Bangku Taman
Manusia, terbentuk dari impian.
Tanpa itu kita hanyalah angan-angan biasa yang bergerak Mengikuti hirup-hirup dunia kusam, tetapi tidak mengiringi iramaAlam dan Bumi. Dan impian bukan sesuatu yang absolut. Ia dapat berubah,bertambah maupun berkurang. Bagi laki-laki itu sendiri impian telah bertambah satu:melangkah beriringan bersama gadis yang bernama Annisa Cahyani.Setahun, lebih tanpa ada kabar. Aku menanyakan kabarmu lewat akun gmail untuk menanyakan kabar. Dan, akhirnya aku menyatakan perasaanku kepadamu. Maksudku, saat itu hanya ingin menanyakan kabar saja. Agar kamu tau, betapa merindunya aku disini. Aku bermaksud hanya ingin meringankan pikiranku yang gundah supaya berkurang. Namun, semoga kamu merasakan apa yang kurasa.
Hay Niss, apakabar disana? Ingatkah saat kita pertama jumpa disekelas dan kita pulang bareng. Kita tinggal di kota yang sama dan kita hanya manusai yang dipertemukan dalam kospirasi alam semesta. Disanalah kau berada, dengan dekapan hangat membuat benteng-benteng yang sudah kubangun berdiri sia-sia. Pikiranku berlarian entah kemana, senyummu penanti kewarasan. Diamatamu aku bagaikan air jernih yang sangat berarti. Bangku taman menyaksian diskusi kita saat dikala senja, dan episode-episode menuntun kita berdua. Orang asing diantara rimba manusia, agar saling meuntun satu sama lain. Dengan pena kau tulis dikertas, telah membuat hiasan dunia. Dari ceria hening nestapa. Dari benderang hening gelap gulita. Tapi hatiku masih seperti yang dulu, keindahan terukir abadi : kau calon ibu dan anak-anak ku kelak. Dan, ibu pertiwi yang memberikan kebaikan lagi dan lagi.Dalam kampus ini, ruang besar dan para mahasiswa sedang belajar. Aku duduk dibagian kursi belakang memasukan barang-barang yang wajib kedalam ransel. Kukepalkan tangan seraya bersandar dalam kamar, sudah dari sepekan lalu tak jumpa.
“Pulang... ada tempat yang patutnya kau singgahi untuk waktu ruang mu” ujarku dalam batin.
Tiba-tiba notifikasi whatsapp berbunyi dan pesan whatsapp dari Nissa.
“Assalamualaikum Ki...apakabar? Maaf aku jarang mengabari. Aku sedang sibuk kerja sambil kuliah.” Ucap Nissa.
“ Waalaikumsallam, kabarku baik Niss, kamu hilang terlalu lama.” Sahut Rizki.“Iya maaf-maaf, gimana hari kuliah kamu Ki?”“Yaa seperti ini aja, masih baik. Kapan kita akan bertemu”“ Tidak tahu Ki, aku kerja didaerah Surabaya.”“Tidak apa-apa Niss.”Berselang lama mereka berdua berdiskusi, harapanku tak sesuai realita. Nissa, yang aku harapkan untuk pulang sekarang ternyata tidak bisa. Ternyata dunia kampus memisahkan dari kata jumpa.
****
Bulan depan kamu sudah bisa kompre, itu artinya bulan berikutnya kau sudah bisa wisuda dengan gelar Magister.
Aku senang kamu bisa melewati masa sulit dalam hidupmu. Tentu sebagai sahabatmu aku disini ingin sekali melihatmu dikala wisuda nanti. Sangat ingin malahan.Aku sudah merencanakan pertemuan kita kelah sesudah wisuda. Katamu, setelah wisuda kamu akan pulang dan bekerja di perusahaan terbaik. Tetapi kamu belum punya rencana yang pasti. Persahabatan, yang lama kita jalin membuatmu percaya sepenuhnya padaku. Aku adalah lelaki yang kau layak tunggu ditempat ini.
