Berlari menempuh jarak yang tidak terlalu dekat dari penginapan, tiga puan yang mencari Jeslyn tiba di danau. Letaknya di tengah hutan. Setelah turun dari bukit, ada jalan kecil yang bisa digunakan untuk masuk ke hutan. Di sana, ada banyak pohon yang tumbuh selama kurang lebih ratusan tahun dan belum ada yang berani menjarahnya. Hutan itu juga menjadi salah satu ciri khas yang bisa ditunjukkan penginapan yang ditempati murid-murid SMA Bina Bangsa yang saat itu sedang mengikuti kegiatan karyawisata.
Jingga yang malam ini bersama Irene dan Mentari seketika berhenti saat masuk ke wilayah danau. Pemandangan di sisi kiri dan kanan gelap gulita, karena tidak ada lampu juga yang dipasang di jalan kecil. Selama ini, mereka hanya mengandalkan senter dari ponsel masing-masing, namun terangnya tidak bisa seperti senter biasa.
Mereka mengarahkan pandangan ke arah tujuan masing-masing. Irene mengamati dari sisi seberang danau, Mentari mengamati dari arah kedatangan mereka, sedangka
Tidak ada bedanya dengan kejadian di penginapan, kejadian di tepi danau juga tidak kalah ramai. Di sana, sudah ada beberapa pria mengenakan seragam formal yang mengendarai sebuah mesin mirip mobil, namun barang-barangnya lebih canggih. Di sana juga sudah ada Sagara dan Caraka yang berbicara dengan salah satu deretan pria di sana. Tidak hanya itu, Devin, Leo dan Rama juga ikut bergabung.Di sela-sela barisan ada Wisnu yang digiring oleh beberapa pria berseragam formal. Mereka adalah anggota polisi yang berasal dari masa depan, tempat asal Caraka. Wisnu digiring dalam keadaan lemah dan kakinya pincang. Hal ini karena Alden tadi mengempaskannya begitu saja setelah menerbangkan Wisnu dengan angin topan.Sementara itu, anggota laki-laki Fantasy Club berkumpul di satu tempat dan mengamati proses itu dari jauh. Sisanya ada yang dirawat oleh tenaga medis dari rumah sakit masa depan yang dipanggil secara khusus. Setelah berbincang dengan salah satu anggota polisi, Caraka mendek
Khusus pada hari ini, seluruh anggota Fantasy Club yang diminta datang ke ruang kepala sekolah sedang menyusuri lorong panjang ibarat tidak kelihatan yang mana ujungnya. Mereka melangkah dengan keyakinan yang terlalu tinggi, bahkan tidak perlu diragukan lagi. Mereka tahu kalau panggilan kali ini bisa mengubah dunia. Seperti yang dikatakan Jingga tempo hari, jika tidak ada yang mau berubah maka mereka sendiri yang akan mengubah dunia.Sebagai orang yang ada di barisan paling belakang, Mentari mengalihkan pandangan ke sisi kiri dan kanan jalan. Jika dilihat, tidak ada yang istimewa dari jalan yang dilalui selain papan pengumuman dan papan buletin untuk seluruh murid Bina Bangsa. Tetapi jika dilihat lebih dekat lagi, ada yang bisa menarik perhatian.Di papan buletin, ada sebuah karikatur yang digambar menyerupai kartun dan dikemas dengan menarik. Lebih detailnya, ada tulisan yang diakhiri dengan tanda seru sebagai aksi protes atas peraturan sekolah yang tidak masuk akal.
