Naomi membuka pintu ruang baca, lalu berjalan ke luar pintu kamar Caden. Dia pada dasarnya memang tidak begitu pintar dan pemikirannya juga sangat sederhana. Dia merasa ingin membuktikan apakah Caden adalah pria bajingan malam itu sangatlah mudah, yaitu dengan melihat pundak Caden.Saat Caden menindasnya malam itu, Naomi pernah menggigit pundaknya dengan kuat. Jika Caden memang adalah pria bajingan itu, di pundaknya pasti masih tertinggal bekas gigitannya.Untungnya, Caden tidak mengunci pintu. Naomi diam-diam masuk ke kamar, lalu berjalan berjinjit ke sisi tempat tidur.Caden tidur telentang dengan kedua tangan bersilangan di atas badannya. Kedua matanya terpejam dan napasnya juga teratur, seolah-olah sudah tertidur pulas.Melihat wajah itu, Naomi pun tertegun sejenak. Saat tidur, Caden benar-benar tampan! Tidak berlebihan untuk mengatakan bahwa Caden adalah pria paling tampan yang pernah ditemuinya.Saat bangun, Caden terlihat dingin. Namun, saat tidur, dia terlihat sangat tampan. Ha
“Hmm? Ternyata kamu masih belum tidur dari tadi?”Caden berkata dengan tatapan tajam, “Jawab dengan jujur!”Hati Naomi berdebar tidak karuan. Saat melihat Caden yang memejamkan mata dan bernapas teratur tadi, dia mengira Caden sudah tertidur pulas. Tak disangka, Caden hanya berpura-pura tidur. Dia benar-benar licik!“Aku nggak berniat untuk merayumu atau membunuhmu! Aku .... Oh iya, aku lagi tidur berjalan! Benar! Aku lagi tidur berjalan!”Caden mencengkeram tangan Naomi dengan lebih kuat lagi. Dia jelas tidak percaya pada ucapan Naomi.“Hk!” Naomi merasa pergelangan tangannya seolah-olah sudah hampir putus akibat cengkeraman Caden. Dia merasa sakit, takut, tetapi juga tidak berdaya. Dalam sekejap, air matanya juga hampir mengalir.“Aku benar-benar nggak berniat untuk merayumu .... Longgarkan sedikit cengkeramanmu, sakit ....”Melihat mata Naomi yang berlinang air mata, Caden mengerutkan keningnya, lalu melonggarkan cengkeramannya sedikit, tetapi tidak langsung melepaskan Naomi. Dia me
Sebelum Naomi sempat berbicara, Caden berkata lagi, “Apa karena aku menciummu sebelumnya, kamu jadi salah paham? Malam ini, aku akan jelaskan semuanya dengan baik. Waktu itu, aku memang tiba-tiba menciummu. Tapi, kamu seharusnya tahu baik aku maupun kamu sudah dewasa dan pasti punya kebutuhan biologis.”“Kadang-kadang, aku memang bisa hilang kendali, tapi itu nggak berarti aku menyukaimu. Malam ini, aku akan tegaskan sekali lagi. Aku hanya mencintai ibunya Rayden. Nggak peduli dia masih hidup atau mati, aku hanya menginginkan dia seorang. Aku akan tetap menunggunya sampai Rayden dewasa, sampai aku tua dan mati.”“Selain dia, aku nggak akan menyukai orang lain, termasuk kamu! Nggak peduli apa pun yang kamu lakukan, aku nggak akan bersamamu. Jadi, aku harap kamu nggak mendekatiku dengan motif tersembunyi. Sebaiknya kamu urungkan semua niatmu malam ini juga. Aku ini bukan orang baik, juga nggak suka mengulangi kata-kataku. Lebih baik kamu nggak menyinggungku.”Setelah mendengar ucapan Cad
“Ceklek!” Terdengar suara pintu dikunci.Caden mengerutkan keningnya, tetapi tidak mengejar Naomi. Dia bertanya pada Steven, “Ada apa ini?”Steven menjawab dengan serius, “Masalah ini aneh banget! Tadi, orang-orang kita menemukan seorang pria aneh yang berdiri di bawah dan nggak berhenti melirik jendela kamar Rayden sambil tertawa. Dia juga ingin melempar seekor mayat kucing ke arah jendela kamar Rayden. Jadi, para pengawal pun buru-buru menghampirinya.”“Tak disangka, dia itu seorang ahli bela diri. Hanya dalam sekejap, dia sudah langsung menghilang dari hadapan semua orang bagaikan hantu. Sebelum menangkapnya, Rayden malah tiba-tiba muncul di lantai bawah. Aku mengkhawatirkannya dan buru-buru membawanya naik.”“Tadi, Rayden nggak ingin bicara denganmu mungkin karena masih ketakutan akibat melihat mayat kucing itu. Waktu melarikan diri, pria itu membuang mayat kucingnya di lantai. Waktu kami menyadari keberadaan Rayden, dia sedang menatap lekat-lekat mayat kucing itu.”Setelah mendeng