Sepertinya, jika kita bertemu aku harus mengukapkan sesuatu kepadamu ditempat bangku taman dan menyaksikan sunset. Niat itu semakin mantap untuk kuwujudkan. Aku sudah lelah bertengkar dengan diri sendiri.
Perasaan yang disembunyikan, dari lubuk hati perihal kepadamu sudah penuh dengan harapan.Cuaca kini mulai senja, matahari Rizki bergegas pulang dari dumia kampusnya menuju rumah. Singgah dirumah, lama serayak tempat yang nyaman menebas keletihan yang tak kunjung usai. “ jatuh hati tak pernah ada dalam rencana, mangsanya bisa siapa saja dan bisa kapan saja.” Hari minggu berselang Rizki mengembam tugasnya: melengkapi data dari hasil penelitian dari dunia kampus.
Notifikasi dari ponsel Rizki bergetar, ternyata itu dari Nissa.
“Assalamualaikum ki. Aku besok in sya allah mau ke Bogor.” Ucap Nissa
“Waalaikumsallam. Ouh iya, sekalian ada yang mau diomongin Niss serius.” Sahut Rizki“ Ada apa Ki.?” Rasa penasaran Nissa.“ Besok, kalo kamu udah dirumah kabarin aku yaa. Kita akan melihat sunset lagi.” Ucap Rizki“ Yaudah iya, In sya allah nanti aku kabarin kamu. Kalo aku udah di Bogor.’’ “Iya Niss, Selamat yaa kamu bentar lagi Wisuda” ujar Rizki yang selagi bercanda“Iya Ki, makasih banyak atas apresiasinya.”Hujan, di Bogor tiba-tiba datang dengan derasnya seperti melantunkan puisi untuk didengar ditelinga kanan dan kiri. Suara air yang berjatuhan dari atap rumah, serayak membuatku kantuk rasanya ingin tidur. Terlelap meninggalkan rasa beban, tertidur pulas dengan rasa tenang sembari dengar lagu SID: Sunset tanah anarki dan lagu Fiersa Besari. Jam menunjukan pukul empat sore matahari menyinari dibulan april, mengundang perasaan yang cerah dan jernih layaknya seperti alam semesta.
Esok pagi tepatnya hari minggu, Notifikasi whatsapp tak kunjung datang. Aku berpikir positif bahwasannya ia sedang ada dijalan, atau mungkin masih terlelap dalam tidurnya. Aku sejenak menelepon Nissa, tetapi tidak diangkat pula. Aku jenuh kalo dia tidak jadi ke Bogor. Berselang lama duduk di bangku halaman rumah, jam menunjukan pukul siang dini hari. Tiba-tiba nada notifikasi telepon whatsapp berbunyi.“Hallo, assalamualaikum Ki?.” Tanya Nissa.
“Iya, Waalaikumsallam.” Ucap Rizki sembari minum teh hangat di halaman rumahnya.“Hari ini aku tidak jadi pulang, karena aku harus datang ke kampus. Untuk persiapan wisuda yang akan datang. Maaf yaa Ki, kalo aku ngedadak begini.” Ujar Nissa dengan perasaan tidak enak kepada Rizki.“Yasudah, tidak apa. Mungkin bukan saatnya kita untuk bertemu.” Sahut Rizki dengan perasaan jenuh.Rasa perasaan yang gundah, tiba-tiba Nissa tidak bisa datang. “Ada apa dihari ini.” Ucap ku dalam batin. Yaa tuhan tolong bantu aku. Aku hanya ingin bertemu sahabatku, telah lama ia pergi menempuh dunia pendidikan.Hujan kembali datang, serayak ditemani adanya kabut cuaca menjadi dingin. “Mungkin aku lelah, terlalu mengaharapkan sesuatu tetapi tidak ada yang berwujud.” Tanyaku dalam batin. Hujan yang turun begitu deras. Suara halilintar dan kilatpun silih berganti, tubuh yang terasa dingin bahan lelah. Hujan masih tak kunjung usai, kuselimuti tubuhku dengan selimut hangat. Bayang-bayang yang terus menghantui dari pikiran, membuatku lelah seperti bergelut dengan pikiran sendiri.
