Di Suasana Kota
Rizki terbangun dari mimpi. Dimana ini, Ucapnya. Ah, ini bukan tempat singgah ku. Di tempat ku seharusnya tidak ada aroma polusi udara: asap pembakaran dimana-mana. Pemikiran yang masih buram. Ia memincingkan mata untuk cantik melirik sosok wanita yang menghampirinya.
“ Ibu? kita dimana ini?.” omongannya masih ngelantur.
“ kita di bogor nak.” Ucap ibunya yang duduk manis.“ Papa kemana Bu?.“ tanya rizki yang masih setengah sadar.“ Papamu, pergi tadi subuh. Katanya ada urusan penting dikantornya.” Sahut Ibu yang duduk manis.Tiba-tiba datang seorang gadis berhijab cantik dan menawan, yang sedang menghampirinya. Gadis itu lalu menyapa Rizki yang lagi keheranan entah siapa gadis berhijab itu.“ baru bangun tidur?.“ Ujar gadis berhijab.‘’ Iyaa nih... Baru bangun tidur." Sahut Rizki yang sudah sadar kembali.“ Yaa sudah,,, saya ada urusan dulu. Duluan yaa.’’ Ucap gadis berhijab sembari melangkahkan kakinya dan pergi.Seorang pria berkameja merah datang menghampiri kediaman Rizki dan Ibunya. Pria berkameja itu meminta Rizki keluar ikut bersamanya, ada yang hendak ia bicarakan. Tampaknya akan serius. Mereka berdua kemudian pergi.Rizki yang amat heran kebingungan, dan bersikap dingin muka kepada pria berkameja merah tersebut. Dan bersikap murah senyum.“ Ada apa bapak memanggil saya?.’’ Tanya Rizki tampak kebingungan.“ Jadi begini nak, saya akan mengajak kamu mengelilingi desa ini.” Ucap pria berkameja merah dengan senyum.“ Ouh iya pak, terima kasih banyak. Kemungkinan saya belum paham banget dengan tempat ini." ucap Rizki kepada pria berkameja merah.Pria berbaju merah mengajak Rizki mengelilingi desa yang asri itu, dengan melewati pemandangan indah sawah yang luas dan jernihnya air sungai di desa itu. Dan tak lupa mengajak ke tempat warung terdekat untuk sekedar melepas lelah, setelah menikmati pemandangan desa tersebut.Waktu menunjukan pukul sepuluh pagi, Rizki melihat gadis yang ditemuinya tadi pagi saat berada dirumahnya. Gadis itu hanya terdiam memandang tempat yang indah didepannya. Tanpa fakta pendukung ia hanya sekedar berkhayal, melihat gadis hijab itu dari kejauhan.Seperti apa gadis berhijab itu wajahnya? Apakah wajahnya cantik ? Apakah rambutnya menyentuh pundak? Apakah dia baik ? Atau...? semua terasa samar di bneak Rizki, kecuali hanya perasaanya saja yang tak kunjung pudar.“ Baiklah Rizki kita pulang, waktu sudah mau masuk siang.” Ujar pria berbaju kameja merah.“ Iya mari kita pulang. ” Jawab Rizki yang masih memikirkan gadis berhijab tadi.Rasa penasaran Rizki yang menjadi ritual ingin mengunjungi gadis berhijab tadi. Pintu kamar yang tertutup membuat Rizki dapat bebas berhalusinasi tentang gadis hijab tadi, membuka buku-buku tentang asmara, bermain-main dengan gitar kesayangannya mengingatkan dirinya pada gadis lamanya. Rizki adalah musisi amatiran dalam melodi kenangan. Pun siang itu tatkala langkahnya ingin beranjak dari kamar, di mana notifikasi whatsapp berdering. Rasa penasaran akhirnya membuka whatsapp tersebut dengan pesan grup masa-masa SMA. Akhirnya Rizki menyimpan kembali ponsel miliknya dan beranjak pergi untuk mandi.*****
