Sumber ledakan berasal dari kediaman Tuan Bjorn. Kondisi Desa Stralen semakin tampak mengerikan di malam itu. Kobaran api terlihat di mana-mana, bangunan porak-poranda, dan beberapa mayat baru tampak tergeletak di tanah. Sungguh kacau.
Ragne cepat-cepat berlari untuk menyelamatkan orang-orang yang masih berada di luar pengungsian. Dia dan beberapa prajurti lainnya berusaha menarik orang-orang yang masih hidup dan membawa mereka ke tempat aman. Sementara itu, Einar melindungi area pengungsian walaupun tubuhnya penuh luka yang berdarah-darah.
Selma terududuk sambil memangku Gunther. Air matanya tak henti mengalir ketika menerima fakta bahwa anak laki-lakinya kini tidak bernyawa. Di sisi lain, dia merenungi tindakan mendadaknya saat mendorong Greta jatuh ke sumur, akankah tindakannya itu benar? Dia berdoa dengan tulus agar anak gadis itu masih selamat.
Kekacauan perlahan mereda, makhluk-makluk elf yang menghancurkan desa sepertinya kabur ke arah pantai. Ragne dan para prajurit yang tersisa bergegas menyusul para elf guna mencegah mereka kembali ke asal sebelum mendapat penghakiman.
“Akan kubuat mereka membayar mahal!” umpat salah satu prajurit yang membawa kapak.
Kebanyakan penduduk di Desa Stralen adalah para pelaut. Ragne pikir, sekembalinya dia ke desa, dia akan bisa berisitirahat sejenak sebelum kembali berperang. Namun rupanya perang sendirilah yang menghampiri pemuda itu.
Tiba di pantai, segerombolan elf tadi sudah menghilang. Para prajurit memutuskan untuk menyisir seluruh pantai guna mencari barangkali masih ada elf yang tinggal.
Ragne bersama Thora menyusuri pesisir hingga mendekati gua tepi laut. Seketika sekelebat sinar tertangkap oleh mata Ragne dan membuat pemuda itu lantas berseru kencang.
“Di sana!” Ragne berlari melewati mulut gua dan tiba di sisi lain pantai. Seberkas cahaya itu lantas pergi ke air, melewati tebing yang berombak dan muncul kembali membawa seorang gadis yang terkulai lemas.
Ragne menyipitkan mata untuk melihat lebih jelas.
“Greta?” bisiknya ragu.
Thora berdiri di samping Ragne, dia mengomel karena Ragne bertindak sembrono dan pergi dengan serampangan. “Kau sudah terlalu jauh dari barisan. Ayo kembali, kurasa makhluk bedebah itu sudah kabur.”
“Greta! Itu Greta!”
Ragne tidak memedulikan ucapan Thora, sebab dia melihat gadis yang disukainya kini berada dalam gendongan salah satu elf. Dia berlari mengejar, tetapi sesosok elf itu masuk ke sebuah ceruk di tebing dan menghilang dalam gelap.
Ragne berenang untuk mencapai ceruk itu, sementara Thora meneriaki keputusan bodoh kawannya sambil mengomel dan mengumpat.
“Bodoh! Kembali kemari, kau mau mati?”
“Greta di sana. Kita harus menolongnya.” Suara Ragne teredam oleh debur ombak yang membentur dinding batu karang. Ragne terus berenang hingga mencapai muka ceruk yang ternyata sebuah gua lain. Thora menyusul di belakang, mencoba menarik kawannya agar tidak bertindak lebih dari itu.
Keinginan Ragne hanya satu. Membawa Greta kembali. Dia sangat menyayangi gadis itu. Greta adalah segalanya, tidak ada wanita mana pun yang memandang Ragne amat berharga selain teman masa kecilnya itu.
