Home / Lain / Alam dan Kita / Ruang Jenuh

Share

Ruang Jenuh

Author: Sutris
last update Last Updated: 2024-10-29 19:42:56

Kamu Dimana

Deretan awan kembali bergumpal pada pagi hari 

cuaca cerah kini menyinari jalan aspal.

Terlintas pepohonan berwarna hijau cerah, sesekali bergoyang

menyumbang debu jalanan.

Ditengah kepanikan, mesin kendaraan roda dua

terus menderu. Motor legenda yang kutumpangi membawa ke kampus lama,

mungkin menuju dunia pendidikan yangtak usai-usai. Kupejamkan lagi mata,

geligi menggeram tak kuasa ungin mengucap. Kuharap ini hanya pikiran buruk,

sudah lah aku lelah. Aku ingin hidup ini baik-baik saja, menanti teh hangat 

dirumah.

 

Kubuka kembali pikiran jernih ku, meski sering terikan pikiran buruk. Kulihat ragaku telah kusam dan legam, di hiasi seutas tas yang menggenggam rasa lelah. Sorang sahabat kampus menatapku pilu, seolah mengatakan bahwa kau tidak seharusnya begitu. Angin menerpa tubuhku yang lesuh tek berdaya, memberi sedikit kenyamanan dalam penderitaan hidup, aku mengerang telah usai dikalahkan perih yang menyerang.

“ Bertahanlah Ki”  ujarku dalam batin.

Aku berusaha tersenyum walau berusaha menggerakan wajah agak berat. Bibir ku rasa ingin mengucap sesuatu, tapi suara ku ditelan bisu. Aku bergegas mengambil ponsel di saku celana ku, didekatkan ponsel genggam itu dekat wajah setelah menekan tombol camera. Aku menelan ludah dan kemabli berkaca pada camera selfi ku.

Aku terlihat kurang bergairah. Angin tak mampu mengobati rasa sakit yang kian meradang. Disisi mobil terparkir terlihat bayangan siluet hitam jelaga yang siap menjemput . Jangan dulu! Jangan sekarang!

Aku kembali berkaca kepada langit cerah, dan ku lihat di pandangan bangku depan sepeda motor kulihat gadis tersenyum. Aku tak kuasa, bulirpun mengenai mata. Ku palingkan ponsel dari genggaman ku tanda kalimat tidak perlu lagi dilihat.  Rizki memasukannya kedalam saku celananya, dengan wajah teramat lesuh dan kusam.

Aku lelah... aku tak kuasa lagi sakit sekali.

Satu napas mataku, aku kembali menelan ludah.

Dua napas aku arahkan kepada cahaya angkasa yang cerah

Tiga napas aku menatap pintu rumah ku yang tertutup.

Napas terakhir....

Ibu aku pulang

                                                                                           *****  

Dari mengenalmu dan mengagumimu. Dari mengagumimu hingga membayangkanmu. Dari membayangkanmu hingga aku ingin bertemu denganmu lagi. “ Waktu” telah memberitahu bahwa rasa sakit adalah resiko hidup yang harus ditempuh melalui hidup.

“ Ki... Kenapa kamu termenung?” tanya tris yang sedang berada dirumah Rizki.

Kupejamkan mata, tanda rasa tidak percaya. Ku angkat tubuhku dari rasa lelah, ku minum air putih dan menghirup udara pepohonan di halaman rumah.

“ Rasa bosan dalam dekapan.” Ucap Rizki yang kusut.

“ Lama tak jumpa, tampak muka yang berbeda.” Sambung Rizki yang menatap sahabatnya.

“Gue tidak kemana-mana, gue ada dirumah nugas kampus terus” Sahut Tris....

“ Lo kemana aja?.” Tanya Tris.

“Yaaa disini aja, gak kemana-mana. Bosan terlalu nugas tuh” ujar Rizki.

Lama berdiskusi dengan sahabat lama, Tris pulang berpamitan kepada Rizki.

“Gue pulang dulu, ada urusan dulu yang belum beres” ucap Tris.

“ Yaudah hati-hati dijalan.” Ujar Rizki.

