Naomi tertegun sejenak, lalu membalas dengan wajah memerah, "Siapa yang mesum?""Kamu," sahut Caden.Naomi sangat malu. Dia membentak, "Jangan bicara sembarangan! Aku nggak begitu! Masa aku dibilang mesum padahal cuma lihat kamu sebentar? Dasar narsistik dan nggak tahu malu!"Naomi tidak ingin mengaku. Dia berusaha membantah, lalu pergi ke dapur untuk membuat saus. Jantung Naomi berdebar kencang. Dia ingin bersembunyi.Caden mengatupkan bibirnya dan memutar bola matanya pada Naomi. Dia malas membuat perhitungan dengan Naomi.Makan siang belum selesai dimasak, jadi Caden memanfaatkan kesempatan ini untuk berbincang dengan Rayden. Caden ingin membicarakan tentang Naomi dan acara penghormatan leluhur.Rayden sedang bermain dengan Putih. Dia duduk di depan meja bundar kecil dan Putih berada di atas meja. Mereka memelototi satu sama lain.Amarah Caden sedikit mereda. Meskipun dia tidak menyukai Naomi, harus diakui kondisi Rayden beberapa hari ini memang sudah membaik. Ini semua berkat Naomi
Caden menjelaskan, "Nggak. Itu tergantung keputusan Naomi. Kalau mau, dia masih boleh jaga kamu. Seperti Yahya, Naomi juga bisa terus ikut kita. Aku akan beri dia gaji."Ekspresi Rayden menjadi muram begitu mengungkit tentang ibunya. Rayden bertanya, "Bukannya kamu bilang sudah ada kabar tentang Mama? Kapan dia pulang?"Caden mengernyit dan berbohong, "Dia masih ada urusan, jadi dia baru bisa pulang beberapa waktu lagi."Rayden bertanya, "Dia yang bilang begitu?""Iya," sahut Caden.Rayden menimpali, "Apa dia nggak suka aku?""Ha? Bukan, dia suka kamu," balas Caden.Rayden bertanya lagi, "Dia nggak merindukanku?""Dia merindukanmu," jawab Caden."Aku rasa dia nggak terlalu merindukanku," komentar Rayden dengan ekspresi sedih. Dia menoleh dan memandang ke luar jendela.Rayden mengernyit dan terlihat tidak senang. Jika ibunya sangat merindukannya, dia pasti langsung pulang untuk melihat Rayden. Memangnya masalah apa lagi yang lebih penting dari menemui Rayden?Caden tahu apa yang dipikir
Caden bersikap dingin kepada Naomi karena masalah ini. Naomi juga tidak memedulikan Caden. Lagi pula, biasanya Caden juga bersikap dingin kepada Naomi.Setelah memasak makan malam, Naomi hendak pulang. Beberapa hari ini, Naomi menemani Rayden sampai sore. Malam harinya, dia baru pulang untuk menemani ketiga anaknya.Ketika Naomi hendak membawa Putih pulang, Rayden terlihat enggan. Naomi menghibur, "Nanti aku akan berdiskusi dengan Hayden. Besok aku bawa Putih untuk menemanimu bermain lagi."Naomi memang ingin membuat Rayden senang, tetapi Putih adalah binatang peliharaan Hayden. Dia tidak boleh memberikan Putih kepada Rayden. Naomi tidak mungkin mengabaikan perasaan Hayden demi menghibur Rayden.Rayden terdiam sejenak sebelum mengembalikan Putih kepada Naomi. Kemudian, dia memandang ke luar jendela.Naomi berujar dengan lembut, "Besok aku datang lagi. Sampai jumpa."Rayden tidak memedulikan Naomi. Sikapnya sangat dingin. Saat mendengar suara pintu ditutup, Rayden baru menoleh. Dia terl
Caden meliriknya dengan kesal, lalu menjentikkan abu rokoknya dan berkata, “Kamu pikirkan saja dulu mau bagaimana membujuk Hayden. Aku bukan hanya mau dia berpartisipasi, tapi juga pidato di hadapan orang-orang. Kalau gagal, jangan harap kamu bisa dapatkan sepeser uang pun.”Naomi menjawab dengan penuh percaya diri, “Cuma pidato, ‘kan? Gampang! Nggak masalah!”Melihat Naomi yang begitu percaya diri, Caden memicingkan matanya dan bertanya, “Kamu punya caranya?”“Emm!”“Cara apa?”Naomi langsung melirik Caden dengan waspada dan menjawab, “Rahasia!”“Aku juga nggak boleh tahu?”“Tentu saja! Kamu nggak layak untuk tahu!”Caden pun terdiam. Saat melihat tampang Naomi yang bodoh, penuh percaya diri, juga seperti minta dihajar, Caden merasa kesal, tetapi juga lega. Dia berkata, “Selama kamu berhasil melakukannya, uang bukanlah masalah.”Naomi membusungkan dadanya dan menjawab, “Aku pasti berhasil! Pokoknya, kamu siapkan saja uangnya!”Braden sudah membantu Naomi memikirkan caranya. Jadi, dia
