Zhen menatap cincin itu dengan hati yang penuh tekad. Ia tahu, perjalanan ini lebih dari sekadar pencarian artefak. Ini adalah pencarian untuk mengungkap kekuatan yang tersembunyi, kekuatan yang dapat mengubah nasib klannya dan dirinya sendiri. Cincin itu hanyalah permulaan, dan petunjuk yang diberikan oleh pedagang tua semakin membuka jalan yang lebih luas. Zhen memutuskan bahwa saatnya untuk memasuki wilayah klan-klan lain. Dengan langkah mantap, Zhen meninggalkan hutan dan melanjutkan perjalanannya menuju wilayah klan yang lebih besar. Ia tahu bahwa untuk melangkah lebih jauh, ia harus bersiap menghadapi berbagai tantangan, baik dari luar maupun dalam dirinya sendiri. Perjalanan ini bukan hanya tentang menghadapi musuh fisik, tetapi juga tentang mengasah kekuatan dalamannya, baik dalam hal kultivasi maupun alkimia. --- Sesampainya di perbatasan wilayah klan lainnya, Zhen merasakan adanya perbedaan yang sangat mencolok. Wilayah ini jauh lebih maju dalam hal kekuatan dan pengaruh
Zhen berdiri tegap, tubuhnya bergetar oleh adrenalin. Sosok raksasa berarmor hitam itu melangkah maju, tiap jejaknya mengguncang tanah gua. Energi yang keluar dari makhluk itu begitu mencekik, memaksa Zhen untuk mengerahkan seluruh daya tahannya hanya untuk tetap berdiri."Aku tak akan kalah di sini," bisiknya sambil mengatur napas.Sosok itu melancarkan serangan pertama. Dengan satu ayunan tangan, energi gelap melesat seperti gelombang besar menuju Zhen. Namun, Zhen sudah siap. Dengan mengaktifkan elemen angin, ia menciptakan pusaran angin di sekeliling tubuhnya, menangkis sebagian besar serangan itu. Meski begitu, dampaknya masih cukup untuk melemparnya beberapa langkah ke belakang.“Cepat belajar atau mati di sini,” gumam Zhen, berusaha tetap tenang.---Zhen mengamati gerakan sosok itu. Setiap langkah, setiap serangan, seolah mengikuti pola tertentu. Ia menyadari bahwa meskipun kuat, makhluk itu tidak bergerak sembarangan. "Ini mungkin ujian seperti yang dikatakan pria tua itu," p
Zhen melangkah dengan cepat meninggalkan kota, membawa segala yang telah ia raih dan pelajari. Kota itu mulai mengecil di belakangnya, namun kesan akan pertemuan dengan Zhuo Feng masih membekas. Ia tahu bahwa meski ia menang, perjalanan ini hanya permulaan. Semakin kuat ia menjadi, semakin besar pula musuh yang akan datang."Jika mereka ingin mengejar, mereka akan belajar cara menghadapiku," gumam Zhen, mengingat pertemuan itu. Keberaniannya dan kemampuannya bertarung kini semakin diuji di dunia yang lebih luas.Dengan batu hitam yang kini menjadi bagian dari dirinya, Zhen merasa lebih terhubung dengan kekuatan alkimia dan kultivasi. Namun, dia juga merasa ada lebih banyak hal yang harus dipahami tentang artefak itu. Sepertinya, batu itu menyimpan rahasia yang lebih dalam, sesuatu yang belum ia temukan.Ia beristirahat sejenak di sebuah lembah terpencil, duduk di atas batu besar dan memandang langit yang cerah. Saat ini, ia hanya ingin meresapi ketenangan sebelum melangkah lebih jauh
