“Makanya dia bukan menggugat anaknya Bu Naomi, melainkan menggugat Bu Naomi. Memang nggak ditemukan sidik jari Bu Naomi di tubuhnya, tapi ada sidik jari anaknya Bu Naomi. Jadi, Bu Naomi juga patut untuk dicurigai. Mengenai detailnya, semuanya masih dalam penyelidikan.”“Pergi ke sana dulu. Jangan sampai dia dibawa pergi polisi!”“Baik!”Saat ini, Braden sedang memendam amarah di hatinya, lalu menjelaskan kepada polisi dengan penuh kesabaran, “Semalam aku yang telepon polisi. Aku dan adikku pergi ke taman di saat mamaku nggak di rumah. Kami pun menyadari dia tergeletak pingsan di sana, makanya aku telepon polisi.”Polisi merasa kaget. “Kamu yang lapor polisi?”“Emm, kalau kalian nggak percaya, kalian bisa selidiki masalah ini.”“Kenapa saat kami nggak menemukan kalian ketika kami sampai di sana?”“Karena aku dan adik keluar rumah secara diam-diam. Kami takut ketahuan Mama, nantinya kami malah dimarahi. Jadi, kami pun bersembunyi di balik pohon. Kami baru pergi setelah pak polisi datang.
Suara jerit Naomi terdengar sangat tajam dan menusuk telinga.Braden berdiri di tengah hujan sembari membelalaki Naomi. Dia sungguh marah ketika melihat responsnya!Steven segera meredakan suasana tegang. “Bu Naomi, Kak Caden bisa datang ke sini karena mendengar kabar kalian dilaporkan ke polisi. Dia khawatir kalian nggak sanggup untuk menghadapi polisi.”“Kami nggak butuh bantuan dia! Sebelumnya duluan terjadi sesuatu sama aku. Sekarang bahkan anakku juga terlibat dalam masalah ini. Memangnya gara-gara siapa bisa terjadi masalah seperti ini? Kalau dia ingin membantu kami, seharusnya dia pergi jauh-jauh!” jerit Naomi.Caden sungguh emosi. Hanya saja, dia tidak bisa menemukan kata-kata untuk membantahnya.“Jauhi aku! Jauhi putraku!” Naomi mengusap air hujan di depan matanya. Selesai berbicara, dia langsung berjalan pergi.Saat berjalan ke sisi gerbang, Naomi berpesan kepada sekuriti, “Pak sekuriti, dia bukan penghuni kompleks ini. Mohon lain kali jangan izinkan dia masuk ke dalam komple
Naomi merasa takut ketika mendengar kemungkinan Caden adalah seorang pelaku pembunuhan. Naomi merasa takut ketika mendengar kemungkinan terjadi sesuatu terhadap Camila.Naomi merasa takut ketika dirinya hampir mati ditabrak mobil di jalan.Naomi merasa takut ketika menerima panggilan dari pihak kepolisian, mengatakan ditemukan sidik jari Braden, bahkan dirinya dituntut dengan pasal pembunuhan berencana.Namun, ketika rasa takut itu digabungkan, semuanya tidak bisa dibandingkan dengan apa yang Naomi lihat tadi! Ketika melihat Caden muncul di depan rumahnya tadi, Naomi hampir merasa sesak napas! Jarak Caden dengan Braden dan Hayden hanya dipisahkan oleh selembar pintu saja!Nyaris ….Seandainya Braden dan Hayden ketahuan oleh Caden, apa Naomi sanggup untuk berebut hak asuh dengannya?Ketika kepikiran kemungkinan Braden dan Hayden akan direbut, kemungkinan tidak bisa bertemu dengan Braden dan Hayden lagi, air mata spontan menetes dari sudut matanya ….Hati Naomi terasa sangat amat penat