Ragne memang tidak sekuat Thora, bahkan bisa dibilang dia adalah orang beruntung yang selalu selamat dari pertempuran. Ayunan pedangnya selalu payah, dia seringkali diselamatkan prajurit lain yang kini sudah tiada. Tidak ada yang bisa dia banggakan dari kekuatannya selain rasa kesetiaan terhadap kawan.
Ragne tidak mau kehilangan Greta. Mereka sudah hidup di lingkungan Desa Stralen dengan suka dan duka bersama-sama sejak dari kecil, bahkan sebelum Thora datang ke desa mereka selepas pertempuannya yang pertama.
Ragne masuk ke ceruk yang gelap itu. Dia merasa lengannya ditahan oleh Thora, tetapi mereka sudah telanjur masuk dan seketika semua berubah semakin gelap.
Mereka pun menghilang, tertelan kepekatan.
***
Kastel megah dengan gemerlap kristal menjadi pilihan Lord Ophelix untuk berdiam diri. Dia dan seorang penasihat yang merangkap peramal itu berjalan meniti tangga melingkar menuju ruang takhta kekuasaan.
Wujud Lord Ophelix terlihat rupawan. Dia memiliki tubuh tegap dengan badan berisi nan padat dengan mata cemerlang. Dia adalah penguasa Alfheim wilayah sentral dan selatan dengan reputasi yang banyak diagungkan oleh pengikutnya, terutama pada keputusan untuk melenyapkan ras campuran yang sering berulah dan mengancam ketentraman.
Sosok penuh kuasa itu duduk di singgasana perak yang berkilau. Jubah putih panjangnya jatuh mencapai lantai saat dia duduk. Sang penasihat bergeming di sebelah kanan dan mereka sama-sama memandang lurus penuh pemikiran.
“Dua bulan lagi purnama akan datang, bukankah sebaiknya kita lebih gencar mencari dia yang tepat untuk membuka segel itu?” sang penasihat memulai percakapan.
Lord Ophelix menarik napas sambil tersenyum dingin. “Kita sudah memperluas pencarian. Bahkan sampai ke Midgard, tunggu saja waktunya tiba,” katanya setenang es.
“Ya, itu tindakan tepat. Aku hanya mengingatkan tanpa bermaksud meragukan keputusanmu.”
“Tenang saja, jangan terlalu khawatir. Kalau sebulan lagi kita belum menemukan dia yang tepat untuk membuka segel Fenrir, akan kukerahkan para prajurit untuk pergi ke Jotunheim bahkan ke Svartalfheim kalau perlu.”
Sang penasihat mengangguk-angguk, tetapi dia seketika gusar dan tambah khawatir karena baru saja mendapat ramalan anyar. Namun, penerawangan itu belum lengkap dan hanya datang sepotong. Dia melihat kilasan segel Fenrir terlepas oleh seorang ras campuran yang belum diketahui identitas pastinya.
“Sepertinya kau baru saja mendapat pandangan baru. Jadi, bisa katakan padaku apakah tindakan yang kulakukan ini tepat?”
Sang penasihat mengangguk sambil tersenyum. “Sangat tepat. Aku melihat segel Fenrir akan terlepas saat bulan purnama.”
Suasana hati Lord Ophelix berubah gembira. Penantian panjangnya pasti akan terwujud. Cita-cita luhur yang diinginkan ayahnya akan terlaksana di masa kekuasaannya. Ras murni akan menjadi tidak terkalahkan dan ras campuran akan lenyap.
Tak lama kemudian terdengar suara ketukan dari balik pintu, Lord Ophelix segera mengizinkan bawahannya untuk mempersilakan masuk.
“Yang Mulia Lord Ophelix,” katanya penuh hormat. “Pengambil alihan ras campuran di Midgard berhasil dilaksanakan. Mereka kini sedang dibawa ke penjara besi di wilayah selatan.”
“Kerja bagus, Jenderal Kogen. Bagaimana dengan jadwal eksekusinya?”
“Tidak ada perubahan. Anda dipersilakan untuk hadir kapan pun.”
