Share

Aku Pulang

Author: Sutris
last update Last Updated: 2021-04-27 14:05:49

KABAR 

Bagaimana kabarumu Niss? Apakah sehat?

Dan bagaimana kabar ibu Niss?

“ Ini nomer baru kamu Ki? Kabarku baik dan kabar ibu sehat,

Waktu itu lambung ibu bermasalah. Ibu masuk kerumah sakit waktu malam

sehabis muntah-muntah.

Tolong pulang Ki ibu udah kangen kamu yang lama pergi”...

“Hah? Ibu masuk rumah sakit? 

Yaudah niss aku besok kesana jumpa dengan ibu.”

Pemukiman warga, persawahan, sungai, gunung, semua berlalu begitu cepat ketika mobil bus yang membawa Rizki menjauhi Jakarta. Ia pergi sendiri dengan tas raselnya, seakan ingin cepat sampai ke Bogor. Hanya ingatan dan kenangannya yang waktu itu masih ditempat kenangannya, rasa ingin jumpa ingin cepat tersampaikan kepada rasa rindu yang stiap kali mengabari lewat ingatan kepala.

Dua jam berlalu semua terasa begitu teatrtikal. Nissa yang sudah lama menanti kehadiran Rizki pulang hanya bisa duduk diam dikamar bersihnya sambil menunggu, sang perantau pulang. Tiga  jam berlalu ia sudah menunggu dikamar miliknya. Namun, tiga jam baginya tidak masalah dari pada menunggu beberapa bulan untuk mengharapkan penantian yang telah dilewatinya. 

Tampak seoarang lelaki tinggi rambut panjang membawa ransel datang kearahnya, postur badan yang gagah, berani, dan tinggi seperti TNI. Rambut yang rapih dipotong hingga menyerupai anak seleb, kulitnya yang cokelat keputihan karena terbakar matahari dan polusi di kota. Kameja birunya yang lusuh. Pelindung ranselnya yang canda tangan. 

Nissa tak kuasa lagi membendung penantiannya yang datang, ia menghampiri laki-laki itu dan melompat memeluk kangen kedekapannnya. Tangisnya pecah diantara lukisan dinding yang pertama kali pertemuannya. Ia tak mengerti dan paham mengapa ia begitu cengen.

“Rizki kamu jahat. Telah lama kamu pergi meninggalkan tempat ini begitu saja.” Ia merengek kesedihan dan memukul pelan kepada leleki itu.

 “ Iya... Aku kangen juga Niss.” Laki-laki itu memeluk balik sambil tersenyum.

 

Berita datang kepada sang fajar tanpa permisi, meruntukan kebahagiaan kedatangan Rizki dengan wajah baru dan tampilan barunya saja merentas rindu kepada Bogor dan gadisnya tersebut.

“ Bagaimana kabar ibu Niss? “  Jelas Rizki menanyakan kabar ibu.

“ Ibu sakit Ki waktu itu, tapi alhamdulillah beliau sudah pulih.” Sahut Nissa yang sedang mengusap air mata.

 “ Ikut aku Ki, kita berjalanan menuju rumah ibu.” Ucap Nissa.

 

Kehadiran Rizki tentu meredahkan kegelisahannya yang telah berbulan-bulan meninggalkan tempat ini. Nissa yang dari tadi hanya senyum karena bisa berjalan kembali dengan Rizki yang lama pergi dari tempat ini.

Nissa membawa Rizki menuju ibunya yang sedang duduk sembari minum teh. Di lengannya melingkar gelang anyam besi asal khas Papua. Nissa mengetuk pintu rumahnya dan sang ibu keluar dengan tersenyum terhera-heran karena tidak mengenali sosok yang dibawa Nissa.

“ Assalamualaikum Bu?’’

“ Iya, waalaikumsallam. Ada temen kamu Niss ajak masuk”

“ Bukan bu... Ini Rizki yang awaktu itu pergi lama.”

“ Ouh nak Rizki, Kemana aja kamu Ki? Ibu kangen.?

“ Ada bu kerja di Jakarta, Bagaimana kabar ibu?”

“ Ibu sehat Ki, tapi waktu itu ibu semmpat masuk rumah sakit. Karena lambung ibu kambuh.”

“ Ouh Syukur kalo sehat Ibu. Iya Bu maafin Iki yang waktu itu gak bisa jenguk.”

