Perjalanan dari hutan menuju ke rumah Niels memang tidak begitu jauh. Setelah melewati ladang gandum dan palawija, jalanan menjadi landai dan dipenuhi permukiman beratap kerucut berpelitur emas. Rumah-rumah itu milik para light elf wilayah selatan, yang terkenal sebagai elf ramah dan sangat peduli pada alam.
Niels dan Thora tiba di dekat bukit. Kondisi di sana lebih sepi dan mulai menujukkan jalan setapak yang mengarah pada satu tujuan. Di ujung jalan yang menanjak, dapat terlihat sebuah bangunan putih megah berlantai dua dengan atap melengkung berwarna biru pirus yang ujungnya meruncing. Setelah melewati gerbang hitam yang dibukakan oleh seorang penjaga, mereka kemudian menyusuri kebun kecil hingga tiba di atrium penuh bunga wisteria dan memberhentikan kuda di sana.
"Selamat datang kembali, Tuan."
Seorang makhluk berkulit cokelat dengan tubuh pendek setinggi dua kaki muncul menghampiri. Dia adalah peri pembantu rumah tangga yang kerap disebut Brownie. Sapaan itu terdengar ramah dan penuh kehangatan, tetapi Niels tidak bisa berlama-lama sebab ada manusia yang membutuhkan pertolongan sesegera mungkin.
"Bilang pada Ibu kalau aku butuh penawar tingkat tiga dan menunggu di kamar bawah."
Tanpa membantah, Brownie itu lekas menghilang ke balik bangunan.
Niels dan Thora segera masuk ke rumah, mereka melewati koridor luas beratap tinggi yang dipenuhi hiasan dan pintu-pintu kembar. Niels memandu jalan hingga tiba di salah satu kamar dan membaringkan Ragne dengan hati-hati pada sebuah kasur tunggal.
"Bantu aku mengambil air pakai mangkuk itu," titah Niels melirik Thora.
Meski kesal karena disuruh-suruh, Thora tetap bergegas menuju keran dan mengambilkan semangkuk air. Sementara itu Niels kembali memeriksa kondisi Ragne yang kini makin buruk. Suhu tubuhnya dingin, kulitnya menjadi pucat dan warna membiru melingkari pusat tusukan di tengkuknya.
"Hanya air biasa, 'kan?" kata Thora memastikan.
Niels mengangguk dan langsung mencelupkan tangannya untuk mengambil air dan mengoleskannya pada letak suntikan racun. Sambil mengusap, Niels membaca mantra penyembuh untuk menunda penyebaran racun yang mungkin sebenarnya sudah terlambat dia lakukan.
Sebagai seorang pelindung, Niels diajarkan mantra dasar untuk penyembuhan. Akan tetapi matra seperti itu hanya bisa mencegah luka agar tidak makin memburuk, sementara untuk pengobatan dan pemulihan, dibutuhkan seorang healer yang ahli.
Pintu kamar tiba-tiba terbuka, di sana berdiri seorang wanita anggun yang tinggi dan berambut emas kecokelatan seperti Niels. Dia adalah ibunya Niels yang merupakan elf healer. Botol-botol ramuan dan peralatan pendukung tampak berada dalam kotak bawaannya. Wanita itu berjalan mendekat, kemudian duduk di sisi ranjang dan mengamati sosok manusia yang terbaring lemah.
"Kau sudah pastikan dia benar-benar manusia dan bukan ras campuran?"
Wanita itu melirik Niels, dia tidak berbasa-basi untuk menyambut anaknya yang baru saja pulang setelah beberapa minggu tidak di rumah. Niels mengangguk walau sebetulnya belum memastikan hal itu. Mau orang ini manusia atau ras campuran, sejujurnya Niels tidak peduli. Namun, berbeda dengan ibunya yang sangat membenci kaum ras campuran seperti kebanyakan light elf di kebanyakan wilayah Alfheim.
"Akan kuceritakan kejadiannya nanti. Sekarang manusia ini benar-benar butuh pertolongan, Bu. Kondisinya sudah makin memburuk dan kurasa aku tidak bisa mencegah penyebaran racun yang sudah berlangsung lebih dari dua belas jam."
"Selama itu?!" Keterkejutan tampak di wajah ibunya Niels. "Kenapa baru bilang? Menyingkirlah."
