Fic terus menahan tubuh seorang wanita yang memaksa masuk ke rumah Glen."Nona. Anda tidak diperbolehkan masuk!""Fic! Kamu kenal aku kan? Ku mohon untuk kali ini saja. Aku hanya ingin bertemu dan bicara serius dengan Glen dan Daniah." wanita itu sungguh memohon kepada Fic."Tidak bisa Nona! Justru karena aku mengenal siapa Nona, aku tidak akan membiarkan Nona membuat kekacauan pada Malam Pertama Tuan Glen!" Fic mendorong tubuh wanita itu."Pergilah Nona. Jangan mengganggu Tuan Glen dan Nona Daniah. Atau aku akan mengusirmu secara kasar!""Demi Tuhan. Fic, Aku tidak akan membuat kekacauan. Aku hanya perlu bicara sebentar dengan mereka?""Sungguh aku tidak berani Nona!""Fic. Kamu boleh memeriksa tubuhku, jika kamu curiga aku membawa sesuatu yang membahayakan Glen atau Daniah. Bila perlu, aku akan telanjang di depanmu!" wanita itu mengancam. Sudah mulai menyikap bajunya."Berhenti Nona. Jangan konyol!""Ijinkan aku masuk! Atau aku akan telanjang disini."Fic panik. 'Astaga.. Bagaimana
"Apa yang kamu lakukan Kayla. Kamu tidak perlu begini?" Daniah yang sempat terkejut, membangunkan Kayla."Bangunlah!""Daniah. Aku minta maaf padamu. Atas segala kesalahanku.""Kamu tidak ada salah padaku. Kenapa harus meminta maaf?""Aku sudah mengganggu rumah tanggamu dengan Ricard. Maafkan aku."Daniah menoleh pada Glen yang sudah memerah wajahnya. Kembali pada Kayla yang sudah mulai berdiri."Sebenarnya, aku lah yang salah. Aku yang menjadi orang ketiga dalam hubungan kalian. Seharusnya aku yang meminta maaf padamu Kayla. Kamu hanya wanita yang ingin mempertahankan cintamu pada kekasihmu saja. Jadi kamu tidak sepenuhnya bersalah."Semua yang ada cukup tercengang dengan ucapan bijak Daniah. Ken dan Rimbun yang baru saja masuk keruangan itu pun dapat mendengar dengan jelas ucapan Daniah."Semua juga sudah berakhir bukan? Aku sudah menemukan kebahagiaanku bersama Glen. Pria yang mencintaiku dan menerimaku apa adanya. Jadi kamu tidak perlu resah. Kamu bisa bahagia dengan Ricard sekaran
"Aku tidak paham Daniah, kenapa hatimu bisa begitu luas memaafkan Ricard?" ucap Glen, siang itu."Aku tidak mempunyai hati luas seperti yang kamu pikirkan. Tapi, aku punya pikiran luas yang kuusahakan untuk memikirkan hal Positif.""Hem.. padahal kamu tau, bagaimana Ricard begitu jahat pada kita.""Aku tau, tapi kita juga perlu tau. Setiap kejahatan mempunyai alasan yang mendasarinya. Setelah kupikir-pikir. Kejahatan Ricard padamu yang lalu, yang sebelum kita bertemu adalah karena dia iri padamu.""Bukankah kamu sendiri yang mengatakan jika dunia bisnis itu kejam? Persaingan dan penjilat ada dimana-mana? Kalau masalah itu, okelah Ricard salah dan patut dihukum.""Tapi kesalahan yang lainnya. Seperti membenciku? Semakin membencimu? Semua kembali pada diri kita masing-masing."Glen terdiam, mencoba mencerna semua ucapan Daniah. Terlihat menggaruk tengkuk tanpa tak paham."Glen. Kita, Aku dan kamu, ikut andil dalam kesalahan Ricard yang dia buat.""Maksudmu?""Aku berselingkuh denganmu.
