Usai mandi dan mengganti pakaian aku mencoba menata hatiku untuk pergi menemui amaira. Aku dengan berterima kasih dan pura-pura mau makan kue ulang tahun buatannya aku yakin wanita itu akan melunak. "Ayah, selamat ulang tahun."anak-anak berhamburan dari kamar mereka satu orang membawa kertas yang bertuliskan Selamat ulang tahun dengan sketsa diriku yang sudah diwarnai dengan aneka warna, juga topi ulang tahun yang mereka buat dengan tangannya sendiri."Wah, terima kasih, Ini hadiah terbaik yang pernah ayah dapatkan." Aku memeluk dan mengecup kening anakku sementara Ibu mereka masih berdiri di meja dapur sambil menatap kue itu dengan wajah sedih.Aku meliriknya tatapan mata kami bersirobok, aku pura-pura tersenyum padanya sementara wanita itu hanya menatap diriku dengan datar. Kekecewaan yang ada di hatinya membuat dia tidak mau tersenyum sama sekali."Bunda yang membantu kami untuk membuatkannya jadi Ayah harus berterima kasih dan memeluk Bunda juga.""Iya, ayah senang sekali mendap
Ya, saat aku diam-diam mulai menyukainya ada saja hal yang membuatku kesal padanya. Ada ada rasa takut kehilangannya dan tidak diperhatikan olehnya lagi tapi setiap kali ingin memberinya perhatian dan mendekatinya aku selalu canggung dan tanpa sengaja menyakiti hatinya.Tapi, saat dia mulai memberiku perhatian, merawatku saat sakit dan menyuapiku makanan dia membuatku meleleh. Aku sengaja mengerjai kesabarannya dengan menggonta-ganti menu yang kuinginkan, aku tahu dia membuatnya sepenuh hati tapi aku mempermainkannya dengan menyuruhnya membuat makanan baru. Ujung-ujungnya aku malah makan mie dingin yang dia taruh di dalam kulkas karena sakit hati dengan tingkahku.Setiap pagi wanita itu selalu menyiapkan pakaian dan kaos kaki baru, aku rewel Kalau harus pakai kaos kaki yang bekas kemarin jadi aku memaksanya untuk melakukan itu. Aku juga menyuruhnya untuk menyetrika pakaian dengan licin dan tidak segan-segan memintanya mengulang kalau pakaianku Ada kusut sedikit saja. Sebenarnya aku t
Tak menunggu lama setelah bergabung di perusahaan istriku mulai membuat gebrakan baru dan Audit besar-besaran. Tanpa bertanya padaku dan atas kewenangan yang diberikan oleh Ayahku dia memecat orang-orang yang tidak disukai dan melakukan kesalahan. Besar atau kecil nilai kesalahannya, tua atau muda, tak peduli seberapa lama mereka telah bergabung di perusahaan ini kalau mereka menggelapkan dana proyek maka mereka akan diberhentikan dengan cara tidak hormat oleh istriku. Perbuatannya cukup membuatku dikecam dan didesak oleh dewan direksi agar kehadirannya segera disingkirkan dari perusahaan ini.Amira berbuat sesuka hatinya tanpa dia menyadari bahwa aku ditekan oleh eksekutif perusahaan agar aku mengendalikan tingkah dan sikap istriku. Di sisi lain aku juga tertekan oleh tekanan dari amaira yang terus melakukan manuver demi memisahkan aku dengan selingkuhanku. Dia bilang akan balas dendam padaku kalau aku tidak segera berpisah dengan ailin.Istriku terlalu tangguh dan terlalu cerdik un