Niels dan Thora menjauh dari sisi ranjang, membiarkan ibunya Niels bekerja untuk memberi pengobatan dari racikan ramuan di botol-botol yang dia bawa. Sebuah cawan kecil menjadi wadah pencampur ramuan itu. Warna kehijauan serupa daun menjadi cairan kental yang dapat diambil menggunakan ranting kayu mengkilap. Ibunya Niels mengoleskan ramuan itu hingga membentuk sebuah simbol seperti ranting di area tengkuk Ragne. Diiringi sebaris mantra yang terucap, simbol itu memunculkan sinar hijau terang yang perlahan-lahan meredup.
Selagi ibunya bekerja, Niels dan Thora hanya terdiam mengamati. Beberapa saat kemudian tubuh Ragne mengejang, urat-urat di tangannya seakan menonjol ingin keluar. Thora tampak cemas melihat kawannya yang kesakitan seperti itu, dia ingin menenangkan Ragne dengan menggapai lengannya, tetapi urung karena ibunya Niels memerintahkan untuk jangan mendekat.
Lama-kelamaan Ragne berhenti memberontak dan tertidur pulas dengan lebih tenang.
"Dia perlu istirahat beberapa jam sebelum benar-benar pulih dan terbangun. Tapi bisa jadi lebih cepat dari itu. Baru kali ini aku melihat seorang manusia yang sangat beruntung karena racunnya tidak melukai organ penting."
Thora merasa sedikit lega mendengar kata-kata ibunya Niels. Dilihatnya bahwa kondisi Ragne memang lebih hidup dan tidak sepucat mayat. Ketika dia menyentuh tangan Ragne, rasanya hangat, serta deru napas yang keluar dari hidungnya terdengar stabil.
"Pastikan kau mengantar mereka kembali ke Midgard sebelum makan malam. Tidak ada jaminan bahwa manusia bisa bertahan hidup lebih lama di Alfheim. Kau dengar, Niels?"
"Tentu, jangan khawatir."
Wajah ketus ibunya berubah menghangat. Wanita itu tersenyum lebih lembut dibanding ketika pertama kali mendapati anaknya datang bersama dua orang manusia. "Ibu senang kau pulang."
Niels tersenyum. "Aku pasti akan pulang, karena ini rumahku. Bagaimana kondisi Ibu?"
Wanita elf itu masih berseri, meski jika diamati lebih dekat, terdapat kantung hitam di bawah matanya yang menandakan bahwa belakangan ini dia tidak menjaga kesehatan dengan baik. "Tidak usah terlalu khawatir. Akhir-akhir ini memang sedang banyak pekerjaan, pembuatan ramuan menjadi makin sulit karena tanaman langka mulai benar-benar punah. Pengembang biak juga kewalahan karena permintaan obat yang makin meningkat. Kurasa ini gara-gara kekacauan yang sulit terkendali."
Niels mencerna keluhan itu sebagai pertanda bahwa Alfheim sedang tidak baik-baik saja. Kondisinya makin mengkhawatirkan sejak beberapa tahun lalu. Dia dan para petinggi menyadari hal tersebut, terlebih saat portal antardunia makin sering muncul di lokasi-lokasi acak yang luput penjagaan.
Keluarga Niels termasuk kasta yang cukup tinggi di wilayah selatan. Ayahnya terkenal sebagai kesatria elf di benteng pertahanan, sementara ibunya mahir dalam pengobatan dan disegani penghuni lain. Sebagai elf yang berasal dari selatan, Niels memiliki kemampuan elemantal seperti ayahnya, dan setiap elf yang lahir di selatan akan memiliki warna mata kehijauan seperti dataran tempat tinggal mereka yang lebih subur dibanding wilayah lain.
Kebanyakan kemampuan para light elf berasal dari pertalian darah yang mereka miliki dari orang tuanya. Sebab itu pula pemimpin Alfheim tidak menginginkan ras suci yang diberkahi kekuatan agung seperti mereka bercampur dengan ras lain yang egois.
"Kita bertemu lagi nanti saat makan malam."
Niels mengangguk dan seketika ibunya pergi meninggalkan kamar. Thora yang dari tadi menyimak tanpa berbicara, kini ingin mengajukan pertanyaan.
"Ada apa dengan ras campuran? Ibumu sepertinya membenci mereka."