Selesai Naomi membasuh wajahnya, dia pun berjalan keluar.Dalam sekilas mata, Leon dapat merasakan ada yang aneh dengan dirinya. “Apa yang terjadi? Kenapa raut wajahmu seburuk ini?”Naomi menatap Leon dengan ekspresi kalut, lalu berkata dengan tenang, “Nggak kenapa-napa, cuma lagi flu saja. Lagi nggak fit.”Leon merasa sangat khawatir. “Apa kamu sudah ke dokter? Belakangan ini lagi banyak yang tertular pneumonia dan influenza. Kalau kamu merasa nggak enak badan, segera lakukan pemeriksaan darah di rumah sakit. Biar dokter bisa bukain resep obat buat kamu.”“Aku sudah ke dokter semalam. Kondisiku nggak serius.” Naomi mempersilakan Leon untuk duduk, lalu mengalihkan topik ke diri Camila. “Apa belakangan ini kamu ada kabar dari Camila?”“Masih belum.”“Apa kamu terhubung dengan manajernya?”“Belakangan ini aku terus menghubunginya, tapi panggilanku nggak bisa terhubung. Manajernya itu bagai menghilang saja. Aku meminta bantuan temanku untuk menghubungi anggota keluarga manajernya. Tapi an
Braden membohongi Tony.[ Aku sudah ambil barangnya waktu pagi. ]Sebelum Tony membalas pesan, Braden mengirim pesan lagi.[ Aku sudah temukan petunjuk mengenai orang yang kalian cari. Aku akan kirim informasinya kepada kalian dalam beberapa hari ini. ]Tony membalas pesan Braden.[ Oke, terima kasih. ]Setelah itu, Evano berkata, "Pak, sepertinya tebakan kita salah. Tuan Peretas itu bukan orang yang menyerang Bu Sonia semalam. Tuan Peretas sudah ambil barangnya waktu pagi."Tony mengernyit, dia tampak kebingungan saat menimpali, "Tapi, kebetulan posisi Sonia dan barang yang kita letakkan sama. Ini sangat mencurigakan."Evano menanggapi, "Sebenarnya bisa dimengerti. Tuan Peretas yang pilih tempat itu, jadi memang sangat tersembunyi. Pelaku pasti akan mencari tempat tersembunyi kalau ingin mencelakai Bu Sonia."Tony berpikir sejenak, lalu mengangguk dan membalas, "Um, kita nggak usah pikirkan masalah ini dulu. Tuan Peretas sudah temukan petunjuk, kamu segera hitung aset untuk persiapan
Caden tetap fokus memeriksa dokumen dan tidak mengangkat kepalanya saat menyahut, "Iya."Sudut bibir Steven berkedut. Dia mengingatkan, "Itu ... kamu sudah beberapa hari nggak temani Rayden.""Rayden kenapa?" tanya Caden. Dia baru mendongak dan ekspresinya tampak cemas.Steven buru-buru menjawab, "Rayden nggak apa-apa. Aku cuma mau bilang kamu sudah lama nggak pulang untuk temani Rayden. Takutnya Rayden nggak senang."Caden menunduk lagi, lalu menceletuk, "Rayden nggak akan begitu."Steven pusing. Dia mengusulkan, "Kak Caden, lebih baik kamu istirahat dulu. Kalau terus lembur, aku khawatir kamu jatuh sakit."Caden menatap Steven sembari menegur, "Kalau ada yang nggak tahan, cepat pulang! Nggak ada yang paksa mereka lembur! Tapi, besok semua dokumen ini harus diantar ke ruanganku pagi-pagi. Aku mau periksa!"Steven merasa tidak berdaya. Dia keluar dari ruangan presdir dengan ekspresi putus asa. Para karyawan langsung mengerumuninya dan bertanya, "Bagaimana? Apa hari ini Pak Caden lembur
Naomi berkata setelah berpikir sesaat, "Apa yang kamu bilang benar. Belakangan ini, Mama memang punya masalah. Mama nggak cerita karena takut kalian repot."Braden membujuk, "Kami lebih memilih repot daripada khawatir. Lagi pula, bukannya Mama sering bilang masalah lebih mudah diselesaikan kalau banyak orang membantu?"Braden meneruskan, "Seharusnya Mama ceritakan supaya kita pikirkan cara sama-sama. Mungkin saja kami punya ide bagus."Naomi mengembuskan napas dan tidak berani mengungkit masalah Camila. Bagaimanapun, masalah Camila berkaitan dengan investigasi kriminal. Naomi tidak ingin anaknya mencampuri masalah ini.Naomi menceritakan tentang Rayden, "Belakangan ini, aku merawat seorang anak. Kemarin aku sudah pernah membahasnya. Dia punya gangguan mental.""Rayden?" tanya Braden. Dia tahu tentang Rayden, tetapi tidak tahu Rayden adalah adik kandungnya. Braden mengira Rayden adalah anak Caden dengan wanita lain.Naomi menjelaskan, "Benar. Tapi, sekarang ada masalah yang memusingkan.
