Anggota Fantasy Club memutuskan berkumpul kembali di vila Sagara dan Caraka. Ada yang lebih penting walau mencari keberadaan Jeslyn juga sama pentingnya, yaitu menjaga Leo. Mereka harus memastikan agar lelaki itu tetap aman dan tidak jatuh ke tangan yang salah. Jika berhasil, maka secara otomatis mereka akan menerima royalti yang masuk di rekening bank masing-masing.
Satu jam sejak pencarian, namun belum ada informasi apa pun yang bisa didapat setelah Jeslyn dinyatakan hilang. Mereka menemukan titik buntu, oleh karena itu mereka kembali ke penginapan untuk mendiskusikan jalan terbaik yang bisa ditempuh. Sampai sekarang, mereka khawatir akan keadaan sang puan di sana dan ingin tahu apa yang terjadi. Terutama Rama yang sejak tadi mondar-mandir di tempat.
Rama kemudian duduk setelah membuat dirinya sendiri merasa capek dengan aksi tidak ada faedah tadi, dia duduk di sofa dan bergabung dengan anggota lain. "Tu orang bawa Jeslyn ke mana sih? Nyaman banget pacarannya sampe a
Jingga, Irene dan Mentari baru saja tiba di penginapan khusus siswi kelas X SMA Bina Bangsa. Menempuh perjalanan dari penginapan dua gurunya membuat mereka harus berlari. Mereka harus tiba di penginapan sebelum anggota OSIS tiba, agar tidak dicurigai juga. Bertemu dengan anggota OSIS khususnya Justin, mereka juga bisa mengorek informasi tentang keberadaan Wisnu yang mungkin sekarang bersama Jeslyn. Hanya itu jalan satu-satunya.Kehadiran mereka menjadi perhatian semua pasang mata yang hari ini sudah mengenakan sesuai dress code, yaitu mengenakan tanktop dan celana pendek. Mereka mengedarkan pandangan untuk membaca situasi, mungkin anggota itu sudah tiba. Namun tidak ada yang bisa ditemukan, mereka bergegas menuju ruang tidur. Mereka akan mengganti pakaian yang dikenakan sesuai dengan dress code.Tidak lama kemudian, seluruh anggota OSIS laki-laki sudah berkumpul di penginapan. Justin sebagai ketua berdiri di depan barisan. Mereka duduk di rua
Berlari menempuh jarak yang tidak terlalu dekat dari penginapan, tiga puan yang mencari Jeslyn tiba di danau. Letaknya di tengah hutan. Setelah turun dari bukit, ada jalan kecil yang bisa digunakan untuk masuk ke hutan. Di sana, ada banyak pohon yang tumbuh selama kurang lebih ratusan tahun dan belum ada yang berani menjarahnya. Hutan itu juga menjadi salah satu ciri khas yang bisa ditunjukkan penginapan yang ditempati murid-murid SMA Bina Bangsa yang saat itu sedang mengikuti kegiatan karyawisata.Jingga yang malam ini bersama Irene dan Mentari seketika berhenti saat masuk ke wilayah danau. Pemandangan di sisi kiri dan kanan gelap gulita, karena tidak ada lampu juga yang dipasang di jalan kecil. Selama ini, mereka hanya mengandalkan senter dari ponsel masing-masing, namun terangnya tidak bisa seperti senter biasa.Mereka mengarahkan pandangan ke arah tujuan masing-masing. Irene mengamati dari sisi seberang danau, Mentari mengamati dari arah kedatangan mereka, sedangka
Tidak ada bedanya dengan kejadian di penginapan, kejadian di tepi danau juga tidak kalah ramai. Di sana, sudah ada beberapa pria mengenakan seragam formal yang mengendarai sebuah mesin mirip mobil, namun barang-barangnya lebih canggih. Di sana juga sudah ada Sagara dan Caraka yang berbicara dengan salah satu deretan pria di sana. Tidak hanya itu, Devin, Leo dan Rama juga ikut bergabung.Di sela-sela barisan ada Wisnu yang digiring oleh beberapa pria berseragam formal. Mereka adalah anggota polisi yang berasal dari masa depan, tempat asal Caraka. Wisnu digiring dalam keadaan lemah dan kakinya pincang. Hal ini karena Alden tadi mengempaskannya begitu saja setelah menerbangkan Wisnu dengan angin topan.Sementara itu, anggota laki-laki Fantasy Club berkumpul di satu tempat dan mengamati proses itu dari jauh. Sisanya ada yang dirawat oleh tenaga medis dari rumah sakit masa depan yang dipanggil secara khusus. Setelah berbincang dengan salah satu anggota polisi, Caraka mendek
Khusus pada hari ini, seluruh anggota Fantasy Club yang diminta datang ke ruang kepala sekolah sedang menyusuri lorong panjang ibarat tidak kelihatan yang mana ujungnya. Mereka melangkah dengan keyakinan yang terlalu tinggi, bahkan tidak perlu diragukan lagi. Mereka tahu kalau panggilan kali ini bisa mengubah dunia. Seperti yang dikatakan Jingga tempo hari, jika tidak ada yang mau berubah maka mereka sendiri yang akan mengubah dunia.Sebagai orang yang ada di barisan paling belakang, Mentari mengalihkan pandangan ke sisi kiri dan kanan jalan. Jika dilihat, tidak ada yang istimewa dari jalan yang dilalui selain papan pengumuman dan papan buletin untuk seluruh murid Bina Bangsa. Tetapi jika dilihat lebih dekat lagi, ada yang bisa menarik perhatian.Di papan buletin, ada sebuah karikatur yang digambar menyerupai kartun dan dikemas dengan menarik. Lebih detailnya, ada tulisan yang diakhiri dengan tanda seru sebagai aksi protes atas peraturan sekolah yang tidak masuk akal.
