Zhen memutuskan untuk mengikuti petunjuk pedagang tua itu. Pada pagi hari setelah pertemuan mereka, ia meninggalkan desa kecil itu dan melanjutkan perjalanannya, menuju tempat yang disebutkan oleh pedagang. Dalam perjalanan, pikirannya terus melayang ke perkataan pedagang tersebut. "Artefak itu bukan sekadar benda berharga. Ada kekuatan besar yang tersembunyi di baliknya, dan tidak semua orang bisa mengendalikannya." Zhen tahu bahwa di dunia ini, banyak hal yang tak bisa dijelaskan dengan logika biasa. Banyak artefak yang telah hilang selama berabad-abad, dan tak sedikit yang memiliki kekuatan yang jauh lebih besar daripada yang bisa dipahami oleh manusia biasa. Ia merasa bahwa apa yang dicari bukan hanya kekuatan, tetapi juga pemahaman yang lebih dalam tentang alkimia dan kultivasi yang selama ini ia tekuni. --- Saat Zhen mendekati sebuah hutan lebat, udara mulai berubah. Ada perasaan aneh yang mencekam di dalam hatinya. Tak lama setelah memasuki hutan, ia merasa seperti ada yang
Zhen menatap cincin itu dengan hati yang penuh tekad. Ia tahu, perjalanan ini lebih dari sekadar pencarian artefak. Ini adalah pencarian untuk mengungkap kekuatan yang tersembunyi, kekuatan yang dapat mengubah nasib klannya dan dirinya sendiri. Cincin itu hanyalah permulaan, dan petunjuk yang diberikan oleh pedagang tua semakin membuka jalan yang lebih luas. Zhen memutuskan bahwa saatnya untuk memasuki wilayah klan-klan lain. Dengan langkah mantap, Zhen meninggalkan hutan dan melanjutkan perjalanannya menuju wilayah klan yang lebih besar. Ia tahu bahwa untuk melangkah lebih jauh, ia harus bersiap menghadapi berbagai tantangan, baik dari luar maupun dalam dirinya sendiri. Perjalanan ini bukan hanya tentang menghadapi musuh fisik, tetapi juga tentang mengasah kekuatan dalamannya, baik dalam hal kultivasi maupun alkimia. --- Sesampainya di perbatasan wilayah klan lainnya, Zhen merasakan adanya perbedaan yang sangat mencolok. Wilayah ini jauh lebih maju dalam hal kekuatan dan pengaruh
Zhen berdiri tegap, tubuhnya bergetar oleh adrenalin. Sosok raksasa berarmor hitam itu melangkah maju, tiap jejaknya mengguncang tanah gua. Energi yang keluar dari makhluk itu begitu mencekik, memaksa Zhen untuk mengerahkan seluruh daya tahannya hanya untuk tetap berdiri."Aku tak akan kalah di sini," bisiknya sambil mengatur napas.Sosok itu melancarkan serangan pertama. Dengan satu ayunan tangan, energi gelap melesat seperti gelombang besar menuju Zhen. Namun, Zhen sudah siap. Dengan mengaktifkan elemen angin, ia menciptakan pusaran angin di sekeliling tubuhnya, menangkis sebagian besar serangan itu. Meski begitu, dampaknya masih cukup untuk melemparnya beberapa langkah ke belakang.“Cepat belajar atau mati di sini,” gumam Zhen, berusaha tetap tenang.---Zhen mengamati gerakan sosok itu. Setiap langkah, setiap serangan, seolah mengikuti pola tertentu. Ia menyadari bahwa meskipun kuat, makhluk itu tidak bergerak sembarangan. "Ini mungkin ujian seperti yang dikatakan pria tua itu," p