Jenderal Kogen masih berlutut hormat di hadapan Lord Ophelix. Dia merupakan salah satu orang kebanggaan Lord Ophelix sebagai Jenderal paling setia dan kompeten untuk memimpin prajurit elf. Lord Ophelix mempersilakan Jenderal Kogen untuk kembali bertugas, sementara dia dan penasihatnya akan bersiap untuk pergi ke wilayah selatan Alfheim.
“Aku baru saja mendapat penglihatan baru,” seru sang penasihat.
“Benarkah? Katakan padaku.”
“Dia yang tepat, ada di antara tahanan dari Midgard itu.”
Lord Ophelix tersenyum simpul. Rasanya dia akan cepat menuntaskan keinginannya.
***
Ragne terbangun di suatu tempat gelap. Ada keretak api yang terdengar dan cahaya menyala di dekatnya. Pandangannya menyapu sekeliling dan mendapati Thora tengah menyalakan api unggun dadakan. Selain itu, Ragne baru menyadari bahwa mereka ada di hutan. Langitnya gelap, tidak ada bintang yang terlihat karena rapatnya pepohonan di daerah itu.
“Lama sekali kau pingan, kurasa sebentar lagi pagi,” ketus Thora sambil menambahkan beberapa ranting pohon agar menjaga api tetap menyala.
“Di mana kita?” tanya Ragne linglung.
“Kau yang membuat kita ke sini. Mana kutahu!”
Ragne merasakan sakit di kepala, seakan ada denyutan yang menggedor-gedor tengkoraknya. Saat dia mengusap belakang kepalanya dengan tangan, terdapat noda merah yang membuatnya meringis.
“Kurasa aku terbentur. Sial sekali.”
Ragne kemudian bergerak mendekati Thora agar mendapat sedikit hangat api unggun di kala cuaca dingin yang menusuk-nusuk kulit. Dia tidak kenal hutan ini. Seingatnya terakhir kali mereka berdua berada di tebing yang memiliki ceruk dan dipenuhi terjangan ombak. Apa mungkin ada sesuatu yang dia lewatkan?
Greta! Ragne ingat kalau dia nekat menyusul ke ceruk untuk menyelamatkan Greta dari sesosok elf yang menculik gadis itu. Akan tetapi ke mana dia harus mencari? Meski begitu, saat Ragne melirik Thora, laki-laki itu tampak diam saja. Dia tidak kelihatan panik atau penasaran, benar-benar prajurit yang dingin.
“Kita tunggu pagi, baru mencari jalan keluar,” sahut Thora, dan Ragne setuju saja dengan rencana itu. Namun, keresak semak seketika terdengar aneh. Seakan di baliknya ada sesosok makhluk yang mengintip mereka.
Kilatan cahaya terang melintas cepat lalu menghilang. Ragne mengernyit heran, mungkin saja itu halusinasi, tetapi dia yakin betul bahwa dia melihat sesuatu yang terang itu melintas sangat cepat.
“Sebaiknya kita waspada,” kata Thora lagi, masih dengan ketenangan yang sama.
“Tentu saja. Kapan pun memang harus waspada, apalagi di saat seperti ini. Kata-katamu sangat tidak informatif,” gerutu Ragne.
“Terus saja mengomel. Asal kau tahu, kurasa kita tidak bisa kembali ke desa dengan mudah.”
“Kenapa? Karena kau tiba-tiba lupa cara melakukan navigasi?”
Thora terdiam sebentar, kemudian menyahut dan memandang Ragne dengan serius. “Kau tahu tentang Midgard?”
Ragne tampak berpikir, dia kemudian teringat suatu kisah. “Kau mau meledekku karena tidak tahu caranya bercerita? Jelas aku tahu Midgard, itu nama tempat tinggal kita, tempat para manusia. Kau mau mengujiku tentang apalagi?”
“Bagaimana kalau dunia para light elf?”
“Alfheim, 'kan?”
