Home / Lainnya / Alam dan Kita / Pengibaran 28 Oktober

Share

Alam dan Kita
Alam dan Kita
Author: Sutris

Pengibaran 28 Oktober

Author: Sutris
last update Huling Na-update: 2021-04-27 14:05:37

 Pengibaran 28 Oktober 

Cerita berawal dari sebuah tongkrongan sepuluh sekawan dari kampung  yang mengaku orang paling “pintar dan agak sedikit bodoh dengan pikiran yang sok bijak” yang kebiasaan pokok bahasan disaat sudah nongkrong cuma bisa ketawa-ketawa. Meraka adalah Sutris, Joyko, Yudi, Hapiel, Rifki, Elan, Rizal, Faisal, dan Rahmat, Ahdi.  Sutris adalah pria tinggi badan besar dan penjelajah,  Joyko bisa dianggap ‘’the leader’’ dengan rambut berponi,  Yudi pria pencinta hewan dengan skill merawat yang baik, Hapiel bisa disebut musisi dan perayu wanita, Elan pria tampan dengan tampilan biasa, Rizal anak pemalas dengan keseharian tidur, Faisal dengan rambut kriting namun pendiam,  Rahmat biasanya orang yang humoris ketika bucin, Rifki orangnya gendut subur pemain basket, Ahdi anak pencinta alam yang cerdas.

Notifikasi grup berbunyi  sepuluh orang itu akan berkumpul ditempat tongkrongan biasa, Mereka sepakat untuk berkumpul , entah keberapa kalinya.  Tongkrongan  luas dan sangat berkenangan. Semua teringat setelah pergi beberapa tahun lalu, Tiba-tiba, ada notifikasi whatsapp  “Mungkin sebaiknya kita jangan dulu berkumpul deh ,“ ucap ahdi menuliskan pesan di grup whatsapp. “ kita akan berkumpul  tanggal 25 oktober ok” ahdi meyakinkan temannya agar datang. “ Pokoknya gue kasih kabar untuk tanggal 25 oktober dan  di tanggal 20 oktober gue kasih planning lewat pesan grup, dimana kita akan berkumpul” ujar ahdi.

Selasa, 20 oktober tepat jam 08:00 pagi, Ahdi mengirim notifikasi pesan grup kepada sembilan orang temannya. Selamat pagi semua, apa kabar? Gue kangen banget sama kalian semua, bener kangen sampai ujung kepala! Nanti tanggal 25 oktober di  hari jumat kita semua kumpul jam 2 siang yaa. Terus kalo ada acara dari tanggal 25 sampai 30 oktober  cancel dulu please. Terus ini perlengkapan yang harus kalian bawa kalo tetep gaada usahain pinjam ok.  Masih ada waktu buat empat hari, dan ini barangnya Cerrier, baju anget, sarung tangan, head lamp, senter, dan makanan ringan buat diperjalanan, kacamata, obat-obatan, dan sepatu. Kalo bisa olahraga jooging, apalagi buat Rifki. Sampai ketemu di tongkrongan di hari jumat jam 2 siang. Ahdi yang lagi merindu.

 Jumat, 25 oktober satu jam lebih dari tiga puluh menit. Cuaca cerah di tongkrongan, Ahdi dengan bawaannya yang super banyak dalam isi tasnya, menikmati kopi dan rokok di tempat tongkrongannya. Tiba-tiba sosok Sutris, Elan, Hapiel, Rizal, Faisal terlihat oleh Ahdi dengan membawa tas yang besar. Dan tak lama kemudian disusul pula kedatangan Rifki,Rahmat, Joyko dan Yudi dengan  membawa   perlengkapan yang sama.  Pukul 2  siang lebih dari tiga menit , mereka sepuluh orang berangkat dengan membawa bawaan layaknya pencinta alam pun berangkat dengan menggunakan mobil pick-up menuju terminal  bis  baranang siang.  Bis ekonomi  LUR AGUNG yang entah sudah berapa lama melayani trayek  Bogor-Cirebon pulang pergi ini tampak begitu kotor dan kusam dengan kaca bis yang sudah berdebu. Lama di perjalanan dengan duduk berdampingan saling menatap kearah depan melihat pemandangan kota-kota  dari  kaca kusam bis LUR AGUNG.  Ahdi, Joyko dan Rifki duduk di kursi depan. Sutris, Elan, Rizal Duduk dibelakang  Yudi, Faisal duduk bersabelahan dan Rahmat dan Hapiel duduk dibelakang dekat pintu keluar bis. Tertidur pulas dengan lelah duduk dikursi bis yang laju cepat akhirnya sampai di kota Cirebon.