“ Yasudah, mari kita masuk kedlam rumah”

********

Bu, aku masih ingat kala dimana aku diam ditempat ini sewaktu ibu bercerita tentang perkenalan bapak dan ibu. 

Aku selalu tertawa apabila ibu bercerita tentang cinta pada pandangan pertama. Mana ada hal itu di dunia nyata? Ah ternyata aku dikerjain oleh alam semesta. Aku kena serangan yang sama.

Kata ibu, Bapak waktu itu kala usianya tiga puluh taun pertama kalinya ibu bertemu dengan bapak di taun 1991. Bapak yang menatap Ibu seperti sepasang mata pedang. Beliau duduk di taman, ketika ibu pulang dari kegiatan mengajar. Perkenalan yang biasa membawa kalian menuju petualngan luar biasa. Bapak yang kelahirannya di kota Bandung mengembala keliling nusantara sejak lepas dari pengasingannya di kota Bandung. Bapak meminta tolong ke ibu untuk mencarikan pekerjaan yang sesuai dengannya. 

Di kantor atau dibidang pertanian pun tak apa. Bapak berkata bahwa ada sesuatu yang ada didalam diri  ibu yang membuat percaya bahwa diri ibu adalah anugrah tuhan yang akan menolong dirinya. Entah bapak bersungguh-sungguh atau hanya bergurau saja dengan skill gombalan mautnya. Kalo bapak mengambil ibu, itu pasti karena ketulusan hati ibu dan parasnya yang cantik mewanan itu yang buat bapak kagum. Ibu yang kala itu berusia 27 tahun kala itu gadis bogor yang masih muda tumbuh besar, kecantikan itu pantas diselamatkan gelar “Sarjana kembang desa” jika saja usia ibu belasan taun, era delapan delpan puluhan dan tinggal didesa mau tak mau ibu harus memaklumi stigma yang mengatakan perempuan lajang diatsas dua puluh sama dengan perwan muda. Tapi ibu tak peduli.

Kendali ibu tak sempat mengecap bangku perkuliahan, buku-buku perpustakaan desa yang ditawarkan membuka cakrawala naluri ibu sedari remaja. Kebanyakan membaca buku sama saja menaikan standarisasi untuk segala hal, berhubung ibu tidak menemukan kriteria lelaki idaman di universitasnya. Tempat itu tumbuh tidak ada kisah Romeo And Juliet  atau Clark Gable disana ibu lebih memilih untuk menuarkan pemikiran, bekerja sebagai agroteknologi selepas lulus kuliah menyebabkan ibu mengerti bahwa bahagia itu cukup sederhana saja. Dan merasakan cinta kasih meski tak bersama kekasih.

Selepas itu ibu harus merelakan pekerjaan dari agroteknologi, merelakan tanah kelahirannya, dan melepas keluarga hanya bersama bapak yang di cap ” kiri ”  Cinta yang mengalahkan logikanya. Percayalah Bu, aku pun pernah megalaminnya.

****

Pintu kamar tiba-tiba terbuka perlahan, mengeluarkan suara pelan. Bapak datang dengan pikiran heran siapa orang itu? Kameja biru yang membungkus tubuhnya yang gagah di usia senja. Ia tidak berkumis namun berpostur tubuh tinggi, gagah layaknya TNI datang kerumahnya.

“ Assalamaualaikum pak, apa kabar?” Tanya Rizki.

Sang bapak menjawab dengan rasa heran ada apa dirumahnya, kilau sang pria itu memancarkan pancaran yang masih sama wajahnya yang disusupi kusam. Sang bapak tersenyum, dan merasa dirinya pernah kenal tapi dia lupa bahwasannya dia adlah Rizki yang kala itu pergi jauh.

“ Ouh kamu Rizki, dari mana saja nak. Lama tak jumpa?” Gerutu bapak karena baru tau.

“ Iya pak, Aku sekarang bekerja di Jakarta dan baru kali ini aku sempat mampir kesini.”Ucap Rizki.

“ Ouh seperti itu, Bagaimana kabar kedua orang tuamu disana?” Tanya bapak 

“ Orang tuaku baik-bauk saja. Dan alhamdulillah orang tuaku sehat semua.” Sahut Rizki.

“ Syukur jika orang tuamu sehat.” Gerutu sang bapak dengan duduk manis.

 

Tiba-tiba Rizki bertanya kepada sang ibu. “Bu waktu itu ibu sakit apa kok sampai masuk rumah sakit begitu?.”