Thora masih memandang Ragne sedingin tadi, dan hal itu seketika membuat Ragne panik hingga terpikir sesuatu.
“Jangan bilang kalau kisah itu ....”
“Ya, kurasa kita di Alfheim. Dan kilatan cahaya yang kau lihat di semak itu adalah peri yang mengawasi kita.” Thora menyela ucapan Ragne sambil bergerak untuk mendekatkan pedangnya dalam jangkauan.[]
Alfheim adalah dunia para light elf. Terbagi menjadi lima wilayah yang memiliki ciri khas masing-masing dan dipimpin oleh penguasa berbeda di setiap wilayah. Penghuni Alfheim didominasi oleh kaum light elf, yang wajahnya sangat rupawan hingga mampu menyihir siapa pun untuk selalu mengagumi kecantikan fisik mereka. Meski begitu, jenis peri lain juga terdapat di Alfheim, walau populasinya tidak terlalu banyak dan tidak mendominasi, terutama dari segi kekuasaan.Niels memacu kudanya menuju perbatasan wilayah selatan dan timur Alfheim. Iklim di wilayah selatan terasa cukup hangat dan cocok untuk melakukan kegiatan pertanian. Tak ayal daerah itu menjadi penghasil sumber makanan bagi wilayah-wilayah lain. Semakin menuju ke timur, suhu menjadi lebih panas. Niels dan rombongannya sampai harus beristirahat dan meneguk sesekali perbekalan air mereka agar tidak kehausan.“Serius? Kita bahkan dikerahkan ke wilayah yang bukan penjagaan kita.
Penyerangan dari para makhluk bercahaya yang semula dikhawatirkan Thora dan Ragne ternyata tidak kunjung terjadi. Sampai pagi, mereka beristirahat dengan tenang di depan api unggun yang menyala hangat.Ketika matahari meninggi, mereka mulai bergerak untuk mencari jalan keluar. Hutan lebat yang mereka tempati kini terlihat dengan jelas rupanya. Pohon-pohon menjulang tinggi dengan daun rimbun. Rupanya tidak seperti di dunia manusia, meski memiliki beberapa kesamaan seperti dahan yang berwarna cokelat atau daun yang berwarna hijau."Apa mungkin di Valhalla nanti kita bisa melihat hal seperti ini?" gumam Ragne."Mana mungkin orang sepertimu akan masuk Valhalla. Hanya mereka yang mati dengan gagah berani di pertarungan yang bisa ke sana. Dewa Odin pasti akan berpikir ulang untuk menjadikanmu prajuritnya."Valhalla adalah sebuah tempat setelah kematian yang menanti para prajurit tangguh untuk dipersiapkan menjadi prajurit Dewa Odin ketika Ragna
Perjalanan dari hutan menuju ke rumah Niels memang tidak begitu jauh. Setelah melewati ladang gandum dan palawija, jalanan menjadi landai dan dipenuhi permukiman beratap kerucut berpelitur emas. Rumah-rumah itu milik para light elfwilayah selatan, yang terkenal sebagaielframah dan sangat peduli pada alam.Niels dan Thora tiba di dekat bukit. Kondisi di sana lebih sepi dan mulai menujukkan jalan setapak yang mengarah pada satu tujuan. Di ujung jalan yang menanjak, dapat terlihat sebuah bangunan putih megah berlantai dua dengan atap melengkung berwarna biru pirus yang ujungnya meruncing. Setelah melewati gerbang hitam yang dibukakan oleh seorang penjaga, mereka kemudian menyusuri kebun kecil hingga tiba di atrium penuh bunga wisteria dan memberhentikan kuda di sana."Selamat datang kemb
