Langkah Zhen semakin mantap ketika ia memasuki wilayah inti dari klan Wu Yun. Meskipun jalur yang dilalui tampak tidak terlalu berbeda dengan sebelumnya, namun atmosfer di sini terasa lebih berat. Setiap langkah yang ia ambil seakan dipenuhi dengan tekanan yang luar biasa, seperti ada mata yang mengawasi dari balik bayang-bayang. Zhen menyadari bahwa ia tidak lagi berada di wilayah yang biasa. Wilayah ini dihuni oleh para petarung yang sangat kuat dan memiliki sejarah panjang dengan kekuatan yang melampaui banyak klan di sekitarnya. Zhen merasakan sebuah gelombang energi yang tajam, menandakan bahwa ia semakin dekat dengan pusat kekuatan klan Wu Yun. Namun, ia tahu bahwa sebelum ia bisa melanjutkan lebih jauh, ia harus menghadapi lebih banyak rintangan. Setiap sudut dan celah wilayah ini menyimpan banyak rahasia, termasuk banyaknya penghalang yang akan berusaha menahan langkahnya. Saat memasuki kota besar yang dikelilingi oleh tembok besar, Zhen merasakan keberadaan beberapa individ
Zhen diiringi oleh dua pengawas itu, memasuki area yang lebih tersembunyi di dalam wilayah klan Wu Yun. Begitu melewati beberapa lorong sempit dan aula besar yang penuh dengan patung-patung bersejarah, mereka akhirnya sampai di sebuah ruang bawah tanah yang tampak lebih kuno. Dindingnya dipenuhi dengan lukisan-lukisan yang menceritakan legenda-klan ini, dan suasana di dalamnya terasa sangat berat, seolah ada sesuatu yang sangat berharga dan kuno yang tersembunyi di tempat ini. Pengawas yang pertama memandang Zhen dengan tatapan serius. "Ini adalah tempat yang tidak mudah dijangkau oleh orang luar. Hanya mereka yang dianggap layak yang bisa berada di sini." Zhen mengangguk pelan, meskipun ia tahu dalam hati bahwa dirinya lebih dari sekadar 'layak'. Ia sudah melalui begitu banyak rintangan, dan ini hanya bagian dari perjalanan panjang yang akan membawanya pada tujuan akhir—menemukan artefak yang bisa meningkatkan kekuatannya lebih jauh lagi. Sesampainya di sebuah ruangan yang lebih b
Zhen melanjutkan perjalanan dengan langkah yang semakin pasti, mengetahui bahwa meskipun peningkatan yang dia raih begitu besar, rintangan yang menantinya tidak akan mudah. Setiap langkah ke luar dari wilayah klan Wu Yun berarti semakin dekat dengan dunia yang lebih luas dan penuh dengan bahaya yang tak terduga. Dengan kekuatan baru yang dia miliki, Zhen merasa lebih siap, tetapi juga semakin sadar akan beratnya jalan yang harus dilalui. Tiga hari setelah meninggalkan wilayah klan Wu Yun, Zhen tiba di perbatasan wilayah klan Xin, sebuah wilayah yang dikenal dengan ketatnya pengawasan dan kekuatan pasukan mereka yang tak tertandingi. Di sepanjang perjalanan, Zhen mendengar bisikan tentang betapa besarnya kekuatan klan Xin, yang banyak menakuti klan-klan kecil di sekitar mereka. Namun, Zhen bukanlah orang yang mudah terintimidasi. Dia telah bertahan dalam berbagai ujian, baik fisik maupun mental, dan kini dia menghadapi klan baru ini dengan hati yang lebih tenang. Saat tiba di gerban
