Langkah Zhen berhenti di depan sungai kecil yang berair jernih. Cahaya matahari memantul di permukaan air, menciptakan suasana yang kontras dengan kejadian sebelumnya. Ia duduk di atas sebuah batu besar, mencoba menenangkan dirinya setelah pertarungan yang menguras energi.Namun, pikirannya terusik oleh simbol hitam dengan garis merah yang ia lihat di jubah para penyerangnya. Simbol itu terasa familiar, seperti sesuatu yang pernah ia dengar dalam cerita-cerita klan kuno.“Apa ini ada hubungannya dengan batu hitam?” gumamnya sambil mengeluarkan artefak tersebut dari cincin penyimpanannya. Batu itu kini bersinar lembut, seolah merespons pertanyaan Zhen.Tiba-tiba, suara langkah kaki terdengar dari arah lain. Zhen segera menyembunyikan batu itu dan mempersiapkan diri. Namun, ia tidak merasakan aura permusuhan kali ini.Dari balik pepohonan, muncul seorang wanita muda dengan rambut panjang berwarna perak. Ia mengenakan pakaian sederhana, namun auranya memancarkan keanggunan yang tak biasa
Langkah Zhen berhenti di depan sungai kecil yang berair jernih. Cahaya matahari memantul di permukaan air, menciptakan suasana yang kontras dengan kejadian sebelumnya. Ia duduk di atas sebuah batu besar, mencoba menenangkan dirinya setelah pertarungan yang menguras energi.Namun, pikirannya terusik oleh simbol hitam dengan garis merah yang ia lihat di jubah para penyerangnya. Simbol itu terasa familiar, seperti sesuatu yang pernah ia dengar dalam cerita-cerita klan kuno.“Apa ini ada hubungannya dengan batu hitam?” gumamnya sambil mengeluarkan artefak tersebut dari cincin penyimpanannya. Batu itu kini bersinar lembut, seolah merespons pertanyaan Zhen.Tiba-tiba, suara langkah kaki terdengar dari arah lain. Zhen segera menyembunyikan batu itu dan mempersiapkan diri. Namun, ia tidak merasakan aura permusuhan kali ini.Dari balik pepohonan, muncul seorang wanita muda dengan rambut panjang berwarna perak. Ia mengenakan pakaian sederhana, namun auranya memancarkan keanggunan yang tak biasa
Langit mulai memerah ketika Zhen tiba di tepi Hutan Giok. Hutan itu terlihat berbeda dari yang ia bayangkan—pepohonan raksasa menjulang tinggi, dedaunan hijau menyala, dan kabut tipis menyelimuti sekitarnya. Rasanya seperti memasuki dunia lain.“Hutan Giok, tempat rahasia tersembunyi,” gumam Zhen, mengingat kata-kata Li Mei.Langkahnya pelan namun pasti saat ia memasuki hutan. Suara burung dan desiran angin menciptakan suasana tenang, tetapi intuisi Zhen mengatakan bahwa tempat ini menyembunyikan bahaya yang tidak biasa.Tantangan Pertama: Kabut IlusiTidak lama setelah memasuki hutan, Zhen merasakan sesuatu yang aneh. Kabut di sekelilingnya semakin tebal, dan bayangan pepohonan tampak memanjang seperti makhluk hidup.“Ini pasti formasi ilusi,” pikirnya.Zhen mencoba fokus, tetapi suara-suara aneh mulai terdengar—jeritan, tawa, bahkan bisikan. Semuanya seperti mencoba menyerang pikirannya.“Tinggalkan tempat ini, Zhen...” suara itu terdengar, seperti suara ibunya, Yulan.Zhen memejamk
