Ekspresi Caden menjadi muram saat melihat pesan dari Tony. Sudah jelas Tony menggunakan masalah penghormatan leluhur untuk mengendalikan Rayden. Caden berujar, "Nggak usah pedulikan dia dulu."Setelah mengakhiri panggilan telepon, Caden menyalakan rokok lagi. Dengan kondisi Rayden sekarang, dia tidak mungkin mengikuti acara penghormatan leluhur dan menyampaikan pidato.Rayden pasti akan ditertawakan semua orang. Selain itu, jika penyakit Rayden kambuh lagi karena masalah ini ....Tiba-tiba, terdengar suara barang jatuh di ruang tamu. Caden mematikan rokoknya dan bergegas keluar.Rayden berdiri di depan pintu dapur. Terdapat pecahan sendok keramik di lantai. Caden langsung menghampiri Rayden dan bertanya, "Rayden, kamu nggak apa-apa, 'kan? Apa kamu terluka?"Rayden menggeleng. Caden bertanya lagi, "Kenapa kamu ambil sendok di dapur sendiri? Kamu mau apa?"Rayden menjawab dengan tenang, "Makan.""Kamu ... masih ingat omongan Papa tadi?" tanya Caden.Rayden terdiam sesaat, lalu menyahut s
Naomi baru saja mengakhiri panggilan telepon Aryan ketika Caden datang mencarinya. Setelah mengkhawatirkan Rayden, Naomi mulai memikirkan Camila.Sekarang Naomi hanya bisa membicarakan masalah Camila dengan Aryan. Hal ini karena latar belakang keluarga Aryan cukup hebat. Jadi, dia bisa mencari tahu lebih banyak informasi.Selain itu, Aryan pernah mengejar Camila. Itulah sebabnya Aryan sangat memperhatikan masalah Camila.Naomi belum memberi tahu Tiara masalah Camila yang tidak pergi ke luar negeri. Tiara pasti ikut khawatir setelah mengetahui hal ini dan tidak fokus melakukan hal lain.Naomi juga tidak memberi tahu Leon karena dia kurang percaya dengan Leon. Naomi takut menimbulkan kecurigaan.Tiba-tiba, bel pintu berbunyi. Naomi yang memakai baju santai keluar dari kamar dan bertanya, "Siapa?"Tidak ada yang menyahut. Di luar pintu, Caden menegur Steven dengan ekspresi muram, "Cepat bicara!"Steven kebingungan. Kenapa dia yang bicara? Siapa yang mau mencari Naomi?Akan tetapi, Steven
Caden hampir tidak bisa menahan emosinya lagi. Dia berujar, "Apa kamu nggak bisa bicara baik-baik? Aku datang bukan untuk bertengkar denganmu."Naomi tidak berniat untuk meredam emosinya. Dia membentak, "Siapa yang mau bertengkar denganmu? Memangnya kita kenal dekat? Nggak usah sok tahu!""Kamu ... begini caranya kamu memperlakukan orang yang datang untuk berterima kasih kepadamu?" tanya Caden.Naomi menanggapi, "Mana ada orang baik yang berterima kasih dengan sikap seperti ini? Ekspresimu sangat masam, seperti datang untuk cari masalah! Nggak ada yang paksa kamu datang ke rumahku!""Naomi!" teriak Caden."Anjing!" maki Naomi. Suara Caden sangat keras, Naomi juga tidak mau kalah. Caden memanggil nama Naomi, tetapi Naomi malah memanggil Caden "anjing".Naomi sama sekali tidak takut. Caden sangat geram, dia menimpali, "Kamu panggil aku apa? Kamu ini benar-benar ...."Naomi langsung menyergah, "Keterlaluan, ya? Aku memang keterlaluan! Kamu mau apa?""Naomi!" bentak Caden.Naomi membalas,