Dua cangkir teh belum tersentuh, asapnya mengepul menjembatani manusia yang telah usai mandi.“ Hari ini makan apa bu.? “ Tanya Rizki kepada ibunya.“ Kita makan sayur sop Ki.” Sahut ibu Rizki.Rizki menyantap makanan itu dengan lahap, cangkir teh hangat minuman favoritnya sejak lama membuat otaknya tetap segar dibelantara kegamangan. “ Paman jarang mengabari orang rumah. Dia cuma datang setau sekali di waktu lebaran. Ego papah dan paman sama-sama besar. Mereka sempat beradu argumen tentang hal politik, hari dimana sepantasnya berdiskusi dan menghiasi ruangan bukan adut mulut. Paman enggan mengabari orang rumah saat sejak itu. Ibu sejenak berhenti dari makannya untuk melihat ekspresi wajah Rizki. “ ibu sering menguntit paman lewat dunia maya. Bahkan, sampai dia pergi ke Jakarta pun saya cuma tau dari jejaring sosial miliknya.Jelang beberapa menit, Rizki pergi dari rumah untuk mencari ketenangan pada dirinya yang sedang dilanda pilu. Tak lama duduk sendiri gadis yang dipikirkan Rizki datang dan duduk disampingnya, menanyakan “ kenapa kamu sedih?’’. Rizki hanya terdiam seribu bahasa karena tidak ingin menceritakan masalahnya kepada orang lain, ia hanya senyum kapada gadis yang ada disebelahya.****“ Kamu siapa namanya?.’’ Tanya Rizki yang penasaran kepada gadis itu.
“ Namaku Cahyani, panggi saja aku. ” Ucap gadis hijab sambil mengenalkan namanya.“ Nama yang bagus, ouh iya nama saya Rizki.“ Ujar nya kepada gadis hijab tersebut.‘’ Kita jalan-jalan yuk, keliling desa ini.” tanya Cahya kepada Rizki.Mereka pergi menjelajah desa yang indah dan sangat sejuk, Entah kenapa perasaanku tidak begitu nyaman. Entah kenapa pikiranku tidak begitu bersahabat. Dimana yang seharusnya rumah adalah tempat untuk berdiskusi buakn untuk saling adu ilmu politik, telah berapa lama aku menanti seseorang? Dan harapanku kapan dia bisa berkumpul bersama keluargaku lagi. Ingin rasanya seperti dulu lagi bisa bersama, menikamati obrolan sampai ceria, tidak ada rasa egois untuk saling memihak mana yang baik mana yang buruk. “ pergi” adalah satu kata yang membuat ku berani melihat,menilai, dan menyambangi hal-hal baru. Disaat yang sama “pergi” juga menjadi hal yang menakutkan bila itu bimbang dengan ku. Tapi aku berterima kasih kepada kata “pergi” karena , aku paham bahwa aku butuh rindu. Dan bila mana rasa ini tidak bermakna aku yakin hangatnya akan tetap sama. Suatu ketika tatkala bintang bersinar menyinari dunia malam harapan ku hanya ingin berkumpul kembali. Dengan setumpuk harpan dan permohonan aku akan membutuhkan keharmonisan. Mata Cahya berkaca-kaca saat mendengar kata-kata Rizki yang dicermatinya. Betulkah begitu Ki? Tak lama ponselnya berbunyi. Paman berkata bahwasannya dia akan datang bersama anak-anak nya tiga hari dari sekarang, kini Cahya paham bahwasannya air mata dapat menetes dengan air kebahagiaan.Ada suatu yang menarikku pada tempat ini Mungkin karena permohonannya dengan usahannyaMenjejaki pintas jalan dan lukisan dinding jalananMenggoreskan cerita canda, tawa, dan gurauanAku terpikat berjuta kali oleh pesona langkahDi tempat ini aku temukan rangkuman persahabatan Dan rasa cinta...Kota hujan, takkan terlupa.