"Kebanyakan light elf di sini memang seperti itu. Mereka tahunya ras campuran hanya bisa membuat kerusakan."
"Kau juga mencurigai kami bagian dari ras itu?"
"Aku tidak peduli. Bagiku ras campuran tidak berbeda seperti kami. Nah, kita singkirkan bahasan itu ke bahasan yang lebih penting. Aku perlu tahu mengapa kau dan temanmu ini bisa datang ke Alfheim."
Thora berjalan ke dekat jendela besar yang memantulkan sinar matahari sore, di sana dia duduk di kursi kecil sambil menyandarkan dua pedang yang sedari tadi dia genggam ke dinding. "Jadi dugaanku benar, tempat ini Alfheim ya. Kukira kalian hanya legenda dan dongeng untuk anak kecil."
Niels tidak suka dengan gaya bicara Thora, tetapi dia cukup bisa menahan diri untuk tetap tenang dan menyikapi pria yang tubuhnya lebih kekar dibanding Niels yang ramping dan tinggi.
"Aku belum tahu namamu," kata Niels datar.
"Pentingkah sebuah nama bagimu? Bukankah lebih mudah kalau kau lupakan kami saja setelah mengantar kami pulang?"
"Itu ide bagus, tapi aku harus tetap membuat laporan."
"Kaku sekali. Kau pasti prajurit kelas atas yang terhormat."
"Namaku Niels, aku hanya pelindung di wilayah selatan, tidak lebih. Kalau kau tidak senang bertemu denganku, sejujurnya aku juga demikian karena ini bukan hari kerjaku. Kalian menambah beban saja." Pada akhirnya Niels cukup kelepasan dan tidak bisa untuk tidak menunjukkan ketidaksukaannya terhadap ejekan yang diutarakan Thora.
"Aku tidak tahu bagaimana caranya kami bisa sampai Alfheim, yang kuingat si gegabah ini masuk ke ceruk di tebing dan menarikku pada kegelapan. Tahu-tahu kami berada di hutan aneh itu."
Niels paham akan hal itu, dia duga pasti ada portal yang terbentuk di sana. Namun, siapa yang membuka portal itu?
"Mengapa kalian masuk ke ceruk?"
Geraman terdengar dari Ragne yang terbaring. Laki-laki itu perlahan membuka matanya yang langsung mendapati Thora dan Niels yang balik menatapnya. Dia sempat kagum kala mendapati dirinya berada di sebuah kamar luas, beratap tinggi, dan berpilar putih dengan ornamen biru melengkung.
Niels mengambilkan air minum untuk Ragne.
"Terima kasih," ujar Ragne parau seusai menghabiskan segelas penuh air segar itu.
"Karena kau sudah bangun dan kondisimu mulai membaik, aku akan mengantar kalian pulang sekarang. Kali ini aku akan berbaik hati untuk tidak membuat laporan tentang kalian. Aku percaya kalian orang baik."
Ragne tertegun memandang Niels yang begitu baik memperlakukannya, tidak seperti peri di hutan beberapa waktu lalu yang setiap saat menjahili mereka. Ragne merasa kalau kini tubuhnya lebih segar dibanding semalam.
"Apa yang terjadi padaku?"
"Kau terkena racun, tapi tenang saja karena sudah diberi penawar. Nah, sekarang kalian cepat merapat di dekatku. Aku akan membuka portal ke Midgard dari sini."
Niels berdiri dan merentangkan tangannya agar Thora dan Ragne segera mendekat. Namun, Ragne masih terduduk di kasur dan enggan beranjak. Matanya menerawang ke langit-langit dan pikirannya teringat pada Greta. Dia terdampar di Alfheim bukan tanpa alasan, tujuannya adalah untuk menyelamatkan gadis itu. Kalau saat ini dia kembali ke rumah tanpa Greta, berarti usaha dia akan sia-sia.
"Bisakah kau membantu kami menemukan Greta? Tanpa dia, aku tidak mau pulang."
Niels memandang Ragne penuh penilaian. Sementara laki-laki itu sekarang melirik ke arah Thora yang terdiam mematung.
Ragne yang menyadari bahwa Thora diam saja, kini mulai mengomel. "Kau mau pulang begitu saja tanpa Greta? Bukankah kita ini berteman?"
Laki-laki kekar itu masih terdiam tanpa mau melihat Ragne. Di sisi lain Niels sepertinya tersadar sesuatu.