“Bukan apa? Nggak ada yang salah dengannya!”Saat ini, Naomi sudah sepenuhnya panik dan kehilangan kendali. Dia buru-buru menyela ucapan Caden, lalu berdiri di hadapan Braden untuk melindunginya. Dia memelototi Caden dan terkesan seperti akan langsung bertarung mati-matian dengan Caden apabila Caden berani berebutan anak dengannya.Caden menatap Naomi dengan kening berkerut. Ada kekesalan dan kebingungan yang terpancar dari matanya.Braden melirik ibunya dengan tidak senang, lalu menarik ujung pakaiannya untuk mengisyaratkannya bersikap tenang. Kemudian, dia baru berjalan keluar dari belakang Naomi dan menatap Caden dengan kening berkerut.Kali ini, Braden sudah bisa mengendalikan perasaannya. Selain merasa kesal, dia juga terlihat agak bingung. Dia jelas-jelas sudah memusnahkan rekaman CCTV, apa lagi yang terlihat Caden? Berhubung merasa kurang yakin, dia hanya bertanya, “Ada apa?”Caden mengalihkan perhatiannya pada Braden dan bertanya, “CCTV rumah tiba-tiba rusak. Aku mau tanya apa
“Nggak tahu. Ada apa dengan Rayden?”“Ada yang aneh dengan caranya menatapku. Caranya berbicara juga aneh.”“Hah?”Rayden sepertinya merasa tidak puas terhadap Caden. Nadanya lumayan sinis dan tatapannya juga terlihat agak menantang. Ketidakpuasan ini baru muncul malam ini. Dulu, meskipun Rayden juga dingin dan tidak suka berbicara, Caden bisa merasakan bahwa Rayden menyayangi, menghormati, dan memujanya. Namun, malam ini .... Rayden tidak berhenti melawannya, juga sepertinya agak merendahkannya. Dia sangat yakin bahwa telah terjadi sesuatu.Caden sama sekali tidak terpikirkan kemungkinan bahwa orang yang berbicara dengannya bukanlah Rayden. Dia merasa keanehan Rayden malam ini berkaitan dengan pria misterius itu. Dia curiga bahwa pria misterius itu telah mengatakan sesuatu pada Rayden. Apa pria itu ingin memprovokasi hubungan mereka? Dia harus menemukan pria misterius itu dan menanyakannya dengan jelas.“Perluas ruang lingkup pencariannya. Dia nggak mungkin tiba-tiba muncul dan hilan
Langit masih belum terang. Jalanan di luar hanya diterangi oleh lampu jalan yang redup sehingga keadaannya masih cukup gelap. Setelah mengamati sekeliling, Braden tetap tidak menemukan sosok misterius itu. Dia sangat yakin orang itu adalah orang bertopeng hantu yang ditemuinya dan Hayden.Saat di bawah tadi, orang bertopeng hantu itu bersembunyi di kegelapan dan sempat tertawa sambil menatap Braden. Suara tawanya itu terdengar sangat mengerikan. Hari ini, Braden datang untuk menggantikan Rayden menghadiri upacara menyembah leluhur. Sebelum datang, dia sudah tahu bahwa ada pengawal di sekeliling. Demi mengalihkan perhatian pengawal Caden, dia telah merencanakan semuanya dengan baik. Namun, rencana Braden itu sama sekali tidak terpakai. Sebab, orang bertopeng hantu sudah terlebih dahulu menarik perhatian beberapa pengawal. Orang itu seperti sedang membantunya mengalihkan perhatian para pengawal. Apa sebenarnya yang diinginkan orang bertopeng hantu itu? Apa dia tahu mengenai rencana Br