Setelah kepergian Xian Mo, Ling Zhen berdiri di tengah lembah yang kini hening. Udara di sekitarnya masih dipenuhi sisa-sisa energi dari pertarungan tadi. Batu hitam di tangannya berkilau samar, seolah merespons perasaan dan tekadnya.Dia tahu, pertemuan ini hanyalah awal. Ada kekuatan yang lebih besar, musuh yang lebih kuat, dan rahasia yang lebih dalam menunggunya di depan.“Xian Mo... penjaga artefak, ya?” gumam Zhen sambil menatap batu hitam itu. “Jika ini ujian pertama, aku tak bisa membayangkan apa yang akan datang selanjutnya.”Namun, tak ada waktu untuk merenung. Zhen melangkah meninggalkan lembah, menuju wilayah baru yang dipenuhi teka-teki dan bahaya.---Langkah Zhen membawa dirinya menuju Kota Giok, salah satu pusat perdagangan terbesar di wilayah itu. Kota ini dikenal sebagai tempat berkumpulnya para kultivator, alkemis, dan pedagang dari seluruh penjuru dunia. Namun, Zhen tahu, tempat ini juga penuh dengan intrik dan bahaya.Begitu memasuki gerbang kota, ia disambut oleh
Zhen melangkah memasuki Menara Alkimia dengan hati-hati. Setiap sudut ruangan memancarkan energi misterius, dinding-dindingnya terukir simbol kuno yang bersinar lembut. Aroma herbal dan alkemis memenuhi udara, menenangkan tetapi juga mengingatkan pada kekuatan yang tersembunyi di tempat ini.Tian Lao duduk di meja panjang, sibuk mengaduk cairan di dalam bejana kaca besar. Cairan itu berubah warna setiap kali ia memasukkan serbuk misterius dari kantongnya. Setelah beberapa saat, dia menatap Zhen.“Ling Zhen, aku sudah mendengar banyak tentangmu. Batu hitam itu telah memilihmu, dan itu bukan kebetulan,” ucap Tian Lao, suaranya berat namun penuh kehangatan.Zhen melipat tangan di dadanya, matanya tak lepas dari bejana itu. "Apa sebenarnya batu ini? Apa yang kau maksud dengan 'memilihku'?"Tian Lao tersenyum tipis. "Batu itu adalah inti dari dunia ini. Kekuatan di dalamnya bisa menciptakan atau menghancurkan. Tapi rahasianya tidak akan terbuka begitu saja. Dibutuhkan jiwa yang kuat dan te
Setelah menyelesaikan pelatihan awal di Menara Alkimia, Zhen kembali melanjutkan perjalanannya. Di punggungnya, ia membawa artefak kecil berbentuk orb bercahaya merah yang baru saja ia ciptakan. Orb itu bukan hanya bukti kemampuan alkimianya, tetapi juga alat pertahanan yang bisa menyelamatkannya dari situasi berbahaya.Namun, perjalanan Zhen tidak berlangsung mulus. Beberapa mil di luar Menara Alkimia, ia merasakan sesuatu yang aneh di udara—seperti hawa dingin yang menusuk kulitnya, meski langit cerah dan angin bertiup lembut."Ini bukan hawa alami," gumam Zhen sambil memperlambat langkahnya. Ia memusatkan energi anginnya untuk memperluas persepsi, mencari tahu apa yang sedang terjadi.Tiba-tiba, dari balik pepohonan, muncul sosok-sosok berjubah hitam. Mata mereka berkilauan merah, seperti api kecil yang menyala di tengah kegelapan. Ada lima orang, masing-masing memegang senjata bercahaya ungu yang tampak menyeramkan.“Kami akhirnya menemukanmu, Ling Zhen,” salah satu dari mereka be
Langkah Zhen berhenti di depan sungai kecil yang berair jernih. Cahaya matahari memantul di permukaan air, menciptakan suasana yang kontras dengan kejadian sebelumnya. Ia duduk di atas sebuah batu besar, mencoba menenangkan dirinya setelah pertarungan yang menguras energi.Namun, pikirannya terusik oleh simbol hitam dengan garis merah yang ia lihat di jubah para penyerangnya. Simbol itu terasa familiar, seperti sesuatu yang pernah ia dengar dalam cerita-cerita klan kuno.“Apa ini ada hubungannya dengan batu hitam?” gumamnya sambil mengeluarkan artefak tersebut dari cincin penyimpanannya. Batu itu kini bersinar lembut, seolah merespons pertanyaan Zhen.Tiba-tiba, suara langkah kaki terdengar dari arah lain. Zhen segera menyembunyikan batu itu dan mempersiapkan diri. Namun, ia tidak merasakan aura permusuhan kali ini.Dari balik pepohonan, muncul seorang wanita muda dengan rambut panjang berwarna perak. Ia mengenakan pakaian sederhana, namun auranya memancarkan keanggunan yang tak biasa