Istirahat dirumah makan untuk melepas penat dalam perjalanan yang sangat melelahkan , Hapiel kini mulai  bercerita tentang kariernya selama  dua bulan. Ia yang pantang menyerah dua kali penolakan pekerjaan menabjubkannya  semua keluh kesan saat sidang Ia  ceritakan. Rahmat mulai menceritakan wanita idamannya yang tampangnya biasa aja tapi tidak terlihat bosan. Sutris bercerita tentang masa kuliahnya di jakarta dengan rasa humoris saling ketawa-ketawa mewarnai indahnya malam dirumah makan. Tengah malam mulai lewat , mobil mini bis yang tak kenal lelah itu menghampiri kami untuk menawarkan jasa angkutan menghantarkan kami menuju terminal apuy yang disapa ramah oleh penduduk sekitar. Ahdi dan sahabat sejatinya turun dari bis mini, Sutris dan Hapiel mereka berjalan menuju toilet yang ada di terminal dengan jajaran para pedagang yang masih mencari rezeki di malam hari yang tearasa lain dihati mereka berdua. Mereka sepuluh  orang  anak manusia segera menaiki mobil pick-up dengan perlahan tapi pasti mobil pick-up berjalan meninggalkan terminal apuy mulai melaju cepat melewati  hutan jati, kebun warga, dan perdesaan yang dilewati oleh mereka. Mereka sepuluh orang anak manusia ini mulai kalah dari rasa kantuknya yang  berat tertidur pulas dengan menghadap entah kemana tertidur.  Setibanya pagi, cahaya mentari menyinari pandangan kami dari arah pohon-pohon tinggi  seakan menyambut rombongan yang jauh dari rumah ini.

Pukul enam pagi tiba di basecamp pendakian gunung ciremai, sarapan pagi dan daftar registrasi. Sebelum meninggalkan pos pendaftaran sekali lagi mereka terdiam letih pandangi  ke sejukan pagi hari ditempat registrasi,  Tempat yang dalam asri nya telah banyak cerita tentang beragam kehidupan manusia. Di tempat ini rombongan para pencinta alam itu menarik para perhatian orang banyak.               Rasa pegal-pegal dan letih  mereka putuskan untuk bersandar   dibawah pohon hijau tinggi. Matahari mulai menembus pepohonan dijalan hutan, siang itu di pos banyak sekali pendaki dari luar kota atau dari luar daerah ada yang menyapa dan ada pula yang sekedar senyum manis.  Penampilan mereka mirip semua karena memang mempunyai tujuan yang sama puncak CIREMAI.

Mereka mulai menyusuri jalan-jalan sempit hutan, semak belukar melewati pohon yang  tumbang , perjalanan berlanjut menembus tanjakan dengan berpegang tali dan bantuan tangan yang memperkuat perjuangan persahabatan.  Dari ketinggian pinggiran lereng perlahan muncul puncak Ciremai, Goa Walet perlahan menampakkan tetesan air dari langit-langit goa yang besar dari hadapan mereka. Pukul 02:00 malam,  dingin diatas dua ribu meter.  Rombongan itu berdiri didepan tenda, sepuluh anak manusia tersebut tertegun melihat ketinggian Gunung  Ciremai dalam gelap malam. Rombongan mulai bergerak, berjalan melewati  hutan,  batas vegetasi,  yang  gelap. Puncak ciremai seperti gundukan pasir dan bebatuan  yang mahabesar dengan tebaran batu karang  gunung dimana-mana.  Jalur pendakian terlihat terang dipenuhi cahaya sinar bulan dan cahaya senter head lamp para pendaki mulai mendaki  Gunung Ciremai.