Zhen melangkah dengan cepat meninggalkan kota, membawa segala yang telah ia raih dan pelajari. Kota itu mulai mengecil di belakangnya, namun kesan akan pertemuan dengan Zhuo Feng masih membekas. Ia tahu bahwa meski ia menang, perjalanan ini hanya permulaan. Semakin kuat ia menjadi, semakin besar pula musuh yang akan datang."Jika mereka ingin mengejar, mereka akan belajar cara menghadapiku," gumam Zhen, mengingat pertemuan itu. Keberaniannya dan kemampuannya bertarung kini semakin diuji di dunia yang lebih luas.Dengan batu hitam yang kini menjadi bagian dari dirinya, Zhen merasa lebih terhubung dengan kekuatan alkimia dan kultivasi. Namun, dia juga merasa ada lebih banyak hal yang harus dipahami tentang artefak itu. Sepertinya, batu itu menyimpan rahasia yang lebih dalam, sesuatu yang belum ia temukan.Ia beristirahat sejenak di sebuah lembah terpencil, duduk di atas batu besar dan memandang langit yang cerah. Saat ini, ia hanya ingin meresapi ketenangan sebelum melangkah lebih jauh
Setelah kepergian Xian Mo, Ling Zhen berdiri di tengah lembah yang kini hening. Udara di sekitarnya masih dipenuhi sisa-sisa energi dari pertarungan tadi. Batu hitam di tangannya berkilau samar, seolah merespons perasaan dan tekadnya.Dia tahu, pertemuan ini hanyalah awal. Ada kekuatan yang lebih besar, musuh yang lebih kuat, dan rahasia yang lebih dalam menunggunya di depan.“Xian Mo... penjaga artefak, ya?” gumam Zhen sambil menatap batu hitam itu. “Jika ini ujian pertama, aku tak bisa membayangkan apa yang akan datang selanjutnya.”Namun, tak ada waktu untuk merenung. Zhen melangkah meninggalkan lembah, menuju wilayah baru yang dipenuhi teka-teki dan bahaya.---Langkah Zhen membawa dirinya menuju Kota Giok, salah satu pusat perdagangan terbesar di wilayah itu. Kota ini dikenal sebagai tempat berkumpulnya para kultivator, alkemis, dan pedagang dari seluruh penjuru dunia. Namun, Zhen tahu, tempat ini juga penuh dengan intrik dan bahaya.Begitu memasuki gerbang kota, ia disambut oleh
Zhen melangkah memasuki Menara Alkimia dengan hati-hati. Setiap sudut ruangan memancarkan energi misterius, dinding-dindingnya terukir simbol kuno yang bersinar lembut. Aroma herbal dan alkemis memenuhi udara, menenangkan tetapi juga mengingatkan pada kekuatan yang tersembunyi di tempat ini.Tian Lao duduk di meja panjang, sibuk mengaduk cairan di dalam bejana kaca besar. Cairan itu berubah warna setiap kali ia memasukkan serbuk misterius dari kantongnya. Setelah beberapa saat, dia menatap Zhen.“Ling Zhen, aku sudah mendengar banyak tentangmu. Batu hitam itu telah memilihmu, dan itu bukan kebetulan,” ucap Tian Lao, suaranya berat namun penuh kehangatan.Zhen melipat tangan di dadanya, matanya tak lepas dari bejana itu. "Apa sebenarnya batu ini? Apa yang kau maksud dengan 'memilihku'?"Tian Lao tersenyum tipis. "Batu itu adalah inti dari dunia ini. Kekuatan di dalamnya bisa menciptakan atau menghancurkan. Tapi rahasianya tidak akan terbuka begitu saja. Dibutuhkan jiwa yang kuat dan te
Setelah menyelesaikan pelatihan awal di Menara Alkimia, Zhen kembali melanjutkan perjalanannya. Di punggungnya, ia membawa artefak kecil berbentuk orb bercahaya merah yang baru saja ia ciptakan. Orb itu bukan hanya bukti kemampuan alkimianya, tetapi juga alat pertahanan yang bisa menyelamatkannya dari situasi berbahaya.Namun, perjalanan Zhen tidak berlangsung mulus. Beberapa mil di luar Menara Alkimia, ia merasakan sesuatu yang aneh di udara—seperti hawa dingin yang menusuk kulitnya, meski langit cerah dan angin bertiup lembut."Ini bukan hawa alami," gumam Zhen sambil memperlambat langkahnya. Ia memusatkan energi anginnya untuk memperluas persepsi, mencari tahu apa yang sedang terjadi.Tiba-tiba, dari balik pepohonan, muncul sosok-sosok berjubah hitam. Mata mereka berkilauan merah, seperti api kecil yang menyala di tengah kegelapan. Ada lima orang, masing-masing memegang senjata bercahaya ungu yang tampak menyeramkan.“Kami akhirnya menemukanmu, Ling Zhen,” salah satu dari mereka be