Zhen berjalan dengan hati-hati, memasuki wilayah hutan terlarang yang tersembunyi jauh di luar klan Xin. Tanah lembab dan udara yang berat membuatnya semakin waspada. Pemandangan di sekitar terasa sunyi, seolah dunia ini terisolasi dari kehidupan yang lebih luas. Semakin dalam ia melangkah, semakin berat tekanan yang ia rasakan, seperti ada sesuatu yang mengawasi setiap gerakannya. Di kejauhan, terdengar suara-suara aneh, gemerisik daun-daun kering yang terdorong angin, namun seakan ada sesuatu yang bergerak tanpa suara. Zhen menatap sekelilingnya, namun tidak ada apa-apa yang tampak. Suasana ini sangat tidak nyaman, seakan hutan itu sendiri menyimpan rahasia gelap yang tidak ingin dibuka oleh siapa pun. Setelah beberapa jam berjalan, Zhen tiba di sebuah clearing, tempat yang terasa berbeda. Di sini, tanahnya lebih keras dan ada tanda-tanda bahwa seseorang atau sesuatu telah melewati tempat ini. Namun, ia tidak merasa ada orang yang berada di sini saat ini—hanya aura yang mengganggu
Zhen merasa peringatan itu menggema dalam benaknya. Dalam hatinya, ada keraguan yang mulai tumbuh, namun tekadnya untuk melanjutkan perjalanan ini lebih besar daripada rasa takut itu. Mengambil artefak ini bukan hanya soal kekuatan—ini tentang mengendalikan nasibnya, tentang memperjuangkan apa yang telah lama menjadi impian dan tujuan hidupnya. Langkah demi langkah, Zhen mendekati altar tempat artefak itu tergeletak. Suara itu kembali bergema, kali ini lebih tajam dan penuh amaran. “Jika kamu terus maju, kekuatan yang ada di dalamnya akan menguasai jiwamu. Kamu akan menjadi budak dari kekuatan itu. Kamu akan kehilangan kendali.” Zhen tidak menghiraukan suara itu. Ia tahu bahwa ini adalah ujian yang lebih besar daripada sekadar mengalahkan musuh. Ini adalah ujian untuk kekuatan batinnya. Sudah terlalu banyak yang ia lalui untuk mundur sekarang. Dengan satu gerakan cepat, ia meraih artefak itu. Saat jarinya menyentuh permukaannya, ada ledakan energi yang luar biasa. Segala sesuatu di
Ling Zhen melangkah keluar dari kediaman klan Ling, menghirup udara segar yang seolah memberikan kekuatan baru. Ia merasa ada ketenangan setelah menghadapi konflik internal dalam klannya, meski banyak hal yang masih harus diselesaikan. Malam itu, Zhen memutuskan untuk meninggalkan klan. Ia tahu perjalanan berikutnya akan penuh dengan tantangan, namun keinginan untuk menemukan jawab atas misteri yang ada di balik kekuatan asing yang mengganggu klannya semakin membara. Sambil berjalan, ia merenung tentang langkah selanjutnya, yaitu melanjutkan pencariannya ke wilayah klan-klan besar lainnya. Klan Ling, meskipun terkenal di daerah ini, masih memiliki banyak hal yang belum terungkap, terutama dalam hal pertemuan antara alkimia dan kultivasi. Zhen tahu bahwa banyak artefak dan peninggalan dari masa lalu yang tersembunyi di luar sana, dan banyak di antaranya bisa membantunya dalam pencapaian kultivasi dan alkimia yang lebih tinggi. “Zhen, hati-hati dalam perjalananmu,” pesan terakhir ibu
Zhen memutuskan untuk mengikuti petunjuk pedagang tua itu. Pada pagi hari setelah pertemuan mereka, ia meninggalkan desa kecil itu dan melanjutkan perjalanannya, menuju tempat yang disebutkan oleh pedagang. Dalam perjalanan, pikirannya terus melayang ke perkataan pedagang tersebut. "Artefak itu bukan sekadar benda berharga. Ada kekuatan besar yang tersembunyi di baliknya, dan tidak semua orang bisa mengendalikannya." Zhen tahu bahwa di dunia ini, banyak hal yang tak bisa dijelaskan dengan logika biasa. Banyak artefak yang telah hilang selama berabad-abad, dan tak sedikit yang memiliki kekuatan yang jauh lebih besar daripada yang bisa dipahami oleh manusia biasa. Ia merasa bahwa apa yang dicari bukan hanya kekuatan, tetapi juga pemahaman yang lebih dalam tentang alkimia dan kultivasi yang selama ini ia tekuni. --- Saat Zhen mendekati sebuah hutan lebat, udara mulai berubah. Ada perasaan aneh yang mencekam di dalam hatinya. Tak lama setelah memasuki hutan, ia merasa seperti ada yang
