Nada bicara Jessica yang ketus membuat Caden kesal. Dia menegur, "Apa kamu nggak tahu alasan aku mengabaikanmu?"Jessica menyahut, "Aku ... aku tahu karena Susan menyuruh orang menculik Naomi. Tapi, masalah itu sudah berlalu begitu lama. Masa amarahmu belum reda?"Caden menimpali, "Masalah itu memang sudah berlalu begitu lama. Jadi, apa kamu sudah tahu kesalahanmu?"Jessica menggigit bibirnya, dia tidak merasa dirinya salah. Jessica menyukai Caden. Jika wanita lain berani mengincar Caden, tentu saja Jessica harus menyingkirkannya.Naomi benar-benar beruntung masih hidup sampai sekarang. Cepat atau lambat, Jessica pasti akan menghabisi Naomi! Meskipun begitu, Jessica tetap mengingat perkataan ibunya.Jessica menjelaskan, "Justru karena aku tahu kesalahanku, makanya aku datang untuk meminta maaf kepadamu. Kamu juga nggak mau bekerja sama dengan Keluarga Senjaya lagi karena masalah ini. Ayahku sangat marah sampai-sampai ingin menghabisiku!""Caden, kamu jangan buat perhitungan denganku la
Di lantai atas, mereka bertiga tidak membahas tentang Jessica. Naomi berbincang dengan Rayden sejenak, lalu membujuk Rayden untuk tidur. Sesudah itu, Naomi baru mandi.Caden duduk di sofa ruang tamu sambil menyilangkan kakinya. Dia terus memandang ke arah kamar mandi, ekspresinya terlihat seperti pemburu yang mengincar mangsanya!Hari ini, Caden bertemu dengan Dylan. Dia sangat setuju dengan beberapa ucapan temannya itu. Dylan berkata, "Naomi kelihatan nggak pintar, tapi keras kepala! Kalau orang seperti dia nggak punya sokongan, kamu pasti bisa menaklukkannya dengan mudah.""Bagaimanapun, kamu lebih berkuasa. Naomi nggak mampu melawanmu. Biarpun sangat keras kepala, dia nggak akan bisa lepas dari kendalimu. Masalahnya, sekarang Naomi punya sokongan. Rayden sangat menyukainya. Begitu Naomi sedih, Rayden pasti akan memarahimu," lanjut Dylan.Dylan meneruskan, "Lagi pula, sekarang kamu juga curiga Naomi itu orang yang kamu cari. Kamu pasti nggak tega membuatnya marah. Jadi, cara paling t
"Iya," sahut Caden."Kamu juga nggak berniat melakukan tes DNA lagi?" tanya Naomi."Nggak," jawab Caden.Naomi yang kaget menimpali, "Kenapa kamu tiba-tiba memercayaiku? Jelas-jelas, sore tadi kamu bilang mau melakukan tes DNA."Caden membalas, "Aku lihat kamu baik dan polos. Kamu nggak terlihat seperti berbohong."Naomi tidak bisa berkata-kata. Sebenarnya, dia tidak terlalu memercayai ucapan Caden. Kemudian, Caden membujuk, "Jangan melamun lagi. Ayo, minum anggur."Naomi mengerutkan bibirnya dan berujar, "Kamu minum sendiri saja. Aku mau tidur."Naomi tidak ingin minum anggur dengan Caden. Mereka bukan teman baik, untuk apa minum-minum bersama? Caden menceletuk, "Malam ini kamu tidur di kamarku."Naomi tertegun sejenak, lalu melihat Caden dan bertanya dengan ekspresi waswas, "Apa maksudmu?"Caden menjawab dengan tenang, "Aku tidur di ruang kerja, kamu tidur di kamarku. Kamu itu wanita, nggak boleh menderita."Naomi yang curiga bertanya, "Kamu memperhatikanku?""Bisa dibilang begitu,"
Naomi menghabiskan segelas anggur lagi. Selesai minum, dia duduk di sofa. Naomi mulai tidak fokus. Dia bukan hanya kenyang, tetapi juga pusing.Caden menyipitkan mata seraya bertanya, "Apa kamu masih bisa minum?"Naomi berujar, "Tentu saja bisa! Aku kuat minum, jangan harap kamu bisa buat aku mabuk. Aku ... masih bisa minum 2 botol anggur! Bukan, 3 botol!"Naomi menantang, "Kalau nggak percaya, kamu boleh coba. Cepat, ambil anggur!"Selesai bicara, kepala Naomi terkulai dan terantuk meja. Dia pun tersadar. Naomi mengusap dahinya sambil mengeluh, "Sakit ...."Caden merasa kasihan pada Naomi, tetapi dia ingin mengkritik saat melihat ekspresi Naomi yang lugu. Ketika hendak bicara, Naomi tiba-tiba menampar Caden dan bertanya, "Kenapa kamu memukulku?"Caden merasa tidak berdaya, sebenarnya siapa yang dipukul? Caden menyergah, "Aku nggak memukulmu."Naomi membentak, "Kalau kamu nggak memukulku, kenapa aku merasa kesakitan?""Kalau kamu kesakitan, itu berarti aku yang memukulmu?" timpal Caden