"Apa kau tidak mendengar perkataanku!" Aku berteriak padanya dan itu sukses membuat semua orang di ruangan itu terdiam.Sebenarnya aku tidak harus bersikap sedramatis itu mengingat dia adalah istriku dan tidak pantas suami mempermalukan istrinya terlebih itu di depan bawahannya sendiri. Ah, suatu hari aku merutuki perbuatanku itu. Wanita itu memindahkan tangannya dari keyboard lalu menatap diriku sambil tersenyum dengan sinis."Kenapa kau memaksaku untuk menghentikan semua perintahku Apa kau khawatir wanita itu tidak mampu menyelesaikan pekerjaannya!"Menyentil perkataan tentang wanita itu aku jadi gugup di hadapan para karyawanku. Aku khawatir selingkuhanku akan terungkap kalau aku terus memprovokasi istriku."Maksudku begini, tindakan investigasimu telah menimbulkan pergolakan dan keresahan tersendiri bagi dewan direksi....""Kenapa harus resah kalau mereka memang tidak korupsi Kenapa harus mereka yang resah. Hanya orang-orang yang melakukan kecurangan dan penggelapan yang akan res
Jujur saja, terlalu banyak pikiran dan tekanan akhir-akhir ini, membuatku sering tidak fokus dalam pekerjaan dan sedikit pusing. Kemarahan ayah dan tuntutan istriku seakan terus teranngiang di telinga ini.Mereka hanya meminta satu hal dariku. Berpisah dari Ailin untuk menormalkan kembali gejolak dan situasi yang tidak menyenangkan dalam keluargaku.Berhari-hari aku memikirkan hal itu sampai hanya sedikit waktu tidur yang kugunakan di malam hari. Aku terjaga dan kembali mempertimbangkan segalanya."Aku rasa aku harus memperbaiki hubungan dengan amaira agar situasi kembali berada dalam kendaliku," bisikku dalam hati. Aku menatap wajahnya yang pulas di tempat tidur, aku merasa bersalah, tapi memperbaiki keadaan tidaklah semudah membalikan telapak tangan. Jika aku bersikap baik dan mencoba mengambil hatinya sekarang, dia akan mulai curiga kalau niat tulusku hanya pura-pura saja.Aku harus mengambil waktu untuk mulai bicara pelan-pelan dan menunjukkan kasih sayangku pada istriku. Di sis
"Kau ke mana saja Aku menelpon orang di lokasi proyek dan asisten pribadimu tapi mereka tidak bersamamu, juga tidak melihatmu ada di mana-mana. Kau bersama wanita itu!" Baru saja tiba di kantor, baru saja mau menyalakan laptop dan memeriksa jadwal aku tiba-tiba istriku datang dari ruangannya dan mencecar diri ini dengan begitu banyak pertanyaan. Aku mulai pusing."Aku mampir sebentar ke kantor temanku.""Kantor temanmu yang mana!""Di jalan Buana raya. Kenapa sih, rese sekali kamu?""Aku ingin tahu kau ke mana karena kau telat masuk kantor!""Aku ini direkturnya!""Mentang-mentang direktur bukan berarti kau bebas seharusnya seorang atasan mencontohkan teladan yang baik bagi bawahannya.""Baru hari ini terjadi!""Dan aku tidak mau itu terjadi lagi!"Sebenarnya aku tidak ingin bertengkar, aku ingin dia bertanya padaku baik-baik sehingga aku bisa menjawabnya baik-baik pula, lalu terjadilah hubungan baik di antara kami berdua. Tapi entah kenapa dia terus cari gara-gara, kecurigaan yang m
Sesampainya di rumah. Aku dan Dia turun dari mobil lalu beriringan masuk ke dalam rumah kami. Anak-anak langsung berseru gembira begitu melihat orang tuanya pulang dari tempat kerja."Aku lapar sekali. Apa kau akan masak sesuatu di rumah?""Aku dan anak-anak mau pergi ke rumah ibuku.""Oh kupikir kau akan masak sesuatu untukku sebelum pergi."Entah kenapa Hari ini aku tidak ingin dia pergi kemanapun. Aku bukannya tiba-tiba pura-pura berubah hanya saja aku mulai ingin memperbaiki keadaan dan hubungan kami demi kedua anakku yang bola matanya selalu berbinar saat melihat orang tua mereka bersama. "Apa kau bercanda denganku, biasanya masak apapun diri ini kau tidak peduli karena kau pasti akan menghabiskan waktu untuk bersama dengan wanita itu dan makan dengannya.""Aku mohon jangan bahas dia.""Mau tidak mau kita tetap membahasnya karena wanita itu ada dalam hidup kita dan diantara pernikahan kita.""Disaat Aku ingin memperbaiki keadaan denganmu aku tidak ingin kau membahas tentang wani