Aku berdiri menghantarkan Tris menuju gerbang halaman rumah, kubuka gerbang kutatap sebuah pemandangan indah didepan. Gemuruh angin menerpa, solah siap meninju congkaknya dunia. Sesekali bibir mengucap-ucap. Kapan kamu pulang Niss, dilihatnya kenangan di ponsel ada foto bersama sat duduk ditaman melihat sang senja tiba. Kubanringkan tubuhku diatas kursi kosong dan secangkir air putih, lama kupandangi wajah berserinya, kutemukan rasa canda bersamanya.

Teringat dariku setahun tak bertemu. Bukan perjalanan mudah untuk berhari-hari  tanpa kehadiran disisi. Tapi aku tau, aku tak pernah sendiri. Aku harus bangkit. Ada pria tangguh yang dapat mempercayaiku disana, para pahlawan yang rela berjuang bersamaku yang sering kali terlalu berat. 

Aku yakin bukan rasa bersalah yang akan menuntunku untuk turut menyakitiku, melainkan rasa sayang yang amat luar bisa. Mereka adalah pemberi semangat dalam diam dan do’a menangisi kepergian sang petualang yang telah selesai melaksanakan tugasnya di muka bumi.

Petualangan itu adalah pulang pada pelukanku sembilan bulam tanpa keaadaan bernyawa. Meski luka  bakar yang membuat sekujur tubuhnya, aku bisa memandangi wajah sosok itu tersenyum. Petualang itu akan membawa pergi kita dengan damai. Entah sudah berapa lama aku mengisi kepergiannya. Jejak masih ada dalam goresan sudut rumah kayu bercat putih ada dalam belasan buku yang tersimpan dalam lemari, ada di kota Bogor itu. itulah sang papa mengutuskan membawa ku ke Jakarta. Dirumah paman sampai masa pendidikan ku selesai.

Kerap kali aku merasakan kerinduan tentang apa yang terjadi padanya, dia yang senantiasa kurindukan. Sendirian, gelap, sunyi, dan sepi. Entah kemana tempat tinggalnya hanya do’a yang bisa menembus jawabannya.

                                                                                                      **** 

Atas pilihan ku kini, alam semesta penuh dengan misteri. Alam semesta pernah menaruh hidupku disampangmu, ketahuilah apa bila ia mengambil dari hidupku maka itu adalah Maharencana yang indah untukmu kelak. Bukan kah kamu yang mengajariku tentang sebuah arti rasa damai? Tentang rasa kita untuk mengikhlaskan, dan kewajiban kita untuk selalu bersyukur.

Terdengar suara batuk lalu suara itu keluar kembali.

“ Niss, terima kasih banyak atas partikel-partikel yang selama ini aku abaikan. Terima kasih kamu telah menuntunku dalam baik. Bersamamu, aku belajar arti dekapan dalam rasa.  Jangan pernah merasapi tentang masalah kecil tentang kita. Bukan cara  itu yang ingin aku kenang, berhagialah disana dan tetap semangat melanjutkan pendidikan mu. Tuhan selalu menyayangiku sebagaimana kamu bisa menyayangiku.

“Kita akan bertemu lagi Niss.”

Rizki memandang langit yang indah, warna jingga merona membuat pikiran bernostalgia. Matanya berkaca-kaca kepada langit yang indah dan bibirnya hanya tersenyum manis.

“Aku merindukanmu Niss, semoga kita bertemu lagi dari sekian lama berpisah.”

Ia menatap langit kembali setelah melihat kenangan foto dalam ponselnya, kenangan sang petualang akan selalu tinggal dalam dekapan bersama. Kini, dari segala langkah-langkah hadir diwajah yang raut mungil yang sedang terbaring.  Bukan, segala hal lagi untuk kita ratapi kembali. Melainkan hal yang wajib kita syukuri adalah hikmahnya.

Beri  ruang waktu pada hidupmu

Tak usah memberi senyum palsu padaku

Ceritakan segala keluh kisahmu

Telingaki agan mendengar apa bisikanmu

Apa yang sedang engaku cari?

Tak dapat kau temui

Disinilah aku pahamilah aku

Teruslah belajar kembali, walau langkah mu rapuh

Belajar percaya kembali, agar kau tak pernah

Sendiri........... 