Setelah lama tidak bersama dalam beberapa minggu terakhir, anggota Fantasy Club berkumpul lagi di rumah Sagara. Bukan dalam rangka latihan, tetapi mereka dipanggil untuk pertemuan yang tidak akan butuh seharian. Ada yang ingin pria itu katakan dan dia juga berharap mereka bisa diajak diskusi.Hampir seluruh anggota sudah hadir di rumah, kecuali Jingga dan Rama yang belum kelihatan batang hidungnya. Mereka juga sudah bilang kalau mereka akan datang sedikit lebih lambat karena ingin menyelesaikan urusan di rumah. Alasan itu juga tidak menjadi masalah bagi pemilik rumah karena dia memanggil mereka ke sini juga tidak terlalu penting.Menunggu Sagara yang belum kelihatan, mereka ditemani Caraka yang bergabung sebagai salah satu orang dewasa. Mereka mengobrol dan membicarakan banyak hal. Lagi pula, Caraka juga tidak keberatan sebagai orang yang sering membuka diskusi."Rene!" panggil Caraka yang meminta atensi dari satu insan, bernama Irene. Puan itu menoleh tanpa sat
Menuju pertengahan tahun serta mencapai akhir semester bagi anak sekolah juga, anggota Fantasy Club berkumpul dalam rangka perjalanan jauh. Bukan hanya perjalanan karyawisata seperti yang mereka selalu katakan ke orang tua masing-masing, tetapi juga untuk liburan tanpa tanda kutip. Setelah bertarung dengan pikiran sendiri, mereka akhirnya bisa beristirahat dan mengambil napas sejenak.Mereka sudah berkumpul di rumah mewah pria itu. Banyak barang yang dimasukkan ke dalam kendaraan. Banyak juga barang yang disiapkan untuk liburan. Mereka tahu bahwa mereka harus memanfaatkan kesempatan yang tidak akan datang untuk dua kali. Kesempatan ini seperti emas yang sulit untuk digapai namun memiliki harga paling tinggi.Tidak hanya anggota itu saja, namun juga ada Leo yang ikut bergabung. Tujuan perjalanan mereka kali ini juga akan dipandu oleh dia. Rencananya, mereka akan pergi ke Garut untuk menemui kakeknya. Jika didengar dari diskusi mereka juga, mereka akan bertemu dengan Dew
Masuk ke dalam rumah mewah di tengah hutan, ternyata pemandangan di sini tidak ada seramnya sama sekali. Berbeda saat anggota Fantasy Club baru tiba di halaman depan. Mereka disambut dengan tiga orang pembantu yang sudah lama bekerja, jadi yang tinggal di sini bukan sendirian saja.Sementara itu, Leo baru muncul dari balik pintu membawa seorang pria tua yang seluruh wajahnya sudah dipenuhi keriput. Pria itu duduk di kursi roda dan Leo yang menggerakkan pria itu agar dia tahu ada yang datang ke rumah. Saat melihat wajah mereka dari dekat walau penglihatannya buram, dia menyunggingkan senyum lebar. Seolah-olah senyum itu paling tulus di tengah perasaan lain yang tidak pasti.Sagara dan Caraka mendekati pria itu yang masih didorong Leo. Anggota Fantasy Club menyapa dengan senyum ramah. Tidak lupa juga mereka mencium punggung tangannya karena yang dituakan berarti harus dihormati. "Selamat datang ke rumahku yang sebenarnya tidak terlalu istimewa," sapa pria tersebut.
Malam telah menjelang. Saat langit di luar sana telah gelap gulita, perasaan ini juga dirasakan oleh mereka yang masih belum terbiasa dengan keberadaan rumah di tengah hutan. Selain sepi dari keramaian, rasanya juga sungguh mencekam. Tidak ada yang tahu apakah perasaan ini akan sama dengan malam besok atau tidak merasakan sama sekali. Hal yang pasti adalah mungkin ada yang tidak bisa tidur.Oleh karena itu, seluruh anggota Fantasy Club kompak berkumpul di ruang utama. Kali ini bersama Leo juga yang ikut bergabung karena tidak tahu juga apa yang akan dia lakukan setelah makan malam. Mereka mengisi waktu dengan bermain board game. Sebenarnya hanya empat orang saja karena sisanya hanya memperhatikan dari belakang."Makin malam, di sini tuh makin seram tau. Kalian ngerasa gak sih?" ujar Jeslyn yang mendadak mengalihkan pembicaraan selagi memperhatikan Leo, Rama, Alden dan Irene bermain UNO. Benda itu dibawa sendiri oleh Rama sebagai pengisi waktu kosong yang palin