Langkah Zhen berhenti di depan sungai kecil yang berair jernih. Cahaya matahari memantul di permukaan air, menciptakan suasana yang kontras dengan kejadian sebelumnya. Ia duduk di atas sebuah batu besar, mencoba menenangkan dirinya setelah pertarungan yang menguras energi.Namun, pikirannya terusik oleh simbol hitam dengan garis merah yang ia lihat di jubah para penyerangnya. Simbol itu terasa familiar, seperti sesuatu yang pernah ia dengar dalam cerita-cerita klan kuno.“Apa ini ada hubungannya dengan batu hitam?” gumamnya sambil mengeluarkan artefak tersebut dari cincin penyimpanannya. Batu itu kini bersinar lembut, seolah merespons pertanyaan Zhen.Tiba-tiba, suara langkah kaki terdengar dari arah lain. Zhen segera menyembunyikan batu itu dan mempersiapkan diri. Namun, ia tidak merasakan aura permusuhan kali ini.Dari balik pepohonan, muncul seorang wanita muda dengan rambut panjang berwarna perak. Ia mengenakan pakaian sederhana, namun auranya memancarkan keanggunan yang tak biasa
Zhen melangkah keluar dari Kota Kabut Hitam, meninggalkan jejak perjalanannya yang penuh dengan pertempuran dan pengalaman berharga. Dengan poin kontribusi yang ia kumpulkan, ia telah mendapatkan berbagai sumber daya yang memperkuat kemampuan alkemis dan kultivasinya. Namun, perjalanan ini belum berakhir—justru semakin mendekati puncaknya.Langit Ketiga masih menyimpan banyak misteri. Kota-kota besar, sekte-sekte kuno, dan kekuatan tersembunyi yang belum pernah ia temui menantinya. Namun, satu hal yang paling menarik perhatiannya adalah Kota Suci Alkemis, tempat para alkemis terbaik berkumpul dan tempat legenda tentang Pil Keabadian berasal.Bersama Bai Yue, yang kini selalu berada di sisinya, Zhen menatap cakrawala yang luas.> Bai Yue: "Langit Ketiga begitu luas… Apakah kau siap menaklukkannya?"Zhen (tersenyum tipis): "Aku harus. Tidak ada jalan mundur."---Sementara itu, di dalam Kota Suci Alkemis, para tetua agung sedang membahas peristiwa besar yang akan datang. Ramalan Surgawi
Di bawah sinar bulan yang pucat, Zhen, Bai Yue, dan Wen Ling berdiri dalam kepungan bandit. Sekitar dua puluh orang bersenjata mengepung mereka, dengan Bai Tu—pemimpin mereka—berdiri di tengah, menatap Zhen dengan tatapan penuh rasa percaya diri.> Bai Tu (tertawa kecil): "Aku sudah lama mendengar namamu, Zhen. Kau benar-benar bodoh telah datang ke tempat ini tanpa persiapan."Zhen tetap tenang, memegang Pedang Petir Surgawi dengan erat.> Zhen: "Kau yakin aku tidak datang dengan persiapan?"Bai Tu menyeringai, lalu melambaikan tangannya.> Bai Tu: "Hancurkan mereka!"Para bandit langsung melompat ke depan dengan senjata terangkat.Zhen mengaktifkan Teknik Langkah Petir, tubuhnya berubah menjadi kilatan cahaya biru. Dalam sekejap, ia muncul di belakang salah satu bandit dan menebasnya dengan cepat.Srekk!Darah menyembur saat salah satu bandit jatuh tanpa sempat menyadari apa yang terjadi.> Wen Ling (melompat mundur): "Mereka bukan lawan sembarangan!"Bai Yue mengangkat tangannya, me
