"Hanya aksi spontan karena dia memelukku lebih dahulu, aku tidak bermaksud apa-apa dengan itu.""Benarkah?""Iya.""Kau terlihat menyimpan kerinduan mendalam sebagaimana itu tercetus secara langsung ke saat kalian berdua saja, aku bisa melihat bagaimana kalian saling menatap dengan penuh kerinduan.""Percayalah padaku." Dia hanya menatap mataku dengan ekspresi pasrah mungkin sudah siap dengan ledakan amarah yang akan terlontar dari bibirku. "Ailin sudah berubah, dia sukses dan dan dengan kesuksesan itu dia bisa memperjuangkanmu." Aku hanya bisa berkata dengan lirih, sebab aku tahu sekuat apapun memperjuangkan seseorang tapi jika yang bersangkutan tidak bermaksud untuk melepaskan masa lalunya maka itu akan sulit. "Ayah dan ibuku, tetap akan mempertahankan menantunya, apapun yang terjadi," jawab Mas Revan.Aku terdiam, aku tetap seperti dulu, berusaha sabar dan memaklumi suamiku dengan tidak serta-merta menjadikan perbuatannya sebagai alasan pertengkaran yang hebat. Aku tetap tenang
Aku kembali dari cafe setelah 'ngopi' dengan mantan gundik suamiku. Aku kembali ke kantor dan tepat berpapasan di koridor sebelah ruanganku dengan Mas Revan. " Kau dari mana saja?""Tidak ada.""Katanya kau pergi menjumpai seseorang. Siapa?""Tidak penting Mas.""Siapa?" Suamiku setengah mendesak dan penasaran. "Ailin.""Ah, ya Tuhan ini membosankan," ujarnya."Benarkah bosan?"Aku tersenyum sambil mengenal listrik seberapa seriusnya dia bilang kalau pembahasan tentang Airin adalah sesuatu yang membosankan. Bukankah, dia begitu mendambakan wanita itu dan selalu merindukannya. Seharusnya dia tidak perlu bersikap munafik seperti itu."Dengar, Aku serius padamu Aku ingin mengakhiri semua pengaruh tentang dia Dan bayang-bayangnya dari kehidupan kita.""Benarkah?""Iya.""Undang wanita itu ke rumah kita karena aku akan menegaskannya di hadapan semua orang.""Tidak, Mas. Tidak usah repot-repot berbuat seperti itu kita sudah pernah melakukannya dan wanita itu tidak mempan ataupun terpengar
Suamiku mengambil tempat duduk sementara wanita itu tepat mengambil kursi yang ada di sisi Mas Revan sehingga aku harus duduk sendirian berhadapan dengan mereka berdua. Anak-anak duduk satu bangku setelah diriku. Pelayan kami melayani dan menuangkan makanan. Saat si mbak menuangkan gulai ke piring Mas Revan tiba-tiba wanita itu mencegatnya."Jangan Mas Revan tidak suka sesuatu yang bersantan," ucapnya sambil mengangkat tangan sejajar dengan piring."Benarkah aku istrinya sendiri nggak tahu loh kalau dia nggak suka gulai selama ini ia makan apapun yang aku siapkan.""Berarti dia adalah suami yang baik," ucapnya sambil melirik Mas Revan dengan penuh kekaguman sementara suamiku seakan tidak tahan lagi dengan suasana itu."... Dia suami yang sempurna, meski tidak suka dengan jenis masakan itu tapi dia berusaha menghargaimu dengan tetap menikmatinya. Aku rasa kalian menjalani kehidupan yang romantis.""Ya, nyaris begitu," ungkapku, padahal sebenarnya sebelum 2 tahun terakhir aku dan Mas
Melihat kepergian wanita itu yang langsung berlari menuju pintu utama tentu saja membuat anak-anak yang kebetulan duduk di ruang tengah langsung berdiri dan menatap kami dengan tegang."Ada apa?""Tidak ada abaikan saja."Anak-anak yang masih bingung karena melihat seorang wanita bergaun panjang dan berlari dengan suara sepatu hak tinggi yang mengeluarkan suara keras hanya mengangkat bahu lalu melanjutkan tontonan mereka."Apa wanita itu akan baik-baik saja?""Tentu.""Ah syukurlah.""Dia akan baik-baik saja karena dia punya uang, tempat tinggal dan tidak kekurangan satu apapun.""Semoga begitu, Semoga dengan berakhirnya percakapan tadi, terakhir pula masalah di antara kita semua.""Iya.""Semoga wanita itu tidak dendam apalagi sampai mengganggu kita dan anak-anak.""Tidak, dia tidak akan berani melakukan itu, dia Pasti berpikir puluhan lagi, dan tak akan bersikap ceroboh karena sekali ceroboh bisa menghancurkan reputasi dan karirnya.""Ya, Mas, semoga selesai dengan baik."*Hari-h
Aku memang mencintai wanita itu, wanita yang mencuri hatiku dari tatapan pertama, dia adik angkatan di tempat kuliah aku, dia supel manis dan humoris, kemudian kami menjalin hubungan lalu berbagi kasih. Apa boleh buat, tahun-tahun bergulir, kemesraan itu tidak pernah pudar seakan kami baru bertemu beberapa hari, tidak terasa, tanpa sadar aku memiliki keluarga dan anak tapi aku masih tak mampu melupakannya.Aku sudah berusaha, kadang saat aku kembali ke rumah dan menatap istriku, ada sensasi rasa bersalah di sana, karena di belakangnya aku sudah berselingkuh. Belum lagi saat masuk ke kamar anak-anak dan melihat wajah mereka yang pulas tertidur.Aku sungguh, tak kuasa menahan rasa sedih di hati ini. Sesekali terbersit ingin lepas dari hubungan dengan Ailin, tapi, setiap kali bertemu dan menatap matanya kerinduan itu semakin mendalam dan menjadi-jadi saja. Saat wanita itu menyentuh tanganku dan berusaha menenangkan diri ini atas berbagai konflik dan pikiran yang kucurahkan padanya.