Braden berbisik di telinga Naomi. Kemudian, mata Naomi berbinar-binar, lalu dia mengernyit. Ide Braden memang bagus, tetapi sangat riskan.Melihat Naomi mengernyit, Braden bertanya, "Mama merasa cara ini nggak bagus?"Naomi tidak mengangguk ataupun menggeleng. Dia hanya menjawab, "Aku pertimbangkan lagi."Naomi tidak yakin mau memakai cara ini atau tidak. Braden tahu apa yang dikhawatirkan ibunya.Jadi, Braden meyakinkan Naomi, "Nggak usah buru-buru. Mama beri tahu aku saja kalau sudah selesai pertimbangkan. Aku akan mengurusnya sendiri dan nggak akan biarkan Hayden ikut campur. Mama percaya saja dengan kemampuanku."Naomi mengangguk, dia memang percaya dengan kemampuan Braden. Putranya ini memang bisa diandalkan. Dia tidak pernah membuat kesalahan setiap mengurus sesuatu.Braden mengalihkan topik pembicaraan, "Apa masalah yang Mama mau selesaikan di Kota Jawhar sudah beres?"Naomi tertegun sejenak. Dia baru teringat masalah perceraiannya dengan Caden. Beberapa hari ini, Naomi hanya fo
Samuel lanjut bercerita, "Guru itu akan menyeka tanganku yang kotor dan memelukku sambil membacakan cerita untukku. Dia juga menyemangatiku untuk bicara, dia juga suka mencubit pipiku dan memujiku. Waktu merasa gembira, dia akan mencium keningku.""Guru itu juga akan menegakkan keadilan untukku waktu aku ditindas anak-anak lain. Setelah itu, dia akan mencari cara untuk menghiburku. Dia melarang orang lain memanggilku si Bisu dan memberiku nama baru, Lucky," kata Samuel.Samuel meneruskan, "Guru itu sangat perhatian, dia tahu aku punya masalah. Dia memberitahuku Tuhan itu adil. Kalau sekarang kamu hidup menderita, ke depannya kamu akan diberi kebahagiaan. Guru itu bilang, jangan terus terjebak dalam masa lalu yang kelam, kita harus melihat ke depan.""Guru itu juga bilang aku ini anak yang beruntung, jadi dia menamaiku Lucky. Dia berharap ke depannya hidupku akan dipenuhi keberuntungan dan lancar. Kemudian, dia sangat sedih setelah tahu Bobby dan istrinya memukulku. Dia memelukku sambil
Sebelum Naomi sempat bicara, Samuel memandangnya dan berkata, "Seperti diselamatkan dari tumpukan mayat, lalu dimasukkan ke neraka lagi. Rasanya sangat menyiksa!"Naomi terdiam. Samuel meneruskan, "Kamu nggak tahu, dulu hidupku juga sangat bahagia. Sama seperti Braden, Hayden, dan Jayden yang kamu besarkan, aku dikelilingi cinta.""Kalau nggak ada anggota Keluarga Pangestu, sekarang hidupku pasti tetap bahagia. Keluarga Pangestu menghancurkan hidupku. Mereka menyakitiku dan merebut orang yang kucintai berulang kali. Keluarga Pangestu melemparku ke neraka dan melenyapkan semua harapanku sehingga hidupku sangat menderita," lanjut Samuel.Samuel menambahkan, "Jelas-jelas mereka sudah melakukan banyak hal yang keji, tapi kenapa mereka masih bisa hidup bahagia? Mereka mencelakai orang yang kucintai dan menghancurkan hidupku. Apa aku salah kalau ingin balas dendam?"Naomi mengernyit dan bertanya balik, "Apa yang Caden lakukan padamu?"Samuel memandang lautan yang luas. Dia terlihat menderita
Samuel tersenyum. “Apa kamu terkejut aku akan begitu sadis?” Dia menunduk sembari membalikkan labu yang dipanggangnya. Kemudian, Samuel pun tersenyum. “Siapa juga yang mau jadi iblis? Semua juga karena terpaksa.”Kening Naomi berkerut. “Nggak peduli ada dendam apa di antara kamu dengan Caden dan Keluarga Pangestu, kamu nggak seharusnya melibatkan anak. Anak itu nggak bersalah!”Samuel kembali menghela napas panjang, kemudian menjawab, “Dulu kedua mataku ditutupi oleh rasa benci. Kebetulan waktu itu, aku menemukan kamu sedang mengandung anak Caden. Jadi, aku pun menyusun rencana ini. Kemudian, aku juga sekalian memanfaatkan Rayden. Kalau sekarang, bisa jadi aku nggak akan memanfaatkan anak-anak lagi.”Usai berbicara, Samuel melihat Naomi sembari tersenyum. “Mungkin kamu nggak percaya. Hanya saja, sekarang aku benar-benar sangat menyukai anak.”Kening Naomi berkerut. “Kamu menyembunyikan putriku, nggak menyerahkannya kepada kami. Bukannya kamu sudah memanfaatkan anak?”Samuel menggeleng.
