Robbin melanjutkan, "Seperti ayahnya yang sudah memilih ibu kandung Rayden. Dia hanya ingin bersama dengan wanita itu dan nggak tertarik dengan wanita lain."Naomi mengernyit. Dia tidak peduli dengan kesetiaan Caden. Naomi hanya memperhatikan Rayden. Dia berujar, "Aku sudah berhari-hari nggak masak untuk Rayden, dia nggak mungkin bisa tahan kalau nggak makan."Robbin menimpali, "Rayden bukan sama sekali nggak makan. Tapi, dia cuma makan sedikit. Itu hanya cukup untuk bertahan hidup. Kudengar, Rayden makin kurus hanya dalam beberapa hari."Naomi bertanya dengan ekspresi kaget, "Rayden makin kurus?"Robbin menanggapi, "Iya, Rayden sudah stres. Belakangan ini, penyakitnya juga sering kambuh. Dia masih bisa menjaga kesehatannya kalau makan makanan yang bergizi. Tentu saja dia makin kurus kalau makan sedikit."Naomi mengernyit, dia merasa sedih. Begitu memikirkan tampang Rayden yang kurus, Naomi menyalahkan dirinya sendiri. Semua ini karena Naomi.Jika Naomi terus memasak makanan lezat untu
Caden sedang memeriksa dokumen. Suhu di dalam ruangan sangat tinggi. Caden melepaskan jasnya dan sekarang dia hanya memakai kemeja.Caden menggulung lengan kemeja sampai ke sikunya sehingga menunjukkan lengannya yang kekar dan jam tangannya yang mewah.Caden yang duduk tegak di depan meja kerja menunduk dan mengernyit. Dia menandatangani dokumen. Setelah selesai, Caden mendongak dan bertanya dengan ketus, "Kenapa kamu begitu buru-buru? Ada apa?"Steven menyahut, "Bu Naomi, dia ...."Sebelum Steven menyelesaikan ucapannya, Caden menyergah, "Apa kamu nggak menganggap serius omonganku? Jangan sebut namanya di depanku!"Steven berusaha menjelaskan, "Bukan, Bu Naomi ....""Keluar!" bentak Caden.Steven berucap, "Kak Caden ....""Pergi!" hardik Caden. Amarahnya memuncak sehingga Steven yang ketakutan segera keluar.Begitu melihat Steven, para bawahan bertanya, "Kak Steven, bagaimana? Kita libur, nggak?"Steven yang tampak lesu menggeleng dan menjawab, "Lanjut kerja dulu."Bawahan mengeluh, "
Steven mengeluh, "Kamu sama sekali nggak memberiku kesempatan.""Kamu ... masih berani membantah?" tegur Caden.Steven terdiam. Kenapa dia yang disalahkan? Steven merasa sangat sedih.Naomi juga mendengar percakapan Caden dan Steven. Naomi baru tahu ternyata Caden tidak mengetahui bahwa dia mengantar makanan untuk Rayden. Tadi Naomi malah memarahi Caden ....Namun, Naomi merasa dirinya tidak bersalah. Seharusnya Caden memperhatikan masalah yang berhubungan dengan Rayden. Caden salah karena tidak memberikan Steven kesempatan untuk bicara."Kamu ...," ucap Naomi."Aku ...," ujar Caden.Mereka berdua bicara pada saat bersamaan. Naomi mengerutkan bibirnya dan berkata, "Kamu dulu."Caden menjelaskan, "Aku nggak tahu kamu mengantar makanan untuk Rayden.""Oh," sahut Naomi dengan acuh tak acuh.Caden terdiam. Suasana di ruangan kantor tiba-tiba menjadi hening.Steven berusaha mencairkan suasana, "Bu Naomi, apa makanannya masih ada? Kalau masih ada, aku dan Kak Cayden akan mengambil makanannya
Hujan di Kota Jawhar sudah reda. Muncul pelangi di langit. Para pejalan kaki mengeluarkan ponsel untuk memotret pelangi. Ada yang berseru, "Cepat lihat, ada pelangi! Cantik sekali!"Steven berkomentar, "Begitu Bu Naomi mengurus Rayden, hujan pun reda dan muncul pelangi. Kelihatannya Rayden berjodoh dengan Bu Naomi. Rayden sangat diberkati."Caden melihat pelangi dan tidak menanggapi perkataan Steven. Dia tidak tahu Naomi dan Rayden berjodoh atau tidak. Dia hanya tahu sekarang suasana hatinya sangat bagus.Semua kegundahan beberapa hari sebelumnya pun sirna. Caden mengeluarkan ponsel dan memotret pelangi. Dia ingin menunjukkannya kepada Rayden setelah pulang nanti.Sesampainya di kompleks perumahan yang ditinggali Tiara, Steven memarkir mobil di tepi jalan dan menelepon Naomi. Tak lama kemudian, Naomi datang.Naomi mengenakan jaket putih dan sepatu bot. Wajahnya tidak dirias dan rambutnya tergerai. Angin berembus, rambut Naomi menutupi matanya.Naomi menyelipkan rambutnya di belakang te