******KABARBagaimana kabarumu Niss? Apakah sehat?Dan bagaimana kabar ibu Niss?“ Ini nomer baru kamu Ki? Kabarku baik dan kabar ibu sehat,Waktu itu lambung ibu bermasalah. Ibu masuk kerumah sakit waktu malamsehabis muntah-muntah.Tolong pulang Ki ibu udah kangen kamu yang lama pergi”...“Hah? Ibu masuk rumah sakit?Yaudah niss aku besok kesana jumpa dengan ibu.”Pemukiman warga, persawahan, sungai, gunung, semua berlalu begitu cepat ketika mobil bus yang membawa Rizki menjauhi Jakarta. Ia pergi sendiri dengan tas raselnya, seakan ingin cepat sampai ke Bogor. Hanya ingatan dan kenangannya yang waktu itu masih ditempat kenangannya, rasa ingin jumpa ingin cepat tersampaikan kepada rasa rindu yang stiap kali mengabari lewat ingatan kepala.Dua jam berlalu semua terasa begitu teatrtikal. Nissa yang sudah lama menanti kehadiran Rizki pulang hanya bisa duduk diam dikamar bersihnya sambil menunggu, sang perantau pulang. Tiga jam
Kamu DimanaDeretan awan kembali bergumpal pada pagi haricuaca cerah kini menyinari jalan aspal.Terlintas pepohonan berwarna hijau cerah, sesekali bergoyangmenyumbang debu jalanan.Ditengah kepanikan, mesin kendaraan roda duaterus menderu. Motor legenda yang kutumpangi membawa ke kampus lama,mungkin menuju dunia pendidikan yangtak usai-usai. Kupejamkan lagi mata,geligi menggeram tak kuasa ungin mengucap. Kuharap ini hanya pikiran buruk,sudah lah aku lelah. Aku ingin hidup ini baik-baik saja, menanti teh hangatdirumah.Kubuka kembali pikiran jernih ku, meski sering terikan pikiran buruk. Kulihat ragaku telah kusam dan legam, di hiasi seutas tas yang menggenggam rasa lelah. Sorang sahabat kampus menatapku pilu, seolah mengatakan bahwa kau tidak seharusnya begitu. Angin menerpa tubuhku yang lesuh tek berdaya, memberi sedikit kenyamanan dalam penderitaan hidup, aku mengerang telah usai dikalahkan perih yang menyeran
Bangku TamanManusia, terbentuk dari impian.Tanpa itu kita hanyalah angan-angan biasa yang bergerakMengikuti hirup-hirup dunia kusam, tetapi tidak mengiringi iramaAlam dan Bumi. Dan impian bukan sesuatu yang absolut. Ia dapat berubah,bertambah maupun berkurang. Bagi laki-laki itu sendiri impian telah bertambah satu:melangkah beriringan bersama gadis yang bernama Annisa Cahyani.Setahun, lebih tanpa ada kabar. Aku menanyakan kabarmu lewat akun gmail untuk menanyakan kabar. Dan, akhirnya aku menyatakan perasaanku kepadamu. Maksudku, saat itu hanya ingin menanyakan kabar saja. Agar kamu tau, betapa merindunya aku disini. Aku bermaksud hanya ingin meringankan pikiranku yang gundah supaya berkurang. Namun, semoga kamu merasakan apa yang kurasa.Hay Niss, apakabar disana? Ingatkah saat kita pertama jumpa disekelas dan kita pulang bareng. Kita tinggal di kota yang sama dan kita hanya manusai yang dipertemukan dalam kospirasi alam