“ Ouh kala itu, ibu menderita sakit  nak. Dan sekarang ibu udah pulih kok.’’

“ Apa yang terasa bu?” tanya Rizki. 

“ Lambung nak, tapi ibu sehat kok, hanya saja dokternya yang berlebihan”

Rizki menggeleng kepada “ Ibu ini terlalu menyepelekan kesehatan”

“ Loh, memang begitu kok nak.”  Sang ibu berupaya bangun dari tempat duduknya, tapi rasa sakit sangat mencubit kuat. Sang ibu meringis kesakitan.

“ sudah jangan bangun dulu Bu...” Ujar bapak.

“ Ouh ya bu, Rizki disini mau menginap apakah boleh? Tanya Nissa dari tadi hanya diam.

“ Hebat kamu nak, ibumu sakit malah bikin keanehan saja” ujar bapak

“ Huss bapak, gaboleh gitu... iya boleh kok nak masih ada kamar kosong satu” ucap ibu.

“ Bercanda bu... yasudah Nissa tolong rapihkan kamar yang mau diisi oleh nak Rizki.” Ucap bapak sambil tertwa.

“ Terimah kasih Pak,Bu telah mengizinkan saya untukl menginap disini.” Ucap Rizki yang tersenyum.

                                                                                 

                                                                                                ***

Ibu ingat tidak saat membawa ku kembali cerita muda kita di era 1991? Itu tahun dimana kita menikah, ibu memutuskan untuk pindah ke Jakarta dan mencari kerja disana. Kita tinggal di rumah kecil dibelantara kota Jakarta barat, warna yang asri meski diwarnai polusi kendaraan, asap pabrik dan lingkungan yang kumuh. Pagar tinggi yang kokoh memisahkan dari modernisasi. Bunga anggrek tumbuh di tempat yang tak luas.

Kerja di Jakarta pilihan bapak untuk menyambung hidup, punya tanda ETP  di  KTP-nya mengakibatkan  ia tidak mampu bebas bergerak. Sementara ibu melanjutkan pekerjaanya menjadi guru pengajar di SD swasta,  walau tak sesuai harapan patut di syukuri.  Aku tumbuh menjadi bagian dari ibu, sembilan bulan kemudia aku bisa melihat dunia dan menangis keras untuk pertama kalinya.

Bapak memberiku nama Annisa Cahyani yang berarti “ Perempuan  ” mungkin diberi nama itu karena masih menyimpan cahaya gelap dalam kehidupannya. Namun tak mampu membalas, diasingkan selama hampir satu tahun memang bukan perkara yang masih serta-merta yang dimaafkan. Sementara “ Cahyani” merupkan cahaya  untuk menyinari kegelapan hati.

Sejak aku lahir, ibu menjadikan ku sebagai pusat semesta. Segala sesuatu tentang ku, kehadiran ku membuat indikasi bahwa bapak dan ibu mesti membanting tulang lebih keras. Bapak dipercaya mandor  menjadi dan ibu bekerja jadi guru SD Negri di Jakarta.

 Ingatkah ibu saat annisa SD? Annisa  pernah demam tinggi dan ibu menjadi orang pertama yang merawatnya. 

Ingatkah ibu saat annisa SMP ? kala waktu itu dia mendambakan pagar, dan ibu mesti bekerja keras hanya untuk memenuhi keinginan buah hati  kita, dan semenjak  SMA annisa bisa berkembang baik kala waktu itu kita khawatir entah mencari kemana annisa pergi dan kembali pulang pukul dua dini hari. Ibu yang tertidur diruang tamu, menungu sang putri pulang kerumah. Dan tiba-tiba  annisa datang sang ibu terbangun dan tersenyum melihat kehadiran annisa pulang. Kemudian ibu berujar : istirhatlah nak, ibu sudah menyiapkan makanan dan minuman hangat kesukaan mu. Makan yaa, Nak. Dan begitu terharunya putri kami menjadi sosok pahlawan masa depan bangsa.

*****

Jam berlalu berselimut rasa tangis, haru, dan bahagia menjadi satu. Melihat putri mereka menjadi primadona bagi keluarga sederhana tak ada do’a daya upaya hanya pertolongan tuhan dan do’a sejatinya sang air mata ibu.