Matahari dua puluh delapan oktober  pun terbit, sinar matahari hangat menyapa badan dingin mereka. Sepuluh anak manusia itu bersujud syukur atas perjuangan, bendera sang merah-putih dikibarkan dengan lantunan lagu indonesia raya. Waktu terasa terhenti dataran luas itu seperti papan besar menjulang indah diketinggian menggapai langit di sekitar mereka tampak langit sebiru-birunya dengan sinar matahari yang begitu dekat. Awan putih bergumpal dan berkumpul melingkar dibawah mereka dimana-mana asap putih tebal yang membubung didepan mereka sekarang terlihat jelas sekali kepulauannya. Para pendaki mengabadikan momen-momen indah di Puncak Ciremai berpoto bersama mengabadikan persahabatan perjuangan mereka dengan berlatar belakang langit biru dihari Sumpah Pemuda.  

Cita-cita gapai negri sendiri...

Elok indah budi pekerti....

Merajut asa dalam sebuah ambisi...

Percaya tuhan atas kehendak yang terjadi...

Bersama meraih impian...                Berpegang tangan saling mengatakan Selamat hari sumpah pemuda...

Bagi rakyat indonesia...

  satu tahun kemudian, sabtu pagi di tempat secret garden kami berkumpul kembali dengan membawa cerita bahagia dari sahabat-sahabat lama.   Mereka hidup berbahagia saling bercerita satu sama lain, hari itu penuh dengan do’a,  mimpi, dan keyakinan tulus dihati anak manusia semuanya saling pandang dan tersenyum hangat sartu sama lain.

*****

Patuloy na basahin ang aklat na ito nang libre
I-scan ang code upang i-download ang App

Kaugnay na kabanata

  • Alam dan Kita   Menyusuri Hutan Di Januari

    Menyusuri Hutan Di JanuariSahabat dari kecil berdiskusi ditempat tongkrongan, merekomendasi tempat tujuan perjalanan menuju alam dan kembali dengan membawa keceriaan...BOGOR, daerah sunyi tatkala seorang sahabat bernama Faisal, Rizki ,Tris ,dan Lan. Sedang mencari surga kecil bagi mereka untuk melepaskan penat dari kesibukan dunia pendidikan, Faisal anak SMK bagian perkantoran disekolahannya menjadi primadona para perempuan, Rizki anak perhotelan yang kesibukannya hanya duduk bersandar layaknya orang dipantai, Tris sekolah SMA anak tinggi cerdas kadang gak jelas, dan Lan sekolah SMK punya skill dibidang sepak bola.Berkumpul empat orang sahabat dirumah Rizki yang sedang mencari destinasi liburan di bulan januari, musim hujan dikota Bogor melantunkan nada gitar Rizki dengan skill Bang Rhoma Irama nya. “Gaada tempat yang sejuk gitu” ucap Faisal yang dari tadi diam seribu bahasa. “ Iya nih... bosan dirumah terus... yaa kal