Sepintas Debu JalananTatapan, matanya begitu tajam.Saat kau mencari makhluk tuhan,Yang membawa kebahagiaan entah sampai kapan.Lantas kau lupa, bahwasannya yang kau cari sebenarnyaKesuksesan. Itulah hidup.Tuhan memang memiliki cara-Nya yang berbeda untuk mengingatkan kita, entah itu dari yang bencana ataupun kebahagiaan. Sejatinya manusia dibumi adalah ketentuan dari tuhan semesta alam, termasuk antara pertemuan dan perpisahan.Manusia tidak akan menyangkan sebelumnya, ketika bertemu seseorang yang baik. Darinya kita belajar bahwasanya hidup perlu penghormatan antara kasih sayang dan saling menghargai. Bisa jadi bahwa tuhan telah menentukan bahwa orang yang baik akan bersama dengan yang baik. Hal-hal itu kadang kita suka luput dari pengamatan kita, dasarnya kita harus selalu bersyukur apa yang telah ditetapkan tuhan semesta alam.Kampus di Bogor banyak sekali pedagang jalanan, dan pengamen cilik bernyanyi. Biasanya, para pedagang
Buah hati dari Sang Matahari.Matahari, memang sama seperti kita.Terbit saat wajah baru, indah ketika teredeup lelah.Seorang laki-laki kumal menyusuri jalan kehidupan,Jalan menuju surga memang sulit. Baju yang lusuh mengiringi jalannyadi sekitaran jalanan. Mencari kebutuhan diantara banyaknya, tumpukanpejalan. Terlukis di tembok ada karya sastra yang tergambar menarik.Dan kesemuanya masih belum bisa digenggam.Pagi hari tepat dihari itu, Aku dan adik makan diwarung dekat jalan. Kami memesan ayam bakar, dan jus mangga. Aroma ayam bakar, telah tercium sampai ke meja kami. Melintir keperutku yang sudah lapar dari tadi.Pesanan pun tiba saya. Tidak sabar mencoba lezatnya aroma ayam bakar dengan saus asam manis. Kepungan butir-butir nasi hangat membuat nafsu makan sangat bergairah. Kucicipi secuil daging yang telah tersaji, gigitan pertama ayam bakar yang empuk dan nikamt itu terasa lancar hanya menyisakan s
Pelayan TokoPagi, itu cuaca cerah dipersimpangan jalan.menyisakan genangan, bekas hujan tadi malam.Nyatanya semua hidup itu berbeda, tetapi kitaselalu berdampingan ditempatkan unuk saling menemukan.Biar saja tetap terulang, aku tidak pernah mendengar bahwa.Tuhan berkata kita beda tujuan.Masih ditempat yang sama. Bogor tempat indah, sejuk, dan nyaman seperti bunga yang disimpan didalam taman.Alarm, berbunyi keras disebelah tempat tidur ku. Bagiku itu adalah anugrah. Sebab kalo bangun siang jalan dikota pasti macet. Saya melirik jam di ponsel genggam ku, sudah menunjukan pukul tujuh pagi. Langkah menuju pintu kamar mandi, membilas badan lalu pergi menuju kampus.Terlihat pelayan toko sedang membersihkan halaman, dengan paras yang cantik hingga menawan. Para pedagang dan anak kecil, sedang siap-siap berniaga berkemas merapikan barang bawaannya. Langkah disertai do’a mereka, semangat yang tak kunjung pudar.