Langkah Zhen berhenti di depan sungai kecil yang berair jernih. Cahaya matahari memantul di permukaan air, menciptakan suasana yang kontras dengan kejadian sebelumnya. Ia duduk di atas sebuah batu besar, mencoba menenangkan dirinya setelah pertarungan yang menguras energi.Namun, pikirannya terusik oleh simbol hitam dengan garis merah yang ia lihat di jubah para penyerangnya. Simbol itu terasa familiar, seperti sesuatu yang pernah ia dengar dalam cerita-cerita klan kuno.“Apa ini ada hubungannya dengan batu hitam?” gumamnya sambil mengeluarkan artefak tersebut dari cincin penyimpanannya. Batu itu kini bersinar lembut, seolah merespons pertanyaan Zhen.Tiba-tiba, suara langkah kaki terdengar dari arah lain. Zhen segera menyembunyikan batu itu dan mempersiapkan diri. Namun, ia tidak merasakan aura permusuhan kali ini.Dari balik pepohonan, muncul seorang wanita muda dengan rambut panjang berwarna perak. Ia mengenakan pakaian sederhana, namun auranya memancarkan keanggunan yang tak biasa
Malam telah menyelimuti langit ketika Zhen dan Mo Weng berkemah di tepi sungai kecil, beberapa kilometer dari reruntuhan. Api unggun berkobar pelan, memancarkan cahaya oranye yang menari-nari di wajah mereka. Suasana tampak tenang, tetapi Zhen tidak bisa menghilangkan rasa waspada di hatinya.> Mo Weng: "Kau belum tidur juga?"Zhen menatap api unggun dengan mata serius.> Zhen: "Ada sesuatu yang mengawasi kita sejak kita meninggalkan reruntuhan. Aku bisa merasakannya."Mo Weng mengangkat alis, lalu menghela napas.> Mo Weng: "Aku juga merasakannya, tapi entah itu sekadar rasa curiga atau memang ada yang mengikuti kita. Kalau benar begitu, siapa pun mereka pasti memiliki alasan sendiri."Zhen mengepalkan tangannya.> Zhen: "Jika mereka ingin sesuatu dariku, cepat atau lambat mereka akan muncul sendiri. Yang lebih penting, kita harus sampai di Sekte Api Hitam secepat mungkin."Mo Weng tertawa kecil dan menepuk pundaknya.> Mo Weng: "Haha! Aku suka semangatmu, tapi jangan terlalu tegang.
Zhen berdiri di depan patung batu yang kini tak lagi bergerak. Cahaya biru pucat dari simbol kuno di dadanya perlahan meredup, tetapi energi aneh masih terasa di udara.> Zhen (dalam hati): "Apa maksud suara itu? Penerus sejati Api Roh Bumi? Aku bahkan belum memahami sepenuhnya apa kekuatan ini…"Di saat yang sama, Mo Weng menghela napas lega dan menepuk bahunya.> Mo Weng: "Setidaknya kita masih hidup. Tapi aku yakin ini belum selesai. Biasanya, setelah melewati ujian seperti ini, ada sesuatu yang tertinggal."Zhen mengangguk, lalu berjalan mendekati patung itu. Saat dia menyentuh simbol di dadanya, patung itu tiba-tiba retak dan meledak menjadi pecahan kecil. Dari dalamnya, sebuah gulungan kuno melayang keluar, bersinar dengan cahaya merah keemasan.> Murid Paviliun Api Surgawi: "Itu… itu gulungan teknik alkimia!"Zhen meraihnya dan membuka gulungan tersebut. Di dalamnya terdapat tulisan kuno dengan gambar-gambar formasi rumit. Mo Weng meliriknya dan matanya membelalak.> Mo Weng: "