 

                                                                                             

Comments (1)
goodnovel comment avatar
alanasyifa11
sejauh ini suka banget ama ceritanya! bakal lanjut baca setelah ini~ btw author gaada sosmed kah? aku pingin follow nih
VIEW ALL COMMENTS

Related chapters

  • Alam dan Kita   Bangku Taman

    Bangku TamanManusia, terbentuk dari impian.Tanpa itu kita hanyalah angan-angan biasa yang bergerakMengikuti hirup-hirup dunia kusam, tetapi tidak mengiringi iramaAlam dan Bumi. Dan impian bukan sesuatu yang absolut. Ia dapat berubah,bertambah maupun berkurang. Bagi laki-laki itu sendiri impian telah bertambah satu:melangkah beriringan bersama gadis yang bernama Annisa Cahyani.Setahun, lebih tanpa ada kabar. Aku menanyakan kabarmu lewat akun gmail untuk menanyakan kabar. Dan, akhirnya aku menyatakan perasaanku kepadamu. Maksudku, saat itu hanya ingin menanyakan kabar saja. Agar kamu tau, betapa merindunya aku disini. Aku bermaksud hanya ingin meringankan pikiranku yang gundah supaya berkurang. Namun, semoga kamu merasakan apa yang kurasa.Hay Niss, apakabar disana? Ingatkah saat kita pertama jumpa disekelas dan kita pulang bareng. Kita tinggal di kota yang sama dan kita hanya manusai yang dipertemukan dalam kospirasi alam

  • Alam dan Kita   Sepintas Debu Jalanan

    Sepintas Debu JalananTatapan, matanya begitu tajam.Saat kau mencari makhluk tuhan,Yang membawa kebahagiaan entah sampai kapan.Lantas kau lupa, bahwasannya yang kau cari sebenarnyaKesuksesan. Itulah hidup.Tuhan memang memiliki cara-Nya yang berbeda untuk mengingatkan kita, entah itu dari yang bencana ataupun kebahagiaan. Sejatinya manusia dibumi adalah ketentuan dari tuhan semesta alam, termasuk antara pertemuan dan perpisahan.Manusia tidak akan menyangkan sebelumnya, ketika bertemu seseorang yang baik. Darinya kita belajar bahwasanya hidup perlu penghormatan antara kasih sayang dan saling menghargai. Bisa jadi bahwa tuhan telah menentukan bahwa orang yang baik akan bersama dengan yang baik. Hal-hal itu kadang kita suka luput dari pengamatan kita, dasarnya kita harus selalu bersyukur apa yang telah ditetapkan tuhan semesta alam.Kampus di Bogor banyak sekali pedagang jalanan, dan pengamen cilik bernyanyi. Biasanya, para pedagang

  • Alam dan Kita   Hati Sang Matahari

    Buah hati dari Sang Matahari.Matahari, memang sama seperti kita.Terbit saat wajah baru, indah ketika teredeup lelah.Seorang laki-laki kumal menyusuri jalan kehidupan,Jalan menuju surga memang sulit. Baju yang lusuh mengiringi jalannyadi sekitaran jalanan. Mencari kebutuhan diantara banyaknya, tumpukanpejalan. Terlukis di tembok ada karya sastra yang tergambar menarik.Dan kesemuanya masih belum bisa digenggam.Pagi hari tepat dihari itu, Aku dan adik makan diwarung dekat jalan. Kami memesan ayam bakar, dan jus mangga. Aroma ayam bakar, telah tercium sampai ke meja kami. Melintir keperutku yang sudah lapar dari tadi.Pesanan pun tiba saya. Tidak sabar mencoba lezatnya aroma ayam bakar dengan saus asam manis. Kepungan butir-butir nasi hangat membuat nafsu makan sangat bergairah. Kucicipi secuil daging yang telah tersaji, gigitan pertama ayam bakar yang empuk dan nikamt itu terasa lancar hanya menyisakan s