Naomi membuka matanya lebar-lebar dan berbicara dengan yakin, "Aku tahu. Aku bilang, ayah Rayden itu anjing! Kenapa kamu nggak paham?"Caden mulai tidak bisa mengendalikan emosinya. Dia bertanya, "Kamu tahu aku siapa?"Naomi menjawab, "Kamu itu ... tampangmu nggak lucu. Tapi, kamu lumayan tampan."Naomi memiringkan kepalanya, lalu mendekati Caden dan bergumam, "Eh, bukannya kamu Rayden? Kamu itu anakku! Rayden, kenapa kamu tiba-tiba membesar? Bukannya kamu baru berusia 5 tahun?"Naomi yang penasaran mencubit pipi Caden. Ekspresi Caden menjadi muram. Dia langsung berdiri sehingga tubuh Naomi terkulai dan kepalanya terantuk meja lagi.Naomi berdiri dan membentak, "Siapa yang memukulku?"Caden memegang dahinya. Dia tidak menyangka ada orang bodoh seperti Naomi. Caden benar-benar tidak mengerti.Sepertinya, sekarang Caden tidak bisa memancing Naomi untuk mengungkap kebenaran lagi. Walaupun tadi Naomi sudah mengaku, Caden tetap tidak memercayainya.Caden berusaha menahan kekesalannya dan me
Pada saat bersamaan, Jessica sedang mengamuk di rumah. Dia membanting barang-barang, lalu duduk di lantai sambil menangis.Clara terbangun karena suara Jessica. Dia menyampirkan jubah tidur dan mencari Jessica. Ekspresinya berubah drastis saat melihat kekacauan di kamar putrinya. Clara bertanya, "Jessica, kamu kenapa?"Jessica memanggil sembari menangis, "Bu ...."Jessica menghambur ke pelukan Clara dan mengeluh, "Caden sudah tinggal bersama wanita sialan itu. Caden nggak menginginkan aku lagi!"Clara yang kaget bertanya, "Hari ini kamu mencari Caden?"Jessica menjelaskan, "Iya, aku lihat Naomi sialan itu turun dari mobil Caden. Dia juga menggendong Rayden masuk ke rumah Caden. Orang lain pasti akan menganggap mereka itu keluarga, aku sakit hati begitu teringat momen kebersamaan mereka! Bu, aku sangat menderita."Clara menegur sambil memelototi Jessica, "Bukannya aku sudah mengingatkanmu jangan cari Caden?"Jessica menyahut, "Aku merindukan Caden! Sudah begitu lama, Caden nggak menjawa
Jessica hanya mencebik dan tidak berbicara lagi. Clara menambahkan, "Coba kamu ceritakan detail kejadian malam ini waktu kamu mencari Caden."Setelah mendengar cerita Jessica, Clara menegur seraya mengernyit, "Sudah kubilang seharusnya kamu nggak mencari Caden. Sekarang, Caden bukan hanya nggak memaafkanmu. Dia malah makin membencimu!""Aku ... jadi apa yang harus kulakukan sekarang?" tanya Jessica.Clara menyahut, "Jangan panik, kamu itu penyelamat Rayden. Apa pun yang terjadi, Caden nggak mungkin mengabaikanmu. Bukannya dia tetap memulihkan kerja sama Grup Pangestu dan Keluarga Senjaya meski marah? Selanjutnya, kamu harus mematuhiku dan cari cara untuk mendekati Naomi."Jessica menimpali dengan ekspresi terkejut, "Kamu menyuruhku mendekati Naomi? Bu, bukannya tadi kamu bilang aku harus fokus pada Caden?"Clara menjelaskan, "Aku menyuruhmu mendekati Naomi demi Caden. Sekarang Naomi bertanggung jawab untuk menjaga Rayden. Kalau kamu akur dengan Naomi, kamu bisa mendekati Rayden dan Cad
Jessica mendesak, "Bu, sebenarnya apa yang kamu khawatirkan? Katakan padaku."Clara tersadar dari lamunannya. Jessica terlalu bodoh, dia pasti tidak paham meskipun Clara menjelaskan kepadanya. Nanti masalahnya malah makin runyam.Clara menyahut, "Nggak apa-apa. Kalau orang itu menghubungimu lagi, kamu harus langsung memberitahuku. Paham?"Jessica berucap, "Oke."Clara berpesan, "Pokoknya kelak kamu nggak boleh bertindak gegabah lagi. Kalau ada masalah, beri tahu aku dulu. Besok kamu harus lebih sabar waktu pergi ke TK, kamu harus buat anak-anak Naomi menyukaimu. Dengan begitu, kamu baru bisa mendekati Naomi."Jessica membalas, "Iya, Bu. Mereka hanya anak-anak, mana mungkin aku nggak bisa menaklukkan mereka? Kamu tenang saja."Sementara itu, Naomi tidak tahu dirinya diincar oleh Jessica dan Clara. Keesokan paginya, Naomi langsung melihat Rayden yang tidur di samping begitu bangun. Mata Naomi berbinar-binar.Naomi membalikkan tubuhnya dan mengamati Rayden. Dia sangat menyukai Rayden, ini