Sore menjelang magrib, terbangun dari lelahku dan membuka ponsel genggam ada whatsaap masuk dari group kampus. “ Besok senin, akan ada tugas kelompok, kalian akan meneliti program kesehatan masyarakat sekitar” Ucap Pak dosen yang membosankan.
Malam cuaca indah berbintang, menunggu rasa kantuk yang tak kunjung datang terletih dengan beban kampus dan pelarian. Sandaran dalam kursi halaman dengan lagu Peterpan Yang Terdalam, tak ada arti lagi dalam jalanku terlalu banyak menunggu. “ Sudahlah, istirahat besok ada beban kampus.” Ujarku dalam batin.
“Tringgggggggggggggg.” Alarm bebunyi pagi menjelang, matahari menyinari pepohonan disekitar halaman perumahan, kicauan burung yang berdiri di pohon hijau. Ku panaskan mesin motor tua ku, dan bergegas pergi menuju dunia kampus di Bogor. “ Welcome to Kampus”. Sapaan gerbang kampus dan kawan-kawan di fakultas kesehatan terlihat wajah-wajah melelahkan bagi mereka yang masih bergelut dengan pemikiran.
“Ayo,,,, Bro masuk, nanti telat lagi.” Tanyaku pada teman
“Yaudah... ayo kita masuk.” Ucap kawanku.Tiba-tiba dosen datang, dengan muka ekspresi menegangkan bagi para mahasiswa fakultas kesehatan.
“Hari ini kita akan melakukan metode penelitian mansyarakat. Bapak akan membagikan tugas secara berkelompok, kelompok terbagi menjadi lima dan beranggota enam orang. Penelitian dilakukan pada besok sampai satu bulan mendatang ada yang ditanyakan?.” Ujar pak dosen.
“ Baik pak.. Gaada pak.” Ujar para mahasiswa kesehatan.
Sebulan mendatang penelitian selesai. Kubuka whatsaap dan melihat status Nissa yang telah selesai wisuda. Betapa cantiknya ketika ia wisuda, dan betapa hebatnya gelar yang didapatnya.
“ Selamat yaa niss... Kamu sudah selesai wisuda, dan selamat juga atas gelar kamu yang hebat.” Ujarku mengomentari status whatsaap Nissa.
“ Iya Ki... makasih banyak, kamu selalu support aku, padahal kita jauh.” Sahut Nissa“Tak apalah, namanya juga sahabat kita harus saling membantu dan selalu support hehehehehe.” Ucap Rizki.“Ouh yaa.. aku besok beneran jadi ke Bogor, aku akan tinggal disana lagi.” Ucap Nissa.“Syukur deh, kalo kamu besok ke Bogor. Kita ketempat dulu yang telah lama kita tinggal yu?” tanya Rizki“Boleh, aku juga dah lama ngga ketempat itu.” sahut Nissa.“ Yasudah, aku mau nugas dulu. Besok aku jemput diwaktu sore” ucap Rizki.“ Yasudah... Terima kasih..” sahut Nissa.Mereka berdua pergi ke taman yang dulu disinggahi, dengan cuaca yang cerah dan matahari yang bersahabat seperti sudah diatur semesta untuk bertemu dikala senja tapi rasanya sangat berbeda.Senja kini mulai berdebar, kalimat indah bersatu dekapan hangat seperti dulu lagi. Indahnya senja itu ketika mereka selalu bersama, sekian lama terpisah dari dunia kampus yang berbeda. Kabar hanya seutas dikala ada rindu yang menronta-ronta.“Niss, ada yang mau aku ungkapin kepadamu.”