Tring...Tring....Entah sejak kapan ponselku berdering tapi kurasa di alam bawah sadarku sampai terbawa mimpi suara dering itu terus berbunyi.Aku dan istriku yang tertidur dalam posisi berpelukan dan hanya ditutupi sebuah selimut terjaga karena suara ponselku."Mas." Istriku mengguncang pipiku dan memintaku untuk segera menjawab panggilan itu.Aku bangkit sementara dia kembali merangkum selimut untuk menutupi tubuhnya dari dinginnya hawa air conditioner."Ada apa?""Mas, sebaiknya kamu datang sekarang.""Kenapa?""Aku keguguran Mas!""Apa?"Aku terlonjak bangkit dari posisiku berdiri dengan wajah tegang dan setengah tidak percaya dengan perkataannya.Keguguran?Kapan dia hamil, kalau dia hamil anakku, kenapa dia tidak memberitahuku agar aku lebih memperhatikan kesehatan dan keinginannya. Kalau ternyata bukan Anakku berarti dia menipuku selama ini, menipuku di mana Aku tetap berhubungan dengannya dan dia memanfaatkanku padahal dia punya pacar lain."Mas, apa kau mendengarku?"Sesaat
"Kau bertemu temanmu yang bernama Rudi itu?""iya," jawabku."kupikir kau akan bertemu dengan orang penting tapi ternyata kau hanya bertemu dengannya..." Mas Revan bersungut dengan cemberut sambil mendesahkan nafas dan menyandarkan punggungnya di kursi."Aku sedang membicarakan masalah bisnis dan restoran yang cukup strategis di dekat lokasi villa yang ada di daerah Timur kota ini. progress untuk bisnisnya cukup bagus hanya butuh sedikit investasi dan modal.""Aku suka kamu berbisnis tapi aku tidak sreg kau berbisnis dengannya.""kenapa?""ga suka aja.""ada alasan untuk segala sesuatu.""aku hanya tak nyaman.""Kau tak nyaman karena kau cemburu ataukah ada ketakutan lain, jika kau merasa bahwa lelaki itu akan menipuku itu tidak akan terjadi karena dia adalah sahabatku sejak lama, dia tidak akan lari kemana-mana karena jika dia melakukan kecurangan, aku pasti akan menghukumnya.""lelaki itu cukup tampan dan aku tidak mau terjadi fitnah dalam keluargaku.""bicara tentang ketampanan da
**di kantor, di jam istirahat."aku izin untuk keluar 1 jam makan siang dengan temanku.""siapa?""temanku., Kami ingin membicarakan bisnis. Apa kau membutuhkan detail setiap orang yang aku temui atau haruskah kau mengirimkan satu asisten bersamaku agar bisa melaporkan segalanya padamu?""kenapa perkataanmu terdengar sentimental?" suamiku mulai memasang wajah gusar dan kesal. "aku hanya khawatir bahwa kau mencurigai beberapa temanku padahal orang-orang yang aku temui adalah orang-orang yang tempo hari selalu bersamaku. mereka adalah teman-teman biasa teman arisan, sosialita dan beberapa teman bisnis.""tidak, jangan khawatir, pergilah.""terima kasih." aku melenggang keluar dari kantornya dengan santainya. Aku sengaja tidak memberitahu bahwa aku akan makan siang dengan sahabatku Rudi, mungkin sikapku terlampau egois ataukah aku memang sengaja untuk menguji sejauh apa dia mencintaiku dan cemburu dengan itu. aku tahu bahwa aku cemburuannya akan menciptakan prahara, tapi selagi aku t
"Eh, suamimu cemburuan juga ya...."sahabatku Rudi yang sudah kuambil kontaknya tiba tiba mengechat dan bicara begitu."hahaha, abaikan saja.'"Naluri laki-laki memang merasa tertantang saat