Zhen menatap cincin itu dengan hati yang penuh tekad. Ia tahu, perjalanan ini lebih dari sekadar pencarian artefak. Ini adalah pencarian untuk mengungkap kekuatan yang tersembunyi, kekuatan yang dapat mengubah nasib klannya dan dirinya sendiri. Cincin itu hanyalah permulaan, dan petunjuk yang diberikan oleh pedagang tua semakin membuka jalan yang lebih luas. Zhen memutuskan bahwa saatnya untuk memasuki wilayah klan-klan lain. Dengan langkah mantap, Zhen meninggalkan hutan dan melanjutkan perjalanannya menuju wilayah klan yang lebih besar. Ia tahu bahwa untuk melangkah lebih jauh, ia harus bersiap menghadapi berbagai tantangan, baik dari luar maupun dalam dirinya sendiri. Perjalanan ini bukan hanya tentang menghadapi musuh fisik, tetapi juga tentang mengasah kekuatan dalamannya, baik dalam hal kultivasi maupun alkimia. --- Sesampainya di perbatasan wilayah klan lainnya, Zhen merasakan adanya perbedaan yang sangat mencolok. Wilayah ini jauh lebih maju dalam hal kekuatan dan pengaruh
Zhen melangkah keluar dari Kota Kabut Hitam, meninggalkan jejak perjalanannya yang penuh dengan pertempuran dan pengalaman berharga. Dengan poin kontribusi yang ia kumpulkan, ia telah mendapatkan berbagai sumber daya yang memperkuat kemampuan alkemis dan kultivasinya. Namun, perjalanan ini belum berakhir—justru semakin mendekati puncaknya.Langit Ketiga masih menyimpan banyak misteri. Kota-kota besar, sekte-sekte kuno, dan kekuatan tersembunyi yang belum pernah ia temui menantinya. Namun, satu hal yang paling menarik perhatiannya adalah Kota Suci Alkemis, tempat para alkemis terbaik berkumpul dan tempat legenda tentang Pil Keabadian berasal.Bersama Bai Yue, yang kini selalu berada di sisinya, Zhen menatap cakrawala yang luas.> Bai Yue: "Langit Ketiga begitu luas… Apakah kau siap menaklukkannya?"Zhen (tersenyum tipis): "Aku harus. Tidak ada jalan mundur."---Sementara itu, di dalam Kota Suci Alkemis, para tetua agung sedang membahas peristiwa besar yang akan datang. Ramalan Surgawi
Di bawah sinar bulan yang pucat, Zhen, Bai Yue, dan Wen Ling berdiri dalam kepungan bandit. Sekitar dua puluh orang bersenjata mengepung mereka, dengan Bai Tu—pemimpin mereka—berdiri di tengah, menatap Zhen dengan tatapan penuh rasa percaya diri.> Bai Tu (tertawa kecil): "Aku sudah lama mendengar namamu, Zhen. Kau benar-benar bodoh telah datang ke tempat ini tanpa persiapan."Zhen tetap tenang, memegang Pedang Petir Surgawi dengan erat.> Zhen: "Kau yakin aku tidak datang dengan persiapan?"Bai Tu menyeringai, lalu melambaikan tangannya.> Bai Tu: "Hancurkan mereka!"Para bandit langsung melompat ke depan dengan senjata terangkat.Zhen mengaktifkan Teknik Langkah Petir, tubuhnya berubah menjadi kilatan cahaya biru. Dalam sekejap, ia muncul di belakang salah satu bandit dan menebasnya dengan cepat.Srekk!Darah menyembur saat salah satu bandit jatuh tanpa sempat menyadari apa yang terjadi.> Wen Ling (melompat mundur): "Mereka bukan lawan sembarangan!"Bai Yue mengangkat tangannya, me