“ Iya Ki... Ada apa kayaknya serius banget. Penasaran jadinya?” tanya Nissa yang penasaran.“Jadi sebenarnya kita telah lama pisah, merantau jauh ke kota orang. Aku mau ungkapain bahwa aku mau serius dengan mu. Tak lama lagi aku wisuda gelar S1.” Ucap Rizki dengan menatap matahari senja.“ Bagaimana ya, kita telah lama berjalin sahabat, kamu yang sikapnya baik selalu mendukung aku untuk selalu berjuang. Teringat pula, ketika aku sakit kamu datang menjenguk ku dengan hati yang tulus. Yaa aku menerima kamu sebagai calon imam ku nanti.” Ucap Nissa dengan tangis bahagia.“ Terima kasih Niss, kamu bisa menerima aku apadanya. Hatimu tulus dalam menyayangi seseorang yang baik.” Ujar Rizki. Senja kini berganti malam, menutup hari yang terpendam dalam harapan. Mereka pulang, dengan membawa kebahagiaan yang terujar. Sebulan datang Rizki wisuda dengan lulusan terbaik, ditemani Nissa rasa senang serasa sangat indah.Juni, mereka berdua menggelar akad nikah mereka dengan rasa bahagia tangis senyum dan tawa. Tak ada rasa letih mereka untuk saling mendo’akan yang terbaik.
****
Kita hanya berjarak, bukan berpisah
Berkilometer, terselip do’a didalamyaEngkau adalah anugrah titipan dari semenstaYang isinya adalah hiasan mahkotaBergerak diiringi nada, kala di kota senja.
Separuh matahari menjanjikan keindahan pada akhirnyaAwal mula persahabatan, kini menjadi harapan.
Tetap kenang hari ini terus.TAMATSepintas Debu JalananTatapan, matanya begitu tajam.Saat kau mencari makhluk tuhan,Yang membawa kebahagiaan entah sampai kapan.Lantas kau lupa, bahwasannya yang kau cari sebenarnyaKesuksesan. Itulah hidup.Tuhan memang memiliki cara-Nya yang berbeda untuk mengingatkan kita, entah itu dari yang bencana ataupun kebahagiaan. Sejatinya manusia dibumi adalah ketentuan dari tuhan semesta alam, termasuk antara pertemuan dan perpisahan.Manusia tidak akan menyangkan sebelumnya, ketika bertemu seseorang yang baik. Darinya kita belajar bahwasanya hidup perlu penghormatan antara kasih sayang dan saling menghargai. Bisa jadi bahwa tuhan telah menentukan bahwa orang yang baik akan bersama dengan yang baik. Hal-hal itu kadang kita suka luput dari pengamatan kita, dasarnya kita harus selalu bersyukur apa yang telah ditetapkan tuhan semesta alam.Kampus di Bogor banyak sekali pedagang jalanan, dan pengamen cilik bernyanyi. Biasanya, para pedagang
Buah hati dari Sang Matahari.Matahari, memang sama seperti kita.Terbit saat wajah baru, indah ketika teredeup lelah.Seorang laki-laki kumal menyusuri jalan kehidupan,Jalan menuju surga memang sulit. Baju yang lusuh mengiringi jalannyadi sekitaran jalanan. Mencari kebutuhan diantara banyaknya, tumpukanpejalan. Terlukis di tembok ada karya sastra yang tergambar menarik.Dan kesemuanya masih belum bisa digenggam.Pagi hari tepat dihari itu, Aku dan adik makan diwarung dekat jalan. Kami memesan ayam bakar, dan jus mangga. Aroma ayam bakar, telah tercium sampai ke meja kami. Melintir keperutku yang sudah lapar dari tadi.Pesanan pun tiba saya. Tidak sabar mencoba lezatnya aroma ayam bakar dengan saus asam manis. Kepungan butir-butir nasi hangat membuat nafsu makan sangat bergairah. Kucicipi secuil daging yang telah tersaji, gigitan pertama ayam bakar yang empuk dan nikamt itu terasa lancar hanya menyisakan s
Pelayan TokoPagi, itu cuaca cerah dipersimpangan jalan.menyisakan genangan, bekas hujan tadi malam.Nyatanya semua hidup itu berbeda, tetapi kitaselalu berdampingan ditempatkan unuk saling menemukan.Biar saja tetap terulang, aku tidak pernah mendengar bahwa.Tuhan berkata kita beda tujuan.Masih ditempat yang sama. Bogor tempat indah, sejuk, dan nyaman seperti bunga yang disimpan didalam taman.Alarm, berbunyi keras disebelah tempat tidur ku. Bagiku itu adalah anugrah. Sebab kalo bangun siang jalan dikota pasti macet. Saya melirik jam di ponsel genggam ku, sudah menunjukan pukul tujuh pagi. Langkah menuju pintu kamar mandi, membilas badan lalu pergi menuju kampus.Terlihat pelayan toko sedang membersihkan halaman, dengan paras yang cantik hingga menawan. Para pedagang dan anak kecil, sedang siap-siap berniaga berkemas merapikan barang bawaannya. Langkah disertai do’a mereka, semangat yang tak kunjung pudar.