Melihat wajah yang Hayden yang mirip dengan seseorang, Naomi merasa sangat gugup. Dia segera menutup mulut dan mata Caden dengan tangannya supaya Caden tidak bersuara dan melihat Hayden.Caden merasa bingung dan juga marah. Tadi, kepala Caden terantuk lemari ketika Naomi mendorongnya masuk dengan paksa. Sekarang dia masih kesakitan.Selain itu, Caden bukan selingkuhan Naomi. Kenapa dia begitu panik? Kalaupun Caden adalah selingkuhan Naomi, orang yang masuk juga bukan suami Naomi. Caden membatin, 'Cih, kenapa aku berpikiran menjadi selingkuhan Naomi?'"Na ...," ucap Caden.Sebelum Caden sempat bersuara, Naomi tiba-tiba berjinjit dan berbisik di telinga Caden, "Jangan bicara!"Naomi takut anak-anak mendengar suaranya. Jadi, dia mendekati Caden dan berbisik di telinganya. Naomi terlihat seperti berbisik sambil menggigit telinga Caden.Napas Naomi yang hangat menyelubungi telinga Caden sehingga Caden tanpa sadar menelan ludah. Caden mengernyit, dia ingin mendorong Naomi.Namun, Naomi malah
Naomi ingin mendorong Caden, tetapi tidak bisa. Naomi ingin memberontak. Masalahnya, Hayden berada di luar. Jadi, Naomi tidak berani.Di luar lemari, ketiga anak Naomi penasaran ibu mereka berada di mana. Di dalam lemari, Naomi dipeluk oleh Caden dengan erat dan Caden tidak berhenti menciumnya."Eh? Ke mana semuanya? Braden, Hayden, Jayden, lihat apa yang kubeli untuk kalian!" ujar Tiara. Tadi, dia pergi mengambil paket dan baru kembali sekarang.Ketiga anak Naomi langsung berlari keluar. Naomi seketika tersadar. Dia mendorong Caden dengan kuat. Tubuhnya lemas dan dia hampir terjatuh.Caden memeluk Naomi supaya dia tidak terjatuh. Naomi hendak memukul Caden, lalu Caden meraih pergelangan tangan Naomi. Dia menatap Naomi sembari mengernyit.Naomi bertatapan dengan Caden. Wajah Naomi memerah dan dia menggigit bibirnya. Naomi ingin memarahi Caden, tetapi takut ketahuan Tiara dan ketiga anaknya. Jadi, Naomi tidak berani bersuara.Waktu seakan-akan terhenti. Mereka berdua menatap satu sama l
"Apa yang terjadi?" tanya Tiara yang kebingungan.Naomi meletakkan ponselnya di atas meja. Dia malu menceritakan kejadian dirinya yang berciuman dengan Caden. Jadi, Naomi berkata, "Dia datang untuk membicarakan masalah Rayden, tapi kalian tiba-tiba pulang. Untung saja mereka nggak bertemu."Tiara menimpali seraya memelotot, "Pantas saja kamu begitu gugup! Sore ini TK mendadak libur. Aku lupa kabari kamu sebelum pulang. Ini hadiah pemberian dia?""Iya," ucap Naomi."Kepiting raja, lobster biru, dan teripang yang begitu besar. Astaga, bukannya dia sudah bangkrut? Kenapa dia masih sanggup membeli hadiah yang begitu mahal? Setidaknya total semua hadiah ini ratusan juta," ucap Tiara.Naomi tertegun sesaat, lalu bertanya, "Semahal itu?""Iya," sahut Tiara.Naomi menanggapi, "Mungkin karena takut aku nggak mengurus Rayden lagi. Jadi, dia menghabiskan banyak uang."Tiara bertanya, "Kamu masih berniat mengurus Rayden? Kamu nggak takut orang-orang itu celakai kamu lagi?"Naomi menjawab, "Aku tak
Sanny melihat Naomi, lalu berucap dengan geram, "Pembunuh!"Suara Sanny serak sehingga ucapannya terdengar sangat menyeramkan. Orang-orang yang berdiri di depan pintu mal memandang Naomi dengan terkejut dan penasaran.Naomi mengernyit. Sekarang dia makin tidak ingin membiarkan Sanny pergi. Naomi maju, lalu meraih pergelangan tangan Sanny dan berkata, "Jangan pergi dulu. Jelaskan, aku bunuh siapa?"Sanny menggertakkan giginya. Wajahnya berkedut karena terlalu marah. Dia mengancam, "Kamu sudah membunuh anakku, suatu hari nanti aku akan membunuh anakmu! Lihat saja nanti!"Naomi merasa gugup saat melihat ekspresi Sanny yang gigih. Naomi membalas, "Aku nggak membunuh anakmu. Aku ...."Sanny menyergah, "Kamu pasti mau mencari Camila, 'kan? Kamu nggak akan bisa menemukan Camila selamanya! Hahaha ...."Tawa Sanny sangat mengerikan. Naomi bergidik. Sanny mendorong Naomi sehingga Naomi hampir terjatuh."Naomi!" teriak Leon. Dia muncul pada saat yang tepat dan segera memapah Naomi."Kamu nggak ap