  • Alam dan Kita   Gadis Yang Terlelap

    Pelayan TokoPagi, itu cuaca cerah dipersimpangan jalan.menyisakan genangan, bekas hujan tadi malam.Nyatanya semua hidup itu berbeda, tetapi kitaselalu berdampingan ditempatkan unuk saling menemukan.Biar saja tetap terulang, aku tidak pernah mendengar bahwa.Tuhan berkata kita beda tujuan.Masih ditempat yang sama. Bogor tempat indah, sejuk, dan nyaman seperti bunga yang disimpan didalam taman.Alarm, berbunyi keras disebelah tempat tidur ku. Bagiku itu adalah anugrah. Sebab kalo bangun siang jalan dikota pasti macet. Saya melirik jam di ponsel genggam ku, sudah menunjukan pukul tujuh pagi. Langkah menuju pintu kamar mandi, membilas badan lalu pergi menuju kampus.Terlihat pelayan toko sedang membersihkan halaman, dengan paras yang cantik hingga menawan. Para pedagang dan anak kecil, sedang siap-siap berniaga berkemas merapikan barang bawaannya. Langkah disertai do’a mereka, semangat yang tak kunjung pudar.

  • Alam dan Kita   Diary Bapak Penjual Koran

    DiaryBapak Penjual KoranSeiring, kumandang adzan subuh di mesjid dekat rumahku.Ku tatap pria tak dikenal didepanku. Berharap limpahan dari rahmat-Mu.Hari esok dan seterusnya akan lebih cerah. Kulangkahkan kakiku,Beranjak pergi. Dengan harapan dan angan, mendapatkan rezeki-MuTuk arungi bahtera kehidupan. Dari pintu kamar ku terpajang dinding hiasan kamar.Menggambarkan untuk hidup semangat.Siang itu udara terik menampar pipi, keluh demi keluh terucap tanpa nalar. Secara tak sengaja, saya melihat bapak penjual koran tengah berjalan depersimpangan jalan. Sambil membawa barang dagangannya. Saya yang saat itu sedang makan siang bersama teman kampus. Awalnya aku mengira bahwa bapak itu hanya penjual koran biasa, tapi setelah kami makan aku telusuri beliau, betapa terkejutnya aku dan temanku bahwa bapak itu tidak bisa bicara yau membisu. Dipelukannya, ia membawa puluhan kabar-kabar terbaru dari majalah duni

  • Alam dan Kita   Garis Mata Pencaharian

    Matahari TenggelamMatahari, setiap kali kau tenggelam.kau biasanya mengajarkan untuk ikhlas.Dalam lelah, kita belajar untuk istirahatkita hidup didunia ini untuk mencari kebaikan.Baginya pekerjaan yang terbaik adalah langkahhidup yang baik.Biasanya jika otak penat dengan pelajaran, saya biasaya keluar bersama teman dengan roda dua dikala senja. Tidak ada yang kami lakukan, hanya nongkrong diwarung tempat biasa berbagi rasa. Orang-orang pun berbondong-bondong hanya untuk memesan makanan atau minuman, hanya berkendara keliling tempat.Mungkin sebagian orang menyebutkan, bahwa jika ada yang berekendara keliling tempat disebut kurang kerjaan. Bagi saya tidak, jika hingar-bingarnya dikota ini membuat kita jenuh, disenja itu justru sebaliknya mengasikkan. Selepas jam-jam macet berlalu, kala itu diwaktu magrib pun jalanan menjadi renggang lancarnya lalu lintas, asap kendaraan pun berkurang, udara pun terasa lebih segar. Ditamb

  • Alam dan Kita   Isi Cahaya

    Isi CahayaCahaya, seribu cahaya menerangi jalanmu.Seperti, matahari dan rembulan disampingmu.Sinar mu begitu terang, membuat jalan menjadi terang.Langkahmu bagaikan permata laksana bunga bercahaya,yaa kala itu dipagi hari.Perjalanan harus kutempuh dengan berjalan kaki. Kota kabupaten masih jauh, aku masih sepertiga perjalanan.Seperti biasanya kugendong tas punggung. Rasa lelah, tidak membuatku nyerah begitu saja. Suara yang coba menenangkan tidak dihiraukan. Tapi aku tida banyak waktu untuk menenangkan pikiranku, teruslah melangkah. Jalan aspal yang kulintasi semakin samar. Siang itu, langit terasa mendung untuk membuat penelitian tentang kesehatan masyarakat sepertinya hujan akan datang. Udara makin dingin, tanda-tanda akan turun hujan lebat.Aku harus cepat. Berharap cepat sampai dengan tujuanku , sebelum hujan belum membasahi jalanan. Tak peduli beberapa kali untuk melangkahkan kaki, atau jalanan yang rusak. Ketika jalan aspal l

