Share

Bab 5

Perjalanan dari hutan menuju ke rumah Niels memang tidak begitu jauh. Setelah melewati ladang gandum dan palawija, jalanan menjadi landai dan dipenuhi permukiman beratap kerucut berpelitur emas. Rumah-rumah itu milik para light elf wilayah selatan, yang terkenal sebagai elf ramah dan sangat peduli pada alam.

Niels dan Thora tiba di dekat bukit. Kondisi di sana lebih sepi dan mulai menujukkan jalan setapak yang mengarah pada satu tujuan. Di ujung jalan yang menanjak, dapat terlihat sebuah bangunan putih megah berlantai dua dengan atap melengkung berwarna biru pirus yang ujungnya meruncing. Setelah melewati gerbang hitam yang dibukakan oleh seorang penjaga, mereka kemudian menyusuri kebun kecil hingga tiba di atrium penuh bunga wisteria dan memberhentikan kuda di sana.

"Selamat datang kembali, Tuan."

Seorang makhluk berkulit cokelat dengan tubuh pendek setinggi dua kaki muncul menghampiri. Dia adalah peri pembantu rumah tangga yang kerap disebut Brownie. Sapaan itu terdengar ramah dan penuh kehangatan, tetapi Niels tidak bisa berlama-lama sebab ada manusia yang membutuhkan pertolongan sesegera mungkin.

"Bilang pada Ibu kalau aku butuh penawar tingkat tiga dan menunggu di kamar bawah."

Tanpa membantah, Brownie itu lekas menghilang ke balik bangunan.

Niels dan Thora segera masuk ke rumah, mereka melewati koridor luas beratap tinggi yang dipenuhi hiasan dan pintu-pintu kembar. Niels memandu jalan hingga tiba di salah satu kamar dan membaringkan Ragne dengan hati-hati pada sebuah kasur tunggal.

"Bantu aku mengambil air pakai mangkuk itu," titah Niels melirik Thora.

Meski kesal karena disuruh-suruh, Thora tetap bergegas menuju keran dan mengambilkan semangkuk air. Sementara itu Niels kembali memeriksa kondisi Ragne yang kini makin buruk. Suhu tubuhnya dingin, kulitnya menjadi pucat dan warna membiru melingkari pusat tusukan di tengkuknya.

"Hanya air biasa, 'kan?" kata Thora memastikan.

Niels mengangguk dan langsung mencelupkan tangannya untuk mengambil air dan mengoleskannya pada letak suntikan racun. Sambil mengusap, Niels membaca mantra penyembuh untuk menunda penyebaran racun yang mungkin sebenarnya sudah terlambat dia lakukan.

Sebagai seorang pelindung, Niels diajarkan mantra dasar untuk penyembuhan. Akan tetapi matra seperti itu hanya bisa mencegah luka agar tidak makin memburuk, sementara untuk pengobatan dan pemulihan, dibutuhkan seorang healer yang ahli.

Pintu kamar tiba-tiba terbuka, di sana berdiri seorang wanita anggun yang tinggi dan berambut emas kecokelatan seperti Niels. Dia adalah ibunya Niels yang merupakan elf healer. Botol-botol ramuan dan peralatan pendukung tampak berada dalam kotak bawaannya. Wanita itu berjalan mendekat, kemudian duduk di sisi ranjang dan mengamati sosok manusia yang terbaring lemah.

"Kau sudah pastikan dia benar-benar manusia dan bukan ras campuran?"

Wanita itu melirik Niels, dia tidak berbasa-basi untuk menyambut anaknya yang baru saja pulang setelah beberapa minggu tidak di rumah. Niels mengangguk walau sebetulnya belum memastikan hal itu. Mau orang ini manusia atau ras campuran, sejujurnya Niels tidak peduli. Namun, berbeda dengan ibunya yang sangat membenci kaum ras campuran seperti kebanyakan light elf di kebanyakan wilayah Alfheim.

"Akan kuceritakan kejadiannya nanti. Sekarang manusia ini benar-benar butuh pertolongan, Bu. Kondisinya sudah makin memburuk dan kurasa aku tidak bisa mencegah penyebaran racun yang sudah berlangsung lebih dari dua belas jam."

"Selama itu?!" Keterkejutan tampak di wajah ibunya Niels. "Kenapa baru bilang? Menyingkirlah."

Niels dan Thora menjauh dari sisi ranjang, membiarkan ibunya Niels bekerja untuk memberi pengobatan dari racikan ramuan di botol-botol yang dia bawa. Sebuah cawan kecil menjadi wadah pencampur ramuan itu. Warna kehijauan serupa daun menjadi cairan kental yang dapat diambil menggunakan ranting kayu mengkilap. Ibunya Niels mengoleskan ramuan itu hingga membentuk sebuah simbol seperti ranting di area tengkuk Ragne.  Diiringi sebaris mantra yang terucap, simbol itu memunculkan sinar hijau terang yang perlahan-lahan meredup.