"Mengapa kalian yakin kalau orang bernama Greta ini juga berada di Alfheim?"
"Aku melihat dia dibawa oleh elf sepertimu. Dia membawanya masuk ke ceruk dan kami mengikutinya. Setelah itu kami terbangun di hutan."
Niels sekarang melihat Thora yang masih terdiam. "Aku sepertinya tahu situasi kalian, dan kurasa kau sudah tahu apa yang terjadi."
Thora dan Niels saling pandang, hingga akhirnya Thora berbicara setelah sekian lama terdiam. "Daritadi kalian berbicara tentang ras campuran. Aku tidak tahu apa yang kalian lakukan pada mereka, tetapi kuduga Greta termasuk ras itu yang artinya tidak ada harapan untuk membawanya kembali."
Sebelum Thora sadar, tahu-tahu Ragne sudah berdiri di sampingnya dan melayangkan tinju ke wajah laki-laki kekar itu. Hantaman tersebut membuat Thora meringis ngeri dan bergerak ke samping. Matanya nyalang marah dan tidak terima. "Apa-apaan sih?"
"Kau! Kau yang apa-apaan? Kita masih punya harapan untuk mencari Greta!"
Ragne hendak melayangkan tinjunya lagi ke wajah Thora, tetapi gerakan itu tertahan oleh sesuatu yang tak kasat mata di antara mereka. Sebuah tameng angin terbentuk di sana, dan semua itu adalah usaha Niels untuk melerai dua manusia yang diliputi amarah.
"Pria ini benar. Kurasa teman kalian itu memang ras campuran. Tidak mungkin para light elf pergi ke dunia manusia untuk mengambil salah satunya tanpa suatu alasan. Kalau kalian menginginkan dia kembali, kalian harus bergegas. Sebab setiap ras campuran punya waktu eksekusinya masing-masing."
Thora dan Ragne saling pandang dalam kengerian.
"E-eksekusi? Mengapa?" tanya Ragne tergeragap.
Niels mendekat dan berbisik. "Ketahuilah, para light elf sebenarnya takut pada ras campuran."[]
To be continue ...
Penjara besi terletak di Pegunungan Morkne yang menjadi pembatas antara wilayah selatan, sentral, dan sebagian wilayah barat. Kawasan itu tidak dihuni para light elf, sebab kondisi cuacanya tidak cocok untuk menjadi tempat tinggal dan terdapat makhluk-makhluk unik yang sengaja dijaga keasliannya. Selain itu, kegelapan akibat hutan yang rapat, kabut tebal, dan tebing-tebing terjal menjadi rintangan yang sulit ditakluki. Kondisi seperti itu pada akhirnya dijadikan tempat yang cocok untuk mengurung para tawanan, termasuk ras campuran yang baru saja ditangkap sebelum dialihkan ke Kamp yang lokasinya amat terpencil. Dalam salah satu petak penjara, Greta diberi makan sehari sekali di waktu pagi. Sang penjaga penjara akan membawakan semangkuk penuh makanan berupa bubur encer yang tampak menjijikan. Warnanya abu-abu, ada beberapa iris daging yang setelah dimakan ternyata rasanya seburuk rupanya. Bila mulanya penjaga pe
Aroma teh yang diseduh dengan air panas menguar ke sepenjuru kedai. Di salah satu sudut dekat jendela, seorang pemudalight elfberjubah biru tua duduk berhadapan dengan dua manusia yang masing-masing dari mereka menyarungkan pedang di pinggang.Niels tidak menyangka jika keputusannya kali ini ternyata akan senekat dan semendadak di hari liburnya. Biasanya dia akan memanfaatkan jatah liburan tersebut untuk langsung pergi ke persembunyian ras campuran yang dia dan temannya bangun beberapa tahun lalu. Bisa dikatakan Niels adalah sebagianlight elfmurni yang menolak kebijakan Lord Ophelix untuk membinasakan para ras campuran, sehingga idealismenya tersebut membuat dia diam-diam melakukan perlawanan. Kali ini pun, dia akhirnya berani mengambil keputusan untuk membantu kedua manusia yang sedang mencari seorang ras campuran.Setelah melewati hampir seharian perjalanan berkuda, mereka kini berada di sebuah permukiman yang didominasi oleh