Penjara besi terletak di Pegunungan Morkne yang menjadi pembatas antara wilayah selatan, sentral, dan sebagian wilayah barat. Kawasan itu tidak dihuni para light elf, sebab kondisi cuacanya tidak cocok untuk menjadi tempat tinggal dan terdapat makhluk-makhluk unik yang sengaja dijaga keasliannya. Selain itu, kegelapan akibat hutan yang rapat, kabut tebal, dan tebing-tebing terjal menjadi rintangan yang sulit ditakluki. Kondisi seperti itu pada akhirnya dijadikan tempat yang cocok untuk mengurung para tawanan, termasuk ras campuran yang baru saja ditangkap sebelum dialihkan ke Kamp yang lokasinya amat terpencil. Dalam salah satu petak penjara, Greta diberi makan sehari sekali di waktu pagi. Sang penjaga penjara akan membawakan semangkuk penuh makanan berupa bubur encer yang tampak menjijikan. Warnanya abu-abu, ada beberapa iris daging yang setelah dimakan ternyata rasanya seburuk rupanya. Bila mulanya penjaga pe
Aroma teh yang diseduh dengan air panas menguar ke sepenjuru kedai. Di salah satu sudut dekat jendela, seorang pemudalight elfberjubah biru tua duduk berhadapan dengan dua manusia yang masing-masing dari mereka menyarungkan pedang di pinggang.Niels tidak menyangka jika keputusannya kali ini ternyata akan senekat dan semendadak di hari liburnya. Biasanya dia akan memanfaatkan jatah liburan tersebut untuk langsung pergi ke persembunyian ras campuran yang dia dan temannya bangun beberapa tahun lalu. Bisa dikatakan Niels adalah sebagianlight elfmurni yang menolak kebijakan Lord Ophelix untuk membinasakan para ras campuran, sehingga idealismenya tersebut membuat dia diam-diam melakukan perlawanan. Kali ini pun, dia akhirnya berani mengambil keputusan untuk membantu kedua manusia yang sedang mencari seorang ras campuran.Setelah melewati hampir seharian perjalanan berkuda, mereka kini berada di sebuah permukiman yang didominasi oleh
Sesampainya di tempat persembunyian para ras campuran, Greta diberi pengobatan oleh seorang keturunan penyembuh. Selama semalam dia beristirahat, hingga esok harinya kondisi gadis itu menjadi lebih sehat dan bugar. Kakinya yang semula sempat pincang, kini sudah bisa digunakan untuk berlari dengan gesit.Di perkemahan itu, terdapat beragam ras campuran yang berasal dari berbagai makhluk. Adalight elf-raksasa,light elf-kurcaci,light elf-pixie,light elf-manusia,light elf-brownie,dan lain-lain. Mereka saling bekerja sama untuk membuat pondok-pondok kayu sebagai tempat perlindungan dan mengerjakan pekerjaan lain untuk menunjang keseharian. Setiap individu di sana pun memiliki peran yang disesuaikan dengan kekuatan yang mereka miliki.Niels belum bicara lagi dengan Ragne, Thora, maupun Greta. Dia disibukkan dengan rekan kepercayaannya—Syver dan para penanggung jawab
"Kuberi nama dia Greta, yang berarti mutiara. Kilau matanya sungguh indah, secemerlang mutiara di laut yang tersembunyi malu. Dia anak manis yang memberi keberkahan bagi kami. Raganya begitu suci, terlahir dengan kehangatan yang membawa kedamaian untuk kedua orang tuanya. Mungkin hal ini akan menjadi keputusan terberatku, merelakan dia untuk tinggal bersama kalian, orang-orang baik. Kuharap kalian dapat membesarkannya dengan penuh kasih sayang yang tidak bisa kuberikan secara langsung padanya.Bisa jadi ketika dia mengetahui rahasia ini, perasaannya akan terguncang dan butuh adaptasi yang tidak sebentar untuk menerima takdir yang telah digariskan. Aku sebetulnya sudah rela jikalau kalian memilih untuk merahasiakan hal ini selamanya, bahwa Greta sesungguhnya keturunan ras campuran yang sulit menemukan tempat aman.Sebelumnya aku sudah meninggalkan benda berharga yang bisa kalian ambil, dan