melihat orang lain menunjukkan ketertarikan dan kekagumannya secara langsung pada istri mereka. tapi aku tak menyangka kalau suamimu menunjukkannya dengan gamblang.""sudahlah, kau pun jangan merasa ditantang dengan sikapnya.""Buat apa... kalau aku ingin merebut orang maka aku akan melakukannya dengan cepat. Kau juga salah tahu ga sih.""salahku apa?""kau terlalu cantik di usiamu itu, malah kalau jalan dengan anakmu kau pasti dikira kakaknya.""Hei, aku baru empat puluhan.""Tapi kau berjuang sejak menikah dengan Revan, siapa yang tak tahu reputasi pria itu. kami para sahabatmu merasa geram dengan perlakuan dan perselingkuhan yang berlangsung selama belasan tahun itu. Heran ya, kenapa kamu bisa tahan.""demi keluarga.""demi keluarga apa demi uang?""dua duanya." aku meletakkan emot senyum di be
sekarang kami duduk di sebuah kedai minuman di pinggir pantai sambil tertawa dan bercengkrama bercerita tentang masa lalu di tahun 90-an, aku dan sahabatku itu banyak mengenal masa-masa konyol di saat kami masih SMA dulu. "Aku pernah dengar kalau istriku dan para sahabat-sahabatnya membicarakan tentang pria bernama Rudi. Tak kusangka Kalau hari ini aku bertemu denganmu secara langsung." Mas Revan mengaduk minumannya lalu meresapnya."oh ya? benarkah, kau sering membicarakanku dengan sahabat-sahabat kita?"aku melirik suamiku dan segera menggeleng cepat dan itu membuat mereka berdua, kedua lelaki itu tertawa padaku."kau tampan juga ya Rudi, ngomong-ngomong Apa usaha yang kau jalani...""aku menjalankan bisnis batubara milik keluarga di Kalimantan. by the way, kau juga tampan dan punya Aura seorang pemimpin yang hebat."suamiku hanya tertawa sambil menggelengkan kepalanya lalu berkedip kepada diri ini dan menunjukkan betapa hebatnya dia dapat pujian dari orang-orang di sekitarku.sok
Dua tahun berikutnya saat anak-anak sudah mulai lulus SMA dan Risa duduk di bangku kelas dua. aku dan suamiku menjalani kehidupan yang bahagia tanpa gangguan dari siapapun tidak pernah mendengar lagi kabar tentang Ailin atau perintilan tentang hidupnya.Aku merasakan ketentraman dan kedamaian menikmati peranku sebagai ibu rumah tangga sekaligus orang yang berwenang dalam perusahaan ayah mertua. ayam mertua yang saat ini sudah sepuh mulai sakit-sakitan sehingga aku lebih banyak menghabiskan waktu dengan anak-anak di rumahnya, suami lebih aktif dengan kegiatan bisnisnya Karena sekarang tumpuan harapan dan satu-satunya penggerak roda perusahaan hanya dia, hanya dia yang diambil keputusannya dan menjadi acuan banyak orang untuk bertindak.ayah mertua sudah menyerahkan segalanya kepada kami dan tidak lagi ambil bagian dalam keputusan perusahaan. "mau kuliah di mana setelah lulus?" tanya kakeknya pada Rian anak sulung kami."ingin kuliah bisnis manajemen di Australia kek atau bila memungkin
Mungkin ini bab terakhir saat aku ingin menceritakan hidupku yang penuh kebahagiaan tanpa kehadiran orang ketiga dalam Rumah tanggaku.Setelah beberapa tahun berlalu kami menjalani dengan penuh kebahagiaan dan keharmonisan itu mengalami perubahan drastis dalam kehidupan dan karirnya.Tanpa sengaja aku mendapati kabar itu ketika aku arisan besar-besaran para sosialita di kota ini. Aku tergabung di sana karena mendapatkan undangan dari istri seorang direktur perusahaan minyak, sekaligus kebetulan mengenal istri gubernur. Mereka mereka mengundangku dan menjadikan aku sebagai anggota organisasi mereka di mana aku mengikuti banyak kegiatan dan arisan. "Kau kenal wanita bernama Airin yang dulu bekerja di perusahaan mertuamu?" Tanya Mbak Fika seorang pebisnis batubara."Namanya cukup familiar," jawabku mencoba untuk bersikap normal dan mengabaikan fakta bahwa orang yang sedang ditanyakan adalah mantan kekasih suamiku.""Aku mengagumi bagaimana kau menyikapi wanita itu saat dia masih bersam