Naomi memasak untuk Rayden, lalu Caden memberi Naomi bahan makanan yang mahal. Caden ingin membalas kebaikan Naomi dan tidak ingin berutang padanya.Sesampainya di rumah, Caden naik ke lantai atas dengan membawa kotak makanan. Begitu Caden pulang, Yahya langsung pergi. Dia pulang ke vila untuk memasak sup Naomi.Awalnya, Rayden duduk di depan jendela. Dia seperti menyadari sesuatu dan langsung menoleh. Ekspresi Rayden berubah begitu melihat kotak makanan yang dibawa Caden.Caden juga tidak memanggil Rayden. Dia meletakkan kotak makanan di atas meja makan dan membuka tutupnya.Rayden berdiri, lalu pergi ke kamar mandi untuk mencuci tangan. Dia duduk di kursinya dan menunggu untuk makan. Sudah jelas Rayden ingin makan.Akan tetapi, Caden tidak mengeluarkan makanannya. Dia duduk di seberang Rayden dan memandangnya dengan serius.Caden berkata, "Beberapa hari yang lalu dia sakit, makanya dia nggak bisa masak untukmu. Dia suruh aku sampaikan kepadamu. Kalau kamu suka makan masakannya, dia m
Ponsel Caden tiba-tiba berdering. Steven yang menelepon. Caden mengambil ponselnya dan masuk ke kamar. Dia berjalan ke balkon, lalu menyalakan rokok.Steven yang berusaha menahan amarahnya melapor, "Kak Caden, Tony memberi kabar bulan depan tanggal 5 itu hari penghormatan leluhur. Rayden juga diberi tugas, dia bilang Rayden sudah berusia 5 tahun.""Menurut aturan Keluarga Pangestu, Rayden harus menyembahyangi dan bersujud kepada leluhur sendirian. Selain itu, Rayden harus siapkan kata-kata sambutan. Sebagai penerus keluarga selanjutnya, dia harus berpidato di depan seluruh Keluarga Pangestu," lanjut Steven.Caden mengernyit dan mengisap rokoknya. Steven berucap dengan geram, "Tony pasti sengaja! Jelas-jelas dia tahu Rayden punya gangguan mental, tapi dia malah suruh Rayden menyembahyangi leluhur."Steven meneruskan, "Bahkan, Tony juga menyuruh Rayden berpidato di depan Keluarga Pangestu! Sudah jelas dia berniat untuk melihat Rayden ditertawakan!"Rayden tidak suka berinteraksi dengan o
Ekspresi Caden menjadi muram saat melihat pesan dari Tony. Sudah jelas Tony menggunakan masalah penghormatan leluhur untuk mengendalikan Rayden. Caden berujar, "Nggak usah pedulikan dia dulu."Setelah mengakhiri panggilan telepon, Caden menyalakan rokok lagi. Dengan kondisi Rayden sekarang, dia tidak mungkin mengikuti acara penghormatan leluhur dan menyampaikan pidato.Rayden pasti akan ditertawakan semua orang. Selain itu, jika penyakit Rayden kambuh lagi karena masalah ini ....Tiba-tiba, terdengar suara barang jatuh di ruang tamu. Caden mematikan rokoknya dan bergegas keluar.Rayden berdiri di depan pintu dapur. Terdapat pecahan sendok keramik di lantai. Caden langsung menghampiri Rayden dan bertanya, "Rayden, kamu nggak apa-apa, 'kan? Apa kamu terluka?"Rayden menggeleng. Caden bertanya lagi, "Kenapa kamu ambil sendok di dapur sendiri? Kamu mau apa?"Rayden menjawab dengan tenang, "Makan.""Kamu ... masih ingat omongan Papa tadi?" tanya Caden.Rayden terdiam sesaat, lalu menyahut s