Dinginnya air tidak sebanding dengan dinginnya kulit Siren yang kasar. Monster itu terus menarik tubuh Ragne yang mulai kaku dan tegang. Laki-laki itu hampir kehabisan napas sebab semakin menjauh dari permukaan. Belum lagi luka di kakinya yang terasa perih karena tertancap kuku Siren yang runcing. Semakin lama, kepala Ragne terasa berdenyut-denyut dan membuatnya pening. Pasokan oksigen makin menipis dan membuat wajahnya kian membiru. Dia mencoba meronta, melawan sekuat tenaga tetapi medan pertarungannya kali ini sungguh tidak menguntungkan. Jangankan melawan di dalam air seperti sekarang, bertarung di darat pun Ragne masih sering kesusahan dan mendapat julukan payah. Ingatan itu seketika kembali menggerayangi benaknya. Jika dipikir-pikir, Ragne hanyalah orang beruntung. Lagaknya memang tampak seperti pahlawan, bertarung di berbagai medan pertempuran dan selalu bisa kembali dengan selamat. Meski begitu, semua prajurit yang pernah berada dalam satu med
Skirnir adalah pelayan pribadi Dewa Freyr. Dia merupakan elf murni yang dengan patuh menerima titah sang dewa apa pun situasinya. Semenjak Dewa Freyr yang entah dari kapan sering bepergian dari Alfheim, Skirnir juga jadi sulit ditemukan. Dia tinggal berpindah-pindah, tetapi banyak yang mengatakan bahwa Skirnir senang sekali tinggal di pegunungan.Greta, Syver, dan Thora berangkat ke salah satu gunung yang lokasinya jauh ke Wilayah Barat, bahkan hampir memasuki Wilayah Utara. Mereka melakukan perjalanan dengan menunggangi naga-naga jinak yang sudah dilatih para half elf penunggang naga.Syver sangat lihai mengendalikan segala jenis hewan termasuk naga, sehingga pria elf itu cepat akrab dengan tunggangan barunya."Memang agak berbeda dari kuda, tapi coba kalian tatap matanya dan beri kepercayaan bahwa kehadiran kalian tidaklah mengancam," saran Syver pada Greta dan Thora yang terlihat ragu untuk menaiki naga masing-masing."Apa tandanya jika dia menolak untuk kutunggangi?" tanya Thora m
Untuk kali ini, pertemuan Niels dengan ayahnya tidak dilakukan di Benteng, tempat biasa ayahnya bertugas. Mereka sengaja memilih bertemu di tempat yang lebih privasi, sangat sepi tetapi sangat Niels senangi, yaitu hutan Wilayah Selatan tempat biasanya dia dan Syver menghabiskan waktu untuk berburu."Ada apa ayah memanggilku ke sini?" Niels turun dari kudanya saat melihat sang ayah sedang duduk di atas batu besar. Terletak di samping sungai yang mengalir deras.Wajah laki-laki itu tampak lelah. Ada sorot ketakutan dan kekhawatiran yang bisa ditangkap oleh Niels, sehingga dia menjadi waswas."Apa terjadi sesuatu?" tanya Niels. Dia tidak bisa merasa tenang saat ayahnya menatap seperti itu. Dan, tidak lama lagi dia pun tahu apa penyebabnya."Sekarang aku tahu apa yang sedang dia direncanakan. Dengarkan Ayah," titah pria elf itu. "Pergilah sejauh mungkin dan jangan tunjukkan keberadaanmu untuk sementara waktu, Niels.""Siapa yang Ayah maksud dengan dia? Dan mengapa aku harus bersembunyi?"
