Caden bersikap dingin kepada Naomi karena masalah ini. Naomi juga tidak memedulikan Caden. Lagi pula, biasanya Caden juga bersikap dingin kepada Naomi.Setelah memasak makan malam, Naomi hendak pulang. Beberapa hari ini, Naomi menemani Rayden sampai sore. Malam harinya, dia baru pulang untuk menemani ketiga anaknya.Ketika Naomi hendak membawa Putih pulang, Rayden terlihat enggan. Naomi menghibur, "Nanti aku akan berdiskusi dengan Hayden. Besok aku bawa Putih untuk menemanimu bermain lagi."Naomi memang ingin membuat Rayden senang, tetapi Putih adalah binatang peliharaan Hayden. Dia tidak boleh memberikan Putih kepada Rayden. Naomi tidak mungkin mengabaikan perasaan Hayden demi menghibur Rayden.Rayden terdiam sejenak sebelum mengembalikan Putih kepada Naomi. Kemudian, dia memandang ke luar jendela.Naomi berujar dengan lembut, "Besok aku datang lagi. Sampai jumpa."Rayden tidak memedulikan Naomi. Sikapnya sangat dingin. Saat mendengar suara pintu ditutup, Rayden baru menoleh. Dia terl
Caden meliriknya dengan kesal, lalu menjentikkan abu rokoknya dan berkata, “Kamu pikirkan saja dulu mau bagaimana membujuk Hayden. Aku bukan hanya mau dia berpartisipasi, tapi juga pidato di hadapan orang-orang. Kalau gagal, jangan harap kamu bisa dapatkan sepeser uang pun.”Naomi menjawab dengan penuh percaya diri, “Cuma pidato, ‘kan? Gampang! Nggak masalah!”Melihat Naomi yang begitu percaya diri, Caden memicingkan matanya dan bertanya, “Kamu punya caranya?”“Emm!”“Cara apa?”Naomi langsung melirik Caden dengan waspada dan menjawab, “Rahasia!”“Aku juga nggak boleh tahu?”“Tentu saja! Kamu nggak layak untuk tahu!”Caden pun terdiam. Saat melihat tampang Naomi yang bodoh, penuh percaya diri, juga seperti minta dihajar, Caden merasa kesal, tetapi juga lega. Dia berkata, “Selama kamu berhasil melakukannya, uang bukanlah masalah.”Naomi membusungkan dadanya dan menjawab, “Aku pasti berhasil! Pokoknya, kamu siapkan saja uangnya!”Braden sudah membantu Naomi memikirkan caranya. Jadi, dia
Naomi berjalan kembali ke rumah dengan marah. Dia masih bisa terima dituduh menyukai Caden, tetapi Caden malah berani mencurigainya menyukai Leon?‘Dasar pria berengsek! Bajingan yang selalu berpikiran kotor!’ umpat Naomi dalam hati. Jika bukan demi Rayden, dia benar-benar tidak ingin bertemu dengan Caden lagi seumur hidupnya. Apa ada yang tahu seberapa benci dia pada Caden? Kebenciannya sudah mencapai tahap di mana begitu dirinya teringat wajah Caden, dia sangat ingin langsung menghabisinya!Setelah tiba di depan rumah, Naomi menarik napas dalam-dalam sebelum membuka pintu rumah. Dia tidak ingin pulang dengan suasana hati yang buruk.Saat ini, Tiara dan ketiga bocah juga berada di rumah. Begitu melihat Naomi, ketiga bocah itu langsung menghampirinya dan berseru, “Mama!”Begitu melihat ketiga putranya, suasana hati Naomi langsung menjadi bagus. Dia memeluk dan mencium mereka satu per satu.Hayden bertanya, “Ma, gimana? Apa Putih bisa membantu Rayden?”“Emm, Rayden sangat menyukainya. W
Selama beberapa hari terakhir, Braden tidak berhenti mencari informasi mengenai orang bertopeng hantu, tetapi masih belum menemukan apa-apa. Setelah menyelidiki musuh yang mungkin muncul di sekitar ibunya, dia juga tidak menemukan tersangkanya. Di sisi lain, musuh Caden terlalu banyak sehingga tidak ada seorang pun yang bisa dicurigai.Intinya, orang bertopeng hantu itu masih sangat misterius sampai sekarang.“Berhubung ada psikopat, saat berjalan-jalan di bawah bersama Mama kelak, kalian harus lebih hati-hati dan waspada.”“Emm, jangan khawatir. Selama ada aku, nggak akan ada yang bisa melukai kita. Hmm? Kak, si cowok berengsek kirim pesan kepadamu?” tanya Hayden sambil melirik tablet Braden. Di layar tablet, ada banyak pesan masuk dari bawahan Caden. Braden menyimpan nomor itu dengan nama Caden.Braden menjawab, “Dia tahu aku sudah mendapatkan benda itu dari Tony dan menginginkannya.”“Untuk apa?”“Benda ini sangat berharga. Semua orang juga menginginkannya.”Hayden bertanya dengan