Di depan pintu mal, Naomi berpesan setelah menenangkan dirinya, "Ingat kabari kami kalau kamu sudah dapat kabar tentang Camila. Selain itu, depresi bukan penyakit ringan. Kamu harus memperhatikannya, sebaiknya jangan biarkan Sanny keluar sendiri."Leon menimpali, "Oke. Aku pasti langsung kabari kamu kalau ada kabar dari Camila. Mengenai Sanny, kami juga terus memperhatikannya. Hari ini, dia diam-diam keluar. Kelak kami pasti akan lebih hati-hati.""Oke," ucap Naomi. Dia berpura-pura santai saat mengobrol dengan Leon, lalu berpamitan dan pergi.Begitu berpisah dengan Leon, ekspresi Naomi langsung berubah. Dia segera menelepon Aryan, "Kak, apa kamu bisa cari cara selidiki adik sepupu Leon yang bernama Sanny?"Naomi menambahkan, "Aku curiga dia tahu informasi Camila. Selain itu, Leon bilang dia sudah menghubungi manajer Camila."Aryan yang terkejut bertanya, "Leon sudah menghubungi manajer Camila?""Iya," jawab Naomi."Mana mungkin? Beberapa hari ini, aku terus mencari Camila dan nggak ad
[ Astaga, apa kalian berdua benar-benar telah jadian? ]Kepala Camila berdengung. Dia tidak membalas pesan, melainkan memalingkan kepala untuk membelalaki Dylan. “Apa kamu gila! Apa aku pulang demi kamu? Aku pulang karena Bibi Lyana dan Paman Kevin! Lagi pula ….”Dylan memotongnya, “Bukannya sama saja pulang demi orang tuaku dengan pulang demiku? Lagi pula, semua itu juga masalahku!”“Apa bisa disamakan?”“Kenapa nggak bisa? Sama saja!”Camila menggertakkan giginya. Kalau bukan karena sedang mengendarai mobil, Camila pasti akan menendangnya!Jika mengatakan Camila pulang demi Lyana dan Kevin, Helen pasti tidak akan berpikir banyak. Dia tahu hubungannya dengan Lyana cukup dekat.Namun sekarang, Camila pulang demi Dylan. Masalah itu akan memicu prasangka orang-orang.Apalagi Dylan juga mengatakan dirinya tidak memiliki selera makan. Hanya karena masalah kecil ini, Camila malah diam-diam pulang. Bukannya semua itu adalah gerak-gerik yang dimiliki sepasang kekasih?Kekasih yang lagi diland
Camila menjulingkan bola matanya. Dia mengendarai mobil sembari menghubungi Naomi.“Naomi, apa kalian sudah sampai di rumah sakit?”“Kami akan segera tiba. Apa kamu sudah lapar?”“Lapar sekali. Tapi kali ini, terjadi sesuatu sama aku dan Dylan. Kalau kamu nggak ada masalah lain, kamu tunggu kami di kamar pasien.”Naomi merasa penasaran. “Kalian mau keluar?”“Emm, kalau nggak ada masalah, seharusnya kita bisa kembali dalam waktu 40 menit.”“Oke, kalau begitu, aku tunggu kamu di kamar pasien.”“Emm, emm.”Ketika melihat Camila memutuskan panggilan, Dylan spontan berkata, “Apa kita bisa pulang dalam waktu 40 menit?”“Bisa.”Dylan melihat navigasi sekilas.“Sekarang masih ada 10 menit baru bisa tiba di kantor catatan sipil. Dari kantor catatan sipil ke rumah sakit sekiranya butuh waktu 30 menit. Apa kamu nggak perlu tatap muka sama Catherine?”Camila membalas, “Ketemuan sama dia juga nggak butuh waktu panjang.”Saat Dylan ingin mengatakan sesuatu, ponsel Camila berdering. Dia menerima pang