Pagi itu, kabut Hutan Giok terasa lebih tebal dari biasanya. Zhen terbangun dengan firasat buruk. Batu hitam yang ia bawa terus-menerus memancarkan energi, seolah berkomunikasi dengan sesuatu yang tidak terlihat."Lin Hai, ada yang tidak beres," ujar Zhen setelah menemukan penjaga hutan itu di tengah meditasinya.Lin Hai membuka matanya perlahan. "Mereka sudah dekat. Aura gelap ini adalah tanda dari Sekte Bayangan Darah."Zhen mengepalkan tangan. "Bagaimana mereka bisa tahu aku di sini? Bukankah Hutan Giok dilindungi formasi kuat?""Formasi ini melindungi dari serangan langsung, tapi energi batu hitam menarik perhatian mereka. Kau belum sepenuhnya mengendalikannya," jelas Lin Hai.Tidak lama kemudian, tanah mulai bergetar, dan kabut tipis berubah menjadi hitam pekat. Dari kejauhan, siluet-siluet muncul, membawa aura menakutkan. Pemimpin mereka, seorang pria dengan jubah merah gelap dan rambut perak panjang, melangkah ke depan dengan senyuman dingin."Ling Zhen, pewaris kekuatan tujuh
Hutan Giok terasa semakin mencekam setelah raungan tadi. Pepohonan yang sebelumnya terlihat hijau dan tenang kini tampak gelap, dengan angin dingin yang menusuk tulang. Zhen terus mengikuti Lin Hai, tetapi ia tidak bisa mengabaikan perasaan bahwa sesuatu sedang mengawasi mereka."Lin Hai, makhluk apa yang kau maksud tadi?" tanya Zhen, memecah kesunyian.Lin Hai tidak segera menjawab. Setelah beberapa saat, ia berkata dengan suara pelan, "Hutan Giok bukan sekadar tempat pelatihan atau persembunyian. Ini adalah penjara bagi makhluk yang seharusnya tidak pernah bangkit kembali. Raungan itu... menandakan bahwa segelnya mulai melemah.""Makhluk apa yang tersegel di sini?" desak Zhen."Namanya Naga Kegelapan Giok. Ia adalah salah satu penjaga kuno yang berkhianat terhadap tugasnya dan mencoba menghancurkan keseimbangan dunia ribuan tahun lalu. Para leluhur menyegelnya di sini, menggunakan kekuatan dari tujuh artefak legendaris. Batu hitammu adalah salah satu kunci dari segel itu," jelas Lin
Lin Hai membawa Zhen semakin dalam ke Hutan Giok. Langkah mereka menyusuri jalan setapak yang penuh lumut, sementara suasana di sekitar terasa semakin sunyi. Di kejauhan, terdengar suara air mengalir, menandakan adanya sungai yang tersembunyi."Kita akan menuju ke Kuil Segel, tempat inti dari segel Naga Kegelapan Giok berada," jelas Lin Hai."Kenapa segelnya mulai melemah sekarang? Apa ini ada hubungannya dengan batu hitam?" tanya Zhen.Lin Hai mengangguk. "Salah satu alasan. Tetapi ini juga karena energi gelap yang dikumpulkan oleh Sekte Bayangan Darah. Mereka mempercepat proses pelemahan segel untuk mempermudah rencana mereka."Zhen mengepalkan tangan. "Aku tidak akan membiarkan mereka berhasil."Setelah beberapa jam perjalanan, mereka tiba di sebuah sungai kecil dengan air yang jernih. Anehnya, suara aliran air itu terdengar seperti bisikan. Zhen berhenti sejenak, mencoba memahami apa yang ia dengar.“Zhen… Zhen…” suara itu terdengar, seperti memanggil namanya.“Apa ini? Apa kau me
Cahaya hijau dari altar di tengah kuil bersinar semakin terang, seolah merespons energi gelap yang memancar dari pria berjubah hitam. Zhen merasakan aura tekanan yang luar biasa dari lawannya, membuat udara di sekitarnya terasa berat.Lin Hai memegang tongkat kayunya erat-erat. "Zhen, fokuslah. Kekuatan elemenmu akan menjadi kunci untuk menghentikannya."Zhen mengangguk, menggenggam batu hitam di sakunya sambil memusatkan energinya. Lawannya tampak mengamati setiap gerakannya dengan senyuman sinis.Pria berjubah hitam itu melangkah maju, energinya menyelimuti ruangan seperti kabut pekat. “Kau pikir anak seperti dirimu mampu menghentikan kehendak Naga Kegelapan? Sungguh naif.”Dengan satu gerakan tangan, pria itu melepaskan serangan berupa bilah-bilah bayangan yang melesat dengan kecepatan tinggi.“Perisai Angin!” Zhen menggerakkan tangannya, menciptakan pusaran angin untuk menahan serangan itu.Wushhh!Angin berputar dengan kuat, tetapi bilah bayangan berhasil menembus sebagian perlin