Selagi ibunya bekerja, Niels dan Thora hanya terdiam mengamati. Beberapa saat kemudian tubuh Ragne mengejang, urat-urat di tangannya seakan menonjol ingin keluar. Thora tampak cemas melihat kawannya yang kesakitan seperti itu, dia ingin menenangkan Ragne dengan menggapai lengannya, tetapi urung karena ibunya Niels memerintahkan untuk jangan mendekat.

Lama-kelamaan Ragne berhenti memberontak dan tertidur pulas dengan lebih tenang.

"Dia perlu istirahat beberapa jam sebelum benar-benar pulih dan terbangun. Tapi bisa jadi lebih cepat dari itu. Baru kali ini aku melihat seorang manusia yang sangat beruntung karena racunnya tidak melukai organ penting."

Thora merasa sedikit lega mendengar kata-kata ibunya Niels. Dilihatnya bahwa kondisi Ragne memang lebih hidup dan tidak sepucat mayat. Ketika dia menyentuh tangan Ragne, rasanya hangat, serta deru napas yang keluar dari hidungnya terdengar stabil.

"Pastikan kau mengantar mereka kembali ke Midgard sebelum makan malam. Tidak ada jaminan bahwa manusia bisa bertahan hidup lebih lama di Alfheim. Kau dengar, Niels?"

"Tentu, jangan khawatir."

Wajah ketus ibunya berubah menghangat. Wanita itu tersenyum lebih lembut dibanding ketika pertama kali mendapati anaknya datang bersama dua orang manusia. "Ibu senang kau pulang."

Niels tersenyum. "Aku pasti akan pulang, karena ini rumahku. Bagaimana kondisi Ibu?"

Wanita elf itu masih berseri, meski jika diamati lebih dekat, terdapat kantung hitam di bawah matanya yang menandakan bahwa belakangan ini dia tidak menjaga kesehatan dengan baik. "Tidak usah terlalu khawatir. Akhir-akhir ini memang sedang banyak pekerjaan, pembuatan ramuan menjadi makin sulit karena tanaman langka mulai benar-benar punah. Pengembang biak juga kewalahan karena permintaan obat yang makin meningkat. Kurasa ini gara-gara kekacauan yang sulit terkendali."

Niels mencerna keluhan itu sebagai pertanda bahwa Alfheim sedang tidak baik-baik saja. Kondisinya makin mengkhawatirkan sejak beberapa tahun lalu. Dia dan para petinggi menyadari hal tersebut, terlebih saat portal antardunia makin sering muncul di lokasi-lokasi acak yang luput penjagaan.

Keluarga Niels termasuk kasta yang cukup tinggi di wilayah selatan. Ayahnya terkenal sebagai kesatria elf di benteng pertahanan, sementara ibunya mahir dalam pengobatan dan disegani penghuni lain. Sebagai elf yang berasal dari selatan, Niels memiliki kemampuan elemantal seperti ayahnya, dan setiap elf yang lahir di selatan akan memiliki warna mata kehijauan seperti dataran tempat tinggal mereka yang lebih subur dibanding wilayah lain.

Kebanyakan kemampuan para light elf berasal dari pertalian darah yang mereka miliki dari orang tuanya. Sebab itu pula pemimpin Alfheim tidak menginginkan ras suci yang diberkahi kekuatan agung seperti mereka bercampur dengan ras lain yang egois.

"Kita bertemu lagi nanti saat makan malam."

Niels mengangguk dan seketika ibunya pergi meninggalkan kamar. Thora yang dari tadi menyimak tanpa berbicara, kini ingin mengajukan pertanyaan.

"Ada apa dengan ras campuran? Ibumu sepertinya membenci mereka."

"Kebanyakan light elf di sini memang seperti itu. Mereka tahunya ras campuran hanya bisa membuat kerusakan."

"Kau juga mencurigai kami bagian dari ras itu?"

"Aku tidak peduli. Bagiku ras campuran tidak berbeda seperti kami. Nah, kita singkirkan bahasan itu ke bahasan yang lebih penting. Aku perlu tahu mengapa kau dan temanmu ini bisa datang ke Alfheim."

Thora berjalan ke dekat jendela besar yang memantulkan sinar matahari sore, di sana dia duduk di kursi kecil sambil menyandarkan dua pedang yang sedari tadi dia genggam ke dinding. "Jadi dugaanku benar, tempat ini Alfheim ya. Kukira kalian hanya legenda dan dongeng untuk anak kecil."

Niels tidak suka dengan gaya bicara Thora, tetapi dia cukup bisa menahan diri untuk tetap tenang dan menyikapi pria yang tubuhnya lebih kekar dibanding Niels yang ramping dan tinggi.

"Aku belum tahu namamu," kata Niels datar.

"Pentingkah sebuah nama bagimu? Bukankah lebih mudah kalau kau lupakan kami saja setelah mengantar kami pulang?"

"Itu ide bagus, tapi aku harus tetap membuat laporan."

"Kaku sekali. Kau pasti prajurit kelas atas yang terhormat."