DiaryBapak Penjual KoranSeiring, kumandang adzan subuh di mesjid dekat rumahku.Ku tatap pria tak dikenal didepanku. Berharap limpahan dari rahmat-Mu.Hari esok dan seterusnya akan lebih cerah. Kulangkahkan kakiku,Beranjak pergi. Dengan harapan dan angan, mendapatkan rezeki-MuTuk arungi bahtera kehidupan. Dari pintu kamar ku terpajang dinding hiasan kamar.Menggambarkan untuk hidup semangat.Siang itu udara terik menampar pipi, keluh demi keluh terucap tanpa nalar. Secara tak sengaja, saya melihat bapak penjual koran tengah berjalan depersimpangan jalan. Sambil membawa barang dagangannya. Saya yang saat itu sedang makan siang bersama teman kampus. Awalnya aku mengira bahwa bapak itu hanya penjual koran biasa, tapi setelah kami makan aku telusuri beliau, betapa terkejutnya aku dan temanku bahwa bapak itu tidak bisa bicara yau membisu. Dipelukannya, ia membawa puluhan kabar-kabar terbaru dari majalah duni
Matahari TenggelamMatahari, setiap kali kau tenggelam.kau biasanya mengajarkan untuk ikhlas.Dalam lelah, kita belajar untuk istirahatkita hidup didunia ini untuk mencari kebaikan.Baginya pekerjaan yang terbaik adalah langkahhidup yang baik.Biasanya jika otak penat dengan pelajaran, saya biasaya keluar bersama teman dengan roda dua dikala senja. Tidak ada yang kami lakukan, hanya nongkrong diwarung tempat biasa berbagi rasa. Orang-orang pun berbondong-bondong hanya untuk memesan makanan atau minuman, hanya berkendara keliling tempat.Mungkin sebagian orang menyebutkan, bahwa jika ada yang berekendara keliling tempat disebut kurang kerjaan. Bagi saya tidak, jika hingar-bingarnya dikota ini membuat kita jenuh, disenja itu justru sebaliknya mengasikkan. Selepas jam-jam macet berlalu, kala itu diwaktu magrib pun jalanan menjadi renggang lancarnya lalu lintas, asap kendaraan pun berkurang, udara pun terasa lebih segar. Ditamb
Isi CahayaCahaya, seribu cahaya menerangi jalanmu.Seperti, matahari dan rembulan disampingmu.Sinar mu begitu terang, membuat jalan menjadi terang.Langkahmu bagaikan permata laksana bunga bercahaya,yaa kala itu dipagi hari.Perjalanan harus kutempuh dengan berjalan kaki. Kota kabupaten masih jauh, aku masih sepertiga perjalanan.Seperti biasanya kugendong tas punggung. Rasa lelah, tidak membuatku nyerah begitu saja. Suara yang coba menenangkan tidak dihiraukan. Tapi aku tida banyak waktu untuk menenangkan pikiranku, teruslah melangkah. Jalan aspal yang kulintasi semakin samar. Siang itu, langit terasa mendung untuk membuat penelitian tentang kesehatan masyarakat sepertinya hujan akan datang. Udara makin dingin, tanda-tanda akan turun hujan lebat.Aku harus cepat. Berharap cepat sampai dengan tujuanku , sebelum hujan belum membasahi jalanan. Tak peduli beberapa kali untuk melangkahkan kaki, atau jalanan yang rusak. Ketika jalan aspal l
Tetesan Air MataWalau, langkah kakiku rapuh.Aku akan tetap benerjang dan berjuang,aku akan terus maju meski langkah tak mampu.Dengan tekad, aku akan terus berhumpu.Pagi itu, cuaca indah menyambutku dari tidur. Tris yang sudah pergi dan duduk diluar menatapi pemandangan indah di kampung ini. Kampung yang indah dan damai, terbentuk dari sana gumpalan-gumpalan awan berkumpul menyelimuti dengan lembut dan kesejukan. Kampung ini tidak bisa digenggam oleh siapapun, seperti halnya awan yang terbang bebas disana.Setiap kali saya melihat awan, janya keceriaan dan kebahagiaan. Dibalik itu ada kisah perih yang menggentarkan hati, memeteskan air mata, dan melatih mental diri. Semilir angin, dari rongga langit-langit menghembus menelisik lambaian-lambaian kepak sayap burung tanpa harus terganggu. Negri ini terdapat laut yang biru, hutan yang hijau, dan banyaknya ekosistem hewan dan tumbuhan.Siang kami mulai penelitian