Naomi berjalan kembali ke rumah dengan marah. Dia masih bisa terima dituduh menyukai Caden, tetapi Caden malah berani mencurigainya menyukai Leon?‘Dasar pria berengsek! Bajingan yang selalu berpikiran kotor!’ umpat Naomi dalam hati. Jika bukan demi Rayden, dia benar-benar tidak ingin bertemu dengan Caden lagi seumur hidupnya. Apa ada yang tahu seberapa benci dia pada Caden? Kebenciannya sudah mencapai tahap di mana begitu dirinya teringat wajah Caden, dia sangat ingin langsung menghabisinya!Setelah tiba di depan rumah, Naomi menarik napas dalam-dalam sebelum membuka pintu rumah. Dia tidak ingin pulang dengan suasana hati yang buruk.Saat ini, Tiara dan ketiga bocah juga berada di rumah. Begitu melihat Naomi, ketiga bocah itu langsung menghampirinya dan berseru, “Mama!”Begitu melihat ketiga putranya, suasana hati Naomi langsung menjadi bagus. Dia memeluk dan mencium mereka satu per satu.Hayden bertanya, “Ma, gimana? Apa Putih bisa membantu Rayden?”“Emm, Rayden sangat menyukainya. W
Selama beberapa hari terakhir, Braden tidak berhenti mencari informasi mengenai orang bertopeng hantu, tetapi masih belum menemukan apa-apa. Setelah menyelidiki musuh yang mungkin muncul di sekitar ibunya, dia juga tidak menemukan tersangkanya. Di sisi lain, musuh Caden terlalu banyak sehingga tidak ada seorang pun yang bisa dicurigai.Intinya, orang bertopeng hantu itu masih sangat misterius sampai sekarang.“Berhubung ada psikopat, saat berjalan-jalan di bawah bersama Mama kelak, kalian harus lebih hati-hati dan waspada.”“Emm, jangan khawatir. Selama ada aku, nggak akan ada yang bisa melukai kita. Hmm? Kak, si cowok berengsek kirim pesan kepadamu?” tanya Hayden sambil melirik tablet Braden. Di layar tablet, ada banyak pesan masuk dari bawahan Caden. Braden menyimpan nomor itu dengan nama Caden.Braden menjawab, “Dia tahu aku sudah mendapatkan benda itu dari Tony dan menginginkannya.”“Untuk apa?”“Benda ini sangat berharga. Semua orang juga menginginkannya.”Hayden bertanya dengan
Tiara tahu mengenai perihal Rayden akan pergi menyembah leluhur. Melihat Naomi yang tidak berhenti khawatir, dia pun menghibur, “Meski masih kecil, Braden selalu melakukan segala sesuatu dengan baik. Kamu nggak usah khawatir, nggak akan ada yang terjadi.”Naomi tentu saja percaya pada Braden. Namun, begitu memikirkan risiko yang tersembunyi, dia tetap merasa khawatir.Tiara berkata lagi, “Lagian, kamu sendiri juga nggak yakin dia itu benar-benar ayahnya Braden dan Hayden atau bukan. Mungkin saja mereka memang hanya sekadar mirip. Coba pikirkan tentang Mario dan Hartono. Mario juga mirip banget sama Hartono. Siapa pun yang melihat Mario akan bilang dia itu putra kandung Hartono. Tapi, mereka sama sekali nggak punya hubungan darah.”“Emm ... benar juga.”“Makanya, kamu nggak perlu takut. Ayahnya Rayden belum tentu adalah pria berengsek malam itu. Kalaupun benar, Braden yang begitu pintar juga nggak mungkin ketahuan. Kamu tenang saja.”Naomi diam-diam menghela napas dan menjawab, “Demi ke