Setelah lama tidak bersama dalam beberapa minggu terakhir, anggota Fantasy Club berkumpul lagi di rumah Sagara. Bukan dalam rangka latihan, tetapi mereka dipanggil untuk pertemuan yang tidak akan butuh seharian. Ada yang ingin pria itu katakan dan dia juga berharap mereka bisa diajak diskusi.Hampir seluruh anggota sudah hadir di rumah, kecuali Jingga dan Rama yang belum kelihatan batang hidungnya. Mereka juga sudah bilang kalau mereka akan datang sedikit lebih lambat karena ingin menyelesaikan urusan di rumah. Alasan itu juga tidak menjadi masalah bagi pemilik rumah karena dia memanggil mereka ke sini juga tidak terlalu penting.Menunggu Sagara yang belum kelihatan, mereka ditemani Caraka yang bergabung sebagai salah satu orang dewasa. Mereka mengobrol dan membicarakan banyak hal. Lagi pula, Caraka juga tidak keberatan sebagai orang yang sering membuka diskusi."Rene!" panggil Caraka yang meminta atensi dari satu insan, bernama Irene. Puan itu menoleh tanpa sat
Menuju pertengahan tahun serta mencapai akhir semester bagi anak sekolah juga, anggota Fantasy Club berkumpul dalam rangka perjalanan jauh. Bukan hanya perjalanan karyawisata seperti yang mereka selalu katakan ke orang tua masing-masing, tetapi juga untuk liburan tanpa tanda kutip. Setelah bertarung dengan pikiran sendiri, mereka akhirnya bisa beristirahat dan mengambil napas sejenak.Mereka sudah berkumpul di rumah mewah pria itu. Banyak barang yang dimasukkan ke dalam kendaraan. Banyak juga barang yang disiapkan untuk liburan. Mereka tahu bahwa mereka harus memanfaatkan kesempatan yang tidak akan datang untuk dua kali. Kesempatan ini seperti emas yang sulit untuk digapai namun memiliki harga paling tinggi.Tidak hanya anggota itu saja, namun juga ada Leo yang ikut bergabung. Tujuan perjalanan mereka kali ini juga akan dipandu oleh dia. Rencananya, mereka akan pergi ke Garut untuk menemui kakeknya. Jika didengar dari diskusi mereka juga, mereka akan bertemu dengan Dew
Masuk ke dalam rumah mewah di tengah hutan, ternyata pemandangan di sini tidak ada seramnya sama sekali. Berbeda saat anggota Fantasy Club baru tiba di halaman depan. Mereka disambut dengan tiga orang pembantu yang sudah lama bekerja, jadi yang tinggal di sini bukan sendirian saja.Sementara itu, Leo baru muncul dari balik pintu membawa seorang pria tua yang seluruh wajahnya sudah dipenuhi keriput. Pria itu duduk di kursi roda dan Leo yang menggerakkan pria itu agar dia tahu ada yang datang ke rumah. Saat melihat wajah mereka dari dekat walau penglihatannya buram, dia menyunggingkan senyum lebar. Seolah-olah senyum itu paling tulus di tengah perasaan lain yang tidak pasti.Sagara dan Caraka mendekati pria itu yang masih didorong Leo. Anggota Fantasy Club menyapa dengan senyum ramah. Tidak lupa juga mereka mencium punggung tangannya karena yang dituakan berarti harus dihormati. "Selamat datang ke rumahku yang sebenarnya tidak terlalu istimewa," sapa pria tersebut.
Malam telah menjelang. Saat langit di luar sana telah gelap gulita, perasaan ini juga dirasakan oleh mereka yang masih belum terbiasa dengan keberadaan rumah di tengah hutan. Selain sepi dari keramaian, rasanya juga sungguh mencekam. Tidak ada yang tahu apakah perasaan ini akan sama dengan malam besok atau tidak merasakan sama sekali. Hal yang pasti adalah mungkin ada yang tidak bisa tidur.Oleh karena itu, seluruh anggota Fantasy Club kompak berkumpul di ruang utama. Kali ini bersama Leo juga yang ikut bergabung karena tidak tahu juga apa yang akan dia lakukan setelah makan malam. Mereka mengisi waktu dengan bermain board game. Sebenarnya hanya empat orang saja karena sisanya hanya memperhatikan dari belakang."Makin malam, di sini tuh makin seram tau. Kalian ngerasa gak sih?" ujar Jeslyn yang mendadak mengalihkan pembicaraan selagi memperhatikan Leo, Rama, Alden dan Irene bermain UNO. Benda itu dibawa sendiri oleh Rama sebagai pengisi waktu kosong yang palin
