"Aku tidak paham Daniah, kenapa hatimu bisa begitu luas memaafkan Ricard?" ucap Glen, siang itu."Aku tidak mempunyai hati luas seperti yang kamu pikirkan. Tapi, aku punya pikiran luas yang kuusahakan untuk memikirkan hal Positif.""Hem.. padahal kamu tau, bagaimana Ricard begitu jahat pada kita.""Aku tau, tapi kita juga perlu tau. Setiap kejahatan mempunyai alasan yang mendasarinya. Setelah kupikir-pikir. Kejahatan Ricard padamu yang lalu, yang sebelum kita bertemu adalah karena dia iri padamu.""Bukankah kamu sendiri yang mengatakan jika dunia bisnis itu kejam? Persaingan dan penjilat ada dimana-mana? Kalau masalah itu, okelah Ricard salah dan patut dihukum.""Tapi kesalahan yang lainnya. Seperti membenciku? Semakin membencimu? Semua kembali pada diri kita masing-masing."Glen terdiam, mencoba mencerna semua ucapan Daniah. Terlihat menggaruk tengkuk tanpa tak paham."Glen. Kita, Aku dan kamu, ikut andil dalam kesalahan Ricard yang dia buat.""Maksudmu?""Aku berselingkuh denganmu.
Malam ini redup,Rembulan terhalang mendung yang sedikit menebal. Bintang pun hanya sebagian saja yang terlihat, sisanya juga tertutup oleh awan.Angin semilir berhembus menambah rasa dingin yang mulai menusuk tulang belulang sebagian manusia yang masih berada diluar rumah.Di kamar ini,Cuaca dingin sama sekali tidak terasa. Justru kehangatan yang sedang mengaliri kedua tubuh pasangan pengantin baru ini."Terimakasih Glen. Kamu sudah mau membebaskan Ricard dari Hukuman mati.""Aku melakukan itu karena aku sadar, semua ucapanmu benar, sayang."Danisa tersenyum, menaruh kepalanya di dada Glen."Terima kasih, Daniah. Kamu sudah menyadarkan aku, jika dendam itu tidak baik.""Iya Glen. Sekarang, biarkan mereka menemukan kebahagiaan dengan jalan mereka sendiri. Sementara kita, melanjutkan masa depan kita dengan kebahagiaan kita."Glen mengangkat wajah Daniah.Memandangi wajah istrinya, lalu kedua bola mata Daniah."Kamu bahagia bersamaku?""Tentu saja, Glen.""Aku mencintaimu, Daniah.""A
"Tuan Al', selamat datang." ucap Ken pada salah satu Pengusaha Muda dari keluarga Fiandi Jaya."Ah iya Tuan Ken." Jawab Pengusaha muda yang bernama Al' itu, segera duduk saat Ken mempersilahkan."Selamat bekerja sama dengan Perusahaan kami. Semoga anda bisa menjadi mitra kerja kami yang baik.""Aku akan berusaha sebaik mungkin Tuan. Aku akan berusaha untuk tidak mengecewakan kalian.""Baiklah. Kalau begitu, selamat bergabung dan maaf, Tuan Glen tidak bisa menemuimu." ucap Ken."Ah iya. Tidak apa apa. Aku mengerti, jika Tuan Glen baru saja menikah. Diterima bekerja sama dengan kalian saja, aku sudah sangat bersyukur. Karena gosip yang ku dengar, Perusahaan Alazka ini paling memilih rekan bisnis." jawab Al'."Kamu benar. Tuan Glen, tidak sembarang menerima Orang. Sebelum kamu kembali ke Negeri ini, Tuan Glen sudah banyak tahu tentang Perusahaan kamu. Ah, maksudnya dari Paman angkat kamu lebih tepatnya.""Ah iya. Paman angkat ku itu adalah satu satunya orang kepercayaan Kakek, setelah ke
"Apa sih? Aku tidak mau!" Rimbun menepis tangan Ken."Sebentar saja Rim? Hanya untuk memastikan. Siapa tau kamu benar adiknya. Artinya kamu anak dari keluarga kaya raya, bukan gadis miskin." Bisik Ken."Apa sih?" Menampol pelan bahu Ken."Haha. Aku hanya bercanda. Cepat lah." akhirnya Rimbun menurut ketika Ken membuka pelan bajunya, menarik sedikit kerah kemeja Rimbun untuk mengintip pundaknya.Mata Ken seketika terbelalak, menoleh pada Al'.Pria itu pun mendekat, ikut mengintip dengan seksama."Adikku. Dia adikku!" jerit Al' histeris, ketika melihat tanda hitam yang sangat jelas di bahu Rimbun.Seketika merengkuh tubuh Rimbun.Namun Rimbun mendorong Al'."Eh, belum tentu ya, Tuan!""Sayang.. Kamu adikku. Kamu adik Bang Al'. Saudaraku satu satunya.""Banyak yang punya tanda lahir! Aku belum tentu adikmu." Rimbun beringsut ke belakang tubuh Ken.Berlindung dari Pria yang terus ingin memeluknya itu."Rimbun! Aku yakin kau adikku. Kami sudah mencarimu sekian lama.""Tuan Al'. Mohon tenang