Semua Akan Kembali Kepada AsalnyaPada, suatu senja.Kita bercerita tentang cita-cita.Langkah berbeda menapak cahaya jingga.Melayang sekalipun kita ikut terbang.Kalau sang senja datang kita akan menyaksikan.Kembali.Ya kala itu kita bersama, berderap melangkah menuju harapan di dunia. Keindahan itu sungguh seperti sunset yang indah mempesona. Cahayanya, cakrawala, bahkan hembusan anginnya. Keindahan itu, bisa membius siapapun yang menyaksikannya untuk menjadi tenang dan damai. Kisah kita seperti sunset. Indah bahkan tidak bisa tertuliskan oleh pena hidup. Matahari itu telah menuju peristirahatanya. Matahari itu telah menyelesaikan tugas sucinya. Mencintai setulus hati . Mencintai sampai mati. “Selamat jalan teman” kisah ini akan selalu dikenang dan dipajang di majalah besar.Setiap langkah kita berbeda, aku hanya melanjutkan profesi ku sebagai alumni mahasiswa kesehatan. Kerap kali dalam buku catatan ku, menuliskan sebuah ce
Semua Akan Kembali Kepada AsalnyaPada, suatu senja.Kita bercerita tentang cita-cita.Langkah berbeda menapak cahaya jingga.Melayang sekalipun kita ikut terbang.Kalau sang senja datang kita akan menyaksikan.Kembali.Ya kala itu kita bersama, berderap melangkah menuju harapan di dunia. Keindahan itu sungguh seperti sunset yang indah mempesona. Cahayanya, cakrawala, bahkan hembusan anginnya. Keindahan itu, bisa membius siapapun yang menyaksikannya untuk menjadi tenang dan damai. Kisah kita seperti sunset. Indah bahkan tidak bisa tertuliskan oleh pena hidup. Matahari itu telah menuju peristirahatanya. Matahari itu telah menyelesaikan tugas sucinya. Mencintai setulus hati . Mencintai sampai mati. “Selamat jalan teman” kisah ini akan selalu dikenang dan dipajang di majalah besar.Setiap langkah kita berbeda, aku hanya melanjutkan profesi ku sebagai alumni mahasiswa kesehatan. Kerap kali dalam buku catatan ku, menuliskan sebuah ce
Tetesan Air MataWalau, langkah kakiku rapuh.Aku akan tetap benerjang dan berjuang,aku akan terus maju meski langkah tak mampu.Dengan tekad, aku akan terus berhumpu.Pagi itu, cuaca indah menyambutku dari tidur. Tris yang sudah pergi dan duduk diluar menatapi pemandangan indah di kampung ini. Kampung yang indah dan damai, terbentuk dari sana gumpalan-gumpalan awan berkumpul menyelimuti dengan lembut dan kesejukan. Kampung ini tidak bisa digenggam oleh siapapun, seperti halnya awan yang terbang bebas disana.Setiap kali saya melihat awan, janya keceriaan dan kebahagiaan. Dibalik itu ada kisah perih yang menggentarkan hati, memeteskan air mata, dan melatih mental diri. Semilir angin, dari rongga langit-langit menghembus menelisik lambaian-lambaian kepak sayap burung tanpa harus terganggu. Negri ini terdapat laut yang biru, hutan yang hijau, dan banyaknya ekosistem hewan dan tumbuhan.Siang kami mulai penelitian