    Huling Na-update : 2021-04-27
  • Alam dan Kita   Di Suasana Kota

    Di Suasana KotaRizki terbangun dari mimpi. Dimana ini, Ucapnya. Ah, ini bukan tempat singgah ku. Di tempat ku seharusnya tidak ada aroma polusi udara: asap pembakaran dimana-mana. Pemikiran yang masih buram. Ia memincingkan mata untuk cantik melirik sosok wanita yang menghampirinya.“ Ibu? kita dimana ini?.” omongannya masih ngelantur.“ kita di bogor nak.” Ucap ibunya yang duduk manis.“ Papa kemana Bu?.“ tanya rizki yang masih setengah sadar.“ Papamu, pergi tadi subuh. Katanya ada urusan penting dikantornya.” Sahut Ibu yang duduk manis.Tiba-tiba datang seorang gadis berhijab cantik dan menawan, yang sedang menghampirinya. Gadis itu lalu menyapa Rizki yang lagi keheranan entah siapa gadis berhijab itu.“ baru bangun tidur?.“ Ujar gadis berhijab

    Huling Na-update : 2021-04-27
  • Alam dan Kita   Aku Pulang

    KABARBagaimana kabarumu Niss? Apakah sehat?Dan bagaimana kabar ibu Niss?“ Ini nomer baru kamu Ki? Kabarku baik dan kabar ibu sehat,Waktu itu lambung ibu bermasalah. Ibu masuk kerumah sakit waktu malamsehabis muntah-muntah.Tolong pulang Ki ibu udah kangen kamu yang lama pergi”...“Hah? Ibu masuk rumah sakit?Yaudah niss aku besok kesana jumpa dengan ibu.”Pemukiman warga, persawahan, sungai, gunung, semua berlalu begitu cepat ketika mobil bus yang membawa Rizki menjauhi Jakarta. Ia pergi sendiri dengan tas raselnya, seakan ingin cepat sampai ke Bogor. Hanya ingatan dan kenangannya yang waktu itu masih ditempat kenangannya, rasa ingin jumpa ingin cepat tersampaikan kepada rasa rindu yang stiap kali mengabari lewat ingatan kepala.Dua jam berlalu semua terasa begitu teatrtikal. Nissa yang sudah lama menanti kehadiran Rizki pulang hanya bisa duduk diam dikamar bersihnya sambil menunggu, sang perantau pulang. Tiga jam

    Huling Na-update : 2021-04-27
  • Alam dan Kita   Ruang Jenuh

    Kamu DimanaDeretan awan kembali bergumpal pada pagi haricuaca cerah kini menyinari jalan aspal.Terlintas pepohonan berwarna hijau cerah, sesekali bergoyangmenyumbang debu jalanan.Ditengah kepanikan, mesin kendaraan roda duaterus menderu. Motor legenda yang kutumpangi membawa ke kampus lama,mungkin menuju dunia pendidikan yangtak usai-usai. Kupejamkan lagi mata,geligi menggeram tak kuasa ungin mengucap. Kuharap ini hanya pikiran buruk,sudah lah aku lelah. Aku ingin hidup ini baik-baik saja, menanti teh hangatdirumah.Kubuka kembali pikiran jernih ku, meski sering terikan pikiran buruk. Kulihat ragaku telah kusam dan legam, di hiasi seutas tas yang menggenggam rasa lelah. Sorang sahabat kampus menatapku pilu, seolah mengatakan bahwa kau tidak seharusnya begitu. Angin menerpa tubuhku yang lesuh tek berdaya, memberi sedikit kenyamanan dalam penderitaan hidup, aku mengerang telah usai dikalahkan perih yang menyeran