Tiara tahu mengenai perihal Rayden akan pergi menyembah leluhur. Melihat Naomi yang tidak berhenti khawatir, dia pun menghibur, “Meski masih kecil, Braden selalu melakukan segala sesuatu dengan baik. Kamu nggak usah khawatir, nggak akan ada yang terjadi.”Naomi tentu saja percaya pada Braden. Namun, begitu memikirkan risiko yang tersembunyi, dia tetap merasa khawatir.Tiara berkata lagi, “Lagian, kamu sendiri juga nggak yakin dia itu benar-benar ayahnya Braden dan Hayden atau bukan. Mungkin saja mereka memang hanya sekadar mirip. Coba pikirkan tentang Mario dan Hartono. Mario juga mirip banget sama Hartono. Siapa pun yang melihat Mario akan bilang dia itu putra kandung Hartono. Tapi, mereka sama sekali nggak punya hubungan darah.”“Emm ... benar juga.”“Makanya, kamu nggak perlu takut. Ayahnya Rayden belum tentu adalah pria berengsek malam itu. Kalaupun benar, Braden yang begitu pintar juga nggak mungkin ketahuan. Kamu tenang saja.”Naomi diam-diam menghela napas dan menjawab, “Demi ke
“Haih ....”Naomi menghela napas, lalu mencium kening Rayden. Setelah menyelimuti Rayden dengan baik, dia memadamkan lampu di samping tempat tidur dan berjalan keluar dari kamar secara diam-diam.Saat ini, lampu kamar mandi sedang menyala dan terdengar suara air mengalir dari dalam. Caden sedang mandi.Naomi menjulurkan lidahnya ke arah kamar mandi, lalu mendengus sebelum masuk ke ruang baca. Ada sebuah sofa panjang di dalam ruang baca. Selimut dan bantal juga sudah disiapkan dari pagi. Setelah menutup pintu, Naomi tidak lupa untuk menguncinya.Ini adalah kedua kalinya Naomi masuk ke ruang baca ini. Sebelumnya, dia masuk kemari untuk menyuruh Caden memberi tahu orang luar bahwa Rayden sudah sembuh. Namun, saat itu, dia masuk ke ruang baca ini dengan memikul banyak beban pikiran. Seluruh perhatiannya hanya tertuju pada diskusi mereka sehingga dia tidak mengamati ruangan ini dengan baik.Setelah mengamati ruangan ini hari ini, Naomi harus mengakui bahwa ruang baca Caden .... sepertinya k
Naomi membuka pintu ruang baca, lalu berjalan ke luar pintu kamar Caden. Dia pada dasarnya memang tidak begitu pintar dan pemikirannya juga sangat sederhana. Dia merasa ingin membuktikan apakah Caden adalah pria bajingan malam itu sangatlah mudah, yaitu dengan melihat pundak Caden.Saat Caden menindasnya malam itu, Naomi pernah menggigit pundaknya dengan kuat. Jika Caden memang adalah pria bajingan itu, di pundaknya pasti masih tertinggal bekas gigitannya.Untungnya, Caden tidak mengunci pintu. Naomi diam-diam masuk ke kamar, lalu berjalan berjinjit ke sisi tempat tidur.Caden tidur telentang dengan kedua tangan bersilangan di atas badannya. Kedua matanya terpejam dan napasnya juga teratur, seolah-olah sudah tertidur pulas.Melihat wajah itu, Naomi pun tertegun sejenak. Saat tidur, Caden benar-benar tampan! Tidak berlebihan untuk mengatakan bahwa Caden adalah pria paling tampan yang pernah ditemuinya.Saat bangun, Caden terlihat dingin. Namun, saat tidur, dia terlihat sangat tampan. Ha
“Hmm? Ternyata kamu masih belum tidur dari tadi?”Caden berkata dengan tatapan tajam, “Jawab dengan jujur!”Hati Naomi berdebar tidak karuan. Saat melihat Caden yang memejamkan mata dan bernapas teratur tadi, dia mengira Caden sudah tertidur pulas. Tak disangka, Caden hanya berpura-pura tidur. Dia benar-benar licik!“Aku nggak berniat untuk merayumu atau membunuhmu! Aku .... Oh iya, aku lagi tidur berjalan! Benar! Aku lagi tidur berjalan!”Caden mencengkeram tangan Naomi dengan lebih kuat lagi. Dia jelas tidak percaya pada ucapan Naomi.“Hk!” Naomi merasa pergelangan tangannya seolah-olah sudah hampir putus akibat cengkeraman Caden. Dia merasa sakit, takut, tetapi juga tidak berdaya. Dalam sekejap, air matanya juga hampir mengalir.“Aku benar-benar nggak berniat untuk merayumu .... Longgarkan sedikit cengkeramanmu, sakit ....”Melihat mata Naomi yang berlinang air mata, Caden mengerutkan keningnya, lalu melonggarkan cengkeramannya sedikit, tetapi tidak langsung melepaskan Naomi. Dia me