Anissa yang mendengar perkataan itu, menangis di sebuah kamar yang dirapikannya sebuah pengorbanan besar karena niat perjuangan yang tulus oleh kedua orang tuannya. Berselang lama terdiam,  Annisa keluar kamar dan duduk kembali disamping ibunya yang duduk manis. Sang ibu menanyakan kepada putrinya  “ Apakah, kamar buat nak Rizki sudah selesai dirapikan?” ujar ibu.

“ Sudah bu, sudah siap pakai.”  Jawab Annisa.

“ Baiklah nak, terima kasih. Sekarang nak Rizki boleh istirahat.” ujar sang Ibu.

“ Baik bu, Terima kasih telah banyak membantu. Kalo begitu Rizki masuk ke kamar dulu.” ucap Rizki yang memegang tasnya. 

***** 

 

Ada kebanggaan disenyummu 

Menapak kasih suci dibelaimu

Ada kerinduan ditanyamu

Kisahmu layak samudra tanpa batas

Aku membalas hangat mu dengan jenuh

Tiada kusadar waktu takkan terulang

Untuk menebus keharmonian

Surga  bukan hanya  ada di telapak kakimu

Surga ada diperjuangan mu dan segala tentangmu

Terimah kasih Ibu.......

Related chapters

  • Alam dan Kita   Ruang Jenuh

    Kamu DimanaDeretan awan kembali bergumpal pada pagi haricuaca cerah kini menyinari jalan aspal.Terlintas pepohonan berwarna hijau cerah, sesekali bergoyangmenyumbang debu jalanan.Ditengah kepanikan, mesin kendaraan roda duaterus menderu. Motor legenda yang kutumpangi membawa ke kampus lama,mungkin menuju dunia pendidikan yangtak usai-usai. Kupejamkan lagi mata,geligi menggeram tak kuasa ungin mengucap. Kuharap ini hanya pikiran buruk,sudah lah aku lelah. Aku ingin hidup ini baik-baik saja, menanti teh hangatdirumah.Kubuka kembali pikiran jernih ku, meski sering terikan pikiran buruk. Kulihat ragaku telah kusam dan legam, di hiasi seutas tas yang menggenggam rasa lelah. Sorang sahabat kampus menatapku pilu, seolah mengatakan bahwa kau tidak seharusnya begitu. Angin menerpa tubuhku yang lesuh tek berdaya, memberi sedikit kenyamanan dalam penderitaan hidup, aku mengerang telah usai dikalahkan perih yang menyeran

    Last Updated : 2021-04-27
  • Alam dan Kita   Bangku Taman

    Bangku TamanManusia, terbentuk dari impian.Tanpa itu kita hanyalah angan-angan biasa yang bergerakMengikuti hirup-hirup dunia kusam, tetapi tidak mengiringi iramaAlam dan Bumi. Dan impian bukan sesuatu yang absolut. Ia dapat berubah,bertambah maupun berkurang. Bagi laki-laki itu sendiri impian telah bertambah satu:melangkah beriringan bersama gadis yang bernama Annisa Cahyani.Setahun, lebih tanpa ada kabar. Aku menanyakan kabarmu lewat akun gmail untuk menanyakan kabar. Dan, akhirnya aku menyatakan perasaanku kepadamu. Maksudku, saat itu hanya ingin menanyakan kabar saja. Agar kamu tau, betapa merindunya aku disini. Aku bermaksud hanya ingin meringankan pikiranku yang gundah supaya berkurang. Namun, semoga kamu merasakan apa yang kurasa.Hay Niss, apakabar disana? Ingatkah saat kita pertama jumpa disekelas dan kita pulang bareng. Kita tinggal di kota yang sama dan kita hanya manusai yang dipertemukan dalam kospirasi alam

    Last Updated : 2021-04-27
  • Alam dan Kita   Sepintas Debu Jalanan

    Sepintas Debu JalananTatapan, matanya begitu tajam.Saat kau mencari makhluk tuhan,Yang membawa kebahagiaan entah sampai kapan.Lantas kau lupa, bahwasannya yang kau cari sebenarnyaKesuksesan. Itulah hidup.Tuhan memang memiliki cara-Nya yang berbeda untuk mengingatkan kita, entah itu dari yang bencana ataupun kebahagiaan. Sejatinya manusia dibumi adalah ketentuan dari tuhan semesta alam, termasuk antara pertemuan dan perpisahan.Manusia tidak akan menyangkan sebelumnya, ketika bertemu seseorang yang baik. Darinya kita belajar bahwasanya hidup perlu penghormatan antara kasih sayang dan saling menghargai. Bisa jadi bahwa tuhan telah menentukan bahwa orang yang baik akan bersama dengan yang baik. Hal-hal itu kadang kita suka luput dari pengamatan kita, dasarnya kita harus selalu bersyukur apa yang telah ditetapkan tuhan semesta alam.Kampus di Bogor banyak sekali pedagang jalanan, dan pengamen cilik bernyanyi. Biasanya, para pedagang