Sesampainya di tempat persembunyian para ras campuran, Greta diberi pengobatan oleh seorang keturunan penyembuh. Selama semalam dia beristirahat, hingga esok harinya kondisi gadis itu menjadi lebih sehat dan bugar. Kakinya yang semula sempat pincang, kini sudah bisa digunakan untuk berlari dengan gesit.Di perkemahan itu, terdapat beragam ras campuran yang berasal dari berbagai makhluk. Adalight elf-raksasa,light elf-kurcaci,light elf-pixie,light elf-manusia,light elf-brownie,dan lain-lain. Mereka saling bekerja sama untuk membuat pondok-pondok kayu sebagai tempat perlindungan dan mengerjakan pekerjaan lain untuk menunjang keseharian. Setiap individu di sana pun memiliki peran yang disesuaikan dengan kekuatan yang mereka miliki.Niels belum bicara lagi dengan Ragne, Thora, maupun Greta. Dia disibukkan dengan rekan kepercayaannya—Syver dan para penanggung jawab
"Kuberi nama dia Greta, yang berarti mutiara. Kilau matanya sungguh indah, secemerlang mutiara di laut yang tersembunyi malu. Dia anak manis yang memberi keberkahan bagi kami. Raganya begitu suci, terlahir dengan kehangatan yang membawa kedamaian untuk kedua orang tuanya. Mungkin hal ini akan menjadi keputusan terberatku, merelakan dia untuk tinggal bersama kalian, orang-orang baik. Kuharap kalian dapat membesarkannya dengan penuh kasih sayang yang tidak bisa kuberikan secara langsung padanya.Bisa jadi ketika dia mengetahui rahasia ini, perasaannya akan terguncang dan butuh adaptasi yang tidak sebentar untuk menerima takdir yang telah digariskan. Aku sebetulnya sudah rela jikalau kalian memilih untuk merahasiakan hal ini selamanya, bahwa Greta sesungguhnya keturunan ras campuran yang sulit menemukan tempat aman.Sebelumnya aku sudah meninggalkan benda berharga yang bisa kalian ambil, dan
Dinginnya air tidak sebanding dengan dinginnya kulit Siren yang kasar. Monster itu terus menarik tubuh Ragne yang mulai kaku dan tegang. Laki-laki itu hampir kehabisan napas sebab semakin menjauh dari permukaan. Belum lagi luka di kakinya yang terasa perih karena tertancap kuku Siren yang runcing. Semakin lama, kepala Ragne terasa berdenyut-denyut dan membuatnya pening. Pasokan oksigen makin menipis dan membuat wajahnya kian membiru. Dia mencoba meronta, melawan sekuat tenaga tetapi medan pertarungannya kali ini sungguh tidak menguntungkan. Jangankan melawan di dalam air seperti sekarang, bertarung di darat pun Ragne masih sering kesusahan dan mendapat julukan payah. Ingatan itu seketika kembali menggerayangi benaknya. Jika dipikir-pikir, Ragne hanyalah orang beruntung. Lagaknya memang tampak seperti pahlawan, bertarung di berbagai medan pertempuran dan selalu bisa kembali dengan selamat. Meski begitu, semua prajurit yang pernah berada dalam satu med
“Ceritakan!” desak Greta. Sorot mata gadis itu berkobar penuh keingintahuan. “Ceritakan semua yang Anda tahu tentang ayahku.”Servas terdiam, rasanya dia tidak ingin menceritakan kejadian mengerikan itu. Tapi, Greta berhak tahu. Meski begitu, dia pikir bisa jadi Greta bukanlah anak dari Fridger Ralf. Bisa saja simbol snowflake melingkar dalam surat itu tidak sengaja ditemukan oleh kedua orang tua Greta yang tidak ada hubungannya sama sekali dengan Fridger Ralf. Tetapi ... mata gadis itu seakan menyangkal kemungkinan yang Servas pikirkan.Namun, pada akhirnya Servas memilih bungkam, apalagi saat itu terdengar intrupsi dari pemimpin pondok yang mengatakan bahwa mereka harus segera tidur untuk melakukan pekerjaan esok hari.***“Fridger Ralf bisa jadi bukan ayahmu. Inisial F.R dalam surat itu mungkin memiliki arti nama yang lain. Besok coba kita cari tahu lagi ya,” bujuk Ragne berusaha menenangkan Greta. Saat itu