Setelah kepergian Wei Long dan Yue, kuil menjadi sunyi, hanya menyisakan suara angin lembut yang mengalir di antara dindingnya. Zhen terduduk di lantai, napasnya terengah-engah setelah upaya keras untuk memperkuat segel.Lin Hai mendekatinya, menyodorkan botol kecil berisi cairan hijau. “Minumlah ini. Energi alammu belum sepenuhnya pulih, dan kau butuh kekuatan untuk perjalanan selanjutnya.”Zhen mengambil botol itu tanpa banyak bicara, lalu meneguk isinya. Cairan itu terasa pahit, tetapi kehangatan langsung menjalar ke seluruh tubuhnya, mengisi kembali energinya yang terkuras.“Kita tidak bisa lama di sini,” kata Lin Hai sambil melihat ke arah pintu kuil. “Wei Long mungkin mundur, tapi aku yakin dia akan segera kembali, membawa bala bantuan.”Zhen mengangguk, berdiri dengan sisa tenaganya. “Tapi Yue… siapa dia sebenarnya? Dan kenapa dia membantu kita?”Lin Hai menghela napas panjang. “Aku belum yakin, tapi satu hal yang jelas: dia bukan sekutu kita. Jika dia bagian dari Sekte Bayanga
Malam telah menyelimuti langit ketika Zhen dan Mo Weng berkemah di tepi sungai kecil, beberapa kilometer dari reruntuhan. Api unggun berkobar pelan, memancarkan cahaya oranye yang menari-nari di wajah mereka. Suasana tampak tenang, tetapi Zhen tidak bisa menghilangkan rasa waspada di hatinya.> Mo Weng: "Kau belum tidur juga?"Zhen menatap api unggun dengan mata serius.> Zhen: "Ada sesuatu yang mengawasi kita sejak kita meninggalkan reruntuhan. Aku bisa merasakannya."Mo Weng mengangkat alis, lalu menghela napas.> Mo Weng: "Aku juga merasakannya, tapi entah itu sekadar rasa curiga atau memang ada yang mengikuti kita. Kalau benar begitu, siapa pun mereka pasti memiliki alasan sendiri."Zhen mengepalkan tangannya.> Zhen: "Jika mereka ingin sesuatu dariku, cepat atau lambat mereka akan muncul sendiri. Yang lebih penting, kita harus sampai di Sekte Api Hitam secepat mungkin."Mo Weng tertawa kecil dan menepuk pundaknya.> Mo Weng: "Haha! Aku suka semangatmu, tapi jangan terlalu tegang.
Zhen berdiri di depan patung batu yang kini tak lagi bergerak. Cahaya biru pucat dari simbol kuno di dadanya perlahan meredup, tetapi energi aneh masih terasa di udara.> Zhen (dalam hati): "Apa maksud suara itu? Penerus sejati Api Roh Bumi? Aku bahkan belum memahami sepenuhnya apa kekuatan ini…"Di saat yang sama, Mo Weng menghela napas lega dan menepuk bahunya.> Mo Weng: "Setidaknya kita masih hidup. Tapi aku yakin ini belum selesai. Biasanya, setelah melewati ujian seperti ini, ada sesuatu yang tertinggal."Zhen mengangguk, lalu berjalan mendekati patung itu. Saat dia menyentuh simbol di dadanya, patung itu tiba-tiba retak dan meledak menjadi pecahan kecil. Dari dalamnya, sebuah gulungan kuno melayang keluar, bersinar dengan cahaya merah keemasan.> Murid Paviliun Api Surgawi: "Itu… itu gulungan teknik alkimia!"Zhen meraihnya dan membuka gulungan tersebut. Di dalamnya terdapat tulisan kuno dengan gambar-gambar formasi rumit. Mo Weng meliriknya dan matanya membelalak.> Mo Weng: "