Beberapa hari setelah pulang dari Garut, anggota Fantasy Club kembali berkumpul di rumah Sagara. Kali ini bukan untuk pertemuan biasa, tetapi untuk pertemuan penting. Dua pria itu yang meminta mereka ke rumah dalam rangka membahas tentang kabar terbaru Sandara. Sudah lama tidak mendengar nama sang insan, kini nama itu rasanya tidak asing lagi.Sagara baru muncul dari balik dinding. Dia baru saja menyerahkan sebuah berkas data pribadi milik seseorang di atas meja. Mereka yang berkumpul mengitari meja segera mendekat, kecuali Caraka yang mungkin sudah tahu apa yang akan pria itu bahas. Dia juga sudah tahu alasan mereka dipanggil ke sini.Sagara duduk di single sofa yang kini menjadi tempat kekuasaan. Dia berkata sambil menunjuk ke foto berkas yang didaftarkan dan semuanya milik negara, "Ada kabar terbaru dari Sandara. Terakhir info yang dilaporkan, she was having a sex with this guy di hotel bintang lima. Kita harus mencari orang itu.""Jadi apa
Sore ini, Sagara kembali meminta anggota Fantasy Club berkumpul di rumah. Bukan di ruang utama di tempat mewahnya, namun mereka diminta berkumpul di halaman belakang. Sudah lama tidak mengunjungi tempat ini, ada sedikit perubahan yang bisa dilihat dengan mata kepala sendiri. Perubahan itu tidak terlalu membawa pengaruh bagi mereka.Semua anggota sudah hadir di sini. Mereka sedang memperhatikan Devin yang melatih kemampuan duplikasi untuk memastikan agar tidak ada masalah yang terjadi. Latihan ini dilatih oleh Caraka yang juga mengawasi dari jauh, namun tidak di posisi mereka yang melakukan pengamatan.Termasuk juga pasangan yang baru saja menjalin hubungan, Jingga dan Alden. Mereka juga hadir dan melakukan hal yang sama. Akan tetapi, posisi mereka saling berjauhan. Bukan tanpa alasan, hal itu mereka lakukan dengan sengaja. Tujuannya agar mereka bisa menyembunyikan hubungan tersebut.Sebelum tiba, mereka sudah berencana agar bertemu di halte terdekat dari Per
Dalam rangka merayakan berbagai hal yang telah terjadi satu minggu belakangan ini, anggota Fantasy Club mengundang Sagara dan Caraka untuk hadir pada acara makan malam di sebuah restoran bintang lima. Tempat ini diundang khusus oleh Rama yang ingin menghabiskan waktu dengan kemewahan, serta dia juga kenal pemiliknya. Papanya berteman baik dengan pemilik restoran. Oleh karena itu, dia bisa datang kapan saja yang dia inginkan.Di tengah-tengah mereka, ada juga Leo yang duduk di sebelah Irene dan sedang mengobrol bersama Irene. Kini, sang puan sudah resmi menjadi kekasihnya dan hal itu tidak perlu ditutupi lagi. Mereka juga sebentar lagi akan melangsungkan resepsi pernikahan yang diadakan di Hotel Sanjaya, hotel bintang lima yang sering menjadi tempat pesta pernikahan. Mereka juga diundang agar datang. Makanya mereka berkumpul salah satunya merayakan kabar tersebut.Di antara anggota Fantasy Club, Irene menjadi orang pertama yang akan memiliki pasangan sehidup semati. Tid