Naomi baru saja mengakhiri panggilan telepon Aryan ketika Caden datang mencarinya. Setelah mengkhawatirkan Rayden, Naomi mulai memikirkan Camila.Sekarang Naomi hanya bisa membicarakan masalah Camila dengan Aryan. Hal ini karena latar belakang keluarga Aryan cukup hebat. Jadi, dia bisa mencari tahu lebih banyak informasi.Selain itu, Aryan pernah mengejar Camila. Itulah sebabnya Aryan sangat memperhatikan masalah Camila.Naomi belum memberi tahu Tiara masalah Camila yang tidak pergi ke luar negeri. Tiara pasti ikut khawatir setelah mengetahui hal ini dan tidak fokus melakukan hal lain.Naomi juga tidak memberi tahu Leon karena dia kurang percaya dengan Leon. Naomi takut menimbulkan kecurigaan.Tiba-tiba, bel pintu berbunyi. Naomi yang memakai baju santai keluar dari kamar dan bertanya, "Siapa?"Tidak ada yang menyahut. Di luar pintu, Caden menegur Steven dengan ekspresi muram, "Cepat bicara!"Steven kebingungan. Kenapa dia yang bicara? Siapa yang mau mencari Naomi?Akan tetapi, Steven
Samuel lanjut bercerita, "Guru itu akan menyeka tanganku yang kotor dan memelukku sambil membacakan cerita untukku. Dia juga menyemangatiku untuk bicara, dia juga suka mencubit pipiku dan memujiku. Waktu merasa gembira, dia akan mencium keningku.""Guru itu juga akan menegakkan keadilan untukku waktu aku ditindas anak-anak lain. Setelah itu, dia akan mencari cara untuk menghiburku. Dia melarang orang lain memanggilku si Bisu dan memberiku nama baru, Lucky," kata Samuel.Samuel meneruskan, "Guru itu sangat perhatian, dia tahu aku punya masalah. Dia memberitahuku Tuhan itu adil. Kalau sekarang kamu hidup menderita, ke depannya kamu akan diberi kebahagiaan. Guru itu bilang, jangan terus terjebak dalam masa lalu yang kelam, kita harus melihat ke depan.""Guru itu juga bilang aku ini anak yang beruntung, jadi dia menamaiku Lucky. Dia berharap ke depannya hidupku akan dipenuhi keberuntungan dan lancar. Kemudian, dia sangat sedih setelah tahu Bobby dan istrinya memukulku. Dia memelukku sambil
Sebelum Naomi sempat bicara, Samuel memandangnya dan berkata, "Seperti diselamatkan dari tumpukan mayat, lalu dimasukkan ke neraka lagi. Rasanya sangat menyiksa!"Naomi terdiam. Samuel meneruskan, "Kamu nggak tahu, dulu hidupku juga sangat bahagia. Sama seperti Braden, Hayden, dan Jayden yang kamu besarkan, aku dikelilingi cinta.""Kalau nggak ada anggota Keluarga Pangestu, sekarang hidupku pasti tetap bahagia. Keluarga Pangestu menghancurkan hidupku. Mereka menyakitiku dan merebut orang yang kucintai berulang kali. Keluarga Pangestu melemparku ke neraka dan melenyapkan semua harapanku sehingga hidupku sangat menderita," lanjut Samuel.Samuel menambahkan, "Jelas-jelas mereka sudah melakukan banyak hal yang keji, tapi kenapa mereka masih bisa hidup bahagia? Mereka mencelakai orang yang kucintai dan menghancurkan hidupku. Apa aku salah kalau ingin balas dendam?"Naomi mengernyit dan bertanya balik, "Apa yang Caden lakukan padamu?"Samuel memandang lautan yang luas. Dia terlihat menderita
Samuel tersenyum. “Apa kamu terkejut aku akan begitu sadis?” Dia menunduk sembari membalikkan labu yang dipanggangnya. Kemudian, Samuel pun tersenyum. “Siapa juga yang mau jadi iblis? Semua juga karena terpaksa.”Kening Naomi berkerut. “Nggak peduli ada dendam apa di antara kamu dengan Caden dan Keluarga Pangestu, kamu nggak seharusnya melibatkan anak. Anak itu nggak bersalah!”Samuel kembali menghela napas panjang, kemudian menjawab, “Dulu kedua mataku ditutupi oleh rasa benci. Kebetulan waktu itu, aku menemukan kamu sedang mengandung anak Caden. Jadi, aku pun menyusun rencana ini. Kemudian, aku juga sekalian memanfaatkan Rayden. Kalau sekarang, bisa jadi aku nggak akan memanfaatkan anak-anak lagi.”Usai berbicara, Samuel melihat Naomi sembari tersenyum. “Mungkin kamu nggak percaya. Hanya saja, sekarang aku benar-benar sangat menyukai anak.”Kening Naomi berkerut. “Kamu menyembunyikan putriku, nggak menyerahkannya kepada kami. Bukannya kamu sudah memanfaatkan anak?”Samuel menggeleng.