Apa semuanya sudah selesai dengan kepergian wanita itu? Aku rasa iya, meski ada masalah lain yang akan kuhadapi tapi tidak akan seberat aku menghadapi orang ketiga dalam rumah tangga. Kuncinya hanya satu jika ingin jadi pemenang pada suami yang suka berselingkuh, lebih banyak bersabar, lebih banyak mengendalikan emosi, tenang dan pertahankan apa yang kita miliki. Niscaya suatu hari suami akan kembali ke rumahnya dan pulang ke pelukan istri dan anak-anaknya.Aku percaya Tuhan sudah berada di pihakku dengan cara membiarkan wanita itu menyerah, lalu pergi dengan membawa amarah dan kekecewaannya.Aku yakin, episode panjang perselingkuhan selama 12 tahun sudah selesai. Ya, berakhir sampai di sini.Kurebahkan tubuhku di tempat tidur lalu kuselimuti diriku sendiri dan suami. Awak dingin dari penyejuk ruangan membuatku harus dekat-dekat dengannya dan dia pun mengembalikan badan untuk memberi tanggapan pada pelukanku."Apa semua konflik ini sudah selesai sekarang?""Aku rasa iya.""Syukurla
Keesokan hari.Setelah jam istirahat kantor aku dan Mas Revan menyebabkan waktu untuk pergi ke kantor di mana Ailin bekerja sebagai manajer utama. Sebenarnya perusahaan itu berbasis di Singapura, tapi karena mereka punya kantor cabang di Indonesia, maka wanita itu ditugaskan juga untuk mencari relasi bisnis dan proyek terbaru. "Kau yakin kita akan bertemu dengannya.""Untuk terakhir kalinya."Aku dan suamiku memasuki lobby utama kemudian pergi ke meja resepsionis dan bertanya di manakah ruangan Manager utama."Apa ibu Ailin ada di sini.""Maaf Bu, Ibu manajer kami tidak ada hari ini. Apa beliau tidak memberitahu Anda sebelum Anda membuat jadwal temu dengannya.""Kami datang tanpa ada jadwal temu.""Beliau ada penerbangan 1 jam lagi ke Singapura jadi mungkin anda tidak bisa bertemu dengannya hari ini.""Apa dia memutuskan kembali ke Singapura?""Ya, tugasnya sudah digantikan oleh manajer baru jadi beliau akan kembali ke kantor pusat.""Oh, baiklah."Kupandangi suamiku yang terlihat m
Menjelang pukul 03.00 sore putuskan untuk langsung saja pulang ke rumah, kukendarai mobilku lalu 10 menit kemudian aku tiba di rumah.Ku masukkan mobil ke garasi kemudian mematikan mesin lalu keluar dari sana dan pergi ke pintu utama. Di ruang keluargaku dapati Suamiku sedang berbaring dan dia masih mengenakan baju setelan jasnya."Apa kau baru tiba?""Dari tadi.""Kenapa tidak ganti baju?""Aku masih lelah... Pusing.""Oh, apa kau sudah makan?""Belum.""Tunggulah sebentar aku akan siapkan makanan."Aku bergegas pergi ke kamar utama untuk ganti baju kemudian cuci tangan dan mukaku lalu turun ke dapur untuk menyiapkan makanan.Saat aku kembali ke dapur lelaki itu bangkit dari posisi berbaring dan menetap diriku dengan tatapan lekat dari kursi tempat duduknya."Ada apa?""Tidak ada sayang, aku hanya ....""Ada apa?""Aku hanya merasa bersalah Dan teringat kembali atas peristiwa yang bertahun-tahun pernah kulakukan pada dirimu.""Sudahlah, jangan buka-buka lama yang akan membuat kita me