Angin pagi bertiup lembut saat Zhen, Bai Yue, dan Wen Ling berjalan melewati gerbang sekte, memulai perjalanan mereka menuju Lembah Hitam.Lembah Hitam terletak ratusan kilometer dari Sekte Langit Ketiga, di perbatasan wilayah yang dikuasai oleh kelompok bandit terkenal—Serigala Hitam.> Bai Yue (menatap peta): "Jika kita terus berjalan tanpa henti, kita bisa mencapai lembah dalam dua hari."Zhen mengangguk.> Zhen: "Kita tidak tahu seberapa kuat bandit-bandit di sana. Kita harus tetap waspada."Wen Ling tampak sedikit gelisah.> Wen Ling: "Aku mendengar rumor bahwa pemimpin mereka, Bai Tu, dulunya adalah seorang murid dari sekte besar, tapi diusir karena membunuh rekan-rekannya sendiri."Zhen mengangkat alis.> Zhen: "Kalau benar begitu, berarti dia bukan musuh sembarangan."Bai Yue menghela napas.> Bai Yue: "Kita akan mengetahuinya begitu sampai di sana."Tanpa membuang waktu, mereka melanjutkan perjalanan.---Di tengah perjalanan, mereka harus melewati sebuah wilayah bernama Huta
Langit di atas Kota Kabut Hitam masih dipenuhi sisa-sisa energi pertempuran. Puing-puing bangunan berserakan, dan beberapa tempat masih dipenuhi asap hitam. Namun, meskipun kota ini baru saja mengalami serangan besar, mereka berhasil bertahan.Zhen, Bai Yue, dan Wen Ling berdiri di tengah reruntuhan, napas mereka masih terengah-engah setelah pertarungan sengit melawan Mo Jian.> Wen Ling (menghela napas): "Dia berhasil kabur... tapi setidaknya kita sudah menghancurkan pasukan iblisnya."Zhen tidak menjawab. Tatapannya masih tajam menatap titik di mana Mo Jian menghilang. Perasaan tidak enak menyelimuti hatinya.> Zhen (dalam hati): "Orang sepertinya tidak akan menyerah begitu saja. Ini pasti belum selesai..."Suara langkah kaki mendekat.Dari sudut jalan, pasukan penjaga kota yang tersisa mulai berdatangan. Salah satu dari mereka adalah seorang pria paruh baya dengan jubah berwarna hitam dan lambang Kota Kabut Hitam di dadanya.> Pria itu: "Aku Jenderal Hu Wei. Siapa kalian? Dan bagai
Kota Kabut Hitam masih bergema dengan suara pertempuran. Api berkobar di beberapa sudut, dan mayat-mayat berserakan di jalanan. Paviliun Iblis Merah telah membawa kehancuran besar, dan sekarang Zhen, Bai Yue, dan Wen Ling harus menghadapi pemimpinnya—Mo Jian.Mo Jian berdiri dengan santai di tengah reruntuhan, jubah ungunya berkibar ditiup angin malam. Tatapannya dingin, tetapi senyum di wajahnya menunjukkan rasa percaya diri yang tak tergoyahkan.> Mo Jian: "Kalian benar-benar berani melawanku? Bahkan tiga orang pun tidak cukup untuk menjatuhkanku."SWOOSH!Tiba-tiba, Bai Yue menghilang dari pandangan! Dalam sekejap, ia sudah muncul di belakang Mo Jian, pedangnya meluncur dengan kecepatan luar biasa!> Bai Yue: "Tebasan Langit Es!"ZRAAAAK!Sebuah gelombang energi es menerjang tubuh Mo Jian, membekukan udara di sekitarnya. Jalanan di bawah kaki mereka berubah menjadi lapisan es, dan suhu turun drastis.Namun, Mo Jian hanya terkekeh.> Mo Jian: "Menarik... tapi tidak cukup."CRACK!Ia
Zhen, Wen Ling, dan Shen Lao akhirnya meninggalkan reruntuhan Lembah Kegelapan. Mereka melintasi jalur berbatu yang dipenuhi kabut tebal, menuju kembali ke Kota Kabut Hitam. Akar Roh Suci kini berada di tangan Zhen, dan ia tahu bahwa benda ini bisa menjadi harapan terakhir kota yang hampir hancur karena kutukan Bai Yun.> Zhen (dalam hati): "Semoga kita tidak terlambat..."Namun, saat mereka mendekati gerbang kota, mereka dikejutkan oleh pemandangan yang mengerikan. Darah menggenang di jalanan, mayat-mayat para penjaga berserakan di tanah, dan bangunan utama kota tampak terbakar.> Wen Ling: "Tidak… apa yang terjadi di sini?! Baru beberapa hari kita pergi, tapi kota ini sudah jadi seperti neraka!"Shen Lao menghela napas panjang, tatapannya kelam.> Shen Lao: "Sepertinya kita sudah kedatangan tamu tak diundang..."Di tengah kota yang hancur, terlihat sekelompok orang berbaju hitam dengan lambang mata merah di dada mereka. Mereka berdiri di tengah jalan, mengelilingi seorang pria tua y