Steven menyerahkan ponselnya pada Caden, lalu melanjutkan, “Teleponnya masih tersambung ....”Caden mengerutkan keningnya, lalu menerima ponsel itu sambil berjalan ke ruang baca.Tony bertanya, “Apa sudah terjadi sesuatu? Kenapa kamu nggak angkat telepon?”“Nggak apa-apa.”“Baguslah kalau begitu. Aku mau pastikan sekali lagi hal mengenai upacara menyembah leluhur hari ini. Rayden benar-benar baik-baik saja, ‘kan?”Caden mengerutkan keningnya dengan gelisah. Dia juga tidak yakin apakah Rayden baik-baik saja. Saat ini, perhatiannya sedang tidak berada dalam upacara menyembah leluhur.“Berhubung kamu nggak bicara, aku anggap semuanya baik-baik saja. Kamu itu kepala keluarga saat ini, sedangkan Rayden adalah calon kepala keluarga di masa depan. Jangan datang terlambat!”“Aku tahu.”Seusai melontarkan sebuah jawaban dengan dingin, Caden pun memutuskan sambungan telepon dan mengembalikan ponselnya kepada Steven. Selanjutnya, dia menyalakan sebatang rokok.Steven menerima ponselnya, lalu berk
Samuel lanjut bercerita, "Guru itu akan menyeka tanganku yang kotor dan memelukku sambil membacakan cerita untukku. Dia juga menyemangatiku untuk bicara, dia juga suka mencubit pipiku dan memujiku. Waktu merasa gembira, dia akan mencium keningku.""Guru itu juga akan menegakkan keadilan untukku waktu aku ditindas anak-anak lain. Setelah itu, dia akan mencari cara untuk menghiburku. Dia melarang orang lain memanggilku si Bisu dan memberiku nama baru, Lucky," kata Samuel.Samuel meneruskan, "Guru itu sangat perhatian, dia tahu aku punya masalah. Dia memberitahuku Tuhan itu adil. Kalau sekarang kamu hidup menderita, ke depannya kamu akan diberi kebahagiaan. Guru itu bilang, jangan terus terjebak dalam masa lalu yang kelam, kita harus melihat ke depan.""Guru itu juga bilang aku ini anak yang beruntung, jadi dia menamaiku Lucky. Dia berharap ke depannya hidupku akan dipenuhi keberuntungan dan lancar. Kemudian, dia sangat sedih setelah tahu Bobby dan istrinya memukulku. Dia memelukku sambil
Sebelum Naomi sempat bicara, Samuel memandangnya dan berkata, "Seperti diselamatkan dari tumpukan mayat, lalu dimasukkan ke neraka lagi. Rasanya sangat menyiksa!"Naomi terdiam. Samuel meneruskan, "Kamu nggak tahu, dulu hidupku juga sangat bahagia. Sama seperti Braden, Hayden, dan Jayden yang kamu besarkan, aku dikelilingi cinta.""Kalau nggak ada anggota Keluarga Pangestu, sekarang hidupku pasti tetap bahagia. Keluarga Pangestu menghancurkan hidupku. Mereka menyakitiku dan merebut orang yang kucintai berulang kali. Keluarga Pangestu melemparku ke neraka dan melenyapkan semua harapanku sehingga hidupku sangat menderita," lanjut Samuel.Samuel menambahkan, "Jelas-jelas mereka sudah melakukan banyak hal yang keji, tapi kenapa mereka masih bisa hidup bahagia? Mereka mencelakai orang yang kucintai dan menghancurkan hidupku. Apa aku salah kalau ingin balas dendam?"Naomi mengernyit dan bertanya balik, "Apa yang Caden lakukan padamu?"Samuel memandang lautan yang luas. Dia terlihat menderita
Samuel tersenyum. “Apa kamu terkejut aku akan begitu sadis?” Dia menunduk sembari membalikkan labu yang dipanggangnya. Kemudian, Samuel pun tersenyum. “Siapa juga yang mau jadi iblis? Semua juga karena terpaksa.”Kening Naomi berkerut. “Nggak peduli ada dendam apa di antara kamu dengan Caden dan Keluarga Pangestu, kamu nggak seharusnya melibatkan anak. Anak itu nggak bersalah!”Samuel kembali menghela napas panjang, kemudian menjawab, “Dulu kedua mataku ditutupi oleh rasa benci. Kebetulan waktu itu, aku menemukan kamu sedang mengandung anak Caden. Jadi, aku pun menyusun rencana ini. Kemudian, aku juga sekalian memanfaatkan Rayden. Kalau sekarang, bisa jadi aku nggak akan memanfaatkan anak-anak lagi.”Usai berbicara, Samuel melihat Naomi sembari tersenyum. “Mungkin kamu nggak percaya. Hanya saja, sekarang aku benar-benar sangat menyukai anak.”Kening Naomi berkerut. “Kamu menyembunyikan putriku, nggak menyerahkannya kepada kami. Bukannya kamu sudah memanfaatkan anak?”Samuel menggeleng.