Mereka, Al, Ken dan Rimbun saat ini sudah berada di mobil, dalam perjalanan ke Rumah Sakit.Tentu saja dengan dua mobil yang berbeda. Al' Mengendarai mobilnya seorang diri. Sementara Ken dan Rimbun berada di mobil milik Ken sendiri, mengikuti mobil Al' yang berada di depan mereka.Ketiga kepala itu sama sama berpikir. Namun berbeda pemikiran. Ken sudah mulai resah, jika Rimbun ternyata benar adalah Adik kandung Al' apakah mereka akan menjadi penghalang cintanya pada Rimbun?Al' pun demikian. Pikirannya terfokus pada Rimbu. Entah kenapa dia begitu yakin jika Gadis itu adalah Adiknya.'Kakek, aku sudah menemukan cucumu. Aku akan membawanya pulang untukmu. Kamu pasti akan senang.'Sementara Rimbun sendiri, sesekali menoleh pada Ken. Pikirannya dipenuhi kegelisahan. Tapi bukan takut jika dia adalah adik kandung Al'. Hanya saja dia tidak habis mengerti, kenapa kedua orang tuanya tidak pernah bercerita apapun padanya.'Setidaknya, kasih tau donk bocoran sedikit, saja jika aku ini anak orang
"Tidak menyangka ya?" Kembali Rimbun berkata dengan polos.Ken mengangguk. "Aku ikut bahagia, kamu ternyata punya saudara.""Tuan Ken, terima kasih. Selama ini kamu sudah menjaga Adikku." ucap Al'."Ah, tidak masalah. Dia kan pacarku. Sudah seharusnya aku menjaganya." Jawab Ken. Sepertinya Ken memang perlu memperingatkan Al ini agar dia tidak lupa, jika adik Al adalah pacarnya."Iya Tuan. Apapun alasannya, aku harus berterima kasih padamu. Dan sekarang, aku harus membawa Adikku pulang.""Pulang?" Rimbun tercengang."Sayang. Kamu harus pulang. Pulang ke rumahmu. Ke Rumah kita.""Tapi,""Kakek sudah sangat lama menunggu. Dia ada disini, di rumah kita dahulu. Kakek membelinya kembali karena ingin tinggal disana lagi." ucap Al'."Kamu mau pulang bersama kak Al' kan? Menemui Kakek . Kakek Kita, Rimbun. Dia terus memikirkanmu." bujuk Al'.Rimbun belum menjawab, memilih ini menoleh pada Ken seperti meminta pendapat.Ken mengangguk pelan, Meskipun hatinya merasa tidak nyaman. "Pulanglah. Disa
"Maafkan kami Rimbun. Kami tidak bisa menemukanmu. Selama ini Kakek sudah melakukannya berbagai cara untuk menemukanmu. Tapi kami kehilangan jejak. Kakek sudah putus asa. Akhirnya, Tuhan menjawab semua doa Kakek dan mempertemukan kita." ucap Kakek, menyeka air matanya yang masih menetes."Ah, iya Kek. Rimbun senang bisa bertemu kalian. Walau Rimbun sama sekali tidak mengenal kalian." jawab Rimbun membuat Kakek semakin bersedih."Jangan bicara seperti itu Cucuku. Aku ini Kakek mu. Kakek yang mencintaimu melebihi apapun. Dan dia, adalah Kakakmu, kakak yang menyayangimu bahkan dari dulu ketika kau masih didalam perut Ibumu." menunjuk Al'."Benar Rimbun. Jika kamu tau, bagaimana dulu aku sangat senang ketika Ibu dinyatakan Hamil. Saat itu aku sudah berusia tujuh tahun. Ketika ibu melahirkan bayi perempuan, kami sangat bahagia. Tapi, kebahagiaan itu seketika lenyap ketika Kecelakaan yang menimpa kalian merenggut Nyawa Ayah dan Ibu serta membuat kami kehilangan kamu." ucap Al'."Bagaimana s
Bab 151. Malu sendiri.Hari sudah berganti hari. Sudah lebih dari sepekan Rimbun tinggal bersama keluarganya."Kamu senang tinggal bersama kami?" tanya Kakek."Ah iya Kek. Tentu aku senang." jawab Rimbun."Bahagianya hati Kakek Rimbun. Akhirnya cucu perempuan Kakek bisa kembali pada Kakek." Kakek mengusap usap punggung tangan Rimbun."Rimbun, Rimbun. Sesuai dengan kemauanku, saat kamu lahir. Memberimu nama Rimbun yang artinya teduh. Kamu meneduhkan hati semua orang yang ada di sekitarmu. Sejuk, damai rasanya jika ada kamu seperti ini." ucap Kakek, masih mengusap usap punggung telapak tangan Rimbun."Ck, kenapa bisa secocok itu pendapat kalian. Ayah dan ibu juga pernah berkata demikian. Bahkan mereka tidak pernah mau memanggilnya nama panjangku. Rimbun. Rimbun. Selalu itu.""Haha.. Ternyata, orang tua angkatmu peka juga. Melihat namamu di dalam kalung itu. Dan memiliki pemikiran yang sama dengan kita.""Tapi kek, aku jadi penasaran dengan kalung itu. Sebesar apa sih kalungnya? Kok muat