"Apa yang terjadi?" tanya Tiara yang kebingungan.Naomi meletakkan ponselnya di atas meja. Dia malu menceritakan kejadian dirinya yang berciuman dengan Caden. Jadi, Naomi berkata, "Dia datang untuk membicarakan masalah Rayden, tapi kalian tiba-tiba pulang. Untung saja mereka nggak bertemu."Tiara menimpali seraya memelotot, "Pantas saja kamu begitu gugup! Sore ini TK mendadak libur. Aku lupa kabari kamu sebelum pulang. Ini hadiah pemberian dia?""Iya," ucap Naomi."Kepiting raja, lobster biru, dan teripang yang begitu besar. Astaga, bukannya dia sudah bangkrut? Kenapa dia masih sanggup membeli hadiah yang begitu mahal? Setidaknya total semua hadiah ini ratusan juta," ucap Tiara.Naomi tertegun sesaat, lalu bertanya, "Semahal itu?""Iya," sahut Tiara.Naomi menanggapi, "Mungkin karena takut aku nggak mengurus Rayden lagi. Jadi, dia menghabiskan banyak uang."Tiara bertanya, "Kamu masih berniat mengurus Rayden? Kamu nggak takut orang-orang itu celakai kamu lagi?"Naomi menjawab, "Aku tak
Sanny melihat Naomi, lalu berucap dengan geram, "Pembunuh!"Suara Sanny serak sehingga ucapannya terdengar sangat menyeramkan. Orang-orang yang berdiri di depan pintu mal memandang Naomi dengan terkejut dan penasaran.Naomi mengernyit. Sekarang dia makin tidak ingin membiarkan Sanny pergi. Naomi maju, lalu meraih pergelangan tangan Sanny dan berkata, "Jangan pergi dulu. Jelaskan, aku bunuh siapa?"Sanny menggertakkan giginya. Wajahnya berkedut karena terlalu marah. Dia mengancam, "Kamu sudah membunuh anakku, suatu hari nanti aku akan membunuh anakmu! Lihat saja nanti!"Naomi merasa gugup saat melihat ekspresi Sanny yang gigih. Naomi membalas, "Aku nggak membunuh anakmu. Aku ...."Sanny menyergah, "Kamu pasti mau mencari Camila, 'kan? Kamu nggak akan bisa menemukan Camila selamanya! Hahaha ...."Tawa Sanny sangat mengerikan. Naomi bergidik. Sanny mendorong Naomi sehingga Naomi hampir terjatuh."Naomi!" teriak Leon. Dia muncul pada saat yang tepat dan segera memapah Naomi."Kamu nggak ap
Di depan pintu mal, Naomi berpesan setelah menenangkan dirinya, "Ingat kabari kami kalau kamu sudah dapat kabar tentang Camila. Selain itu, depresi bukan penyakit ringan. Kamu harus memperhatikannya, sebaiknya jangan biarkan Sanny keluar sendiri."Leon menimpali, "Oke. Aku pasti langsung kabari kamu kalau ada kabar dari Camila. Mengenai Sanny, kami juga terus memperhatikannya. Hari ini, dia diam-diam keluar. Kelak kami pasti akan lebih hati-hati.""Oke," ucap Naomi. Dia berpura-pura santai saat mengobrol dengan Leon, lalu berpamitan dan pergi.Begitu berpisah dengan Leon, ekspresi Naomi langsung berubah. Dia segera menelepon Aryan, "Kak, apa kamu bisa cari cara selidiki adik sepupu Leon yang bernama Sanny?"Naomi menambahkan, "Aku curiga dia tahu informasi Camila. Selain itu, Leon bilang dia sudah menghubungi manajer Camila."Aryan yang terkejut bertanya, "Leon sudah menghubungi manajer Camila?""Iya," jawab Naomi."Mana mungkin? Beberapa hari ini, aku terus mencari Camila dan nggak ad
Saat Naomi mengeluarkan Putih, ekspresi Rayden baru sedikit berubah. Naomi segera memperkenalkan, "Namanya Putih."Rayden melihat Putih sekilas. Dia tampak bingung. Naomi menjelaskan seraya tersenyum, "Kamu pasti penasaran kenapa namanya Putih, 'kan? Padahal tubuhnya berwarna hitam."Rayden hanya mengernyit dan tidak menanggapi ucapan Naomi. Jadi, Naomi langsung melanjutkan, "Karena Putih bisa sulap. Tubuhnya memang berwarna hitam. Tapi, kalau bertemu orang yang disukainya dan melihat hal yang membuatnya senang, dia bisa berubah jadi putih."Rayden tidak percaya. Akhirnya, dia berbicara kepada Naomi untuk pertama kalinya, "Kenapa sekarang dia berwarna hitam? Apa dia nggak suka kamu?"Naomi merasa antusias begitu mendengar Rayden berbicara kepadanya. Dia diam-diam mencubit telapak tangannya untuk menenangkan dirinya. Naomi takut Rayden kaget jika melihatnya terlalu antusias."Putih memang nggak terlalu menyukaiku. Dia itu binatang peliharaan anakku. Dulu, aku melarang anakku memeliharan