    Huling Na-update : 2021-04-27
  • Alam dan Kita   Bangku Taman

    Bangku TamanManusia, terbentuk dari impian.Tanpa itu kita hanyalah angan-angan biasa yang bergerakMengikuti hirup-hirup dunia kusam, tetapi tidak mengiringi iramaAlam dan Bumi. Dan impian bukan sesuatu yang absolut. Ia dapat berubah,bertambah maupun berkurang. Bagi laki-laki itu sendiri impian telah bertambah satu:melangkah beriringan bersama gadis yang bernama Annisa Cahyani.Setahun, lebih tanpa ada kabar. Aku menanyakan kabarmu lewat akun gmail untuk menanyakan kabar. Dan, akhirnya aku menyatakan perasaanku kepadamu. Maksudku, saat itu hanya ingin menanyakan kabar saja. Agar kamu tau, betapa merindunya aku disini. Aku bermaksud hanya ingin meringankan pikiranku yang gundah supaya berkurang. Namun, semoga kamu merasakan apa yang kurasa.Hay Niss, apakabar disana? Ingatkah saat kita pertama jumpa disekelas dan kita pulang bareng. Kita tinggal di kota yang sama dan kita hanya manusai yang dipertemukan dalam kospirasi alam

    Huling Na-update : 2021-04-27
  • Alam dan Kita   Sepintas Debu Jalanan

    Sepintas Debu JalananTatapan, matanya begitu tajam.Saat kau mencari makhluk tuhan,Yang membawa kebahagiaan entah sampai kapan.Lantas kau lupa, bahwasannya yang kau cari sebenarnyaKesuksesan. Itulah hidup.Tuhan memang memiliki cara-Nya yang berbeda untuk mengingatkan kita, entah itu dari yang bencana ataupun kebahagiaan. Sejatinya manusia dibumi adalah ketentuan dari tuhan semesta alam, termasuk antara pertemuan dan perpisahan.Manusia tidak akan menyangkan sebelumnya, ketika bertemu seseorang yang baik. Darinya kita belajar bahwasanya hidup perlu penghormatan antara kasih sayang dan saling menghargai. Bisa jadi bahwa tuhan telah menentukan bahwa orang yang baik akan bersama dengan yang baik. Hal-hal itu kadang kita suka luput dari pengamatan kita, dasarnya kita harus selalu bersyukur apa yang telah ditetapkan tuhan semesta alam.Kampus di Bogor banyak sekali pedagang jalanan, dan pengamen cilik bernyanyi. Biasanya, para pedagang

    Huling Na-update : 2021-04-27
  • Alam dan Kita   Hati Sang Matahari

    Buah hati dari Sang Matahari.Matahari, memang sama seperti kita.Terbit saat wajah baru, indah ketika teredeup lelah.Seorang laki-laki kumal menyusuri jalan kehidupan,Jalan menuju surga memang sulit. Baju yang lusuh mengiringi jalannyadi sekitaran jalanan. Mencari kebutuhan diantara banyaknya, tumpukanpejalan. Terlukis di tembok ada karya sastra yang tergambar menarik.Dan kesemuanya masih belum bisa digenggam.Pagi hari tepat dihari itu, Aku dan adik makan diwarung dekat jalan. Kami memesan ayam bakar, dan jus mangga. Aroma ayam bakar, telah tercium sampai ke meja kami. Melintir keperutku yang sudah lapar dari tadi.Pesanan pun tiba saya. Tidak sabar mencoba lezatnya aroma ayam bakar dengan saus asam manis. Kepungan butir-butir nasi hangat membuat nafsu makan sangat bergairah. Kucicipi secuil daging yang telah tersaji, gigitan pertama ayam bakar yang empuk dan nikamt itu terasa lancar hanya menyisakan s

    Huling Na-update : 2021-04-27
  • Alam dan Kita   Gadis Yang Terlelap

    Pelayan TokoPagi, itu cuaca cerah dipersimpangan jalan.menyisakan genangan, bekas hujan tadi malam.Nyatanya semua hidup itu berbeda, tetapi kitaselalu berdampingan ditempatkan unuk saling menemukan.Biar saja tetap terulang, aku tidak pernah mendengar bahwa.Tuhan berkata kita beda tujuan.Masih ditempat yang sama. Bogor tempat indah, sejuk, dan nyaman seperti bunga yang disimpan didalam taman.Alarm, berbunyi keras disebelah tempat tidur ku. Bagiku itu adalah anugrah. Sebab kalo bangun siang jalan dikota pasti macet. Saya melirik jam di ponsel genggam ku, sudah menunjukan pukul tujuh pagi. Langkah menuju pintu kamar mandi, membilas badan lalu pergi menuju kampus.Terlihat pelayan toko sedang membersihkan halaman, dengan paras yang cantik hingga menawan. Para pedagang dan anak kecil, sedang siap-siap berniaga berkemas merapikan barang bawaannya. Langkah disertai do’a mereka, semangat yang tak kunjung pudar.