DiaryBapak Penjual KoranSeiring, kumandang adzan subuh di mesjid dekat rumahku.Ku tatap pria tak dikenal didepanku. Berharap limpahan dari rahmat-Mu.Hari esok dan seterusnya akan lebih cerah. Kulangkahkan kakiku,Beranjak pergi. Dengan harapan dan angan, mendapatkan rezeki-MuTuk arungi bahtera kehidupan. Dari pintu kamar ku terpajang dinding hiasan kamar.Menggambarkan untuk hidup semangat.Siang itu udara terik menampar pipi, keluh demi keluh terucap tanpa nalar. Secara tak sengaja, saya melihat bapak penjual koran tengah berjalan depersimpangan jalan. Sambil membawa barang dagangannya. Saya yang saat itu sedang makan siang bersama teman kampus. Awalnya aku mengira bahwa bapak itu hanya penjual koran biasa, tapi setelah kami makan aku telusuri beliau, betapa terkejutnya aku dan temanku bahwa bapak itu tidak bisa bicara yau membisu. Dipelukannya, ia membawa puluhan kabar-kabar terbaru dari majalah duni
Matahari TenggelamMatahari, setiap kali kau tenggelam.kau biasanya mengajarkan untuk ikhlas.Dalam lelah, kita belajar untuk istirahatkita hidup didunia ini untuk mencari kebaikan.Baginya pekerjaan yang terbaik adalah langkahhidup yang baik.Biasanya jika otak penat dengan pelajaran, saya biasaya keluar bersama teman dengan roda dua dikala senja. Tidak ada yang kami lakukan, hanya nongkrong diwarung tempat biasa berbagi rasa. Orang-orang pun berbondong-bondong hanya untuk memesan makanan atau minuman, hanya berkendara keliling tempat.Mungkin sebagian orang menyebutkan, bahwa jika ada yang berekendara keliling tempat disebut kurang kerjaan. Bagi saya tidak, jika hingar-bingarnya dikota ini membuat kita jenuh, disenja itu justru sebaliknya mengasikkan. Selepas jam-jam macet berlalu, kala itu diwaktu magrib pun jalanan menjadi renggang lancarnya lalu lintas, asap kendaraan pun berkurang, udara pun terasa lebih segar. Ditamb
Semua Akan Kembali Kepada AsalnyaPada, suatu senja.Kita bercerita tentang cita-cita.Langkah berbeda menapak cahaya jingga.Melayang sekalipun kita ikut terbang.Kalau sang senja datang kita akan menyaksikan.Kembali.Ya kala itu kita bersama, berderap melangkah menuju harapan di dunia. Keindahan itu sungguh seperti sunset yang indah mempesona. Cahayanya, cakrawala, bahkan hembusan anginnya. Keindahan itu, bisa membius siapapun yang menyaksikannya untuk menjadi tenang dan damai. Kisah kita seperti sunset. Indah bahkan tidak bisa tertuliskan oleh pena hidup. Matahari itu telah menuju peristirahatanya. Matahari itu telah menyelesaikan tugas sucinya. Mencintai setulus hati . Mencintai sampai mati. “Selamat jalan teman” kisah ini akan selalu dikenang dan dipajang di majalah besar.Setiap langkah kita berbeda, aku hanya melanjutkan profesi ku sebagai alumni mahasiswa kesehatan. Kerap kali dalam buku catatan ku, menuliskan sebuah ce
Tetesan Air MataWalau, langkah kakiku rapuh.Aku akan tetap benerjang dan berjuang,aku akan terus maju meski langkah tak mampu.Dengan tekad, aku akan terus berhumpu.Pagi itu, cuaca indah menyambutku dari tidur. Tris yang sudah pergi dan duduk diluar menatapi pemandangan indah di kampung ini. Kampung yang indah dan damai, terbentuk dari sana gumpalan-gumpalan awan berkumpul menyelimuti dengan lembut dan kesejukan. Kampung ini tidak bisa digenggam oleh siapapun, seperti halnya awan yang terbang bebas disana.Setiap kali saya melihat awan, janya keceriaan dan kebahagiaan. Dibalik itu ada kisah perih yang menggentarkan hati, memeteskan air mata, dan melatih mental diri. Semilir angin, dari rongga langit-langit menghembus menelisik lambaian-lambaian kepak sayap burung tanpa harus terganggu. Negri ini terdapat laut yang biru, hutan yang hijau, dan banyaknya ekosistem hewan dan tumbuhan.Siang kami mulai penelitian