[ Kak, siapa yang bikin video ini? Tolong lepaskan Kota Yorta! Ular keberuntungan Kota Yorta nggak boleh disebarluaskan lagi! ][ Kak, dunia Kota Yorta sudah runtuh. Mohon danai yang versi baru. ]Selesai warganet di Kota Yorta menangis, giliran warganet Kota Ciawi yang menangis.[ Kak, mohon selamatkan ular pemakan manusia kami! ]Selesai warganet Kota Ciawi menangis, giliran warganet Kota Gora menangis.[ Kak, mohon selamatkan kami. Kami kebanyakan makan kentang di rumah. Huhuhu. ]Selesai warganet Kota Gora menangis, giliran warganet Kota Howi yang menangis.[ Kak, saudara kami sudah pingsan di toilet karena menangis kebanyakan. Mohon selamatkan mereka. Kami nggak sanggup lihat ular keberuntungan kami lagi. ]Bahkan ada yang sengaja datang untuk berlutut memohon kepada orang berotoritas untuk menstabilkan dunia hiburan.Pihak berotoritas pun melakukan respons.[ Dia nggak berada di dunia hiburan, tapi kedudukannya di dunia hiburan nggak bisa tergoyahkan. ]Dylan bahkan tidak membaca
Camila merasa penasaran. “Kenapa kamu tiba-tiba melepaskannya?”Dylan terdiam beberapa detik baru membalas, “Aku juga nggak tahu. Tiba-tiba aku bisa mengobrol masalah dia dengan terang-terangan.”Camila pun terdiam.Mereka berdua bertukar pandang selama beberapa saat. Tiba-tiba Dylan berdeham, lalu berkata, “Itu … kamu jangan sembarangan tidur di luar sana. Cara yang aku ajari sepertinya nggak terlalu bagus.”Camila terdiam membisu.Dylan menjelaskan, “Coba kamu lihat aku, aku sudah tidur dengan begitu banyak wanita, tapi aku tetap nggak bisa melepaskannya. Hari ini aku baru merasa bisa melepaskannya. Jadi, cara bermain di luar sana nggak efektif!”Topik pembicaraan ini membuat Camila merasa canggung. Dia pun memaksa dirinya untuk bertanya sekali lagi, “Sebenarnya bagaimana kamu bisa melepaskannya hari ini?”Dylan membalas, “Aku juga nggak tahu, mungkin aku sudah melepaskannya dari beberapa hari lalu. Semuanya terasa aneh, tapi aku yakin bukan karena tidur dengan yang lain. Pokoknya, k
Biasanya rasa sedih di hati tidak akan dibicarakan kepada orang luar. Dylan sama sekali tidak memberi Furla kesempatan untuk berbicara. Dia pun berkata, “Jujur saja, sekarang kamu adalah orang yang paling menjijikkan di antara mantan-mantanku.”“Kita nggak usah omong kosong lagi. Semakin banyak kamu bicara, aku malah akan semakin kesal sama kamu! Kelak mohon jauhi aku, juga jauhi leluhurku. Coba saja kalau kamu mengganggunya lagi!”Terlintas ekspresi syok di dalam mata Camila.Furla malah melihat Dylan dengan takut. Kali ini, dia merasa syok hingga tidak berani bernapas.Pemikirannya dibongkar dengan terang-terangan. Furla bukan hanya merasa gugup, melainkan juga merasa lebih takut lagi!Siapa si Dylan itu? Hanya dengan menggerakan jari tangannya, dia pun bisa menghabisi Furla!Furla bahkan tidak berani bersuara sama sekali. Dia menopang dirinya untuk berdiri, lalu meninggalkan kamar pasien dengan keadaan berantakan.Suasana di dalam kamar pasien kembali hening ….Camila masih sedang m
Dylan bersandar di ranjang pasien sembari meminum air. Setelah tenggorokannya tidak kering lagi, dia baru berkata, “Masalah aku sakit juga nggak ada hubungannya sama kamu. Kamu nggak usah berpikir kebanyakan, apalagi merasa bersalah. Kamu seharusnya tahu karakterku. Setiap kalinya aku akan putus dengan tegas, nggak suka tarik ulur. Kalau sudah putus, ya berarti kita sudah putus. Aku pasti nggak akan bersedih.”“Kita juga nggak mungkin akan baikan lagi. Aku nggak suka balikan dengan mantan. Jadi, aku dan kamu sudah nggak memungkinkan lagi.”Furla pun menangis. “Waktu itu, aku juga gegabah, makanya aku bisa kepikiran untuk putus sama kamu. Aku ….”Furla benar-benar tidak menyangka Dylan benar-benar tidak mencarinya!Selama beberapa hari ini, Dylan bahkan tidak mengirim pesan apa pun kepadanya!Dylan berkata dengan tersenyum, “Furla, aku memang gampang luluh sama cewek cantik, tapi aku hanya peduli dengan air mata pacarku.”“Kita berdua sudah putus. Nggak ada gunanya kamu menangis di hada