Jingga yang mengikuti jejak berdasarkan penglihatan masa lalu kini berakhir di halaman belakang SMA Bina Bangsa. Dia mendadak berhenti di sana karena tidak melihat apa pun lagi yang bisa dijadikan petunjuk untuk menemukan Leo. Di situasi seperti ini, dia harus memutar otak untuk menemukan berbagai macam cara yang digunakan Willy, orang yang memiliki kemampuan bayangan.Untuk kali ini, dia menemukan titik buntu. Menyentuh apa pun tidak membantu. Dia sudah mencobanya sendiri dengan menyentuh seluruh permukaan yang menjadi saksi bisu. Di sini, hampir tidak ada benda mati kecuali tumbuhan dan hewan kecil.“Gue pasti kelewatan sesuatu,” tuturnya berbicara sendiri. Dia yakin pasti ada yang dia lewatkan, hanya saja dia tidak sadar. Oleh karena itu, dia memutuskan untuk mencari kembali.Di tengah pencarian, dia mendengar suara hewan mengaum yang memiliki suara menggelegar datang dari arah seberang. Dia menoleh sebentar dan berhenti melakukan pencarian untuk
Aroma embun pagi yang masih menguar kala mentari masih seperempat di ufuk timur akan terasa lengkap jika bersama satu cangkir kopi. Oleh karena itu, Leo yang baru hadir di kantor guru ingin menemani hari bersama kopi. Selain menjadi pasangan yang cocok untuk menghabiskan waktu, kopi juga bisa menambah energi walau tidak banyak seperti satu cangkir minuman gandum.Setelah menyapa beberapa guru yang berada di meja untuk guru piket, dia melangkahkan kaki menuju dapur kecil yang letaknya ada di sebelah ruang staf TU. Ruang itu diapit juga oleh tangga yang membawa murid SMA Bina Bangsa ke lantai dua di mana ada ruang kelas. Selain guru, dia juga membalas sapaan para murid yang kebetulan lewat di sana.Mengulurkan tangan ke gagang pintu, dia mendorong pintu ke depan lalu masuk tanpa pikir dua kali. Punggungnya menghilang dari balik pintu ketika pintu ditutup. Di saat itu, dia mendadak berhenti di tempat. Matanya membulat dan membeku. Dia tampak tidak bisa berkata-kata ketika
Gara-gara Devin yang mendadak tumbang seperti pohon, latihan pada sore ini berakhir dengan cepat. Dia dibawa ke dalam rumah Sagara, tepatnya di sebuah ruangan gelap yang hampir tidak memiliki celah udara. Dia kembali ke tempat ini lagi setelah berkunjung beberapa bulan sebelumnya dengan masalah yang hampir sama.Dia yang harus ditangani sudah duduk dengan meluruskan kaki di kursi relaksasi yang telah disediakan. Caraka yang bertugas menanganinya duduk di kursi kecil yang terletak di samping kursi relaksasi. Lelaki itu sedang dilakukan pemijatan agar dia mengantuk dan dibawa ke dunia alam bawah sadar. Mereka akan berhasil terhubung jika Devin sudah memejamkan mata dan tidur.Sementara itu, anggota Fantasy Club beserta Leo memperhatikan proses tersebut dari luar. Mereka bisa melihat dengan jelas melalui kaca tembus pandang. Sagara juga ada di luar sekaligus untuk mengawasi mereka. Walau latihan telah berakhir, tetapi mereka belum pulang ke rumah masing-masing. Mereka mal
Satu hari setelah memulai hubungan, Rama dan Jeslyn tidak ragu menunjukkan bagaimana perasaan mereka di depan orang lain. Bahkan mereka secara terang-terangan saling menggenggam tangan saat baru muncul di halaman belakang rumah Sagara untuk latihan. Aksi itu tentu saja mengundang atensi anggota lain yang melihat langsung dengan mata sendiri.Di detik itu juga, mereka berseru dengan berbagai macam reaksi. Ada yang senang, namun ada juga yang mengejek. Gara-gara itu, Sagara dan Caraka juga ikut memperhatikan hal macam apa yang terjadi. Leo juga mengalihkan pandangan ke arah yang sama.“Dih! Dalam rangka apa nih pegang-pegangan tangan?” seru Jingga yang tidak pernah mengenal kata kalem, apalagi ketika melihat sesuatu yang menarik di depan mata. Dia sebagai orang pertama yang melihat kejadian langka selama bertemu adalah orang pertama yang juga memberi celetukan.“Jangan bilang dalam rangka 17-an,” celetuk Alden yang menyambut dengan baik pen