Isi CahayaCahaya, seribu cahaya menerangi jalanmu.Seperti, matahari dan rembulan disampingmu.Sinar mu begitu terang, membuat jalan menjadi terang.Langkahmu bagaikan permata laksana bunga bercahaya,yaa kala itu dipagi hari.Perjalanan harus kutempuh dengan berjalan kaki. Kota kabupaten masih jauh, aku masih sepertiga perjalanan.Seperti biasanya kugendong tas punggung. Rasa lelah, tidak membuatku nyerah begitu saja. Suara yang coba menenangkan tidak dihiraukan. Tapi aku tida banyak waktu untuk menenangkan pikiranku, teruslah melangkah. Jalan aspal yang kulintasi semakin samar. Siang itu, langit terasa mendung untuk membuat penelitian tentang kesehatan masyarakat sepertinya hujan akan datang. Udara makin dingin, tanda-tanda akan turun hujan lebat.Aku harus cepat. Berharap cepat sampai dengan tujuanku , sebelum hujan belum membasahi jalanan. Tak peduli beberapa kali untuk melangkahkan kaki, atau jalanan yang rusak. Ketika jalan aspal l
Matahari TenggelamMatahari, setiap kali kau tenggelam.kau biasanya mengajarkan untuk ikhlas.Dalam lelah, kita belajar untuk istirahatkita hidup didunia ini untuk mencari kebaikan.Baginya pekerjaan yang terbaik adalah langkahhidup yang baik.Biasanya jika otak penat dengan pelajaran, saya biasaya keluar bersama teman dengan roda dua dikala senja. Tidak ada yang kami lakukan, hanya nongkrong diwarung tempat biasa berbagi rasa. Orang-orang pun berbondong-bondong hanya untuk memesan makanan atau minuman, hanya berkendara keliling tempat.Mungkin sebagian orang menyebutkan, bahwa jika ada yang berekendara keliling tempat disebut kurang kerjaan. Bagi saya tidak, jika hingar-bingarnya dikota ini membuat kita jenuh, disenja itu justru sebaliknya mengasikkan. Selepas jam-jam macet berlalu, kala itu diwaktu magrib pun jalanan menjadi renggang lancarnya lalu lintas, asap kendaraan pun berkurang, udara pun terasa lebih segar. Ditamb
DiaryBapak Penjual KoranSeiring, kumandang adzan subuh di mesjid dekat rumahku.Ku tatap pria tak dikenal didepanku. Berharap limpahan dari rahmat-Mu.Hari esok dan seterusnya akan lebih cerah. Kulangkahkan kakiku,Beranjak pergi. Dengan harapan dan angan, mendapatkan rezeki-MuTuk arungi bahtera kehidupan. Dari pintu kamar ku terpajang dinding hiasan kamar.Menggambarkan untuk hidup semangat.Siang itu udara terik menampar pipi, keluh demi keluh terucap tanpa nalar. Secara tak sengaja, saya melihat bapak penjual koran tengah berjalan depersimpangan jalan. Sambil membawa barang dagangannya. Saya yang saat itu sedang makan siang bersama teman kampus. Awalnya aku mengira bahwa bapak itu hanya penjual koran biasa, tapi setelah kami makan aku telusuri beliau, betapa terkejutnya aku dan temanku bahwa bapak itu tidak bisa bicara yau membisu. Dipelukannya, ia membawa puluhan kabar-kabar terbaru dari majalah duni
Pelayan TokoPagi, itu cuaca cerah dipersimpangan jalan.menyisakan genangan, bekas hujan tadi malam.Nyatanya semua hidup itu berbeda, tetapi kitaselalu berdampingan ditempatkan unuk saling menemukan.Biar saja tetap terulang, aku tidak pernah mendengar bahwa.Tuhan berkata kita beda tujuan.Masih ditempat yang sama. Bogor tempat indah, sejuk, dan nyaman seperti bunga yang disimpan didalam taman.Alarm, berbunyi keras disebelah tempat tidur ku. Bagiku itu adalah anugrah. Sebab kalo bangun siang jalan dikota pasti macet. Saya melirik jam di ponsel genggam ku, sudah menunjukan pukul tujuh pagi. Langkah menuju pintu kamar mandi, membilas badan lalu pergi menuju kampus.Terlihat pelayan toko sedang membersihkan halaman, dengan paras yang cantik hingga menawan. Para pedagang dan anak kecil, sedang siap-siap berniaga berkemas merapikan barang bawaannya. Langkah disertai do’a mereka, semangat yang tak kunjung pudar.