Samuel berkata dengan sangat tenang, “Tenang saja, dia sangat aman. Sekarang aku akan bawa kamu untuk ketemu dia.”Usai berbicara, Samuel menunduk, lalu menuangkan teh.Ada sebuah kompor kecil diletakkan di tengah perahu. Di atasnya ada sebuah teko yang sedang memasak teh. Ada juga sedikit makanan di atasnya.Samuel menuangkan secangkir teh hangat kepada Naomi, lalu memberikannya obat.“Kalau kamu mabuk laut, kamu bisa makan 1 butir. Perjalanan kita masih ada beberapa jam lagi.”Naomi tidak mengonsumsi obat. Saat dia menunduk untuk melihat obat itu, dia menyadari pakaian di tubuhnya sudah diganti!Kedua mata Naomi terbelalak lebar. Baru saja dia hendak bertanya, Samuel berkata, “Jangan berpikir kebanyakan. Aku nggak menyentuhmu. Tadi sebelum naik perahu, aku minta bantuan seorang wanita tua untuk ganti pakaianmu.”Naomi mengerutkan keningnya. “Untuk apa kamu ganti pakaianku?”Nada bicara Samuel sangat tenang. “Biar bisa terhindar dari kejaran Caden. Teknik pengobatanmu sangat bagus. Ak
Samuel tertawa. “Aku sudah bilang tadi, Baby nggak ada hubungannya sama kamu. Aku bawa Naomi pergi juga demi Baby, nggak ada hubungannya sama kamu. Kamu jangan berpikir kebanyakan. Aku juga nggak berencana menggunakan Naomi dan Baby untuk mengancammu.”“Mengenai dendam di antara kita, kamu juga nggak usah buru-buru. Setelah aku membawa Naomi ke sisi Baby, aku masih akan kembali untuk mencarimu. Pada saat itu, tanpa perlu ditanya, aku juga akan beri tahu semuanya kepadamu. Caden, tunggu aku.”Usai berbicara, Samuel langsung memutuskan panggilan dan mematikan ponsel. Jendela mobil diturunkan. Ponsel dibuang ke luar mobil. Ponsel Naomi digilas ban mobil hingga remuk.Samuel kembali menaikkan jendela mobil, lalu lanjut mengendarai mobil. Sepertinya dia kepikiran sesuatu, keningnya pun berkerut. Sepertinya ada api yang membara di dalam tatapan Samuel. Api itu seolah-olah bisa melenyapkan segalanya! Hanya saja, Samuel berusaha memadamkan api di dalam hatinya.“Huft ….” Samuel menghela napas
Satu detik kemudian, ponsel Caden berdering. “Kak Caden, sudah terjadi masalah! Kak Naomi ditahan oleh Samuel!”Hati Caden langsung tegang. “Apa katamu?”“Tadi saat Kak Naomi turun dari lantai atas, Samuel langsung menahan Kak Naomi. Ada senjata di tangannya. Kami khawatir dengan keselamatan Kak Naomi. Jadi, kami nggak berani bertindak gegabah. Dia mengendarai mobil membawa Kak Naomi pergi. Kami lagi mengejarnya!”Jantung Caden berdetak kencang. Ekspresinya berubah. “Kirim titik posisi kalian kepada Steven!”Setelah panggilan diakhiri, Caden segera menghubungi Naomi.Ponsel Naomi masih bisa dihubungi. Hanya saja, tidak ada yang menjawab.Caden sungguh merasa panik. Dia menyuruh Steven untuk segera mengendarai mobil ke sana sembari lanjut menghubungi Naomi.Saat ini, Caden menerima panggilan dari Andrew. Dia segera mengangkatnya. “Sebenarnya apa yang terjadi? Bukannya kamu bilang Samuel di rumah? Kenapa dia bisa ada di sisi Naomi?”Andrew membalas, “Kami sudah dipermainkan Samuel. Tadi