Furla merasa putus asa. Dia meminta pengampunan kepada Dylan dengan menangis. “Dylan, selamatkan aku. Huhuhu ….”Tanpa menunggu buka mulut dari Dylan, Camila mengambil setangkai bunga mawar merah dari buket bunga bawaan Furla. Dia mengopek kelopak bunga, lalu memasukkannya ke dalam mulut Furla!“Enak?” Furla merasa kesal hingga air mata tidak berhenti mengalir.Camila menyembunyikan senyumannya. Ekspresinya kelihatan dingin. “Kelak, kalau kamu berani menyinggungku lagi, aku nggak akan kasih kamu makan bunganya, aku akan kasih kamu makan duri bunga mawar! Kalau kamu nggak percaya, kamu bisa coba!”Kedua mata Furla memerah. Dia sungguh ketakutan.Camila melepaskannya, lalu melempar tangkai bunga ke wajahnya.Duri di tangkai bunga itu mengenai pipi Furla. Furla pun tidak berani bersuara lagi.Camila berdiri, lalu berjalan ke sisi ranjang. Dia mengambil tisu basah untuk menyeka tangannya, lalu merapikan rambutnya sembari melihat ke sisi Dylan. “Aku sudah selesai ngobrol sama dia. Aku kelu
Furla benar-benar tidak menyangka ada Camila di dalam kamar pasien. Dia menatap Camila selama beberapa saat, baru tersadar dari bengongnya. Setelah itu, dia menyapa dengan tersenyum, “Kak Camila ….”Camila tidak menghiraukan Furla. Dia hanya tersenyum sembari mengamati Furla saja ….Hari ini Furla berpenampilan sederhana. Dia hanya merias wajahnya dengan polos, menguncir tinggi rambutnya, dengan mengenakan set seragam santai dan sepasang sepatu kanvas.Furla bergaya anak sekolah hari ini, kelihatannya seperti anak SMA saja.Tiba-tiba Camila teringat dengan cinta pertama Dylan, gadis yang bernama Citrus itu. Camila pun tersenyum sinis sembari membatin, ‘Furla ini cukup pintar. Dia tahu memanfaatkan keunggulannya untuk mendapatkan rasa suka Dylan.’Dylan bisa bersama Furla karena dia mirip sama Citrus. Dia belum pasti tahu siapa si Citrus itu. Hanya saja, Furla pasti bisa menebak orang yang tidak bisa dilupakan Dylan hanyalah cinta pertamanya.Bagaimanapun, cinta pertama itu biasanya ter
Camila berkata, “Aku menganggapmu sebagai teman.”Kening Dylan berkerut. “Itu berarti karena masalah malam itu. Bukannya kamu menegaskan untuk melupakannya?”Camila terdiam membisu.Suasana di dalam ruang pasien tiba-tiba terasa agak canggung.Iya, Camila terus menegaskan untuk melupakannya, tetapi dia sendiri yang tidak bisa melupakannya. Hanya saja, mereka pernah tidur bersama, bagaimana cara melupakannya?Hati Camila sungguh terasa penat. Dia tidak tahu bagaimana membalas dalam seketika. Untung saja ponselnya tiba-tiba berdering pada saat ini, membantunya memecahkan rasa canggung.Orang yang menelepon adalah Naomi. “Camila, aku dan Caden lagi dalam perjalanan ke rumah sakit. Kamu mau makan apa? Biar aku bawakan.”Camila tersenyum. “Aku baru saja berencana buat pesan makanan. Kalau kamu lewat, tolong singgah ke toko kue langganan aku buat beli beberapa potong kue dan bawakan boba buat aku. Oh, ya ….”Demi memecahkan rasa canggung, Camila berinisiatif untuk bertanya pada Dylan, “Kamu