Benteng berbatu yang terletak di perbatasan wilayah sentral Alfheim berdiri kokoh seakan tidak bisa ditembus. Megahnya bangunan itu membuat siapa pun yang berniat untuk menyerang akan berpikir dua kali untuk melakukannya. Niels tiba di sana setelah selesai bertugas dari markas para pelindung dan bermaksud menjalankan salah satu rencananya yang sudah disusun jauh-jauh hari. "Bagaimana harimu, Nak?" seorang elf berambut pirang menyapanya dengan ramah. Dia adalah salah satu penjaga benteng yang cukup mengenal Niels dari kecil. Pria elf itu merupakan salah satu rekan ayahnya yang juga bertugas di benteng tersebut. "Tidak terlalu buruk. Aku mau bertemu ayah, dia ada di dalam?" kata Niels. "Dia baru saja pulang patroli. Ada beberapa anak baru yang perlu diberi amanat untuk tugas pertama di sini. Mari kuantar," sahut sang elf. "Terima kasih, tapi tidak usah repot-repot. Aku sudah tahu di mana ruangan ayahku."Elf pirang itu terkekeh, dia merasa bahwa sosok lelaki di hadapannya cukup beru
“Aku tahu itu memang tampak mengejutkan, tapi cepat tutup mulut mengangamu sebelum dimasuki lalat!” Ragne memberi tepuk tangan antusias setelah menyaksikan demonstrasi sederhana yang dilakukan Greta atas kemampuan barunya. Gadis itu menunjukkan bagaimana caranya mengubah suatu logam menjadi sebuah benda padat yang berbeda-beda, mulai dari kunci logam, mangkuk, dan terakhir dan yang paling melelahkan adalah membentuk sebuah pisau serupa belati.“Aku lelah, sebaiknya kita istirahat dulu,” kata Greta yang langsung menyandarkan tubuhnya ke sebuah batu besar.Di perkemahan itu semua orang memang tampak sibuk. Mereka silih berganti untuk berlatih fisik maupun kemampuan sihir yang bermacam-macam. Di samping itu, tim persiapan senjata juga tidak kalah heboh, mereka bekerja keras untuk membuat alat-alat perlawanan yang telah dialiri sihir. Sebagian besar tim pembuat senjata itu memiliki darah kurcaci, tetapi rupa fisik mereka lebih tinggi dari kurcaci asli karena telah
Skirnir adalah pelayan pribadi Dewa Freyr. Dia merupakan elf murni yang dengan patuh menerima titah sang dewa apa pun situasinya. Semenjak Dewa Freyr yang entah dari kapan sering bepergian dari Alfheim, Skirnir juga jadi sulit ditemukan. Dia tinggal berpindah-pindah, tetapi banyak yang mengatakan bahwa Skirnir senang sekali tinggal di pegunungan.Greta, Syver, dan Thora berangkat ke salah satu gunung yang lokasinya jauh ke Wilayah Barat, bahkan hampir memasuki Wilayah Utara. Mereka melakukan perjalanan dengan menunggangi naga-naga jinak yang sudah dilatih para half elf penunggang naga.Syver sangat lihai mengendalikan segala jenis hewan termasuk naga, sehingga pria elf itu cepat akrab dengan tunggangan barunya."Memang agak berbeda dari kuda, tapi coba kalian tatap matanya dan beri kepercayaan bahwa kehadiran kalian tidaklah mengancam," saran Syver pada Greta dan Thora yang terlihat ragu untuk menaiki naga masing-masing."Apa tandanya jika dia menolak untuk kutunggangi?" tanya Thora m
Untuk kali ini, pertemuan Niels dengan ayahnya tidak dilakukan di Benteng, tempat biasa ayahnya bertugas. Mereka sengaja memilih bertemu di tempat yang lebih privasi, sangat sepi tetapi sangat Niels senangi, yaitu hutan Wilayah Selatan tempat biasanya dia dan Syver menghabiskan waktu untuk berburu."Ada apa ayah memanggilku ke sini?" Niels turun dari kudanya saat melihat sang ayah sedang duduk di atas batu besar. Terletak di samping sungai yang mengalir deras.Wajah laki-laki itu tampak lelah. Ada sorot ketakutan dan kekhawatiran yang bisa ditangkap oleh Niels, sehingga dia menjadi waswas."Apa terjadi sesuatu?" tanya Niels. Dia tidak bisa merasa tenang saat ayahnya menatap seperti itu. Dan, tidak lama lagi dia pun tahu apa penyebabnya."Sekarang aku tahu apa yang sedang dia direncanakan. Dengarkan Ayah," titah pria elf itu. "Pergilah sejauh mungkin dan jangan tunjukkan keberadaanmu untuk sementara waktu, Niels.""Siapa yang Ayah maksud dengan dia? Dan mengapa aku harus bersembunyi?"