Steven bertanya, “Ke mana perginya orang tua Lucky setelah Lucky pergi?”“Nggak tahu. Seharusnya mereka pergi menikmati hidup dengan uang hasil menjual anak mereka. Heh!”“Apa kalian tahu kabar mereka?”“Nggak tahu. Siapa juga yang peduli dengan hidup matinya mereka? Kita sudah lama nggak pernah saling berhubungan. Lucky juga nggak pernah berhubungan dengan mereka.”Steven bertanya lagi, “Kapan Lucky datang mencari kalian?”Damian membalas, “Beberapa tahun lalu. Waktu itu, kami sedang bercocok tanam. Tiba-tiba dia berdiri di hadapan kami. Kami saja nggak mengenalinya. Setelah dia memperkenalkan diri mengatakan dirinya itu Lucky, kami sungguh merasa kaget! Istriku langsung memeluknya sambil menangis.”Istrinya Damian tersenyum canggung. “Waktu itu aku terlalu emosional. Aku nggak menyangka akan bertemu Lucky lagi.”Steven bertanya, “Untuk apa dia mencari kalian?”“Kata Lucky, waktu itu kami sudah membantunya. Dia masih mengingat utang budi itu. Jadi, dia datang untuk balas budi. Dia ber
“Siapa sangka mereka akan setuju! Tadinya kami menduga, seharusnya kekasihnya Bu Wanda sudah memberi mereka uang yang sangat banyak. Itulah alasannya mereka bersedia menjual Lucky!”“Kami semua sangat meremehkan perbuatan orang tua Lucky. Hanya saja, disisi lain, kami juga bergembira atas kebebasan Lucky. Bu Wanda itu orang baik. Setelah Lucky hidup bersamanya, dia pasti nggak akan dipukul lagi. Dia akan melewati hidupnya dengan gembira.”“Tapi malah terjadi sesuatu saat Bu Wanda hendak membawa Lucky pergi! Entah bagaimana ceritanya, Lucky kelihatan sangat emosional waktu itu. Dia bagai orang gila saja, bahkan menggigit tangan kekasih Bu Wanda hingga terluka. Biasanya ketika dipukul orang tuanya, Lucky nggak emosi, juga nggak menangis. Waktu itu, dia malah tiba-tiba kehilangan kendali.”Steven dengan terpaksa menyela, “Apa yang terjadi hari itu? Kenapa Lucky bisa kehilangan kendalinya?”Damian juga merasa bingung. “Nggak terjadi sesuatu yang istimewa. Seingatku, waktu itu Bu Wanda dan
Damian mengatakan orang tua Lucky ditertawakan banyak orang lantaran tidak bisa memiliki anak. Waktu itu, orang tua Lucky sudah menikah selama 3 tahun, tetapi masih belum dianugerahkan momongan.Para penduduk desa yang tidak akur dengan mereka terus mentertawakan mereka. Ada yang diam-diam bergosip mereka berdua pasti melakukan kesalahan besar di kehidupan lampau, itulah sebabnya garis keturunan mereka terputus di kehidupan sekarang.Temperamen ayahnya Lucky tidaklah bagus. Dia merasa semua itu salah istrinya. Jadi, dia pun sering melakukan kekerasan dalam rumah tangga.Kemudian, mereka berdua pergi. Para penduduk desa mengatakan bahwa mereka pergi ke kota untuk berobat. Beberapa tahun kemudian, mereka pun kembali lagi. Kali ini, mereka pulang dengan Lucky di sisi mereka.Selama beberapa saat itu, pasangan suami istri itu merasa sangat arogan. Mereka terus memamerkan Lucky ke orang-orang! Mereka bukan hanya melahirkan anak laki-laki, anak mereka juga memiliki wajah tampan. Semakin mi