  • Alam dan Kita   Puncak Langit

    Tetesan Air MataWalau, langkah kakiku rapuh.Aku akan tetap benerjang dan berjuang,aku akan terus maju meski langkah tak mampu.Dengan tekad, aku akan terus berhumpu.Pagi itu, cuaca indah menyambutku dari tidur. Tris yang sudah pergi dan duduk diluar menatapi pemandangan indah di kampung ini. Kampung yang indah dan damai, terbentuk dari sana gumpalan-gumpalan awan berkumpul menyelimuti dengan lembut dan kesejukan. Kampung ini tidak bisa digenggam oleh siapapun, seperti halnya awan yang terbang bebas disana.Setiap kali saya melihat awan, janya keceriaan dan kebahagiaan. Dibalik itu ada kisah perih yang menggentarkan hati, memeteskan air mata, dan melatih mental diri. Semilir angin, dari rongga langit-langit menghembus menelisik lambaian-lambaian kepak sayap burung tanpa harus terganggu. Negri ini terdapat laut yang biru, hutan yang hijau, dan banyaknya ekosistem hewan dan tumbuhan.Siang kami mulai penelitian

Latest chapter

  • Alam dan Kita   Epilog

    Semua Akan Kembali Kepada AsalnyaPada, suatu senja.Kita bercerita tentang cita-cita.Langkah berbeda menapak cahaya jingga.Melayang sekalipun kita ikut terbang.Kalau sang senja datang kita akan menyaksikan.Kembali.Ya kala itu kita bersama, berderap melangkah menuju harapan di dunia. Keindahan itu sungguh seperti sunset yang indah mempesona. Cahayanya, cakrawala, bahkan hembusan anginnya. Keindahan itu, bisa membius siapapun yang menyaksikannya untuk menjadi tenang dan damai. Kisah kita seperti sunset. Indah bahkan tidak bisa tertuliskan oleh pena hidup. Matahari itu telah menuju peristirahatanya. Matahari itu telah menyelesaikan tugas sucinya. Mencintai setulus hati . Mencintai sampai mati. “Selamat jalan teman” kisah ini akan selalu dikenang dan dipajang di majalah besar.Setiap langkah kita berbeda, aku hanya melanjutkan profesi ku sebagai alumni mahasiswa kesehatan. Kerap kali dalam buku catatan ku, menuliskan sebuah ce

  • Alam dan Kita   Puncak Langit

    Tetesan Air MataWalau, langkah kakiku rapuh.Aku akan tetap benerjang dan berjuang,aku akan terus maju meski langkah tak mampu.Dengan tekad, aku akan terus berhumpu.Pagi itu, cuaca indah menyambutku dari tidur. Tris yang sudah pergi dan duduk diluar menatapi pemandangan indah di kampung ini. Kampung yang indah dan damai, terbentuk dari sana gumpalan-gumpalan awan berkumpul menyelimuti dengan lembut dan kesejukan. Kampung ini tidak bisa digenggam oleh siapapun, seperti halnya awan yang terbang bebas disana.Setiap kali saya melihat awan, janya keceriaan dan kebahagiaan. Dibalik itu ada kisah perih yang menggentarkan hati, memeteskan air mata, dan melatih mental diri. Semilir angin, dari rongga langit-langit menghembus menelisik lambaian-lambaian kepak sayap burung tanpa harus terganggu. Negri ini terdapat laut yang biru, hutan yang hijau, dan banyaknya ekosistem hewan dan tumbuhan.Siang kami mulai penelitian