"Benar yang kau lihat malam tadi adalah Niels yang itu?"Jenderal Kogen mengangguk yakin. Matanya tidak mungkin salah saat melihat wujud penyusup di Penjara Besi Pegunungan Morkne. Selain itu, rencananya untuk memancing Greta datang ke penjara pun berhasil dilakukan. Bahkan, sang Jenderal menyaksikan dengan mata kepalanya sendiri bahwa gadis itu telah berkembang dan mengasah kekuatannya seperti yang mereka duga. Lord Ophelix yang telah mendengar laporan sang Jenderal seketika tersenyum senang. Tinggal selangkah lagi impiannya akan tercapai. Purnama akan datang tak lama lagi, dan ketika saat itu tiba dia harus sudah bisa membesakan sang Fenrir dan menguasai kekuatan monster itu."Yang Mulia, kusarankan Anda segera memanggil Kesatria Vilhem. Bukankah Niels akan patuh pada orang tuanya dan datang ke sini? Kalaupun anak pengkhianat itu tidak segera menyerahkan diri, kita masih punya kunci lain untuk menghancurkan hidupnya," saran penasihat berjubah putih yang berdiri di sam
Greta memaparkan secara singkat rencananya pada Niels dan Nyberg. Setelah sebelumnya berkenalan dengan elf perempuan berperangai judes bernama Nyberg, Greta tidak akan terlalu memedulikan segala ucapan sinis yang dilontarkan gadis elf itu.Mereka sepakat menunjuk Ragne untuk bertugas menjaga jalur pelarian. Sementara Greta dan Niels akan masuk menyisiri lorong-lorong penjara untuk membebaskan para tahanan.Greta tidak tahu kemampuan apa yang dimiliki Nyberg, terlebih lagi gadis elf itu tidak terang-terangan menyebutkan kekuatan yang dia punya. Sehingga Greta memutuskan untuk menempatkan Nyberg bersama Ragne."Gadis kecil sepertimu tidak usah mengatur-atur. Aku hanya akan bertindak atas kehendakku sendiri. Kalau tugasku berjaga di luar, itu memang karena aku yang menginginkannya. Camkan itu baik-baik!"Greta hanya mengangguk, dia sudah pusing memikirkan rencana pembebasan rekan-rekannya. Maka gadis itu tidak ingin lebih dipusingkan dengan kelakuan elf berdarah bangsa
Sudah satu hari lamanya dua orang utusan Jorey yang ditugaskan mengabari Niels belum juga kembali. Perasaan khawatir kini merambati hati half elf-kurcaci itu. Dia berjalan-jalan gelisah. Mungkinkah rekannya itu mendapat kesulitan? Atau jangan-jangan prajurit elf yang melakukan penyerangan di pondok waktu itu berhasil menangkap mereka?Semua hal-hal buruk lantas memenuhi otak Jorey. Di sisi lain, Greta menghampiri laki-laki itu untuk mengemukakan ide yang sudah dia susun secara cepat. Meskipun kemungkinannya akan ditolak secepat terpikirkannya pula."Aku ingin segera menyelamatkan teman-temanku. Aku punya ide untuk membebaskan mereka dari penjara," ujar gadis itu dengan penuh keyakinan.Jorey menggelengkan kepala kurang setuju seperti dugaan gadis itu. "Sebaiknya kita tunggu Niels datang ke sini.""Tidak kah kamu pikir selagi menunggu bisa saja banyak rekan-rekan kita yang telah dieksekusi?"Jorey memijat pelipisnya frustrasi. Lelaki separuh elf itu tahu bahwa apa