    Last Updated : 2021-04-27
  • Alam dan Kita   Hati Sang Matahari

    Buah hati dari Sang Matahari.Matahari, memang sama seperti kita.Terbit saat wajah baru, indah ketika teredeup lelah.Seorang laki-laki kumal menyusuri jalan kehidupan,Jalan menuju surga memang sulit. Baju yang lusuh mengiringi jalannyadi sekitaran jalanan. Mencari kebutuhan diantara banyaknya, tumpukanpejalan. Terlukis di tembok ada karya sastra yang tergambar menarik.Dan kesemuanya masih belum bisa digenggam.Pagi hari tepat dihari itu, Aku dan adik makan diwarung dekat jalan. Kami memesan ayam bakar, dan jus mangga. Aroma ayam bakar, telah tercium sampai ke meja kami. Melintir keperutku yang sudah lapar dari tadi.Pesanan pun tiba saya. Tidak sabar mencoba lezatnya aroma ayam bakar dengan saus asam manis. Kepungan butir-butir nasi hangat membuat nafsu makan sangat bergairah. Kucicipi secuil daging yang telah tersaji, gigitan pertama ayam bakar yang empuk dan nikamt itu terasa lancar hanya menyisakan s

    Last Updated : 2021-04-27
  • Alam dan Kita   Gadis Yang Terlelap

    Pelayan TokoPagi, itu cuaca cerah dipersimpangan jalan.menyisakan genangan, bekas hujan tadi malam.Nyatanya semua hidup itu berbeda, tetapi kitaselalu berdampingan ditempatkan unuk saling menemukan.Biar saja tetap terulang, aku tidak pernah mendengar bahwa.Tuhan berkata kita beda tujuan.Masih ditempat yang sama. Bogor tempat indah, sejuk, dan nyaman seperti bunga yang disimpan didalam taman.Alarm, berbunyi keras disebelah tempat tidur ku. Bagiku itu adalah anugrah. Sebab kalo bangun siang jalan dikota pasti macet. Saya melirik jam di ponsel genggam ku, sudah menunjukan pukul tujuh pagi. Langkah menuju pintu kamar mandi, membilas badan lalu pergi menuju kampus.Terlihat pelayan toko sedang membersihkan halaman, dengan paras yang cantik hingga menawan. Para pedagang dan anak kecil, sedang siap-siap berniaga berkemas merapikan barang bawaannya. Langkah disertai do’a mereka, semangat yang tak kunjung pudar.

    Last Updated : 2021-04-27
  • Alam dan Kita   Diary Bapak Penjual Koran

    DiaryBapak Penjual KoranSeiring, kumandang adzan subuh di mesjid dekat rumahku.Ku tatap pria tak dikenal didepanku. Berharap limpahan dari rahmat-Mu.Hari esok dan seterusnya akan lebih cerah. Kulangkahkan kakiku,Beranjak pergi. Dengan harapan dan angan, mendapatkan rezeki-MuTuk arungi bahtera kehidupan. Dari pintu kamar ku terpajang dinding hiasan kamar.Menggambarkan untuk hidup semangat.Siang itu udara terik menampar pipi, keluh demi keluh terucap tanpa nalar. Secara tak sengaja, saya melihat bapak penjual koran tengah berjalan depersimpangan jalan. Sambil membawa barang dagangannya. Saya yang saat itu sedang makan siang bersama teman kampus. Awalnya aku mengira bahwa bapak itu hanya penjual koran biasa, tapi setelah kami makan aku telusuri beliau, betapa terkejutnya aku dan temanku bahwa bapak itu tidak bisa bicara yau membisu. Dipelukannya, ia membawa puluhan kabar-kabar terbaru dari majalah duni