Angin pagi bertiup lembut saat Zhen, Bai Yue, dan Wen Ling berjalan melewati gerbang sekte, memulai perjalanan mereka menuju Lembah Hitam.Lembah Hitam terletak ratusan kilometer dari Sekte Langit Ketiga, di perbatasan wilayah yang dikuasai oleh kelompok bandit terkenal—Serigala Hitam.> Bai Yue (menatap peta): "Jika kita terus berjalan tanpa henti, kita bisa mencapai lembah dalam dua hari."Zhen mengangguk.> Zhen: "Kita tidak tahu seberapa kuat bandit-bandit di sana. Kita harus tetap waspada."Wen Ling tampak sedikit gelisah.> Wen Ling: "Aku mendengar rumor bahwa pemimpin mereka, Bai Tu, dulunya adalah seorang murid dari sekte besar, tapi diusir karena membunuh rekan-rekannya sendiri."Zhen mengangkat alis.> Zhen: "Kalau benar begitu, berarti dia bukan musuh sembarangan."Bai Yue menghela napas.> Bai Yue: "Kita akan mengetahuinya begitu sampai di sana."Tanpa membuang waktu, mereka melanjutkan perjalanan.---Di tengah perjalanan, mereka harus melewati sebuah wilayah bernama Huta
Langit di atas Kota Kabut Hitam masih dipenuhi sisa-sisa energi pertempuran. Puing-puing bangunan berserakan, dan beberapa tempat masih dipenuhi asap hitam. Namun, meskipun kota ini baru saja mengalami serangan besar, mereka berhasil bertahan.Zhen, Bai Yue, dan Wen Ling berdiri di tengah reruntuhan, napas mereka masih terengah-engah setelah pertarungan sengit melawan Mo Jian.> Wen Ling (menghela napas): "Dia berhasil kabur... tapi setidaknya kita sudah menghancurkan pasukan iblisnya."Zhen tidak menjawab. Tatapannya masih tajam menatap titik di mana Mo Jian menghilang. Perasaan tidak enak menyelimuti hatinya.> Zhen (dalam hati): "Orang sepertinya tidak akan menyerah begitu saja. Ini pasti belum selesai..."Suara langkah kaki mendekat.Dari sudut jalan, pasukan penjaga kota yang tersisa mulai berdatangan. Salah satu dari mereka adalah seorang pria paruh baya dengan jubah berwarna hitam dan lambang Kota Kabut Hitam di dadanya.> Pria itu: "Aku Jenderal Hu Wei. Siapa kalian? Dan bagai
Kota Kabut Hitam masih bergema dengan suara pertempuran. Api berkobar di beberapa sudut, dan mayat-mayat berserakan di jalanan. Paviliun Iblis Merah telah membawa kehancuran besar, dan sekarang Zhen, Bai Yue, dan Wen Ling harus menghadapi pemimpinnya—Mo Jian.Mo Jian berdiri dengan santai di tengah reruntuhan, jubah ungunya berkibar ditiup angin malam. Tatapannya dingin, tetapi senyum di wajahnya menunjukkan rasa percaya diri yang tak tergoyahkan.> Mo Jian: "Kalian benar-benar berani melawanku? Bahkan tiga orang pun tidak cukup untuk menjatuhkanku."SWOOSH!Tiba-tiba, Bai Yue menghilang dari pandangan! Dalam sekejap, ia sudah muncul di belakang Mo Jian, pedangnya meluncur dengan kecepatan luar biasa!> Bai Yue: "Tebasan Langit Es!"ZRAAAAK!Sebuah gelombang energi es menerjang tubuh Mo Jian, membekukan udara di sekitarnya. Jalanan di bawah kaki mereka berubah menjadi lapisan es, dan suhu turun drastis.Namun, Mo Jian hanya terkekeh.> Mo Jian: "Menarik... tapi tidak cukup."CRACK!Ia
Zhen, Wen Ling, dan Shen Lao akhirnya meninggalkan reruntuhan Lembah Kegelapan. Mereka melintasi jalur berbatu yang dipenuhi kabut tebal, menuju kembali ke Kota Kabut Hitam. Akar Roh Suci kini berada di tangan Zhen, dan ia tahu bahwa benda ini bisa menjadi harapan terakhir kota yang hampir hancur karena kutukan Bai Yun.> Zhen (dalam hati): "Semoga kita tidak terlambat..."Namun, saat mereka mendekati gerbang kota, mereka dikejutkan oleh pemandangan yang mengerikan. Darah menggenang di jalanan, mayat-mayat para penjaga berserakan di tanah, dan bangunan utama kota tampak terbakar.> Wen Ling: "Tidak… apa yang terjadi di sini?! Baru beberapa hari kita pergi, tapi kota ini sudah jadi seperti neraka!"Shen Lao menghela napas panjang, tatapannya kelam.> Shen Lao: "Sepertinya kita sudah kedatangan tamu tak diundang..."Di tengah kota yang hancur, terlihat sekelompok orang berbaju hitam dengan lambang mata merah di dada mereka. Mereka berdiri di tengah jalan, mengelilingi seorang pria tua y