  • Alam dan Kita   Isi Cahaya

    Isi CahayaCahaya, seribu cahaya menerangi jalanmu.Seperti, matahari dan rembulan disampingmu.Sinar mu begitu terang, membuat jalan menjadi terang.Langkahmu bagaikan permata laksana bunga bercahaya,yaa kala itu dipagi hari.Perjalanan harus kutempuh dengan berjalan kaki. Kota kabupaten masih jauh, aku masih sepertiga perjalanan.Seperti biasanya kugendong tas punggung. Rasa lelah, tidak membuatku nyerah begitu saja. Suara yang coba menenangkan tidak dihiraukan. Tapi aku tida banyak waktu untuk menenangkan pikiranku, teruslah melangkah. Jalan aspal yang kulintasi semakin samar. Siang itu, langit terasa mendung untuk membuat penelitian tentang kesehatan masyarakat sepertinya hujan akan datang. Udara makin dingin, tanda-tanda akan turun hujan lebat.Aku harus cepat. Berharap cepat sampai dengan tujuanku , sebelum hujan belum membasahi jalanan. Tak peduli beberapa kali untuk melangkahkan kaki, atau jalanan yang rusak. Ketika jalan aspal l

  • Alam dan Kita   Garis Mata Pencaharian

    Matahari TenggelamMatahari, setiap kali kau tenggelam.kau biasanya mengajarkan untuk ikhlas.Dalam lelah, kita belajar untuk istirahatkita hidup didunia ini untuk mencari kebaikan.Baginya pekerjaan yang terbaik adalah langkahhidup yang baik.Biasanya jika otak penat dengan pelajaran, saya biasaya keluar bersama teman dengan roda dua dikala senja. Tidak ada yang kami lakukan, hanya nongkrong diwarung tempat biasa berbagi rasa. Orang-orang pun berbondong-bondong hanya untuk memesan makanan atau minuman, hanya berkendara keliling tempat.Mungkin sebagian orang menyebutkan, bahwa jika ada yang berekendara keliling tempat disebut kurang kerjaan. Bagi saya tidak, jika hingar-bingarnya dikota ini membuat kita jenuh, disenja itu justru sebaliknya mengasikkan. Selepas jam-jam macet berlalu, kala itu diwaktu magrib pun jalanan menjadi renggang lancarnya lalu lintas, asap kendaraan pun berkurang, udara pun terasa lebih segar. Ditamb

  • Alam dan Kita   Diary Bapak Penjual Koran

    DiaryBapak Penjual KoranSeiring, kumandang adzan subuh di mesjid dekat rumahku.Ku tatap pria tak dikenal didepanku. Berharap limpahan dari rahmat-Mu.Hari esok dan seterusnya akan lebih cerah. Kulangkahkan kakiku,Beranjak pergi. Dengan harapan dan angan, mendapatkan rezeki-MuTuk arungi bahtera kehidupan. Dari pintu kamar ku terpajang dinding hiasan kamar.Menggambarkan untuk hidup semangat.Siang itu udara terik menampar pipi, keluh demi keluh terucap tanpa nalar. Secara tak sengaja, saya melihat bapak penjual koran tengah berjalan depersimpangan jalan. Sambil membawa barang dagangannya. Saya yang saat itu sedang makan siang bersama teman kampus. Awalnya aku mengira bahwa bapak itu hanya penjual koran biasa, tapi setelah kami makan aku telusuri beliau, betapa terkejutnya aku dan temanku bahwa bapak itu tidak bisa bicara yau membisu. Dipelukannya, ia membawa puluhan kabar-kabar terbaru dari majalah duni

  • Alam dan Kita   Gadis Yang Terlelap

    Pelayan TokoPagi, itu cuaca cerah dipersimpangan jalan.menyisakan genangan, bekas hujan tadi malam.Nyatanya semua hidup itu berbeda, tetapi kitaselalu berdampingan ditempatkan unuk saling menemukan.Biar saja tetap terulang, aku tidak pernah mendengar bahwa.Tuhan berkata kita beda tujuan.Masih ditempat yang sama. Bogor tempat indah, sejuk, dan nyaman seperti bunga yang disimpan didalam taman.Alarm, berbunyi keras disebelah tempat tidur ku. Bagiku itu adalah anugrah. Sebab kalo bangun siang jalan dikota pasti macet. Saya melirik jam di ponsel genggam ku, sudah menunjukan pukul tujuh pagi. Langkah menuju pintu kamar mandi, membilas badan lalu pergi menuju kampus.Terlihat pelayan toko sedang membersihkan halaman, dengan paras yang cantik hingga menawan. Para pedagang dan anak kecil, sedang siap-siap berniaga berkemas merapikan barang bawaannya. Langkah disertai do’a mereka, semangat yang tak kunjung pudar.