"Namaku Niels, aku hanya pelindung di wilayah selatan, tidak lebih. Kalau kau tidak senang bertemu denganku, sejujurnya aku juga demikian karena ini bukan hari kerjaku. Kalian menambah beban saja." Pada akhirnya Niels cukup kelepasan dan tidak bisa untuk tidak menunjukkan ketidaksukaannya terhadap ejekan yang diutarakan Thora.

"Aku tidak tahu bagaimana caranya kami bisa sampai Alfheim, yang kuingat si gegabah ini masuk ke ceruk di tebing dan menarikku pada kegelapan. Tahu-tahu kami berada di hutan aneh itu."

Niels paham akan hal itu, dia duga pasti ada portal yang terbentuk di sana. Namun, siapa yang membuka portal itu?

"Mengapa kalian masuk ke ceruk?"

Geraman terdengar dari Ragne yang terbaring. Laki-laki itu perlahan membuka matanya yang langsung mendapati Thora dan Niels yang balik menatapnya. Dia sempat kagum kala mendapati dirinya berada di sebuah kamar luas, beratap tinggi, dan berpilar putih dengan ornamen biru melengkung.

Niels mengambilkan air minum untuk Ragne.

"Terima kasih," ujar Ragne parau seusai menghabiskan segelas penuh air segar itu.

"Karena kau sudah bangun dan kondisimu mulai membaik, aku akan mengantar kalian pulang sekarang. Kali ini aku akan berbaik hati untuk tidak membuat laporan tentang kalian. Aku percaya kalian orang baik."

Ragne tertegun memandang Niels yang begitu baik memperlakukannya, tidak seperti peri di hutan beberapa waktu lalu yang setiap saat menjahili mereka. Ragne merasa kalau kini tubuhnya lebih segar dibanding semalam.

"Apa yang terjadi padaku?"

"Kau terkena racun, tapi tenang saja karena sudah diberi penawar. Nah, sekarang kalian cepat merapat di dekatku. Aku akan membuka portal ke Midgard dari sini."

Niels berdiri dan merentangkan tangannya agar Thora dan Ragne segera mendekat. Namun, Ragne masih terduduk di kasur dan enggan beranjak. Matanya menerawang ke langit-langit dan pikirannya teringat pada Greta. Dia terdampar di Alfheim bukan tanpa alasan, tujuannya adalah untuk menyelamatkan gadis itu. Kalau saat ini dia kembali ke rumah tanpa Greta, berarti usaha dia akan sia-sia.

"Bisakah kau membantu kami menemukan Greta? Tanpa dia, aku tidak mau pulang."

Niels memandang Ragne penuh penilaian. Sementara laki-laki itu sekarang melirik ke arah Thora yang terdiam mematung.

Ragne yang menyadari bahwa Thora diam saja, kini mulai mengomel. "Kau mau pulang begitu saja tanpa Greta? Bukankah kita ini berteman?"

Laki-laki kekar itu masih terdiam tanpa mau melihat Ragne. Di sisi lain Niels sepertinya tersadar sesuatu.

"Mengapa kalian yakin kalau orang bernama Greta ini juga berada di Alfheim?"

"Aku melihat dia dibawa oleh elf sepertimu. Dia membawanya masuk ke ceruk dan kami mengikutinya. Setelah itu kami terbangun di hutan."

Niels sekarang melihat Thora yang masih terdiam. "Aku sepertinya tahu situasi kalian, dan kurasa kau sudah tahu apa yang terjadi."

Thora dan Niels saling pandang, hingga akhirnya Thora berbicara setelah sekian lama terdiam. "Daritadi kalian berbicara tentang ras campuran. Aku tidak tahu apa yang kalian lakukan pada mereka, tetapi kuduga Greta termasuk ras itu yang artinya tidak ada harapan untuk membawanya kembali." 

Sebelum Thora sadar, tahu-tahu Ragne sudah berdiri di sampingnya dan melayangkan tinju ke wajah laki-laki kekar itu. Hantaman tersebut membuat Thora meringis ngeri dan bergerak ke samping. Matanya nyalang marah dan tidak terima. "Apa-apaan sih?"

"Kau! Kau yang apa-apaan? Kita masih punya harapan untuk mencari Greta!"

Ragne hendak melayangkan tinjunya lagi ke wajah Thora, tetapi gerakan itu tertahan oleh sesuatu yang tak kasat mata di antara mereka. Sebuah tameng angin terbentuk di sana, dan semua itu adalah usaha Niels untuk melerai dua manusia yang diliputi amarah.

"Pria ini benar. Kurasa teman kalian itu memang ras campuran. Tidak mungkin para light elf pergi ke dunia manusia untuk mengambil salah satunya tanpa suatu alasan. Kalau kalian menginginkan dia kembali, kalian harus bergegas. Sebab setiap ras campuran punya waktu eksekusinya masing-masing."

Thora dan Ragne saling pandang dalam kengerian.

"E-eksekusi? Mengapa?" tanya Ragne tergeragap.

Niels mendekat dan berbisik. "Ketahuilah, para light elf sebenarnya takut pada ras campuran."[]

To be continue ...

Related chapters

Latest chapter

DMCA.com Protection Status