Samuel berkata dengan sangat tenang, “Tenang saja, dia sangat aman. Sekarang aku akan bawa kamu untuk ketemu dia.”Usai berbicara, Samuel menunduk, lalu menuangkan teh.Ada sebuah kompor kecil diletakkan di tengah perahu. Di atasnya ada sebuah teko yang sedang memasak teh. Ada juga sedikit makanan di atasnya.Samuel menuangkan secangkir teh hangat kepada Naomi, lalu memberikannya obat.“Kalau kamu mabuk laut, kamu bisa makan 1 butir. Perjalanan kita masih ada beberapa jam lagi.”Naomi tidak mengonsumsi obat. Saat dia menunduk untuk melihat obat itu, dia menyadari pakaian di tubuhnya sudah diganti!Kedua mata Naomi terbelalak lebar. Baru saja dia hendak bertanya, Samuel berkata, “Jangan berpikir kebanyakan. Aku nggak menyentuhmu. Tadi sebelum naik perahu, aku minta bantuan seorang wanita tua untuk ganti pakaianmu.”Naomi mengerutkan keningnya. “Untuk apa kamu ganti pakaianku?”Nada bicara Samuel sangat tenang. “Biar bisa terhindar dari kejaran Caden. Teknik pengobatanmu sangat bagus. Ak
Samuel tertawa. “Aku sudah bilang tadi, Baby nggak ada hubungannya sama kamu. Aku bawa Naomi pergi juga demi Baby, nggak ada hubungannya sama kamu. Kamu jangan berpikir kebanyakan. Aku juga nggak berencana menggunakan Naomi dan Baby untuk mengancammu.”“Mengenai dendam di antara kita, kamu juga nggak usah buru-buru. Setelah aku membawa Naomi ke sisi Baby, aku masih akan kembali untuk mencarimu. Pada saat itu, tanpa perlu ditanya, aku juga akan beri tahu semuanya kepadamu. Caden, tunggu aku.”Usai berbicara, Samuel langsung memutuskan panggilan dan mematikan ponsel. Jendela mobil diturunkan. Ponsel dibuang ke luar mobil. Ponsel Naomi digilas ban mobil hingga remuk.Samuel kembali menaikkan jendela mobil, lalu lanjut mengendarai mobil. Sepertinya dia kepikiran sesuatu, keningnya pun berkerut. Sepertinya ada api yang membara di dalam tatapan Samuel. Api itu seolah-olah bisa melenyapkan segalanya! Hanya saja, Samuel berusaha memadamkan api di dalam hatinya.“Huft ….” Samuel menghela napas
Satu detik kemudian, ponsel Caden berdering. “Kak Caden, sudah terjadi masalah! Kak Naomi ditahan oleh Samuel!”Hati Caden langsung tegang. “Apa katamu?”“Tadi saat Kak Naomi turun dari lantai atas, Samuel langsung menahan Kak Naomi. Ada senjata di tangannya. Kami khawatir dengan keselamatan Kak Naomi. Jadi, kami nggak berani bertindak gegabah. Dia mengendarai mobil membawa Kak Naomi pergi. Kami lagi mengejarnya!”Jantung Caden berdetak kencang. Ekspresinya berubah. “Kirim titik posisi kalian kepada Steven!”Setelah panggilan diakhiri, Caden segera menghubungi Naomi.Ponsel Naomi masih bisa dihubungi. Hanya saja, tidak ada yang menjawab.Caden sungguh merasa panik. Dia menyuruh Steven untuk segera mengendarai mobil ke sana sembari lanjut menghubungi Naomi.Saat ini, Caden menerima panggilan dari Andrew. Dia segera mengangkatnya. “Sebenarnya apa yang terjadi? Bukannya kamu bilang Samuel di rumah? Kenapa dia bisa ada di sisi Naomi?”Andrew membalas, “Kami sudah dipermainkan Samuel. Tadi