Isi CahayaCahaya, seribu cahaya menerangi jalanmu.Seperti, matahari dan rembulan disampingmu.Sinar mu begitu terang, membuat jalan menjadi terang.Langkahmu bagaikan permata laksana bunga bercahaya,yaa kala itu dipagi hari.Perjalanan harus kutempuh dengan berjalan kaki. Kota kabupaten masih jauh, aku masih sepertiga perjalanan.Seperti biasanya kugendong tas punggung. Rasa lelah, tidak membuatku nyerah begitu saja. Suara yang coba menenangkan tidak dihiraukan. Tapi aku tida banyak waktu untuk menenangkan pikiranku, teruslah melangkah. Jalan aspal yang kulintasi semakin samar. Siang itu, langit terasa mendung untuk membuat penelitian tentang kesehatan masyarakat sepertinya hujan akan datang. Udara makin dingin, tanda-tanda akan turun hujan lebat.Aku harus cepat. Berharap cepat sampai dengan tujuanku , sebelum hujan belum membasahi jalanan. Tak peduli beberapa kali untuk melangkahkan kaki, atau jalanan yang rusak. Ketika jalan aspal l
Matahari TenggelamMatahari, setiap kali kau tenggelam.kau biasanya mengajarkan untuk ikhlas.Dalam lelah, kita belajar untuk istirahatkita hidup didunia ini untuk mencari kebaikan.Baginya pekerjaan yang terbaik adalah langkahhidup yang baik.Biasanya jika otak penat dengan pelajaran, saya biasaya keluar bersama teman dengan roda dua dikala senja. Tidak ada yang kami lakukan, hanya nongkrong diwarung tempat biasa berbagi rasa. Orang-orang pun berbondong-bondong hanya untuk memesan makanan atau minuman, hanya berkendara keliling tempat.Mungkin sebagian orang menyebutkan, bahwa jika ada yang berekendara keliling tempat disebut kurang kerjaan. Bagi saya tidak, jika hingar-bingarnya dikota ini membuat kita jenuh, disenja itu justru sebaliknya mengasikkan. Selepas jam-jam macet berlalu, kala itu diwaktu magrib pun jalanan menjadi renggang lancarnya lalu lintas, asap kendaraan pun berkurang, udara pun terasa lebih segar. Ditamb
DiaryBapak Penjual KoranSeiring, kumandang adzan subuh di mesjid dekat rumahku.Ku tatap pria tak dikenal didepanku. Berharap limpahan dari rahmat-Mu.Hari esok dan seterusnya akan lebih cerah. Kulangkahkan kakiku,Beranjak pergi. Dengan harapan dan angan, mendapatkan rezeki-MuTuk arungi bahtera kehidupan. Dari pintu kamar ku terpajang dinding hiasan kamar.Menggambarkan untuk hidup semangat.Siang itu udara terik menampar pipi, keluh demi keluh terucap tanpa nalar. Secara tak sengaja, saya melihat bapak penjual koran tengah berjalan depersimpangan jalan. Sambil membawa barang dagangannya. Saya yang saat itu sedang makan siang bersama teman kampus. Awalnya aku mengira bahwa bapak itu hanya penjual koran biasa, tapi setelah kami makan aku telusuri beliau, betapa terkejutnya aku dan temanku bahwa bapak itu tidak bisa bicara yau membisu. Dipelukannya, ia membawa puluhan kabar-kabar terbaru dari majalah duni
Pelayan TokoPagi, itu cuaca cerah dipersimpangan jalan.menyisakan genangan, bekas hujan tadi malam.Nyatanya semua hidup itu berbeda, tetapi kitaselalu berdampingan ditempatkan unuk saling menemukan.Biar saja tetap terulang, aku tidak pernah mendengar bahwa.Tuhan berkata kita beda tujuan.Masih ditempat yang sama. Bogor tempat indah, sejuk, dan nyaman seperti bunga yang disimpan didalam taman.Alarm, berbunyi keras disebelah tempat tidur ku. Bagiku itu adalah anugrah. Sebab kalo bangun siang jalan dikota pasti macet. Saya melirik jam di ponsel genggam ku, sudah menunjukan pukul tujuh pagi. Langkah menuju pintu kamar mandi, membilas badan lalu pergi menuju kampus.Terlihat pelayan toko sedang membersihkan halaman, dengan paras yang cantik hingga menawan. Para pedagang dan anak kecil, sedang siap-siap berniaga berkemas merapikan barang bawaannya. Langkah disertai do’a mereka, semangat yang tak kunjung pudar.