Samuel berkata dengan sangat tenang, “Tenang saja, dia sangat aman. Sekarang aku akan bawa kamu untuk ketemu dia.”Usai berbicara, Samuel menunduk, lalu menuangkan teh.Ada sebuah kompor kecil diletakkan di tengah perahu. Di atasnya ada sebuah teko yang sedang memasak teh. Ada juga sedikit makanan di atasnya.Samuel menuangkan secangkir teh hangat kepada Naomi, lalu memberikannya obat.“Kalau kamu mabuk laut, kamu bisa makan 1 butir. Perjalanan kita masih ada beberapa jam lagi.”Naomi tidak mengonsumsi obat. Saat dia menunduk untuk melihat obat itu, dia menyadari pakaian di tubuhnya sudah diganti!Kedua mata Naomi terbelalak lebar. Baru saja dia hendak bertanya, Samuel berkata, “Jangan berpikir kebanyakan. Aku nggak menyentuhmu. Tadi sebelum naik perahu, aku minta bantuan seorang wanita tua untuk ganti pakaianmu.”Naomi mengerutkan keningnya. “Untuk apa kamu ganti pakaianku?”Nada bicara Samuel sangat tenang. “Biar bisa terhindar dari kejaran Caden. Teknik pengobatanmu sangat bagus. Ak
Samuel tertawa. “Aku sudah bilang tadi, Baby nggak ada hubungannya sama kamu. Aku bawa Naomi pergi juga demi Baby, nggak ada hubungannya sama kamu. Kamu jangan berpikir kebanyakan. Aku juga nggak berencana menggunakan Naomi dan Baby untuk mengancammu.”“Mengenai dendam di antara kita, kamu juga nggak usah buru-buru. Setelah aku membawa Naomi ke sisi Baby, aku masih akan kembali untuk mencarimu. Pada saat itu, tanpa perlu ditanya, aku juga akan beri tahu semuanya kepadamu. Caden, tunggu aku.”Usai berbicara, Samuel langsung memutuskan panggilan dan mematikan ponsel. Jendela mobil diturunkan. Ponsel dibuang ke luar mobil. Ponsel Naomi digilas ban mobil hingga remuk.Samuel kembali menaikkan jendela mobil, lalu lanjut mengendarai mobil. Sepertinya dia kepikiran sesuatu, keningnya pun berkerut. Sepertinya ada api yang membara di dalam tatapan Samuel. Api itu seolah-olah bisa melenyapkan segalanya! Hanya saja, Samuel berusaha memadamkan api di dalam hatinya.“Huft ….” Samuel menghela napas
Satu detik kemudian, ponsel Caden berdering. “Kak Caden, sudah terjadi masalah! Kak Naomi ditahan oleh Samuel!”Hati Caden langsung tegang. “Apa katamu?”“Tadi saat Kak Naomi turun dari lantai atas, Samuel langsung menahan Kak Naomi. Ada senjata di tangannya. Kami khawatir dengan keselamatan Kak Naomi. Jadi, kami nggak berani bertindak gegabah. Dia mengendarai mobil membawa Kak Naomi pergi. Kami lagi mengejarnya!”Jantung Caden berdetak kencang. Ekspresinya berubah. “Kirim titik posisi kalian kepada Steven!”Setelah panggilan diakhiri, Caden segera menghubungi Naomi.Ponsel Naomi masih bisa dihubungi. Hanya saja, tidak ada yang menjawab.Caden sungguh merasa panik. Dia menyuruh Steven untuk segera mengendarai mobil ke sana sembari lanjut menghubungi Naomi.Saat ini, Caden menerima panggilan dari Andrew. Dia segera mengangkatnya. “Sebenarnya apa yang terjadi? Bukannya kamu bilang Samuel di rumah? Kenapa dia bisa ada di sisi Naomi?”Andrew membalas, “Kami sudah dipermainkan Samuel. Tadi