Ling Zhen berdiri dengan tenang di aula utama Paviliun Api Surgawi. Cahaya lentera giok berkelap-kelip, mencerminkan ekspresi tajamnya. Di hadapannya, seorang pria berjubah hitam dengan simbol tengkorak merah di dadanya menatapnya dengan dingin.> Utusan Sekte Roh Gelap: "Ling Zhen, aku akan langsung ke intinya. Kembalikan Api Roh Bumi itu. Itu bukan milikmu."Mo Weng menyeringai dan melangkah maju.> Mo Weng: "Hah? Sejak kapan Api Roh Bumi menjadi milik kalian? Ini diberikan langsung oleh Penguasa Langit Ketiga."> Utusan: "Itu karena Penguasa Langit Ketiga tidak tahu bahwa Api Roh Bumi seharusnya menjadi bagian dari ritual kebangkitan Tuan Sekte kami."Ruangan menjadi sunyi. Para murid Paviliun Api Surgawi mulai berbisik.Zhen tetap diam sejenak, lalu berkata dengan tenang:> Zhen: "Jika Penguasa Langit Ketiga sendiri yang memberikannya padaku, maka itu adalah keputusannya. Sekte Roh Gelap tidak punya hak menuntutnya kembali."Tatapan utusan itu semakin dingin.> Utusan: "Kau tidak
Ling Zhen menatap pria berjubah hitam di hadapannya.> Zhen: "Penguasa Langit Ketiga ingin menemuiku?"Pria itu mengangguk.> Pria Jubah Hitam: "Benar. Dia telah mendengar tentang keahlianmu dalam alkimia dan ingin berbicara langsung denganmu. Undangan ini bukan sesuatu yang bisa ditolak dengan mudah."Mo Weng mengerutkan alisnya, tampak tidak senang.> Mo Weng: "Penguasa Langit Ketiga? Hmph, aku tidak suka cara mereka mencampuri urusan orang lain. Zhen, kau harus berhati-hati. Orang-orang di Istana Surgawi bukanlah orang biasa."Tetua Paviliun Api Surgawi juga tampak terkejut.> Tetua Paviliun: "Undangan dari Istana Surgawi sangat langka. Biasanya, hanya para alkemis atau kultivator berbakat yang mendapat perhatian mereka. Tapi ini… terlalu cepat."Zhen tidak segera menjawab. Ia tahu bahwa setelah kemenangannya dalam duel alkimia, banyak mata akan tertuju padanya. Tapi ia tidak menyangka bahwa perhatian itu akan datang secepat ini.> Zhen (dalam hati): "Apakah ini sebuah kesempatan…
Tiga hari berlalu dengan cepat. Dalam waktu yang singkat itu, Ling Zhen tidak hanya berlatih menyuling pil dengan Mo Weng, tetapi juga memperdalam pemahamannya tentang interaksi elemen dalam alkimia. Ia menyadari bahwa banyak alkemis hanya mengandalkan teori dan formula, sementara dirinya bisa langsung merasakan hubungan antara elemen dan energi dunia.Di hari yang ditentukan, Zhen dan Mo Weng tiba di Paviliun Api Surgawi, sebuah tempat suci bagi para alkemis di Langit Ketiga. Bangunan itu menjulang tinggi dengan atap merah menyala dan simbol api berlapis emas yang bersinar terang. Begitu mereka memasuki aula utama, suasana penuh dengan suara bisikan dan tatapan tajam dari para alkemis yang berkumpul untuk menyaksikan duel ini.Di tengah aula, Tian Feng sudah berdiri dengan tenang. Di belakangnya, Yan Huo dan beberapa tetua Sekte Seribu Api duduk di kursi kehormatan, memperhatikan dengan mata penuh evaluasi.> Tian Feng: "Kau datang tepat waktu. Aku sudah menunggu."Zhen melangkah maj
Ling Zhen menatap sosok-sosok berjubah yang muncul dari balik pepohonan. Mereka mengenakan jubah berwarna merah tua dengan bordiran api emas, simbol sekte alkimia yang belum pernah ia lihat sebelumnya.Mo Weng menghela napas, wajahnya berubah serius.> Mo Weng: "Aku seharusnya tahu mereka akan datang. Mereka pasti merasakan energi dari Pil Harmoni Langit yang kau ciptakan."Salah satu pria berjubah merah maju. Dia adalah seorang lelaki tua dengan janggut putih panjang dan mata tajam yang penuh evaluasi.> Pria Tua: "Namaku Yan Huo, tetua dari Sekte Seribu Api. Kami telah mengawasi perkembangan alkimia di Langit Ketiga selama bertahun-tahun, dan baru kali ini kami menemukan seseorang yang bisa menyuling Pil Harmoni Langit dengan kesempurnaan seperti itu."Ling Zhen tetap tenang, meskipun ada sedikit kewaspadaan dalam dirinya.> Yan Huo: "Anak muda, darimana kau belajar teknik alkimia ini?"Mo Weng melangkah ke depan sebelum Zhen sempat menjawab.> Mo Weng: "Yan Huo, aku yang membimbing
