tegas, “Boleh saja kalau kamu mau memasukkannya. Tapi, kamu harus patuhi kata-kataku kelak.”“Waktu ada media yang wawancarai kamu kelak, kamu nggak boleh tunjukkan ketidakpuasanmu terhadapku ataupun Keluarga Pangestu. Selain itu, kamu juga nggak boleh ung