    Huling Na-update : 2021-04-27

Pinakabagong kabanata

  • Alam dan Kita   Epilog

    Semua Akan Kembali Kepada AsalnyaPada, suatu senja.Kita bercerita tentang cita-cita.Langkah berbeda menapak cahaya jingga.Melayang sekalipun kita ikut terbang.Kalau sang senja datang kita akan menyaksikan.Kembali.Ya kala itu kita bersama, berderap melangkah menuju harapan di dunia. Keindahan itu sungguh seperti sunset yang indah mempesona. Cahayanya, cakrawala, bahkan hembusan anginnya. Keindahan itu, bisa membius siapapun yang menyaksikannya untuk menjadi tenang dan damai. Kisah kita seperti sunset. Indah bahkan tidak bisa tertuliskan oleh pena hidup. Matahari itu telah menuju peristirahatanya. Matahari itu telah menyelesaikan tugas sucinya. Mencintai setulus hati . Mencintai sampai mati. “Selamat jalan teman” kisah ini akan selalu dikenang dan dipajang di majalah besar.Setiap langkah kita berbeda, aku hanya melanjutkan profesi ku sebagai alumni mahasiswa kesehatan. Kerap kali dalam buku catatan ku, menuliskan sebuah ce

  • Alam dan Kita   Puncak Langit

    Tetesan Air MataWalau, langkah kakiku rapuh.Aku akan tetap benerjang dan berjuang,aku akan terus maju meski langkah tak mampu.Dengan tekad, aku akan terus berhumpu.Pagi itu, cuaca indah menyambutku dari tidur. Tris yang sudah pergi dan duduk diluar menatapi pemandangan indah di kampung ini. Kampung yang indah dan damai, terbentuk dari sana gumpalan-gumpalan awan berkumpul menyelimuti dengan lembut dan kesejukan. Kampung ini tidak bisa digenggam oleh siapapun, seperti halnya awan yang terbang bebas disana.Setiap kali saya melihat awan, janya keceriaan dan kebahagiaan. Dibalik itu ada kisah perih yang menggentarkan hati, memeteskan air mata, dan melatih mental diri. Semilir angin, dari rongga langit-langit menghembus menelisik lambaian-lambaian kepak sayap burung tanpa harus terganggu. Negri ini terdapat laut yang biru, hutan yang hijau, dan banyaknya ekosistem hewan dan tumbuhan.Siang kami mulai penelitian

  • Alam dan Kita   Isi Cahaya

    Isi CahayaCahaya, seribu cahaya menerangi jalanmu.Seperti, matahari dan rembulan disampingmu.Sinar mu begitu terang, membuat jalan menjadi terang.Langkahmu bagaikan permata laksana bunga bercahaya,yaa kala itu dipagi hari.Perjalanan harus kutempuh dengan berjalan kaki. Kota kabupaten masih jauh, aku masih sepertiga perjalanan.Seperti biasanya kugendong tas punggung. Rasa lelah, tidak membuatku nyerah begitu saja. Suara yang coba menenangkan tidak dihiraukan. Tapi aku tida banyak waktu untuk menenangkan pikiranku, teruslah melangkah. Jalan aspal yang kulintasi semakin samar. Siang itu, langit terasa mendung untuk membuat penelitian tentang kesehatan masyarakat sepertinya hujan akan datang. Udara makin dingin, tanda-tanda akan turun hujan lebat.Aku harus cepat. Berharap cepat sampai dengan tujuanku , sebelum hujan belum membasahi jalanan. Tak peduli beberapa kali untuk melangkahkan kaki, atau jalanan yang rusak. Ketika jalan aspal l