Berkat bertemu Purnama yang mengenalkan diri sebagai senior Fantasy Club, Devin kini dibawa ke ruko milik pria itu. Dia juga diminta untuk berbaring di kasur yang telah disediakan pemilik rumah supaya bisa memulihkan diri. Untung saja, kejadian di pasar malam tadi tidak menimbulkan kehebohan bagi warga sekitar. Semuanya seolah-olah sudah lupa dalam waktu singkat. Seolah-olah juga tadi tidak ada kejadian aneh.Sepanjang jalan, Purnama memperkenalkan diri dan memberi tahu semua identitas pribadi yang tidak diketahui orang lain. Sebagai anggota Fantasy Club, dia juga memberi tahu kekuatannya. Dia bisa memindahkan orang ke dimensi lain dengan keadaan yang sama. Sagara juga pernah meminta bantuannya saat mengumpulkan mereka setahun yang lalu. Makanya mereka bisa bertemu.Sementara Mentari yang ada di samping Devin tidak berniat meninggalkannya. Dia menggenggam tangan lelaki itu dengan erat, walau Devin tadi sudah meminta agar tidak khawatir. Akan tetapi, tetap saja sang pua
Berdasarkan rencana yang telah disusun beberapa menit sebelum acara, Devin dan Mentari sudah berada di dalam mobil yang dikendarai sendiri oleh Devin dari rumah. Dia sudah mengantongi izin dari papanya dan sudah memberi alasan jelas pula. Makanya dia tidak perlu sembunyi-sembunyi lagi dan sampai minta izin kepada sopir pribadi papanya. Dia bisa membawa mobil itu dengan bebas, asalkan sudah ada tujuan dari awal.Berada di perjalanan, mereka rencananya ingin menghabiskan waktu di pasar malam. Kebetulan di akhir pekan ini tidak ada pertemuan lagi dengan anggota Fantasy Club. Juga mereka punya banyak waktu kosong. Oleh karena itu, mereka memutuskan berkencan di sana sampai menjelang tengah malam.Mengisi keheningan, Devin yang menyetir sedang menggumamkan lagu yang diputar melalui pemutar musik bawaan dari mobil. Dia tampaknya hafal keseluruhan nada dari lagu tersebut, walau ada yang sumbang. Tetapi hal itu tidak menjadi masalah. Sorot matanya juga pada sore ini tampak cer
Selama lebih kurang 2 jam latihan untuk meningkatkan kemampuan, latihan itu sebentar lagi akan berakhir. Oleh karena itu, Sagara meminta mereka semua berkumpul di satu tempat untuk menyampaikan beberapa patah kata sebelum mereka pulang ke rumah masing-masing. Mereka yang juga tidak memiliki hal lain lagi ikut berbaris.“Sejauh yang kuamati, latihan kalian tadi sudah bagus. Hanya saja kalian perlu mengasah kemampuan itu lagi. Tadi aja masih ada yang kurang sampai aku harus turun tangan,” ujar Sagara menerangkan kesimpulan latihan pada sore ini. Mereka yang mendengar hal itu hanya diam dan ikut menyimak. “Sebelum itu, aku minta kalian jangan pulang dulu. Ada yang ingin kusampaikan,” tambahnya. Secara tidak langsung juga, dia meminta mereka duduk dan berkumpul di satu tempat.Tanpa pikir panjang, anggota Fantasy Club duduk kembali untuk mendengar apa yang ingin disampaikan Sagara. Di belakangnya, ada Leo yang ikut menyimak pembicaraan mereka walau
Sekolah baru saja berakhir saat matahari berada di sudut 30 derajat dari ufuk barat. Terlihat para murid SMA Bina Bangsa baru saja keluar dari gedung dan melangkahkan kaki ke pintu gerbang. Mereka akan pulang ke rumah masing-masing setelah seharian berada di sana dan mengikuti mata pelajaran dari awal. Ada yang menggunakan sepeda motor, namun ada juga yang jalan kaki karena jarak rumah yang tidak terlalu jauh.Termasuk juga para guru yang keluar paling belakangan. Mereka menunggu sampai sekolah sepi, baru mereka bisa keluar. Sudah ada satpam juga yang mengatur keramaian dan mengawasi agar tidak terjadi kemacetan. Biasanya di saat seperti ini, jalan akan macet karena ramai.Mengikuti barisan para guru, ada Leo juga yang baru bisa keluar setelah sekolah hampir sepi. Dia pulang dengan bus, makanya dia harus jalan kaki ke halte. Menempuh perjalanan itu tidak membutuhkan waktu lama. Kira-kira butuh waktu selama 5 menit dimulai keluar dari gerbang.Berjalan kaki sambi