    Last Updated : 2021-04-27
  • Alam dan Kita   Garis Mata Pencaharian

    Matahari TenggelamMatahari, setiap kali kau tenggelam.kau biasanya mengajarkan untuk ikhlas.Dalam lelah, kita belajar untuk istirahatkita hidup didunia ini untuk mencari kebaikan.Baginya pekerjaan yang terbaik adalah langkahhidup yang baik.Biasanya jika otak penat dengan pelajaran, saya biasaya keluar bersama teman dengan roda dua dikala senja. Tidak ada yang kami lakukan, hanya nongkrong diwarung tempat biasa berbagi rasa. Orang-orang pun berbondong-bondong hanya untuk memesan makanan atau minuman, hanya berkendara keliling tempat.Mungkin sebagian orang menyebutkan, bahwa jika ada yang berekendara keliling tempat disebut kurang kerjaan. Bagi saya tidak, jika hingar-bingarnya dikota ini membuat kita jenuh, disenja itu justru sebaliknya mengasikkan. Selepas jam-jam macet berlalu, kala itu diwaktu magrib pun jalanan menjadi renggang lancarnya lalu lintas, asap kendaraan pun berkurang, udara pun terasa lebih segar. Ditamb

    Last Updated : 2021-04-27
  • Alam dan Kita   Isi Cahaya

    Isi CahayaCahaya, seribu cahaya menerangi jalanmu.Seperti, matahari dan rembulan disampingmu.Sinar mu begitu terang, membuat jalan menjadi terang.Langkahmu bagaikan permata laksana bunga bercahaya,yaa kala itu dipagi hari.Perjalanan harus kutempuh dengan berjalan kaki. Kota kabupaten masih jauh, aku masih sepertiga perjalanan.Seperti biasanya kugendong tas punggung. Rasa lelah, tidak membuatku nyerah begitu saja. Suara yang coba menenangkan tidak dihiraukan. Tapi aku tida banyak waktu untuk menenangkan pikiranku, teruslah melangkah. Jalan aspal yang kulintasi semakin samar. Siang itu, langit terasa mendung untuk membuat penelitian tentang kesehatan masyarakat sepertinya hujan akan datang. Udara makin dingin, tanda-tanda akan turun hujan lebat.Aku harus cepat. Berharap cepat sampai dengan tujuanku , sebelum hujan belum membasahi jalanan. Tak peduli beberapa kali untuk melangkahkan kaki, atau jalanan yang rusak. Ketika jalan aspal l

    Last Updated : 2021-04-27

Latest chapter

  • Alam dan Kita   Epilog

    Semua Akan Kembali Kepada AsalnyaPada, suatu senja.Kita bercerita tentang cita-cita.Langkah berbeda menapak cahaya jingga.Melayang sekalipun kita ikut terbang.Kalau sang senja datang kita akan menyaksikan.Kembali.Ya kala itu kita bersama, berderap melangkah menuju harapan di dunia. Keindahan itu sungguh seperti sunset yang indah mempesona. Cahayanya, cakrawala, bahkan hembusan anginnya. Keindahan itu, bisa membius siapapun yang menyaksikannya untuk menjadi tenang dan damai. Kisah kita seperti sunset. Indah bahkan tidak bisa tertuliskan oleh pena hidup. Matahari itu telah menuju peristirahatanya. Matahari itu telah menyelesaikan tugas sucinya. Mencintai setulus hati . Mencintai sampai mati. “Selamat jalan teman” kisah ini akan selalu dikenang dan dipajang di majalah besar.Setiap langkah kita berbeda, aku hanya melanjutkan profesi ku sebagai alumni mahasiswa kesehatan. Kerap kali dalam buku catatan ku, menuliskan sebuah ce

  • Alam dan Kita   Puncak Langit

    Tetesan Air MataWalau, langkah kakiku rapuh.Aku akan tetap benerjang dan berjuang,aku akan terus maju meski langkah tak mampu.Dengan tekad, aku akan terus berhumpu.Pagi itu, cuaca indah menyambutku dari tidur. Tris yang sudah pergi dan duduk diluar menatapi pemandangan indah di kampung ini. Kampung yang indah dan damai, terbentuk dari sana gumpalan-gumpalan awan berkumpul menyelimuti dengan lembut dan kesejukan. Kampung ini tidak bisa digenggam oleh siapapun, seperti halnya awan yang terbang bebas disana.Setiap kali saya melihat awan, janya keceriaan dan kebahagiaan. Dibalik itu ada kisah perih yang menggentarkan hati, memeteskan air mata, dan melatih mental diri. Semilir angin, dari rongga langit-langit menghembus menelisik lambaian-lambaian kepak sayap burung tanpa harus terganggu. Negri ini terdapat laut yang biru, hutan yang hijau, dan banyaknya ekosistem hewan dan tumbuhan.Siang kami mulai penelitian