  • Alam dan Kita   Garis Mata Pencaharian

    Matahari TenggelamMatahari, setiap kali kau tenggelam.kau biasanya mengajarkan untuk ikhlas.Dalam lelah, kita belajar untuk istirahatkita hidup didunia ini untuk mencari kebaikan.Baginya pekerjaan yang terbaik adalah langkahhidup yang baik.Biasanya jika otak penat dengan pelajaran, saya biasaya keluar bersama teman dengan roda dua dikala senja. Tidak ada yang kami lakukan, hanya nongkrong diwarung tempat biasa berbagi rasa. Orang-orang pun berbondong-bondong hanya untuk memesan makanan atau minuman, hanya berkendara keliling tempat.Mungkin sebagian orang menyebutkan, bahwa jika ada yang berekendara keliling tempat disebut kurang kerjaan. Bagi saya tidak, jika hingar-bingarnya dikota ini membuat kita jenuh, disenja itu justru sebaliknya mengasikkan. Selepas jam-jam macet berlalu, kala itu diwaktu magrib pun jalanan menjadi renggang lancarnya lalu lintas, asap kendaraan pun berkurang, udara pun terasa lebih segar. Ditamb

  • Alam dan Kita   Diary Bapak Penjual Koran

    DiaryBapak Penjual KoranSeiring, kumandang adzan subuh di mesjid dekat rumahku.Ku tatap pria tak dikenal didepanku. Berharap limpahan dari rahmat-Mu.Hari esok dan seterusnya akan lebih cerah. Kulangkahkan kakiku,Beranjak pergi. Dengan harapan dan angan, mendapatkan rezeki-MuTuk arungi bahtera kehidupan. Dari pintu kamar ku terpajang dinding hiasan kamar.Menggambarkan untuk hidup semangat.Siang itu udara terik menampar pipi, keluh demi keluh terucap tanpa nalar. Secara tak sengaja, saya melihat bapak penjual koran tengah berjalan depersimpangan jalan. Sambil membawa barang dagangannya. Saya yang saat itu sedang makan siang bersama teman kampus. Awalnya aku mengira bahwa bapak itu hanya penjual koran biasa, tapi setelah kami makan aku telusuri beliau, betapa terkejutnya aku dan temanku bahwa bapak itu tidak bisa bicara yau membisu. Dipelukannya, ia membawa puluhan kabar-kabar terbaru dari majalah duni

  • Alam dan Kita   Gadis Yang Terlelap

    Pelayan TokoPagi, itu cuaca cerah dipersimpangan jalan.menyisakan genangan, bekas hujan tadi malam.Nyatanya semua hidup itu berbeda, tetapi kitaselalu berdampingan ditempatkan unuk saling menemukan.Biar saja tetap terulang, aku tidak pernah mendengar bahwa.Tuhan berkata kita beda tujuan.Masih ditempat yang sama. Bogor tempat indah, sejuk, dan nyaman seperti bunga yang disimpan didalam taman.Alarm, berbunyi keras disebelah tempat tidur ku. Bagiku itu adalah anugrah. Sebab kalo bangun siang jalan dikota pasti macet. Saya melirik jam di ponsel genggam ku, sudah menunjukan pukul tujuh pagi. Langkah menuju pintu kamar mandi, membilas badan lalu pergi menuju kampus.Terlihat pelayan toko sedang membersihkan halaman, dengan paras yang cantik hingga menawan. Para pedagang dan anak kecil, sedang siap-siap berniaga berkemas merapikan barang bawaannya. Langkah disertai do’a mereka, semangat yang tak kunjung pudar.