Ling Zhen berdiri dengan tenang di aula utama Paviliun Api Surgawi. Cahaya lentera giok berkelap-kelip, mencerminkan ekspresi tajamnya. Di hadapannya, seorang pria berjubah hitam dengan simbol tengkorak merah di dadanya menatapnya dengan dingin.> Utusan Sekte Roh Gelap: "Ling Zhen, aku akan langsung ke intinya. Kembalikan Api Roh Bumi itu. Itu bukan milikmu."Mo Weng menyeringai dan melangkah maju.> Mo Weng: "Hah? Sejak kapan Api Roh Bumi menjadi milik kalian? Ini diberikan langsung oleh Penguasa Langit Ketiga."> Utusan: "Itu karena Penguasa Langit Ketiga tidak tahu bahwa Api Roh Bumi seharusnya menjadi bagian dari ritual kebangkitan Tuan Sekte kami."Ruangan menjadi sunyi. Para murid Paviliun Api Surgawi mulai berbisik.Zhen tetap diam sejenak, lalu berkata dengan tenang:> Zhen: "Jika Penguasa Langit Ketiga sendiri yang memberikannya padaku, maka itu adalah keputusannya. Sekte Roh Gelap tidak punya hak menuntutnya kembali."Tatapan utusan itu semakin dingin.> Utusan: "Kau tidak
Ling Zhen menatap pria berjubah hitam di hadapannya.> Zhen: "Penguasa Langit Ketiga ingin menemuiku?"Pria itu mengangguk.> Pria Jubah Hitam: "Benar. Dia telah mendengar tentang keahlianmu dalam alkimia dan ingin berbicara langsung denganmu. Undangan ini bukan sesuatu yang bisa ditolak dengan mudah."Mo Weng mengerutkan alisnya, tampak tidak senang.> Mo Weng: "Penguasa Langit Ketiga? Hmph, aku tidak suka cara mereka mencampuri urusan orang lain. Zhen, kau harus berhati-hati. Orang-orang di Istana Surgawi bukanlah orang biasa."Tetua Paviliun Api Surgawi juga tampak terkejut.> Tetua Paviliun: "Undangan dari Istana Surgawi sangat langka. Biasanya, hanya para alkemis atau kultivator berbakat yang mendapat perhatian mereka. Tapi ini… terlalu cepat."Zhen tidak segera menjawab. Ia tahu bahwa setelah kemenangannya dalam duel alkimia, banyak mata akan tertuju padanya. Tapi ia tidak menyangka bahwa perhatian itu akan datang secepat ini.> Zhen (dalam hati): "Apakah ini sebuah kesempatan…
Tiga hari berlalu dengan cepat. Dalam waktu yang singkat itu, Ling Zhen tidak hanya berlatih menyuling pil dengan Mo Weng, tetapi juga memperdalam pemahamannya tentang interaksi elemen dalam alkimia. Ia menyadari bahwa banyak alkemis hanya mengandalkan teori dan formula, sementara dirinya bisa langsung merasakan hubungan antara elemen dan energi dunia.Di hari yang ditentukan, Zhen dan Mo Weng tiba di Paviliun Api Surgawi, sebuah tempat suci bagi para alkemis di Langit Ketiga. Bangunan itu menjulang tinggi dengan atap merah menyala dan simbol api berlapis emas yang bersinar terang. Begitu mereka memasuki aula utama, suasana penuh dengan suara bisikan dan tatapan tajam dari para alkemis yang berkumpul untuk menyaksikan duel ini.Di tengah aula, Tian Feng sudah berdiri dengan tenang. Di belakangnya, Yan Huo dan beberapa tetua Sekte Seribu Api duduk di kursi kehormatan, memperhatikan dengan mata penuh evaluasi.> Tian Feng: "Kau datang tepat waktu. Aku sudah menunggu."Zhen melangkah maj
Ling Zhen menatap sosok-sosok berjubah yang muncul dari balik pepohonan. Mereka mengenakan jubah berwarna merah tua dengan bordiran api emas, simbol sekte alkimia yang belum pernah ia lihat sebelumnya.Mo Weng menghela napas, wajahnya berubah serius.> Mo Weng: "Aku seharusnya tahu mereka akan datang. Mereka pasti merasakan energi dari Pil Harmoni Langit yang kau ciptakan."Salah satu pria berjubah merah maju. Dia adalah seorang lelaki tua dengan janggut putih panjang dan mata tajam yang penuh evaluasi.> Pria Tua: "Namaku Yan Huo, tetua dari Sekte Seribu Api. Kami telah mengawasi perkembangan alkimia di Langit Ketiga selama bertahun-tahun, dan baru kali ini kami menemukan seseorang yang bisa menyuling Pil Harmoni Langit dengan kesempurnaan seperti itu."Ling Zhen tetap tenang, meskipun ada sedikit kewaspadaan dalam dirinya.> Yan Huo: "Anak muda, darimana kau belajar teknik alkimia ini?"Mo Weng melangkah ke depan sebelum Zhen sempat menjawab.> Mo Weng: "Yan Huo, aku yang membimbing