“Haih ....”Naomi menghela napas, lalu mencium kening Rayden. Setelah menyelimuti Rayden dengan baik, dia memadamkan lampu di samping tempat tidur dan berjalan keluar dari kamar secara diam-diam.Saat ini, lampu kamar mandi sedang menyala dan terdengar suara air mengalir dari dalam. Caden sedang mandi.Naomi menjulurkan lidahnya ke arah kamar mandi, lalu mendengus sebelum masuk ke ruang baca. Ada sebuah sofa panjang di dalam ruang baca. Selimut dan bantal juga sudah disiapkan dari pagi. Setelah menutup pintu, Naomi tidak lupa untuk menguncinya.Ini adalah kedua kalinya Naomi masuk ke ruang baca ini. Sebelumnya, dia masuk kemari untuk menyuruh Caden memberi tahu orang luar bahwa Rayden sudah sembuh. Namun, saat itu, dia masuk ke ruang baca ini dengan memikul banyak beban pikiran. Seluruh perhatiannya hanya tertuju pada diskusi mereka sehingga dia tidak mengamati ruangan ini dengan baik.Setelah mengamati ruangan ini hari ini, Naomi harus mengakui bahwa ruang baca Caden .... sepertinya k
Samuel lanjut bercerita, "Guru itu akan menyeka tanganku yang kotor dan memelukku sambil membacakan cerita untukku. Dia juga menyemangatiku untuk bicara, dia juga suka mencubit pipiku dan memujiku. Waktu merasa gembira, dia akan mencium keningku.""Guru itu juga akan menegakkan keadilan untukku waktu aku ditindas anak-anak lain. Setelah itu, dia akan mencari cara untuk menghiburku. Dia melarang orang lain memanggilku si Bisu dan memberiku nama baru, Lucky," kata Samuel.Samuel meneruskan, "Guru itu sangat perhatian, dia tahu aku punya masalah. Dia memberitahuku Tuhan itu adil. Kalau sekarang kamu hidup menderita, ke depannya kamu akan diberi kebahagiaan. Guru itu bilang, jangan terus terjebak dalam masa lalu yang kelam, kita harus melihat ke depan.""Guru itu juga bilang aku ini anak yang beruntung, jadi dia menamaiku Lucky. Dia berharap ke depannya hidupku akan dipenuhi keberuntungan dan lancar. Kemudian, dia sangat sedih setelah tahu Bobby dan istrinya memukulku. Dia memelukku sambil
Sebelum Naomi sempat bicara, Samuel memandangnya dan berkata, "Seperti diselamatkan dari tumpukan mayat, lalu dimasukkan ke neraka lagi. Rasanya sangat menyiksa!"Naomi terdiam. Samuel meneruskan, "Kamu nggak tahu, dulu hidupku juga sangat bahagia. Sama seperti Braden, Hayden, dan Jayden yang kamu besarkan, aku dikelilingi cinta.""Kalau nggak ada anggota Keluarga Pangestu, sekarang hidupku pasti tetap bahagia. Keluarga Pangestu menghancurkan hidupku. Mereka menyakitiku dan merebut orang yang kucintai berulang kali. Keluarga Pangestu melemparku ke neraka dan melenyapkan semua harapanku sehingga hidupku sangat menderita," lanjut Samuel.Samuel menambahkan, "Jelas-jelas mereka sudah melakukan banyak hal yang keji, tapi kenapa mereka masih bisa hidup bahagia? Mereka mencelakai orang yang kucintai dan menghancurkan hidupku. Apa aku salah kalau ingin balas dendam?"Naomi mengernyit dan bertanya balik, "Apa yang Caden lakukan padamu?"Samuel memandang lautan yang luas. Dia terlihat menderita
Samuel tersenyum. “Apa kamu terkejut aku akan begitu sadis?” Dia menunduk sembari membalikkan labu yang dipanggangnya. Kemudian, Samuel pun tersenyum. “Siapa juga yang mau jadi iblis? Semua juga karena terpaksa.”Kening Naomi berkerut. “Nggak peduli ada dendam apa di antara kamu dengan Caden dan Keluarga Pangestu, kamu nggak seharusnya melibatkan anak. Anak itu nggak bersalah!”Samuel kembali menghela napas panjang, kemudian menjawab, “Dulu kedua mataku ditutupi oleh rasa benci. Kebetulan waktu itu, aku menemukan kamu sedang mengandung anak Caden. Jadi, aku pun menyusun rencana ini. Kemudian, aku juga sekalian memanfaatkan Rayden. Kalau sekarang, bisa jadi aku nggak akan memanfaatkan anak-anak lagi.”Usai berbicara, Samuel melihat Naomi sembari tersenyum. “Mungkin kamu nggak percaya. Hanya saja, sekarang aku benar-benar sangat menyukai anak.”Kening Naomi berkerut. “Kamu menyembunyikan putriku, nggak menyerahkannya kepada kami. Bukannya kamu sudah memanfaatkan anak?”Samuel menggeleng.