  • Alam dan Kita   Hati Sang Matahari

    Buah hati dari Sang Matahari.Matahari, memang sama seperti kita.Terbit saat wajah baru, indah ketika teredeup lelah.Seorang laki-laki kumal menyusuri jalan kehidupan,Jalan menuju surga memang sulit. Baju yang lusuh mengiringi jalannyadi sekitaran jalanan. Mencari kebutuhan diantara banyaknya, tumpukanpejalan. Terlukis di tembok ada karya sastra yang tergambar menarik.Dan kesemuanya masih belum bisa digenggam.Pagi hari tepat dihari itu, Aku dan adik makan diwarung dekat jalan. Kami memesan ayam bakar, dan jus mangga. Aroma ayam bakar, telah tercium sampai ke meja kami. Melintir keperutku yang sudah lapar dari tadi.Pesanan pun tiba saya. Tidak sabar mencoba lezatnya aroma ayam bakar dengan saus asam manis. Kepungan butir-butir nasi hangat membuat nafsu makan sangat bergairah. Kucicipi secuil daging yang telah tersaji, gigitan pertama ayam bakar yang empuk dan nikamt itu terasa lancar hanya menyisakan s

  • Alam dan Kita   Sepintas Debu Jalanan

    Sepintas Debu JalananTatapan, matanya begitu tajam.Saat kau mencari makhluk tuhan,Yang membawa kebahagiaan entah sampai kapan.Lantas kau lupa, bahwasannya yang kau cari sebenarnyaKesuksesan. Itulah hidup.Tuhan memang memiliki cara-Nya yang berbeda untuk mengingatkan kita, entah itu dari yang bencana ataupun kebahagiaan. Sejatinya manusia dibumi adalah ketentuan dari tuhan semesta alam, termasuk antara pertemuan dan perpisahan.Manusia tidak akan menyangkan sebelumnya, ketika bertemu seseorang yang baik. Darinya kita belajar bahwasanya hidup perlu penghormatan antara kasih sayang dan saling menghargai. Bisa jadi bahwa tuhan telah menentukan bahwa orang yang baik akan bersama dengan yang baik. Hal-hal itu kadang kita suka luput dari pengamatan kita, dasarnya kita harus selalu bersyukur apa yang telah ditetapkan tuhan semesta alam.Kampus di Bogor banyak sekali pedagang jalanan, dan pengamen cilik bernyanyi. Biasanya, para pedagang

  • Alam dan Kita   Bangku Taman

    Bangku TamanManusia, terbentuk dari impian.Tanpa itu kita hanyalah angan-angan biasa yang bergerakMengikuti hirup-hirup dunia kusam, tetapi tidak mengiringi iramaAlam dan Bumi. Dan impian bukan sesuatu yang absolut. Ia dapat berubah,bertambah maupun berkurang. Bagi laki-laki itu sendiri impian telah bertambah satu:melangkah beriringan bersama gadis yang bernama Annisa Cahyani.Setahun, lebih tanpa ada kabar. Aku menanyakan kabarmu lewat akun gmail untuk menanyakan kabar. Dan, akhirnya aku menyatakan perasaanku kepadamu. Maksudku, saat itu hanya ingin menanyakan kabar saja. Agar kamu tau, betapa merindunya aku disini. Aku bermaksud hanya ingin meringankan pikiranku yang gundah supaya berkurang. Namun, semoga kamu merasakan apa yang kurasa.Hay Niss, apakabar disana? Ingatkah saat kita pertama jumpa disekelas dan kita pulang bareng. Kita tinggal di kota yang sama dan kita hanya manusai yang dipertemukan dalam kospirasi alam

Galugarin at basahin ang magagandang nobela
Libreng basahin ang magagandang nobela sa GoodNovel app. I-download ang mga librong gusto mo at basahin kahit saan at anumang oras.
Libreng basahin ang mga aklat sa app
I-scan ang code para mabasa sa App
DMCA.com Protection Status