Bai Yun meraung keras, suaranya menggema hingga ke seluruh lembah. Aura darah mengalir dari tubuhnya, menciptakan tekanan besar yang membuat Zhen dan Wen Ling sulit bernapas.> Bai Yun: "DARAH! BERIKAN AKU DARAH KALIAN!!"Dalam sekejap, tubuh monster itu melesat ke depan dengan kecepatan yang tidak masuk akal untuk ukurannya.BOOM!Tanah di bawah mereka hancur akibat hentakan cakar Bai Yun. Zhen dan Wen Ling nyaris tidak bisa menghindarinya tepat waktu.> Zhen (dalam hati): "Kecepatannya bahkan lebih tinggi dari Xu Lie?! Makhluk ini… bukan hanya sekadar kutukan!"Zhen segera mengaktifkan Teknik Langkah Petir, meningkatkan kecepatannya hingga ia hampir menjadi bayangan yang bergerak di antara reruntuhan. Namun, Bai Yun dengan mudah mengikuti pergerakannya, seolah-olah bisa merasakan ke mana Zhen akan bergerak.> Wen Ling: "Kita tidak bisa menyerangnya secara langsung! Kita harus mencari celah!"Wen Ling segera mengangkat tangannya, menciptakan tiga bola api biru yang menyala-nyala.> W
Akar Roh Suci bergetar, memancarkan cahaya emas yang lembut. Aura kehidupan yang terpancar darinya begitu kuat hingga Zhen dan Wen Ling bisa merasakan Qi mereka pulih secara instan hanya dengan berdiri di dekatnya.Namun, sebelum mereka bisa mengambilnya, Shen Lao tiba-tiba mengangkat tangannya.> Shen Lao: "Tunggu. Sebelum kalian mengambilnya, ada sesuatu yang harus kalian ketahui."Zhen mengerutkan kening.> Zhen: "Apa maksudmu?"Shen Lao menatap mereka dengan mata serius.> Shen Lao: "Akar Roh Suci ini bukan sekadar obat biasa. Ini adalah inti kehidupan dari lembah ini. Jika kalian mengambilnya, keseimbangan tempat ini akan hancur."Wen Ling terkejut.> Wen Ling: "Tapi ini satu-satunya cara untuk menyelamatkan Kota Kabut Hitam!"Shen Lao menghela napas panjang.> Shen Lao: "Benar. Tapi kalian harus siap dengan konsekuensinya. Jika akar ini diambil, Lembah Kegelapan akan runtuh. Para roh yang terperangkap di sini akan bebas… dan beberapa dari mereka bukanlah makhluk baik."Zhen meny
Setelah mengalahkan dua Iblis Qi Yin, Zhen dan Wen Ling melanjutkan perjalanan ke pusat Lembah Kegelapan, tempat di mana Akar Roh Suci konon berada.Kabut hitam semakin tebal. Suasana mencekam, udara dipenuhi energi Yin yang menggerogoti Qi alami. Bahkan Wen Ling, yang memiliki Api Roh Suci, mulai merasa tubuhnya berat.> Wen Ling: "Tempat ini menghisap energi kita perlahan… Jika kita tidak cepat, kita bisa kehilangan kekuatan sebelum mencapai tujuan."> Zhen: "Aku punya sesuatu yang bisa membantu."Zhen merogoh kantong penyimpanannya dan mengeluarkan dua pil berwarna merah tua—Pil Penolak Yin.> Zhen: "Ini pil buatanku. Bisa menahan efek energi Yin untuk sementara."Wen Ling menerima pil itu dan langsung menelannya. Efeknya langsung terasa. Aura Yin yang mencekik tubuhnya berkurang drastis.> Wen Ling: "Kau benar-benar alkemis jenius, Zhen."Zhen hanya tersenyum tipis.---Setelah berjalan sekitar satu jam, mereka sampai di sebuah gerbang batu besar yang tertutup rapat. Di tengahnya,