Samuel berkata dengan sangat tenang, “Tenang saja, dia sangat aman. Sekarang aku akan bawa kamu untuk ketemu dia.”Usai berbicara, Samuel menunduk, lalu menuangkan teh.Ada sebuah kompor kecil diletakkan di tengah perahu. Di atasnya ada sebuah teko yang sedang memasak teh. Ada juga sedikit makanan di atasnya.Samuel menuangkan secangkir teh hangat kepada Naomi, lalu memberikannya obat.“Kalau kamu mabuk laut, kamu bisa makan 1 butir. Perjalanan kita masih ada beberapa jam lagi.”Naomi tidak mengonsumsi obat. Saat dia menunduk untuk melihat obat itu, dia menyadari pakaian di tubuhnya sudah diganti!Kedua mata Naomi terbelalak lebar. Baru saja dia hendak bertanya, Samuel berkata, “Jangan berpikir kebanyakan. Aku nggak menyentuhmu. Tadi sebelum naik perahu, aku minta bantuan seorang wanita tua untuk ganti pakaianmu.”Naomi mengerutkan keningnya. “Untuk apa kamu ganti pakaianku?”Nada bicara Samuel sangat tenang. “Biar bisa terhindar dari kejaran Caden. Teknik pengobatanmu sangat bagus. Ak
Samuel tertawa. “Aku sudah bilang tadi, Baby nggak ada hubungannya sama kamu. Aku bawa Naomi pergi juga demi Baby, nggak ada hubungannya sama kamu. Kamu jangan berpikir kebanyakan. Aku juga nggak berencana menggunakan Naomi dan Baby untuk mengancammu.”“Mengenai dendam di antara kita, kamu juga nggak usah buru-buru. Setelah aku membawa Naomi ke sisi Baby, aku masih akan kembali untuk mencarimu. Pada saat itu, tanpa perlu ditanya, aku juga akan beri tahu semuanya kepadamu. Caden, tunggu aku.”Usai berbicara, Samuel langsung memutuskan panggilan dan mematikan ponsel. Jendela mobil diturunkan. Ponsel dibuang ke luar mobil. Ponsel Naomi digilas ban mobil hingga remuk.Samuel kembali menaikkan jendela mobil, lalu lanjut mengendarai mobil. Sepertinya dia kepikiran sesuatu, keningnya pun berkerut. Sepertinya ada api yang membara di dalam tatapan Samuel. Api itu seolah-olah bisa melenyapkan segalanya! Hanya saja, Samuel berusaha memadamkan api di dalam hatinya.“Huft ….” Samuel menghela napas
Satu detik kemudian, ponsel Caden berdering. “Kak Caden, sudah terjadi masalah! Kak Naomi ditahan oleh Samuel!”Hati Caden langsung tegang. “Apa katamu?”“Tadi saat Kak Naomi turun dari lantai atas, Samuel langsung menahan Kak Naomi. Ada senjata di tangannya. Kami khawatir dengan keselamatan Kak Naomi. Jadi, kami nggak berani bertindak gegabah. Dia mengendarai mobil membawa Kak Naomi pergi. Kami lagi mengejarnya!”Jantung Caden berdetak kencang. Ekspresinya berubah. “Kirim titik posisi kalian kepada Steven!”Setelah panggilan diakhiri, Caden segera menghubungi Naomi.Ponsel Naomi masih bisa dihubungi. Hanya saja, tidak ada yang menjawab.Caden sungguh merasa panik. Dia menyuruh Steven untuk segera mengendarai mobil ke sana sembari lanjut menghubungi Naomi.Saat ini, Caden menerima panggilan dari Andrew. Dia segera mengangkatnya. “Sebenarnya apa yang terjadi? Bukannya kamu bilang Samuel di rumah? Kenapa dia bisa ada di sisi Naomi?”Andrew membalas, “Kami sudah dipermainkan Samuel. Tadi
