Share

Baik Karena Alasan

Ananda memilih pasar sederhana saja untuk memilih pakaian. Nampak kini matanya berbinar karena kapan lagi Dika memberinya uang dan kesempatan untuk membeli pakaian. Bibir pink natural nya tersenyum manis, saat ia menatap satu baju yang tergantung di depannya. Bola matanya terlihat membulat, ia jatuh cinta pada pakaian berbunga itu. Tak sadar, tangannya memegang pakaian itu, dan mengusapnya.

"Cantik sekali, warna nya juga segar, aku suka. Tapi... Harganya berapa ya?" Tanya Ananda, mencoba mencari bandrol harga.

"150 ribu? Mahal gak ya? Kalau aku beli ini satu, masih banyak sisanya. Tapi aku harus beli sekitar 3 atau 4 baju, karena aku gak tahu mau berapa hari kita di Jogja," Ananda berbicara sendiri. Ia letakkan kembali pakaian yang sudah membuatnya jatuh cinta itu, namun matanya masih terus menatap pakaian itu.

"Misi mbak, mau baju yang mana?" Tanya seorang pelayan di toko tersebut.

"Ah saya lagi cari pakaian yang pas buat saya mbak, tapi yang agak murah. Ada nggak mbak?" Tanya Ananda memelankan suaranya. Terpaksa ia buang rasa malunya, agar ia bisa membagi uang yang Dika berikan padanya, bukan hanya untuk pakaian saja.

"Kalau mau yang murah, itu di sebelah sana Mbak. Kalau disini minimal 15-500 ribuan," jawab pelayan tersebut ramah. Ananda tersenyum sipu mendengar jawaban pelayan tersebut, lalu ia melangkahkan kakinya ke tempat yang pelayan tersebut maksud.

"Tak apa lah yang murah, asal baru dan pantas dipakai," ujar Ananda, sembari memilih beberapa pakaian. Tangannya menggenggam beberapa baju yang ia kira pas untuk badannya.

Saat ia tengah fokus, tiba-tiba suara seorang laki-laki memanggilnya.

"Hei kamu!" Teriak laki-laki itu. Ananda menoleh kesana kemari. Kebetulan didalam toko itu hanya ada dirinya sendiri.

"Iya kamu, kapan pulang? Kenapa kamu ada disini?" Tanya laki-laki berpenampilan rapi dan wangi itu.

"Saya?" Tanya Ananda menunjuk dirinya sendiri.

"Iya, kamu. Masa lupa sama saya? Saya Tio, kamu Ayu kan? Teman SMA dulu? Masih inget gak?" Tanya lelaki itu masih sok kenal. Ananda mundur beberapa langkah, ia mencoba menjauhi laki-laki itu yang terus mendekat.

"Maaf Mas, anda salah orang. Saya Ananda, bukan Ayu," jawab Ananda sedikit menghindar. Seketika laki-laki itu terdiam mendengar jawaban Ananda. Wajahnya yang sedikit merah karena malu sudah salah orang.

"Astaghfirullah, maaf Mbak. Saya kira anda Ayu teman SMA saya, wajah anda mirip sekali dengan Ayu," kata Laki-laki itu lagi.

"Gak apa-apa," Ananda membatalkan niatnya untuk membeli baju disana. Dia takut akan jadi salah paham kalau sampai ada orang melihatnya dekat dengan laki-laki lain.

"Mbak, sekali lagi saya minta maaf. Hmm, dan sebagai permintaan maaf dari saya, anda boleh pilih pakaian mana saja yang anda mau, tak perlu anda bayar, saya beri gratis sebagai permintaan maaf saya karena sudah mengganggu kenyamanan anda," ucap laki-laki tersebut dengan sopan seraya membungkukkan sedikit tubuhnya yang tinggi dan tegap itu.

"Oh tidak perlu. Kalau begitu saya permisi dulu," Ucap Ananda semakin ketakutan. Namun niatnya untuk pergi tak mudah, lelaki itu menyuruh pelayan untuk menutup pintu toko dan memaksa Ananda memilih beberapa pakaian.

"Mbak tenang saja, beliau itu bos disini, beliau yang punya toko ini. Anggap saja ini rejeki anda Mbak, beliau memang orangnya baik, bahkan sangat baik," ucap salah satu pelayan yang menghadangnya untuk tidak keluar toko lebih dulu.