Buah hati dari Sang Matahari.Matahari, memang sama seperti kita.Terbit saat wajah baru, indah ketika teredeup lelah.Seorang laki-laki kumal menyusuri jalan kehidupan,Jalan menuju surga memang sulit. Baju yang lusuh mengiringi jalannyadi sekitaran jalanan. Mencari kebutuhan diantara banyaknya, tumpukanpejalan. Terlukis di tembok ada karya sastra yang tergambar menarik.Dan kesemuanya masih belum bisa digenggam.Pagi hari tepat dihari itu, Aku dan adik makan diwarung dekat jalan. Kami memesan ayam bakar, dan jus mangga. Aroma ayam bakar, telah tercium sampai ke meja kami. Melintir keperutku yang sudah lapar dari tadi.Pesanan pun tiba saya. Tidak sabar mencoba lezatnya aroma ayam bakar dengan saus asam manis. Kepungan butir-butir nasi hangat membuat nafsu makan sangat bergairah. Kucicipi secuil daging yang telah tersaji, gigitan pertama ayam bakar yang empuk dan nikamt itu terasa lancar hanya menyisakan s
Sepintas Debu JalananTatapan, matanya begitu tajam.Saat kau mencari makhluk tuhan,Yang membawa kebahagiaan entah sampai kapan.Lantas kau lupa, bahwasannya yang kau cari sebenarnyaKesuksesan. Itulah hidup.Tuhan memang memiliki cara-Nya yang berbeda untuk mengingatkan kita, entah itu dari yang bencana ataupun kebahagiaan. Sejatinya manusia dibumi adalah ketentuan dari tuhan semesta alam, termasuk antara pertemuan dan perpisahan.Manusia tidak akan menyangkan sebelumnya, ketika bertemu seseorang yang baik. Darinya kita belajar bahwasanya hidup perlu penghormatan antara kasih sayang dan saling menghargai. Bisa jadi bahwa tuhan telah menentukan bahwa orang yang baik akan bersama dengan yang baik. Hal-hal itu kadang kita suka luput dari pengamatan kita, dasarnya kita harus selalu bersyukur apa yang telah ditetapkan tuhan semesta alam.Kampus di Bogor banyak sekali pedagang jalanan, dan pengamen cilik bernyanyi. Biasanya, para pedagang
Bangku TamanManusia, terbentuk dari impian.Tanpa itu kita hanyalah angan-angan biasa yang bergerakMengikuti hirup-hirup dunia kusam, tetapi tidak mengiringi iramaAlam dan Bumi. Dan impian bukan sesuatu yang absolut. Ia dapat berubah,bertambah maupun berkurang. Bagi laki-laki itu sendiri impian telah bertambah satu:melangkah beriringan bersama gadis yang bernama Annisa Cahyani.Setahun, lebih tanpa ada kabar. Aku menanyakan kabarmu lewat akun gmail untuk menanyakan kabar. Dan, akhirnya aku menyatakan perasaanku kepadamu. Maksudku, saat itu hanya ingin menanyakan kabar saja. Agar kamu tau, betapa merindunya aku disini. Aku bermaksud hanya ingin meringankan pikiranku yang gundah supaya berkurang. Namun, semoga kamu merasakan apa yang kurasa.Hay Niss, apakabar disana? Ingatkah saat kita pertama jumpa disekelas dan kita pulang bareng. Kita tinggal di kota yang sama dan kita hanya manusai yang dipertemukan dalam kospirasi alam