Setelah bercinta dengan Ailin aku kembali ke rumah sambil menyadari bahwa aku membawa aroma parfum wanita lain yang melekat di tubuhku. Bahkan aku bisa merasakan peluh dan gairah bercinta tadi masih melekat dalam ingatan dan seakan-akan terbayang di pelupuk mata.Entah kenapa setiap kali membayangkan Ayo link tanpa busana aku selalu terangsang begitu saja. Seolah ada gejolak yang terus membuatku terus tertarik dan tertarik kepada dirinya. Aku bahkan lupa pada pesona istri dan betapa dia juga cantik dan tidak kalah seksinya dibandingkan dengan selingkuhan.Aku aku tahu istriku punya garis wajah yang cukup cantik hidungnya mancung dan matanya besar, bola matanya selalu berbinar dan senyum di bibirnya. Ah, entah kenapa aku selalu memperlakukan dia seolah ia adalah wanita paling buruk di dunia. Aku menghancurkan mentalnya, mencela dan merusak harga dirinya."Apa kau merasa dirimu cantik? Apa kau merasa berkuasa karena kau jadi istriku? Kau tidak lebih dari sampah Andai Ayahku tidak bersik
Usai mandi dan mengganti pakaian aku mencoba menata hatiku untuk pergi menemui amaira. Aku dengan berterima kasih dan pura-pura mau makan kue ulang tahun buatannya aku yakin wanita itu akan melunak. "Ayah, selamat ulang tahun."anak-anak berhamburan dari kamar mereka satu orang membawa kertas yang bertuliskan Selamat ulang tahun dengan sketsa diriku yang sudah diwarnai dengan aneka warna, juga topi ulang tahun yang mereka buat dengan tangannya sendiri."Wah, terima kasih, Ini hadiah terbaik yang pernah ayah dapatkan." Aku memeluk dan mengecup kening anakku sementara Ibu mereka masih berdiri di meja dapur sambil menatap kue itu dengan wajah sedih.Aku meliriknya tatapan mata kami bersirobok, aku pura-pura tersenyum padanya sementara wanita itu hanya menatap diriku dengan datar. Kekecewaan yang ada di hatinya membuat dia tidak mau tersenyum sama sekali."Bunda yang membantu kami untuk membuatkannya jadi Ayah harus berterima kasih dan memeluk Bunda juga.""Iya, ayah senang sekali mendap
Ya, saat aku diam-diam mulai menyukainya ada saja hal yang membuatku kesal padanya. Ada ada rasa takut kehilangannya dan tidak diperhatikan olehnya lagi tapi setiap kali ingin memberinya perhatian dan mendekatinya aku selalu canggung dan tanpa sengaja menyakiti hatinya.Tapi, saat dia mulai memberiku perhatian, merawatku saat sakit dan menyuapiku makanan dia membuatku meleleh. Aku sengaja mengerjai kesabarannya dengan menggonta-ganti menu yang kuinginkan, aku tahu dia membuatnya sepenuh hati tapi aku mempermainkannya dengan menyuruhnya membuat makanan baru. Ujung-ujungnya aku malah makan mie dingin yang dia taruh di dalam kulkas karena sakit hati dengan tingkahku.Setiap pagi wanita itu selalu menyiapkan pakaian dan kaos kaki baru, aku rewel Kalau harus pakai kaos kaki yang bekas kemarin jadi aku memaksanya untuk melakukan itu. Aku juga menyuruhnya untuk menyetrika pakaian dengan licin dan tidak segan-segan memintanya mengulang kalau pakaianku Ada kusut sedikit saja. Sebenarnya aku t