  • Alam dan Kita   Isi Cahaya

    Isi CahayaCahaya, seribu cahaya menerangi jalanmu.Seperti, matahari dan rembulan disampingmu.Sinar mu begitu terang, membuat jalan menjadi terang.Langkahmu bagaikan permata laksana bunga bercahaya,yaa kala itu dipagi hari.Perjalanan harus kutempuh dengan berjalan kaki. Kota kabupaten masih jauh, aku masih sepertiga perjalanan.Seperti biasanya kugendong tas punggung. Rasa lelah, tidak membuatku nyerah begitu saja. Suara yang coba menenangkan tidak dihiraukan. Tapi aku tida banyak waktu untuk menenangkan pikiranku, teruslah melangkah. Jalan aspal yang kulintasi semakin samar. Siang itu, langit terasa mendung untuk membuat penelitian tentang kesehatan masyarakat sepertinya hujan akan datang. Udara makin dingin, tanda-tanda akan turun hujan lebat.Aku harus cepat. Berharap cepat sampai dengan tujuanku , sebelum hujan belum membasahi jalanan. Tak peduli beberapa kali untuk melangkahkan kaki, atau jalanan yang rusak. Ketika jalan aspal l

  • Alam dan Kita   Garis Mata Pencaharian

    Matahari TenggelamMatahari, setiap kali kau tenggelam.kau biasanya mengajarkan untuk ikhlas.Dalam lelah, kita belajar untuk istirahatkita hidup didunia ini untuk mencari kebaikan.Baginya pekerjaan yang terbaik adalah langkahhidup yang baik.Biasanya jika otak penat dengan pelajaran, saya biasaya keluar bersama teman dengan roda dua dikala senja. Tidak ada yang kami lakukan, hanya nongkrong diwarung tempat biasa berbagi rasa. Orang-orang pun berbondong-bondong hanya untuk memesan makanan atau minuman, hanya berkendara keliling tempat.Mungkin sebagian orang menyebutkan, bahwa jika ada yang berekendara keliling tempat disebut kurang kerjaan. Bagi saya tidak, jika hingar-bingarnya dikota ini membuat kita jenuh, disenja itu justru sebaliknya mengasikkan. Selepas jam-jam macet berlalu, kala itu diwaktu magrib pun jalanan menjadi renggang lancarnya lalu lintas, asap kendaraan pun berkurang, udara pun terasa lebih segar. Ditamb

  • Alam dan Kita   Diary Bapak Penjual Koran

    DiaryBapak Penjual KoranSeiring, kumandang adzan subuh di mesjid dekat rumahku.Ku tatap pria tak dikenal didepanku. Berharap limpahan dari rahmat-Mu.Hari esok dan seterusnya akan lebih cerah. Kulangkahkan kakiku,Beranjak pergi. Dengan harapan dan angan, mendapatkan rezeki-MuTuk arungi bahtera kehidupan. Dari pintu kamar ku terpajang dinding hiasan kamar.Menggambarkan untuk hidup semangat.Siang itu udara terik menampar pipi, keluh demi keluh terucap tanpa nalar. Secara tak sengaja, saya melihat bapak penjual koran tengah berjalan depersimpangan jalan. Sambil membawa barang dagangannya. Saya yang saat itu sedang makan siang bersama teman kampus. Awalnya aku mengira bahwa bapak itu hanya penjual koran biasa, tapi setelah kami makan aku telusuri beliau, betapa terkejutnya aku dan temanku bahwa bapak itu tidak bisa bicara yau membisu. Dipelukannya, ia membawa puluhan kabar-kabar terbaru dari majalah duni