Malam ini redup,Rembulan terhalang mendung yang sedikit menebal. Bintang pun hanya sebagian saja yang terlihat, sisanya juga tertutup oleh awan.Angin semilir berhembus menambah rasa dingin yang mulai menusuk tulang belulang sebagian manusia yang masih berada diluar rumah.Di kamar ini,Cuaca dingin sama sekali tidak terasa. Justru kehangatan yang sedang mengaliri kedua tubuh pasangan pengantin baru ini."Terimakasih Glen. Kamu sudah mau membebaskan Ricard dari Hukuman mati.""Aku melakukan itu karena aku sadar, semua ucapanmu benar, sayang."Danisa tersenyum, menaruh kepalanya di dada Glen."Terima kasih, Daniah. Kamu sudah menyadarkan aku, jika dendam itu tidak baik.""Iya Glen. Sekarang, biarkan mereka menemukan kebahagiaan dengan jalan mereka sendiri. Sementara kita, melanjutkan masa depan kita dengan kebahagiaan kita."Glen mengangkat wajah Daniah.Memandangi wajah istrinya, lalu kedua bola mata Daniah."Kamu bahagia bersamaku?""Tentu saja, Glen.""Aku mencintaimu, Daniah.""A
"Tuan Al', selamat datang." ucap Ken pada salah satu Pengusaha Muda dari keluarga Fiandi Jaya."Ah iya Tuan Ken." Jawab Pengusaha muda yang bernama Al' itu, segera duduk saat Ken mempersilahkan."Selamat bekerja sama dengan Perusahaan kami. Semoga anda bisa menjadi mitra kerja kami yang baik.""Aku akan berusaha sebaik mungkin Tuan. Aku akan berusaha untuk tidak mengecewakan kalian.""Baiklah. Kalau begitu, selamat bergabung dan maaf, Tuan Glen tidak bisa menemuimu." ucap Ken."Ah iya. Tidak apa apa. Aku mengerti, jika Tuan Glen baru saja menikah. Diterima bekerja sama dengan kalian saja, aku sudah sangat bersyukur. Karena gosip yang ku dengar, Perusahaan Alazka ini paling memilih rekan bisnis." jawab Al'."Kamu benar. Tuan Glen, tidak sembarang menerima Orang. Sebelum kamu kembali ke Negeri ini, Tuan Glen sudah banyak tahu tentang Perusahaan kamu. Ah, maksudnya dari Paman angkat kamu lebih tepatnya.""Ah iya. Paman angkat ku itu adalah satu satunya orang kepercayaan Kakek, setelah ke
"Apa sih? Aku tidak mau!" Rimbun menepis tangan Ken."Sebentar saja Rim? Hanya untuk memastikan. Siapa tau kamu benar adiknya. Artinya kamu anak dari keluarga kaya raya, bukan gadis miskin." Bisik Ken."Apa sih?" Menampol pelan bahu Ken."Haha. Aku hanya bercanda. Cepat lah." akhirnya Rimbun menurut ketika Ken membuka pelan bajunya, menarik sedikit kerah kemeja Rimbun untuk mengintip pundaknya.Mata Ken seketika terbelalak, menoleh pada Al'.Pria itu pun mendekat, ikut mengintip dengan seksama."Adikku. Dia adikku!" jerit Al' histeris, ketika melihat tanda hitam yang sangat jelas di bahu Rimbun.Seketika merengkuh tubuh Rimbun.Namun Rimbun mendorong Al'."Eh, belum tentu ya, Tuan!""Sayang.. Kamu adikku. Kamu adik Bang Al'. Saudaraku satu satunya.""Banyak yang punya tanda lahir! Aku belum tentu adikmu." Rimbun beringsut ke belakang tubuh Ken.Berlindung dari Pria yang terus ingin memeluknya itu."Rimbun! Aku yakin kau adikku. Kami sudah mencarimu sekian lama.""Tuan Al'. Mohon tenang
Mereka, Al, Ken dan Rimbun saat ini sudah berada di mobil, dalam perjalanan ke Rumah Sakit.Tentu saja dengan dua mobil yang berbeda. Al' Mengendarai mobilnya seorang diri. Sementara Ken dan Rimbun berada di mobil milik Ken sendiri, mengikuti mobil Al' yang berada di depan mereka.Ketiga kepala itu sama sama berpikir. Namun berbeda pemikiran. Ken sudah mulai resah, jika Rimbun ternyata benar adalah Adik kandung Al' apakah mereka akan menjadi penghalang cintanya pada Rimbun?Al' pun demikian. Pikirannya terfokus pada Rimbu. Entah kenapa dia begitu yakin jika Gadis itu adalah Adiknya.'Kakek, aku sudah menemukan cucumu. Aku akan membawanya pulang untukmu. Kamu pasti akan senang.'Sementara Rimbun sendiri, sesekali menoleh pada Ken. Pikirannya dipenuhi kegelisahan. Tapi bukan takut jika dia adalah adik kandung Al'. Hanya saja dia tidak habis mengerti, kenapa kedua orang tuanya tidak pernah bercerita apapun padanya.'Setidaknya, kasih tau donk bocoran sedikit, saja jika aku ini anak orang
"Tidak menyangka ya?" Kembali Rimbun berkata dengan polos.Ken mengangguk. "Aku ikut bahagia, kamu ternyata punya saudara.""Tuan Ken, terima kasih. Selama ini kamu sudah menjaga Adikku." ucap Al'."Ah, tidak masalah. Dia kan pacarku. Sudah seharusnya aku menjaganya." Jawab Ken. Sepertinya Ken memang perlu memperingatkan Al ini agar dia tidak lupa, jika adik Al adalah pacarnya."Iya Tuan. Apapun alasannya, aku harus berterima kasih padamu. Dan sekarang, aku harus membawa Adikku pulang.""Pulang?" Rimbun tercengang."Sayang. Kamu harus pulang. Pulang ke rumahmu. Ke Rumah kita.""Tapi,""Kakek sudah sangat lama menunggu. Dia ada disini, di rumah kita dahulu. Kakek membelinya kembali karena ingin tinggal disana lagi." ucap Al'."Kamu mau pulang bersama kak Al' kan? Menemui Kakek . Kakek Kita, Rimbun. Dia terus memikirkanmu." bujuk Al'.Rimbun belum menjawab, memilih ini menoleh pada Ken seperti meminta pendapat.Ken mengangguk pelan, Meskipun hatinya merasa tidak nyaman. "Pulanglah. Disa