Buah hati dari Sang Matahari.Matahari, memang sama seperti kita.Terbit saat wajah baru, indah ketika teredeup lelah.Seorang laki-laki kumal menyusuri jalan kehidupan,Jalan menuju surga memang sulit. Baju yang lusuh mengiringi jalannyadi sekitaran jalanan. Mencari kebutuhan diantara banyaknya, tumpukanpejalan. Terlukis di tembok ada karya sastra yang tergambar menarik.Dan kesemuanya masih belum bisa digenggam.Pagi hari tepat dihari itu, Aku dan adik makan diwarung dekat jalan. Kami memesan ayam bakar, dan jus mangga. Aroma ayam bakar, telah tercium sampai ke meja kami. Melintir keperutku yang sudah lapar dari tadi.Pesanan pun tiba saya. Tidak sabar mencoba lezatnya aroma ayam bakar dengan saus asam manis. Kepungan butir-butir nasi hangat membuat nafsu makan sangat bergairah. Kucicipi secuil daging yang telah tersaji, gigitan pertama ayam bakar yang empuk dan nikamt itu terasa lancar hanya menyisakan s
Sepintas Debu JalananTatapan, matanya begitu tajam.Saat kau mencari makhluk tuhan,Yang membawa kebahagiaan entah sampai kapan.Lantas kau lupa, bahwasannya yang kau cari sebenarnyaKesuksesan. Itulah hidup.Tuhan memang memiliki cara-Nya yang berbeda untuk mengingatkan kita, entah itu dari yang bencana ataupun kebahagiaan. Sejatinya manusia dibumi adalah ketentuan dari tuhan semesta alam, termasuk antara pertemuan dan perpisahan.Manusia tidak akan menyangkan sebelumnya, ketika bertemu seseorang yang baik. Darinya kita belajar bahwasanya hidup perlu penghormatan antara kasih sayang dan saling menghargai. Bisa jadi bahwa tuhan telah menentukan bahwa orang yang baik akan bersama dengan yang baik. Hal-hal itu kadang kita suka luput dari pengamatan kita, dasarnya kita harus selalu bersyukur apa yang telah ditetapkan tuhan semesta alam.Kampus di Bogor banyak sekali pedagang jalanan, dan pengamen cilik bernyanyi. Biasanya, para pedagang
Bangku TamanManusia, terbentuk dari impian.Tanpa itu kita hanyalah angan-angan biasa yang bergerakMengikuti hirup-hirup dunia kusam, tetapi tidak mengiringi iramaAlam dan Bumi. Dan impian bukan sesuatu yang absolut. Ia dapat berubah,bertambah maupun berkurang. Bagi laki-laki itu sendiri impian telah bertambah satu:melangkah beriringan bersama gadis yang bernama Annisa Cahyani.Setahun, lebih tanpa ada kabar. Aku menanyakan kabarmu lewat akun gmail untuk menanyakan kabar. Dan, akhirnya aku menyatakan perasaanku kepadamu. Maksudku, saat itu hanya ingin menanyakan kabar saja. Agar kamu tau, betapa merindunya aku disini. Aku bermaksud hanya ingin meringankan pikiranku yang gundah supaya berkurang. Namun, semoga kamu merasakan apa yang kurasa.Hay Niss, apakabar disana? Ingatkah saat kita pertama jumpa disekelas dan kita pulang bareng. Kita tinggal di kota yang sama dan kita hanya manusai yang dipertemukan dalam kospirasi alam