Steven bertanya, “Ke mana perginya orang tua Lucky setelah Lucky pergi?”“Nggak tahu. Seharusnya mereka pergi menikmati hidup dengan uang hasil menjual anak mereka. Heh!”“Apa kalian tahu kabar mereka?”“Nggak tahu. Siapa juga yang peduli dengan hidup matinya mereka? Kita sudah lama nggak pernah saling berhubungan. Lucky juga nggak pernah berhubungan dengan mereka.”Steven bertanya lagi, “Kapan Lucky datang mencari kalian?”Damian membalas, “Beberapa tahun lalu. Waktu itu, kami sedang bercocok tanam. Tiba-tiba dia berdiri di hadapan kami. Kami saja nggak mengenalinya. Setelah dia memperkenalkan diri mengatakan dirinya itu Lucky, kami sungguh merasa kaget! Istriku langsung memeluknya sambil menangis.”Istrinya Damian tersenyum canggung. “Waktu itu aku terlalu emosional. Aku nggak menyangka akan bertemu Lucky lagi.”Steven bertanya, “Untuk apa dia mencari kalian?”“Kata Lucky, waktu itu kami sudah membantunya. Dia masih mengingat utang budi itu. Jadi, dia datang untuk balas budi. Dia ber
“Siapa sangka mereka akan setuju! Tadinya kami menduga, seharusnya kekasihnya Bu Wanda sudah memberi mereka uang yang sangat banyak. Itulah alasannya mereka bersedia menjual Lucky!”“Kami semua sangat meremehkan perbuatan orang tua Lucky. Hanya saja, disisi lain, kami juga bergembira atas kebebasan Lucky. Bu Wanda itu orang baik. Setelah Lucky hidup bersamanya, dia pasti nggak akan dipukul lagi. Dia akan melewati hidupnya dengan gembira.”“Tapi malah terjadi sesuatu saat Bu Wanda hendak membawa Lucky pergi! Entah bagaimana ceritanya, Lucky kelihatan sangat emosional waktu itu. Dia bagai orang gila saja, bahkan menggigit tangan kekasih Bu Wanda hingga terluka. Biasanya ketika dipukul orang tuanya, Lucky nggak emosi, juga nggak menangis. Waktu itu, dia malah tiba-tiba kehilangan kendali.”Steven dengan terpaksa menyela, “Apa yang terjadi hari itu? Kenapa Lucky bisa kehilangan kendalinya?”Damian juga merasa bingung. “Nggak terjadi sesuatu yang istimewa. Seingatku, waktu itu Bu Wanda dan
Damian mengatakan orang tua Lucky ditertawakan banyak orang lantaran tidak bisa memiliki anak. Waktu itu, orang tua Lucky sudah menikah selama 3 tahun, tetapi masih belum dianugerahkan momongan.Para penduduk desa yang tidak akur dengan mereka terus mentertawakan mereka. Ada yang diam-diam bergosip mereka berdua pasti melakukan kesalahan besar di kehidupan lampau, itulah sebabnya garis keturunan mereka terputus di kehidupan sekarang.Temperamen ayahnya Lucky tidaklah bagus. Dia merasa semua itu salah istrinya. Jadi, dia pun sering melakukan kekerasan dalam rumah tangga.Kemudian, mereka berdua pergi. Para penduduk desa mengatakan bahwa mereka pergi ke kota untuk berobat. Beberapa tahun kemudian, mereka pun kembali lagi. Kali ini, mereka pulang dengan Lucky di sisi mereka.Selama beberapa saat itu, pasangan suami istri itu merasa sangat arogan. Mereka terus memamerkan Lucky ke orang-orang! Mereka bukan hanya melahirkan anak laki-laki, anak mereka juga memiliki wajah tampan. Semakin mi