Steven bertanya, “Ke mana perginya orang tua Lucky setelah Lucky pergi?”“Nggak tahu. Seharusnya mereka pergi menikmati hidup dengan uang hasil menjual anak mereka. Heh!”“Apa kalian tahu kabar mereka?”“Nggak tahu. Siapa juga yang peduli dengan hidup matinya mereka? Kita sudah lama nggak pernah saling berhubungan. Lucky juga nggak pernah berhubungan dengan mereka.”Steven bertanya lagi, “Kapan Lucky datang mencari kalian?”Damian membalas, “Beberapa tahun lalu. Waktu itu, kami sedang bercocok tanam. Tiba-tiba dia berdiri di hadapan kami. Kami saja nggak mengenalinya. Setelah dia memperkenalkan diri mengatakan dirinya itu Lucky, kami sungguh merasa kaget! Istriku langsung memeluknya sambil menangis.”Istrinya Damian tersenyum canggung. “Waktu itu aku terlalu emosional. Aku nggak menyangka akan bertemu Lucky lagi.”Steven bertanya, “Untuk apa dia mencari kalian?”“Kata Lucky, waktu itu kami sudah membantunya. Dia masih mengingat utang budi itu. Jadi, dia datang untuk balas budi. Dia ber
“Siapa sangka mereka akan setuju! Tadinya kami menduga, seharusnya kekasihnya Bu Wanda sudah memberi mereka uang yang sangat banyak. Itulah alasannya mereka bersedia menjual Lucky!”“Kami semua sangat meremehkan perbuatan orang tua Lucky. Hanya saja, disisi lain, kami juga bergembira atas kebebasan Lucky. Bu Wanda itu orang baik. Setelah Lucky hidup bersamanya, dia pasti nggak akan dipukul lagi. Dia akan melewati hidupnya dengan gembira.”“Tapi malah terjadi sesuatu saat Bu Wanda hendak membawa Lucky pergi! Entah bagaimana ceritanya, Lucky kelihatan sangat emosional waktu itu. Dia bagai orang gila saja, bahkan menggigit tangan kekasih Bu Wanda hingga terluka. Biasanya ketika dipukul orang tuanya, Lucky nggak emosi, juga nggak menangis. Waktu itu, dia malah tiba-tiba kehilangan kendali.”Steven dengan terpaksa menyela, “Apa yang terjadi hari itu? Kenapa Lucky bisa kehilangan kendalinya?”Damian juga merasa bingung. “Nggak terjadi sesuatu yang istimewa. Seingatku, waktu itu Bu Wanda dan
Damian mengatakan orang tua Lucky ditertawakan banyak orang lantaran tidak bisa memiliki anak. Waktu itu, orang tua Lucky sudah menikah selama 3 tahun, tetapi masih belum dianugerahkan momongan.Para penduduk desa yang tidak akur dengan mereka terus mentertawakan mereka. Ada yang diam-diam bergosip mereka berdua pasti melakukan kesalahan besar di kehidupan lampau, itulah sebabnya garis keturunan mereka terputus di kehidupan sekarang.Temperamen ayahnya Lucky tidaklah bagus. Dia merasa semua itu salah istrinya. Jadi, dia pun sering melakukan kekerasan dalam rumah tangga.Kemudian, mereka berdua pergi. Para penduduk desa mengatakan bahwa mereka pergi ke kota untuk berobat. Beberapa tahun kemudian, mereka pun kembali lagi. Kali ini, mereka pulang dengan Lucky di sisi mereka.Selama beberapa saat itu, pasangan suami istri itu merasa sangat arogan. Mereka terus memamerkan Lucky ke orang-orang! Mereka bukan hanya melahirkan anak laki-laki, anak mereka juga memiliki wajah tampan. Semakin mi