Steven yang bersembunyi di mobil sambil memantau kamera pengawas juga tidak menyangka Rayden bisa turun ke lantai bawah. Dia bertanya dengan ekspresi kaget, "Kak Caden, bagaimana ini?"Caden mengernyit. Beberapa hari ini, dia tidak ingin bertemu Naomi. Namun, dia tetap mengkhawatirkan Rayden. Saat Naomi datang, Caden terus menunggu di mobil.Sebelum Caden sempat bicara, Naomi dan Rayden sudah keluar dari gedung. Rayden berdiri di depan pintu gedung dan melihat Naomi, seperti menanyakan mereka harus pergi ke mana.Naomi tentu tidak berani membawa Rayden keluar dari kompleks. Akan tetapi, Naomi tidak menemukan ruang terbuka hijau setelah mengamati sekeliling. Bagaimanapun, kompleks ini sudah lama dibangun.Naomi menunjuk perosotan di belakang taman bunga dan mengusulkan, "Bagaimana kalau kita ke sana?"Rayden tidak menanggapi ucapan Naomi dan langsung bergegas menghampiri perosotan. Naomi segera mengikuti Rayden.Saat ini, daerah kompleks tidak terlalu ramai. Tidak ada anak-anak yang ber
Naomi takut penyakit Rayden kambuh jika marah. Dia segera berjongkok, lalu memegang bahu Rayden dan membujuk, "Rayden, nggak usah pedulikan dia. Nggak semua orang punya akhlak, nggak ada gunanya marah-marah karena orang seperti itu. Kita sendiri yang rugi."Rayden tidak bicara. Dia langsung masuk ke gedung. Naomi segera mengikutinya. Sesampainya di depan pintu gedung, anak laki-laki itu tiba-tiba muncul dengan papan luncurnya.Anak itu meluncur ke arah Naomi. Dilihat dari ekspresinya, sudah jelas dia sengaja. Saat Naomi tersadar, anak laki-laki itu sudah mendekatinya sehingga dia tidak sempat menghindar.Ketika Naomi hampir tertabrak, Rayden tiba-tiba datang dan menabrak anak laki-laki itu. Rayden juga terjatuh."Rayden!" teriak Naomi yang kaget. Dia segera memapah Rayden.Caden dan Steven juga kaget. Mereka bergegas menghampiri Naomi dan Rayden. Caden bertanya dengan ekspresi cemas, "Kamu terluka, nggak?"Rayden tidak memedulikan mereka. Dia berdiri dan memelototi anak laki-laki yang
Naomi mengerutkan bibirnya dan berucap, "Aku mau minta maaf atas kejadian hari ini. Aku nggak menyangka dia bisa terluka. Aku ...."Caden menyela, "Apa kamu menemukan sesuatu?"Naomi tahu maksud Caden. Dia duduk di seberang Caden dan menilai Rayden dengan tulus, "Ternyata kondisi Rayden tidak begitu parah. Dilihat dari responsnya hari ini, Rayden cukup bijak dan pengertian."Hari ini, Rayden melindungi Naomi. Sudah jelas itu karena Naomi menjaganya selama beberapa hari ini.Hal ini menunjukkan Rayden adalah anak yang pengertian. Dia tahu Naomi memperlakukannya dengan baik, jadi dia membalas kebaikan Naomi.Naomi meneruskan, "Rayden hanya nggak suka mengungkapkan perasaannya, tapi dia paham. Sikapnya dingin. Ini ada kaitan dengan gangguan mental Rayden dan lingkungan dalam tumbuh kembangnya. Rayden mirip kamu."Caden menatap Naomi, bukannya ini berarti Naomi menganggap sikap Caden dingin? Naomi melanjutkan, "Lingkungan akan membentuk karakter seseorang. Kamu selalu bersikap dingin dan m
Ekspresi Caden menjadi muram. Dia sangat geram.....Keunggulan terbesar dari kompleks ini adalah fasilitasnya cukup lengkap. Di depan kompleks terdapat banyak toko yang menjual sarapan, buah-buahan, sayuran, dan baju.Naomi membeli daging dan sayur segar. Dia juga membeli udang, ikan, kecap, kaldu ayam, dan ketumbar.Melihat jeruk yang segar, Naomi ingin membuat jus jeruk untuk Rayden. Jadi, dia mengambil kantong plastik dan memilih jeruk.Tiba-tiba, terdengar suara seorang pria. "Kamu sudah hampir ditabrak mati, tapi masih berani mengurus Rayden! Kamu itu bodoh atau merasa bisa selamat setiap kali?"Naomi merasa gugup. Seorang pria tiba-tiba muncul di sampingnya. Pria itu memakai masker sehingga Naomi tidak bisa melihat tampangnya.Terdapat sebuah mobil mewah di tepi jalan. Jendela mobil dipasang kaca film, jadi Naomi tidak bisa melihat orang yang duduk di dalam mobil.Naomi tahu mereka pasti orang-orang yang tidak ingin Rayden sembuh. Mereka datang untuk memperingatkan Naomi.Naomi