  • Alam dan Kita   Gadis Yang Terlelap

    Pelayan TokoPagi, itu cuaca cerah dipersimpangan jalan.menyisakan genangan, bekas hujan tadi malam.Nyatanya semua hidup itu berbeda, tetapi kitaselalu berdampingan ditempatkan unuk saling menemukan.Biar saja tetap terulang, aku tidak pernah mendengar bahwa.Tuhan berkata kita beda tujuan.Masih ditempat yang sama. Bogor tempat indah, sejuk, dan nyaman seperti bunga yang disimpan didalam taman.Alarm, berbunyi keras disebelah tempat tidur ku. Bagiku itu adalah anugrah. Sebab kalo bangun siang jalan dikota pasti macet. Saya melirik jam di ponsel genggam ku, sudah menunjukan pukul tujuh pagi. Langkah menuju pintu kamar mandi, membilas badan lalu pergi menuju kampus.Terlihat pelayan toko sedang membersihkan halaman, dengan paras yang cantik hingga menawan. Para pedagang dan anak kecil, sedang siap-siap berniaga berkemas merapikan barang bawaannya. Langkah disertai do’a mereka, semangat yang tak kunjung pudar.

  • Alam dan Kita   Hati Sang Matahari

    Buah hati dari Sang Matahari.Matahari, memang sama seperti kita.Terbit saat wajah baru, indah ketika teredeup lelah.Seorang laki-laki kumal menyusuri jalan kehidupan,Jalan menuju surga memang sulit. Baju yang lusuh mengiringi jalannyadi sekitaran jalanan. Mencari kebutuhan diantara banyaknya, tumpukanpejalan. Terlukis di tembok ada karya sastra yang tergambar menarik.Dan kesemuanya masih belum bisa digenggam.Pagi hari tepat dihari itu, Aku dan adik makan diwarung dekat jalan. Kami memesan ayam bakar, dan jus mangga. Aroma ayam bakar, telah tercium sampai ke meja kami. Melintir keperutku yang sudah lapar dari tadi.Pesanan pun tiba saya. Tidak sabar mencoba lezatnya aroma ayam bakar dengan saus asam manis. Kepungan butir-butir nasi hangat membuat nafsu makan sangat bergairah. Kucicipi secuil daging yang telah tersaji, gigitan pertama ayam bakar yang empuk dan nikamt itu terasa lancar hanya menyisakan s

  • Alam dan Kita   Sepintas Debu Jalanan

    Sepintas Debu JalananTatapan, matanya begitu tajam.Saat kau mencari makhluk tuhan,Yang membawa kebahagiaan entah sampai kapan.Lantas kau lupa, bahwasannya yang kau cari sebenarnyaKesuksesan. Itulah hidup.Tuhan memang memiliki cara-Nya yang berbeda untuk mengingatkan kita, entah itu dari yang bencana ataupun kebahagiaan. Sejatinya manusia dibumi adalah ketentuan dari tuhan semesta alam, termasuk antara pertemuan dan perpisahan.Manusia tidak akan menyangkan sebelumnya, ketika bertemu seseorang yang baik. Darinya kita belajar bahwasanya hidup perlu penghormatan antara kasih sayang dan saling menghargai. Bisa jadi bahwa tuhan telah menentukan bahwa orang yang baik akan bersama dengan yang baik. Hal-hal itu kadang kita suka luput dari pengamatan kita, dasarnya kita harus selalu bersyukur apa yang telah ditetapkan tuhan semesta alam.Kampus di Bogor banyak sekali pedagang jalanan, dan pengamen cilik bernyanyi. Biasanya, para pedagang

  • Alam dan Kita   Bangku Taman

    Bangku TamanManusia, terbentuk dari impian.Tanpa itu kita hanyalah angan-angan biasa yang bergerakMengikuti hirup-hirup dunia kusam, tetapi tidak mengiringi iramaAlam dan Bumi. Dan impian bukan sesuatu yang absolut. Ia dapat berubah,bertambah maupun berkurang. Bagi laki-laki itu sendiri impian telah bertambah satu:melangkah beriringan bersama gadis yang bernama Annisa Cahyani.Setahun, lebih tanpa ada kabar. Aku menanyakan kabarmu lewat akun gmail untuk menanyakan kabar. Dan, akhirnya aku menyatakan perasaanku kepadamu. Maksudku, saat itu hanya ingin menanyakan kabar saja. Agar kamu tau, betapa merindunya aku disini. Aku bermaksud hanya ingin meringankan pikiranku yang gundah supaya berkurang. Namun, semoga kamu merasakan apa yang kurasa.Hay Niss, apakabar disana? Ingatkah saat kita pertama jumpa disekelas dan kita pulang bareng. Kita tinggal di kota yang sama dan kita hanya manusai yang dipertemukan dalam kospirasi alam

DMCA.com Protection Status