"Ah, ada benarnya juga kata pelayan ini, mungkin ini rejeki saya," gumam Ananda dalam hatinya. Walaupun sebenarnya ia malu menerima tawaran itu, tapi ini adalah rejekinya, kesempatan yang sangat bagus yang entah akan datang lagi atau tidak. Akhirnya Ananda pun memilih beberapa lembar pakaian dan berpamitan.

"Jangan kapok untuk berbelanja disini," ucap Laki-laki pemilik toko tersebut dengan senyum hangatnya. Ananda tak herani menatap mata lelaki itu, dan ia memilih untuk segera pergi dari toko.

Sesampainya dirumah, Ananda mencoba satu persatu pakaian yang sudah ia pilih. Nampak senyum lebar di wajahnya yang sangat bahagia. Selama tiga tahun menjadi istri Dika, ini adalah kali kedua ia dibelikan baju oleh suaminya. Dulu, ketika Dika membawa seserahan, dan inilah yang kedua kalinya. Bahkan saat lebaran tiba, Dika enggan membelikan pakaian baru untuknya, ia berinisiatif untuk memberikan pakaian jika memang ada sisa bahan dari tempatnya menjahit.

"Hmm, mana baju barunya? Itu?" Tanya Dika sinis. Tatapan merendahkan tak pernah lepas darinya untuk Ananda.

"Ah iya Mas. Makasih banyak ya, ini bajunya,"

"Bajunya bagus, tapi apa pantas dipakai sama kamu? Kayaknya model baju sebagus apapun kalau kamu yang pakai tetep kurang pas deh, kurang cantik," hina Dika pada istrinya. Perempuan itu terdiam, mencoba menahan amarah yang bergelayut dalam hatinya. Kali ini ia harus bisa lebih sabar menghadapi Dika, apalagi karena Dika sudah memberinya uang yang lebih besar dari biasanya.

"Udah gak usah dicobain! Simpan aja di lemari, bikinin aku makan siang, terus nanti kamu siap-siap!! Besok kita berangkat pagi sekali," titah Dika sembari berjalan ke arah dapur. Sama sekali tak ada sedikitpun pujian untuk perempuan yang selalu menghormatinya.

"Apa aku seburuk itu?" Gumamnya. Ananda kembali melipat pakaian baru nya. Belum juga ia coba semua pakaian itu, ia terpaksa harus menyimpan nya lebih dulu karena Dika meminta makan siang.

"Uangnya masih sisa kan yang tadi? Kamu beli baju berapa itu?" Tanya Dika membuat bibir Ananda sedikit kelu.

"A_anu Mas. Uangnya sisa 150rb lagi. Tadi aku habiskan uang untuk beli pakaian dan sandal," jawab Ananda ragu.

"Bagus kalau memang masih ada sisa. Lagipula sayang uang kalau harus beli barang yang mahal, toh wajahmu tak akan pernah berubah, masih kayak begitu aja," celetuk Dika, membuat Ananda kembali menciut.

Rasanya deg-degan bukan main, karena selama ia menjadi istri Dika, belum pernah ia berbohong sekalipun. Apalagi masalah uang, dia sangat tak berani. Namun kali ini, ia terpaksa berbohong karena ia sangat butuh uang itu, untuk ia pakai sebagai bekal jika nanti ke Jogja. Apa jadinya kalau sampai ia tak memegang uang sepeser pun padahal ia sedang berada di luar kota? Tak menjamin kalau Dika akan memberikannya uang bekal.

Dengan segera ia memasak sayur yang ada didalam kulkas. Tadi pagi ia memang sengaja membeli sayur beberapa macam, agar ia tak harus bolak-balik ke pasar.

"Nanda, besok kalau kamu ditanya sama temen atau Saudara Mas, bilang kalau Mas kasih kamu uang sehari 200ribu. Jangan sampai kamu katakan hal yang jujur sama mereka," kata Dika membuat Ananda yang semula sedang mengaduk sayur menghentikan pekerjaannya.

"Kenapa aku harus berbohong untuk hal yang tak pernah kau lakukan Mas?"

Bab terkait

Bab terbaru

DMCA.com Protection Status