Steven bertanya, “Ke mana perginya orang tua Lucky setelah Lucky pergi?”“Nggak tahu. Seharusnya mereka pergi menikmati hidup dengan uang hasil menjual anak mereka. Heh!”“Apa kalian tahu kabar mereka?”“Nggak tahu. Siapa juga yang peduli dengan hidup matinya mereka? Kita sudah lama nggak pernah saling berhubungan. Lucky juga nggak pernah berhubungan dengan mereka.”Steven bertanya lagi, “Kapan Lucky datang mencari kalian?”Damian membalas, “Beberapa tahun lalu. Waktu itu, kami sedang bercocok tanam. Tiba-tiba dia berdiri di hadapan kami. Kami saja nggak mengenalinya. Setelah dia memperkenalkan diri mengatakan dirinya itu Lucky, kami sungguh merasa kaget! Istriku langsung memeluknya sambil menangis.”Istrinya Damian tersenyum canggung. “Waktu itu aku terlalu emosional. Aku nggak menyangka akan bertemu Lucky lagi.”Steven bertanya, “Untuk apa dia mencari kalian?”“Kata Lucky, waktu itu kami sudah membantunya. Dia masih mengingat utang budi itu. Jadi, dia datang untuk balas budi. Dia ber
“Siapa sangka mereka akan setuju! Tadinya kami menduga, seharusnya kekasihnya Bu Wanda sudah memberi mereka uang yang sangat banyak. Itulah alasannya mereka bersedia menjual Lucky!”“Kami semua sangat meremehkan perbuatan orang tua Lucky. Hanya saja, disisi lain, kami juga bergembira atas kebebasan Lucky. Bu Wanda itu orang baik. Setelah Lucky hidup bersamanya, dia pasti nggak akan dipukul lagi. Dia akan melewati hidupnya dengan gembira.”“Tapi malah terjadi sesuatu saat Bu Wanda hendak membawa Lucky pergi! Entah bagaimana ceritanya, Lucky kelihatan sangat emosional waktu itu. Dia bagai orang gila saja, bahkan menggigit tangan kekasih Bu Wanda hingga terluka. Biasanya ketika dipukul orang tuanya, Lucky nggak emosi, juga nggak menangis. Waktu itu, dia malah tiba-tiba kehilangan kendali.”Steven dengan terpaksa menyela, “Apa yang terjadi hari itu? Kenapa Lucky bisa kehilangan kendalinya?”Damian juga merasa bingung. “Nggak terjadi sesuatu yang istimewa. Seingatku, waktu itu Bu Wanda dan
Damian mengatakan orang tua Lucky ditertawakan banyak orang lantaran tidak bisa memiliki anak. Waktu itu, orang tua Lucky sudah menikah selama 3 tahun, tetapi masih belum dianugerahkan momongan.Para penduduk desa yang tidak akur dengan mereka terus mentertawakan mereka. Ada yang diam-diam bergosip mereka berdua pasti melakukan kesalahan besar di kehidupan lampau, itulah sebabnya garis keturunan mereka terputus di kehidupan sekarang.Temperamen ayahnya Lucky tidaklah bagus. Dia merasa semua itu salah istrinya. Jadi, dia pun sering melakukan kekerasan dalam rumah tangga.Kemudian, mereka berdua pergi. Para penduduk desa mengatakan bahwa mereka pergi ke kota untuk berobat. Beberapa tahun kemudian, mereka pun kembali lagi. Kali ini, mereka pulang dengan Lucky di sisi mereka.Selama beberapa saat itu, pasangan suami istri itu merasa sangat arogan. Mereka terus memamerkan Lucky ke orang-orang! Mereka bukan hanya melahirkan anak laki-laki, anak mereka juga memiliki wajah tampan. Semakin mi