Naomi takut penyakit Rayden kambuh jika marah. Dia segera berjongkok, lalu memegang bahu Rayden dan membujuk, "Rayden, nggak usah pedulikan dia. Nggak semua orang punya akhlak, nggak ada gunanya marah-marah karena orang seperti itu. Kita sendiri yang rugi."Rayden tidak bicara. Dia langsung masuk ke gedung. Naomi segera mengikutinya. Sesampainya di depan pintu gedung, anak laki-laki itu tiba-tiba muncul dengan papan luncurnya.Anak itu meluncur ke arah Naomi. Dilihat dari ekspresinya, sudah jelas dia sengaja. Saat Naomi tersadar, anak laki-laki itu sudah mendekatinya sehingga dia tidak sempat menghindar.Ketika Naomi hampir tertabrak, Rayden tiba-tiba datang dan menabrak anak laki-laki itu. Rayden juga terjatuh."Rayden!" teriak Naomi yang kaget. Dia segera memapah Rayden.Caden dan Steven juga kaget. Mereka bergegas menghampiri Naomi dan Rayden. Caden bertanya dengan ekspresi cemas, "Kamu terluka, nggak?"Rayden tidak memedulikan mereka. Dia berdiri dan memelototi anak laki-laki yang
Naomi mengerutkan bibirnya dan berucap, "Aku mau minta maaf atas kejadian hari ini. Aku nggak menyangka dia bisa terluka. Aku ...."Caden menyela, "Apa kamu menemukan sesuatu?"Naomi tahu maksud Caden. Dia duduk di seberang Caden dan menilai Rayden dengan tulus, "Ternyata kondisi Rayden tidak begitu parah. Dilihat dari responsnya hari ini, Rayden cukup bijak dan pengertian."Hari ini, Rayden melindungi Naomi. Sudah jelas itu karena Naomi menjaganya selama beberapa hari ini.Hal ini menunjukkan Rayden adalah anak yang pengertian. Dia tahu Naomi memperlakukannya dengan baik, jadi dia membalas kebaikan Naomi.Naomi meneruskan, "Rayden hanya nggak suka mengungkapkan perasaannya, tapi dia paham. Sikapnya dingin. Ini ada kaitan dengan gangguan mental Rayden dan lingkungan dalam tumbuh kembangnya. Rayden mirip kamu."Caden menatap Naomi, bukannya ini berarti Naomi menganggap sikap Caden dingin? Naomi melanjutkan, "Lingkungan akan membentuk karakter seseorang. Kamu selalu bersikap dingin dan m
Ekspresi Caden menjadi muram. Dia sangat geram.....Keunggulan terbesar dari kompleks ini adalah fasilitasnya cukup lengkap. Di depan kompleks terdapat banyak toko yang menjual sarapan, buah-buahan, sayuran, dan baju.Naomi membeli daging dan sayur segar. Dia juga membeli udang, ikan, kecap, kaldu ayam, dan ketumbar.Melihat jeruk yang segar, Naomi ingin membuat jus jeruk untuk Rayden. Jadi, dia mengambil kantong plastik dan memilih jeruk.Tiba-tiba, terdengar suara seorang pria. "Kamu sudah hampir ditabrak mati, tapi masih berani mengurus Rayden! Kamu itu bodoh atau merasa bisa selamat setiap kali?"Naomi merasa gugup. Seorang pria tiba-tiba muncul di sampingnya. Pria itu memakai masker sehingga Naomi tidak bisa melihat tampangnya.Terdapat sebuah mobil mewah di tepi jalan. Jendela mobil dipasang kaca film, jadi Naomi tidak bisa melihat orang yang duduk di dalam mobil.Naomi tahu mereka pasti orang-orang yang tidak ingin Rayden sembuh. Mereka datang untuk memperingatkan Naomi.Naomi
Naomi tidak bisa berkata-kata. Untuk apa Caden begitu galak? Naomi mengerutkan bibirnya, lalu keluar.Caden menyalakan rokok dengan ekspresi muram. Dia menjawab panggilan telepon. Tony bertanya, "Rayden sudah sembuh?"Caden tidak menjawab. Tony bertanya lagi, "Kenapa begitu mendadak? Bagaimana dia bisa sembuh?"Caden yang gusar menyahut, "Tiba-tiba sembuh.""Mana mungkin?" balas Tony."Apanya yang nggak mungkin?" timpal Caden.Nada bicara Caden sangat ketus. Jadi, Tony berkata setelah terdiam sejenak, "Aku mau lihat dia sekarang.""Nggak bisa," tolak Caden. Kemudian, dia langsung mengakhiri panggilan telepon.Tony yang murka memaki, "Anak sialan!"Evano membujuk, "Pak, jangan emosi. Apa kamu nggak dengar? Pak Caden sepertinya sangat kesal. Kalau Rayden sudah sembuh, seharusnya Pak Caden merasa senang."Tony bertanya seraya menyipitkan mata, "Jadi, Caden berbohong?"Evano menyahut, "Iya. Responsnya sudah jelas menunjukkan dia berbohong.""Kenapa Caden berbohong?" tanya Tony.Evano menja