Setelah menerima kekuatan dari Inti Kehidupan, Ling Zhen merasakan harmoni yang lebih dalam dengan elemen-elemen di sekitarnya. Namun, dia juga tahu bahwa ujian Langit Ketiga belum selesai.Saat dia meninggalkan altar, hutan emas itu perlahan berubah. Pohon-pohon bergetar, dan udara mulai dipenuhi aroma herbal yang kuat. Zhen menyadari bahwa ini bukan hutan biasa—ini adalah Hutan Roh Alkimia, tempat langka yang hanya muncul bagi mereka yang layak.> Zhen (dalam hati): “Ini… tempat di mana energi alami berkumpul dengan sempurna. Jika aku bisa memahami esensinya, penyulingan pilku bisa mencapai tingkat baru!”Sebelum dia bisa melangkah lebih jauh, suara berat terdengar dari kejauhan.> ???: “Anak muda, sepertinya kau tertarik dengan alkimia.”Dari balik kabut, seorang pria tua dengan jubah hijau muncul. Dia membawa tongkat kayu dengan simbol alkimia yang bersinar samar.> Zhen: “Siapa kau?”> Pria Tua: “Aku? Aku adalah Penguasa Alkimia Langit Ketiga, Mo Weng. Tempat ini adalah domainku,
Malam setelah ujian alkemis, Ling Zhen duduk bersila di dalam kamarnya di Paviliun Pil Langit. Pil Es Langit yang baru ia buat melayang di telapak tangannya, memancarkan aura dingin yang stabil.> Zhen (dalam hati): Penyulingan pil bukan sekadar tentang bahan dan api, tapi juga tentang memahami keseimbangan antara elemen dan energi kehidupan.*Saat ia mulai menyerap energi dari pil itu, tubuhnya merespons dengan cepat. Meridiannya terbuka lebih lebar, dan pemahamannya tentang elemen es semakin dalam. Namun, di tengah meditasinya, ia merasakan sesuatu yang tidak beres.Suara angin berdesir, dan bayangan samar bergerak di luar jendela.Zhen langsung membuka matanya. Dengan satu gerakan cepat, ia melompat ke luar jendela, langsung menghadang sosok berpakaian hitam yang sedang berusaha kabur.> Zhen: "Siapa kau?"Orang itu tidak menjawab. Sebagai gantinya, dia melepaskan serangan tajam dengan belati hitam yang memancarkan aura racun.Zhen menghindari serangan itu dan membalas dengan puku
Setelah kejadian di Jurang Es Gelap, Ling Zhen tidak bisa mengabaikan perasaan bahwa ada sesuatu yang lebih besar sedang terjadi di Langit Ketiga. Namun, sebelum dia bisa menyelidikinya lebih jauh, ada satu hal lain yang harus dia lakukan—menaikkan tingkatannya sebagai seorang alkemis.Paviliun Pil Langit adalah pusat utama para alkemis di Langit Ketiga. Hanya mereka yang diakui sebagai alkemis sejati yang bisa menyuling pil tingkat tinggi dan mendapatkan sumber daya langka.> Fei Yun: "Kau yakin ingin mengikuti ujian ini sekarang, Zhen? Kau baru saja mengalami pertempuran berat dengan Mo Bai."> Zhen: "Justru karena itu. Aku perlu meningkatkan kemampuanku, bukan hanya dalam pertempuran, tapi juga dalam menyuling pil."Yan Xue mengangguk setuju.> Yan Xue: "Selain itu, memiliki status alkemis akan membantumu mendapatkan pengaruh lebih besar di Langit Ketiga."Saat mereka tiba di Paviliun Pil Langit, puluhan alkemis muda sudah berkumpul di depan aula utama. Beberapa di antaranya mengen