"Benar yang kau lihat malam tadi adalah Niels yang itu?"Jenderal Kogen mengangguk yakin. Matanya tidak mungkin salah saat melihat wujud penyusup di Penjara Besi Pegunungan Morkne. Selain itu, rencananya untuk memancing Greta datang ke penjara pun berhasil dilakukan. Bahkan, sang Jenderal menyaksikan dengan mata kepalanya sendiri bahwa gadis itu telah berkembang dan mengasah kekuatannya seperti yang mereka duga. Lord Ophelix yang telah mendengar laporan sang Jenderal seketika tersenyum senang. Tinggal selangkah lagi impiannya akan tercapai. Purnama akan datang tak lama lagi, dan ketika saat itu tiba dia harus sudah bisa membesakan sang Fenrir dan menguasai kekuatan monster itu."Yang Mulia, kusarankan Anda segera memanggil Kesatria Vilhem. Bukankah Niels akan patuh pada orang tuanya dan datang ke sini? Kalaupun anak pengkhianat itu tidak segera menyerahkan diri, kita masih punya kunci lain untuk menghancurkan hidupnya," saran penasihat berjubah putih yang berdiri di sam
Greta memaparkan secara singkat rencananya pada Niels dan Nyberg. Setelah sebelumnya berkenalan dengan elf perempuan berperangai judes bernama Nyberg, Greta tidak akan terlalu memedulikan segala ucapan sinis yang dilontarkan gadis elf itu.Mereka sepakat menunjuk Ragne untuk bertugas menjaga jalur pelarian. Sementara Greta dan Niels akan masuk menyisiri lorong-lorong penjara untuk membebaskan para tahanan.Greta tidak tahu kemampuan apa yang dimiliki Nyberg, terlebih lagi gadis elf itu tidak terang-terangan menyebutkan kekuatan yang dia punya. Sehingga Greta memutuskan untuk menempatkan Nyberg bersama Ragne."Gadis kecil sepertimu tidak usah mengatur-atur. Aku hanya akan bertindak atas kehendakku sendiri. Kalau tugasku berjaga di luar, itu memang karena aku yang menginginkannya. Camkan itu baik-baik!"Greta hanya mengangguk, dia sudah pusing memikirkan rencana pembebasan rekan-rekannya. Maka gadis itu tidak ingin lebih dipusingkan dengan kelakuan elf berdarah bangsa
Sudah satu hari lamanya dua orang utusan Jorey yang ditugaskan mengabari Niels belum juga kembali. Perasaan khawatir kini merambati hati half elf-kurcaci itu. Dia berjalan-jalan gelisah. Mungkinkah rekannya itu mendapat kesulitan? Atau jangan-jangan prajurit elf yang melakukan penyerangan di pondok waktu itu berhasil menangkap mereka?Semua hal-hal buruk lantas memenuhi otak Jorey. Di sisi lain, Greta menghampiri laki-laki itu untuk mengemukakan ide yang sudah dia susun secara cepat. Meskipun kemungkinannya akan ditolak secepat terpikirkannya pula."Aku ingin segera menyelamatkan teman-temanku. Aku punya ide untuk membebaskan mereka dari penjara," ujar gadis itu dengan penuh keyakinan.Jorey menggelengkan kepala kurang setuju seperti dugaan gadis itu. "Sebaiknya kita tunggu Niels datang ke sini.""Tidak kah kamu pikir selagi menunggu bisa saja banyak rekan-rekan kita yang telah dieksekusi?"Jorey memijat pelipisnya frustrasi. Lelaki separuh elf itu tahu bahwa apa