Tony menyipitkan matanya. Dia terlihat arogan. Namun, Tony tidak menjawab pertanyaan Evano. Dia hanya berujar, "Kamu hubungi dia dulu."....Sementara itu, Caden sedang merokok di ruang kerja. Dia mengernyit dan ekspresinya sangat masam. Sudah jelas dia merasa tidak senang.Steven yang tahu alasannya membujuk, "Kamu jangan marah pada Bu Naomi. Dia nggak kenal dekat dengan kita. Jadi, wajar saja kalau dia nggak memercayai kita. Bu Naomi ajukan persyaratan ini hanya untuk melindungi diri sendiri."Caden mengisap rokoknya dan tidak berbicara. Dia memang paham, tetapi dia merasa tidak senang karena Naomi tidak memercayainya.Selain itu, Caden akan kesulitan mengurus masalah acara penghormatan leluhur. Dia mengatakan Rayden sudah sembuh. Masalahnya, Rayden belum sembuh. Nanti, Caden pasti akan dipermalukan.Bukan hanya itu, Caden juga tidak punya alasan untuk menolak permintaan Tony yang menyuruh Rayden berpidato. Namun, mana mungkin Rayden bisa berpidato di atas panggung dengan kondisinya
Caden memang kesal, tetapi gerakannya menjadi lebih lembut. Steven yang berdiri di samping diam-diam mengkritik, 'Lebih baik Caden nggak usah punya mulut. Dia lebih menarik kalau bisu.'Naomi tidak berterima kasih kepada Caden setelah Caden membalut lukanya. Hal ini karena tadi Caden mengatakan Naomi manja.Naomi mencebik, dia hendak lanjut mencincang daging. Tiba-tiba, Rayden mengambil pisau di talenan. Naomi kaget, dia memanggil, "Rayden?"Rayden tidak berbicara. Dia menyerahkan pisau kepada Caden. Sementara itu, Caden tampak tidak puas.Melihat situasi ini, Steven segera mengambil pisau dari tangan Rayden dan berkata, "Biar aku saja."Selesai bicara, Steven langsung memakai celemek dan mulai mencincang daging. Rayden tidak berkomentar. Dia langsung kembali ke kamarnya.Naomi memandangi Rayden sambil termenung. Dia jarang berhubungan dengan Rayden, jadi dia tidak terlalu memahaminya.Ternyata, Rayden mengambil pisau karena kasihan melihat Naomi terluka. Naomi tersentuh. Dia berjalan
Naomi mengernyit saat teringat ucapan Steven. Selama ini, Rayden selalu ditertawakan orang lain. Rayden hanya tidak suka bicara, tetapi orang-orang mengejeknya bisu.Jelas-jelas, Rayden cuma punya gangguan mental. Namun, orang-orang mengatakan Rayden gila. Bahkan, anggota Keluarga Pangestu terus berharap Rayden mati karena masalah keuntungan.Naomi berang begitu teringat Sonia pernah menyumpahi Rayden. Di dunia ini memang ada keluarga yang tidak berperikemanusiaan."Semuanya pasti akan membaik," celetuk Naomi. Rayden melihat Naomi. Sebelum sempat merespons, Naomi sudah memeluk Rayden.Rayden gemetaran. Dia menghela napas dan wajahnya memerah. Ini adalah pertama kalinya Rayden dipeluk wanita. Rayden merasa gugup dan malu.Rayden ingin melepaskan diri dari pelukan Naomi, tetapi gagal karena Naomi memeluknya dengan erat. Rayden berucap, "Kamu ...."Naomi berjanji, "Rayden, percaya padaku. Semuanya pasti akan membaik! Aku akan membuat kamu menjadi anak yang sehat dan ceria. Aku akan membua
Naomi tertegun sejenak, lalu membalas dengan wajah memerah, "Siapa yang mesum?""Kamu," sahut Caden.Naomi sangat malu. Dia membentak, "Jangan bicara sembarangan! Aku nggak begitu! Masa aku dibilang mesum padahal cuma lihat kamu sebentar? Dasar narsistik dan nggak tahu malu!"Naomi tidak ingin mengaku. Dia berusaha membantah, lalu pergi ke dapur untuk membuat saus. Jantung Naomi berdebar kencang. Dia ingin bersembunyi.Caden mengatupkan bibirnya dan memutar bola matanya pada Naomi. Dia malas membuat perhitungan dengan Naomi.Makan siang belum selesai dimasak, jadi Caden memanfaatkan kesempatan ini untuk berbincang dengan Rayden. Caden ingin membicarakan tentang Naomi dan acara penghormatan leluhur.Rayden sedang bermain dengan Putih. Dia duduk di depan meja bundar kecil dan Putih berada di atas meja. Mereka memelototi satu sama lain.Amarah Caden sedikit mereda. Meskipun dia tidak menyukai Naomi, harus diakui kondisi Rayden beberapa hari ini memang sudah membaik. Ini semua berkat Naomi