Bai Yun meraung keras, suaranya menggema hingga ke seluruh lembah. Aura darah mengalir dari tubuhnya, menciptakan tekanan besar yang membuat Zhen dan Wen Ling sulit bernapas.> Bai Yun: "DARAH! BERIKAN AKU DARAH KALIAN!!"Dalam sekejap, tubuh monster itu melesat ke depan dengan kecepatan yang tidak masuk akal untuk ukurannya.BOOM!Tanah di bawah mereka hancur akibat hentakan cakar Bai Yun. Zhen dan Wen Ling nyaris tidak bisa menghindarinya tepat waktu.> Zhen (dalam hati): "Kecepatannya bahkan lebih tinggi dari Xu Lie?! Makhluk ini… bukan hanya sekadar kutukan!"Zhen segera mengaktifkan Teknik Langkah Petir, meningkatkan kecepatannya hingga ia hampir menjadi bayangan yang bergerak di antara reruntuhan. Namun, Bai Yun dengan mudah mengikuti pergerakannya, seolah-olah bisa merasakan ke mana Zhen akan bergerak.> Wen Ling: "Kita tidak bisa menyerangnya secara langsung! Kita harus mencari celah!"Wen Ling segera mengangkat tangannya, menciptakan tiga bola api biru yang menyala-nyala.> W
Akar Roh Suci bergetar, memancarkan cahaya emas yang lembut. Aura kehidupan yang terpancar darinya begitu kuat hingga Zhen dan Wen Ling bisa merasakan Qi mereka pulih secara instan hanya dengan berdiri di dekatnya.Namun, sebelum mereka bisa mengambilnya, Shen Lao tiba-tiba mengangkat tangannya.> Shen Lao: "Tunggu. Sebelum kalian mengambilnya, ada sesuatu yang harus kalian ketahui."Zhen mengerutkan kening.> Zhen: "Apa maksudmu?"Shen Lao menatap mereka dengan mata serius.> Shen Lao: "Akar Roh Suci ini bukan sekadar obat biasa. Ini adalah inti kehidupan dari lembah ini. Jika kalian mengambilnya, keseimbangan tempat ini akan hancur."Wen Ling terkejut.> Wen Ling: "Tapi ini satu-satunya cara untuk menyelamatkan Kota Kabut Hitam!"Shen Lao menghela napas panjang.> Shen Lao: "Benar. Tapi kalian harus siap dengan konsekuensinya. Jika akar ini diambil, Lembah Kegelapan akan runtuh. Para roh yang terperangkap di sini akan bebas… dan beberapa dari mereka bukanlah makhluk baik."Zhen meny
Setelah mengalahkan dua Iblis Qi Yin, Zhen dan Wen Ling melanjutkan perjalanan ke pusat Lembah Kegelapan, tempat di mana Akar Roh Suci konon berada.Kabut hitam semakin tebal. Suasana mencekam, udara dipenuhi energi Yin yang menggerogoti Qi alami. Bahkan Wen Ling, yang memiliki Api Roh Suci, mulai merasa tubuhnya berat.> Wen Ling: "Tempat ini menghisap energi kita perlahan… Jika kita tidak cepat, kita bisa kehilangan kekuatan sebelum mencapai tujuan."> Zhen: "Aku punya sesuatu yang bisa membantu."Zhen merogoh kantong penyimpanannya dan mengeluarkan dua pil berwarna merah tua—Pil Penolak Yin.> Zhen: "Ini pil buatanku. Bisa menahan efek energi Yin untuk sementara."Wen Ling menerima pil itu dan langsung menelannya. Efeknya langsung terasa. Aura Yin yang mencekik tubuhnya berkurang drastis.> Wen Ling: "Kau benar-benar alkemis jenius, Zhen."Zhen hanya tersenyum tipis.---Setelah berjalan sekitar satu jam, mereka sampai di sebuah gerbang batu besar yang tertutup rapat. Di tengahnya,