Greta keluar dari ruangan kerja kamuflase dengan berjalan pelan. Ragne lah yang pertama kali melihat gadis itu setelah selesai dengan si wanita perombak."Cepat sekali, perubahannya juga tidak banyak. Tapi, kuakui kamu terasa memancarkan aura yang lebih cerah dan tetap cantik seperti dirimu," goda Ragne.Seperti yang Ragne katakan, si wanita perombak memang tidak banyak melakukan kamuflase pada tubuh fisiknya. Bahkan, dia hanya membuka sihir yang semula terpasang pada Greta. Hal-hal yang berubah hanya terjadi di telinga gadis itu yang menjadi lebih runcing ke atas, bertubuh lebih ramping dan berkulit lebih terang seperti memancarkan sinar lembut yang menawan."Giliranmu, cepat masuk sana." Greta mendorong tubuh Ragne agar segera masuk ke ruang kerja kamuflase.Sementara itu, seorang lelaki muda menghampiri Greta dan memberitahunya sesuatu."Misty ingin bicara denganmu, mari ikut denganku."Misty adalah nama lelaki penunggang naga yang menyelamatkan merek
Tampaknya, Wilayah Barat juga tidak sama amannya dengan Wilayah kekuasaan Lord Ophelix. Di wilayah ini, rupanya ada makhluk liar yang jauh lebih berbahaya dan mematikan.Rombongan ras campuran itu hanya bisa bertahan untuk sesaat. Posisi mereka kini berada di sebuah padang rumput luas yang jarang ditumbuhi pepohonan. Sementara naga-naga liar itu menyerang dan menyemburkan api dengan acak, Jorey memerintahkan sebagian rekan-rekannya untuk melawan dan sebagian lainnya untuk bergerak mencari perlindungan.Ada sebuah gua yang jaraknya cukup jauh, tetapi masih bisa digapai meski harus berkejaran dengan sosok ganas yang melayang di atas. Greta menggenggam erat perisainya dan melaju mengikuti arahan Jorey. Ragne berada di belakang bersama para pemanah. Dia punya pengamatan yang cukup jeli sebab beberapa kali dapat membantu para pemanah dengan memberi instruksi tembakan pada saat yang tepat hingga mengenai bagian lunak dari tubuh sang naga.Beberapa naga tampak limbung
Sesudah menjaga jarak yang cukup jauh dari kejaran para prajurit elf di perkemahan tadi, mereka beristirahat sambil duduk dan bersandar pada dinding terowongan bawah tanah. Sumber cahayanya hanya berasal dari obor yang menyala. Udara di sana tidak pengap, tetapi tidak pula sesegar di atas. Meski begitu, mereka bersyukur masih bisa hidup pada detik ini.Terowongan tersebut memiliki jalur yang panjang, Jorey mengatakan bahwa jalan ini memiliki banyak belokan untuk mengecoh pengejaran. Rancangan terowongan bawah tanah ini memang sudah lama dibangun, bahkan sebelum kelompok mereka terbentuk, atau bisa dikatakan terowongan ini adalah hasil karya half elf terdahulu yang juga memperjuangkan kesetaraan."Masih untung mereka tidak berani menyusul ke sini," kata Ragne."Tapi mereka mengejar kita dan malah menghancurkan akses jalan di belakang," timpal Greta.Sambil perlahan-lahan memulihkan energi, Jorey berdiri memimpin. Berkeliling untuk menghitung dan memastikan sisa r
Kedatangan Niels ke tempat persembunyian para ras campuran membuatnya terkejut bukan main. Pria elf itu hampir-hampir terkena tremor ketika pemandangan yang dapat dilihat hanyalah bekas pertempuran yang mungkin tidak lama telah berlangsung.Pohon-pohon tampak roboh, pondok kayu porak poranda, panah-panah berserakan, dan tanah retak-retak seperti sudah dihantam oleh kekuatan besar yang membuatnya berguncang."Tidak ada yang mati," kata Syver sambil turun dari kudanya, memeriksa area pertarungan dan berjalan-jalan dengan teliti di sana. "Kurasa mereka disergap dengan brutal. Kalau mereka berniat untuk membantai, seharusnya banyak mayat yang tergeletak di sini.""Menyedihkan. Jadi kelompok ini yang kalian banggakan? Melawan tirani Lord Ophelix katamu? Tak akan cukup hanya dengan kemampuan seperti ini." Seseorang mencibir. Dialah Nyberg, salah satu light elf murni yang berparas anggun tetapi memiliki kata-kata ketus dan terlampau jujur.Sebelum berangkat ke sini, Ni