Setelah menerima kekuatan dari Inti Kehidupan, Ling Zhen merasakan harmoni yang lebih dalam dengan elemen-elemen di sekitarnya. Namun, dia juga tahu bahwa ujian Langit Ketiga belum selesai.Saat dia meninggalkan altar, hutan emas itu perlahan berubah. Pohon-pohon bergetar, dan udara mulai dipenuhi aroma herbal yang kuat. Zhen menyadari bahwa ini bukan hutan biasa—ini adalah Hutan Roh Alkimia, tempat langka yang hanya muncul bagi mereka yang layak.> Zhen (dalam hati): “Ini… tempat di mana energi alami berkumpul dengan sempurna. Jika aku bisa memahami esensinya, penyulingan pilku bisa mencapai tingkat baru!”Sebelum dia bisa melangkah lebih jauh, suara berat terdengar dari kejauhan.> ???: “Anak muda, sepertinya kau tertarik dengan alkimia.”Dari balik kabut, seorang pria tua dengan jubah hijau muncul. Dia membawa tongkat kayu dengan simbol alkimia yang bersinar samar.> Zhen: “Siapa kau?”> Pria Tua: “Aku? Aku adalah Penguasa Alkimia Langit Ketiga, Mo Weng. Tempat ini adalah domainku,
Malam setelah ujian alkemis, Ling Zhen duduk bersila di dalam kamarnya di Paviliun Pil Langit. Pil Es Langit yang baru ia buat melayang di telapak tangannya, memancarkan aura dingin yang stabil.> Zhen (dalam hati): Penyulingan pil bukan sekadar tentang bahan dan api, tapi juga tentang memahami keseimbangan antara elemen dan energi kehidupan.*Saat ia mulai menyerap energi dari pil itu, tubuhnya merespons dengan cepat. Meridiannya terbuka lebih lebar, dan pemahamannya tentang elemen es semakin dalam. Namun, di tengah meditasinya, ia merasakan sesuatu yang tidak beres.Suara angin berdesir, dan bayangan samar bergerak di luar jendela.Zhen langsung membuka matanya. Dengan satu gerakan cepat, ia melompat ke luar jendela, langsung menghadang sosok berpakaian hitam yang sedang berusaha kabur.> Zhen: "Siapa kau?"Orang itu tidak menjawab. Sebagai gantinya, dia melepaskan serangan tajam dengan belati hitam yang memancarkan aura racun.Zhen menghindari serangan itu dan membalas dengan puku
Setelah kejadian di Jurang Es Gelap, Ling Zhen tidak bisa mengabaikan perasaan bahwa ada sesuatu yang lebih besar sedang terjadi di Langit Ketiga. Namun, sebelum dia bisa menyelidikinya lebih jauh, ada satu hal lain yang harus dia lakukan—menaikkan tingkatannya sebagai seorang alkemis.Paviliun Pil Langit adalah pusat utama para alkemis di Langit Ketiga. Hanya mereka yang diakui sebagai alkemis sejati yang bisa menyuling pil tingkat tinggi dan mendapatkan sumber daya langka.> Fei Yun: "Kau yakin ingin mengikuti ujian ini sekarang, Zhen? Kau baru saja mengalami pertempuran berat dengan Mo Bai."> Zhen: "Justru karena itu. Aku perlu meningkatkan kemampuanku, bukan hanya dalam pertempuran, tapi juga dalam menyuling pil."Yan Xue mengangguk setuju.> Yan Xue: "Selain itu, memiliki status alkemis akan membantumu mendapatkan pengaruh lebih besar di Langit Ketiga."Saat mereka tiba di Paviliun Pil Langit, puluhan alkemis muda sudah berkumpul di depan aula utama. Beberapa di antaranya mengen