  • Alam dan Kita   Hati Sang Matahari

    Buah hati dari Sang Matahari.Matahari, memang sama seperti kita.Terbit saat wajah baru, indah ketika teredeup lelah.Seorang laki-laki kumal menyusuri jalan kehidupan,Jalan menuju surga memang sulit. Baju yang lusuh mengiringi jalannyadi sekitaran jalanan. Mencari kebutuhan diantara banyaknya, tumpukanpejalan. Terlukis di tembok ada karya sastra yang tergambar menarik.Dan kesemuanya masih belum bisa digenggam.Pagi hari tepat dihari itu, Aku dan adik makan diwarung dekat jalan. Kami memesan ayam bakar, dan jus mangga. Aroma ayam bakar, telah tercium sampai ke meja kami. Melintir keperutku yang sudah lapar dari tadi.Pesanan pun tiba saya. Tidak sabar mencoba lezatnya aroma ayam bakar dengan saus asam manis. Kepungan butir-butir nasi hangat membuat nafsu makan sangat bergairah. Kucicipi secuil daging yang telah tersaji, gigitan pertama ayam bakar yang empuk dan nikamt itu terasa lancar hanya menyisakan s

  • Alam dan Kita   Sepintas Debu Jalanan

    Sepintas Debu JalananTatapan, matanya begitu tajam.Saat kau mencari makhluk tuhan,Yang membawa kebahagiaan entah sampai kapan.Lantas kau lupa, bahwasannya yang kau cari sebenarnyaKesuksesan. Itulah hidup.Tuhan memang memiliki cara-Nya yang berbeda untuk mengingatkan kita, entah itu dari yang bencana ataupun kebahagiaan. Sejatinya manusia dibumi adalah ketentuan dari tuhan semesta alam, termasuk antara pertemuan dan perpisahan.Manusia tidak akan menyangkan sebelumnya, ketika bertemu seseorang yang baik. Darinya kita belajar bahwasanya hidup perlu penghormatan antara kasih sayang dan saling menghargai. Bisa jadi bahwa tuhan telah menentukan bahwa orang yang baik akan bersama dengan yang baik. Hal-hal itu kadang kita suka luput dari pengamatan kita, dasarnya kita harus selalu bersyukur apa yang telah ditetapkan tuhan semesta alam.Kampus di Bogor banyak sekali pedagang jalanan, dan pengamen cilik bernyanyi. Biasanya, para pedagang

  • Alam dan Kita   Bangku Taman

    Bangku TamanManusia, terbentuk dari impian.Tanpa itu kita hanyalah angan-angan biasa yang bergerakMengikuti hirup-hirup dunia kusam, tetapi tidak mengiringi iramaAlam dan Bumi. Dan impian bukan sesuatu yang absolut. Ia dapat berubah,bertambah maupun berkurang. Bagi laki-laki itu sendiri impian telah bertambah satu:melangkah beriringan bersama gadis yang bernama Annisa Cahyani.Setahun, lebih tanpa ada kabar. Aku menanyakan kabarmu lewat akun gmail untuk menanyakan kabar. Dan, akhirnya aku menyatakan perasaanku kepadamu. Maksudku, saat itu hanya ingin menanyakan kabar saja. Agar kamu tau, betapa merindunya aku disini. Aku bermaksud hanya ingin meringankan pikiranku yang gundah supaya berkurang. Namun, semoga kamu merasakan apa yang kurasa.Hay Niss, apakabar disana? Ingatkah saat kita pertama jumpa disekelas dan kita pulang bareng. Kita tinggal di kota yang sama dan kita hanya manusai yang dipertemukan dalam kospirasi alam

DMCA.com Protection Status