Greta keluar dari ruangan kerja kamuflase dengan berjalan pelan. Ragne lah yang pertama kali melihat gadis itu setelah selesai dengan si wanita perombak."Cepat sekali, perubahannya juga tidak banyak. Tapi, kuakui kamu terasa memancarkan aura yang lebih cerah dan tetap cantik seperti dirimu," goda Ragne.Seperti yang Ragne katakan, si wanita perombak memang tidak banyak melakukan kamuflase pada tubuh fisiknya. Bahkan, dia hanya membuka sihir yang semula terpasang pada Greta. Hal-hal yang berubah hanya terjadi di telinga gadis itu yang menjadi lebih runcing ke atas, bertubuh lebih ramping dan berkulit lebih terang seperti memancarkan sinar lembut yang menawan."Giliranmu, cepat masuk sana." Greta mendorong tubuh Ragne agar segera masuk ke ruang kerja kamuflase.Sementara itu, seorang lelaki muda menghampiri Greta dan memberitahunya sesuatu."Misty ingin bicara denganmu, mari ikut denganku."Misty adalah nama lelaki penunggang naga yang menyelamatkan merek
Tampaknya, Wilayah Barat juga tidak sama amannya dengan Wilayah kekuasaan Lord Ophelix. Di wilayah ini, rupanya ada makhluk liar yang jauh lebih berbahaya dan mematikan.Rombongan ras campuran itu hanya bisa bertahan untuk sesaat. Posisi mereka kini berada di sebuah padang rumput luas yang jarang ditumbuhi pepohonan. Sementara naga-naga liar itu menyerang dan menyemburkan api dengan acak, Jorey memerintahkan sebagian rekan-rekannya untuk melawan dan sebagian lainnya untuk bergerak mencari perlindungan.Ada sebuah gua yang jaraknya cukup jauh, tetapi masih bisa digapai meski harus berkejaran dengan sosok ganas yang melayang di atas. Greta menggenggam erat perisainya dan melaju mengikuti arahan Jorey. Ragne berada di belakang bersama para pemanah. Dia punya pengamatan yang cukup jeli sebab beberapa kali dapat membantu para pemanah dengan memberi instruksi tembakan pada saat yang tepat hingga mengenai bagian lunak dari tubuh sang naga.Beberapa naga tampak limbung
Sesudah menjaga jarak yang cukup jauh dari kejaran para prajurit elf di perkemahan tadi, mereka beristirahat sambil duduk dan bersandar pada dinding terowongan bawah tanah. Sumber cahayanya hanya berasal dari obor yang menyala. Udara di sana tidak pengap, tetapi tidak pula sesegar di atas. Meski begitu, mereka bersyukur masih bisa hidup pada detik ini.Terowongan tersebut memiliki jalur yang panjang, Jorey mengatakan bahwa jalan ini memiliki banyak belokan untuk mengecoh pengejaran. Rancangan terowongan bawah tanah ini memang sudah lama dibangun, bahkan sebelum kelompok mereka terbentuk, atau bisa dikatakan terowongan ini adalah hasil karya half elf terdahulu yang juga memperjuangkan kesetaraan."Masih untung mereka tidak berani menyusul ke sini," kata Ragne."Tapi mereka mengejar kita dan malah menghancurkan akses jalan di belakang," timpal Greta.Sambil perlahan-lahan memulihkan energi, Jorey berdiri memimpin. Berkeliling untuk menghitung dan memastikan sisa r
Kedatangan Niels ke tempat persembunyian para ras campuran membuatnya terkejut bukan main. Pria elf itu hampir-hampir terkena tremor ketika pemandangan yang dapat dilihat hanyalah bekas pertempuran yang mungkin tidak lama telah berlangsung.Pohon-pohon tampak roboh, pondok kayu porak poranda, panah-panah berserakan, dan tanah retak-retak seperti sudah dihantam oleh kekuatan besar yang membuatnya berguncang."Tidak ada yang mati," kata Syver sambil turun dari kudanya, memeriksa area pertarungan dan berjalan-jalan dengan teliti di sana. "Kurasa mereka disergap dengan brutal. Kalau mereka berniat untuk membantai, seharusnya banyak mayat yang tergeletak di sini.""Menyedihkan. Jadi kelompok ini yang kalian banggakan? Melawan tirani Lord Ophelix katamu? Tak akan cukup hanya dengan kemampuan seperti ini." Seseorang mencibir. Dialah Nyberg, salah satu light elf murni yang berparas anggun tetapi memiliki kata-kata ketus dan terlampau jujur.Sebelum berangkat ke sini, Ni