Share

Bab. 8

Penulis: Rossy Dildara
last update Terakhir Diperbarui: 2024-10-29 19:42:56

'Ya ampun ... segala mules, mana kayak mau keluar lagi.'

Ustad Yunus segera menyadari bahwa dia tidak bisa bertahan lebih lama di situasi ini. Dia buru-buru menyalakan mesin mobilnya dan melaju pergi, berencana akan kembali ke masjid.

Saat mereka tiba di masjid, Ustad Yunus langsung berlari keluar dari mobil meninggalkan Yumna tanpa sepatah kata pun. Karena selain memang susah bicara, dia juga merasakan seolah-olah ujung pisang gorengnya sudah keluar didalam celana.

"Ada apa dengan Mas Boy? Dia aneh sekali," gumam Yumna dengan alis yang bertemu.

Dia memperhatikan suaminya yang tersandung-sandung dengan kakinya sendiri, menuju tempat wudhu dan toilet yang berada di samping masjid.

"Oh ya, tadi Mas Boy juga bawa bunga." Yumna teringat akan buket bunga yang ditinggalkan di kursi mobil. Dia merasa curiga karena sebelumnya Ustad Yunus tidak memberikan kepadanya.

"Apa bunga ini bukan untukku, ya? Mangkanya nggak Mas Boy kasih?" pikir Yumna dengan rasa cemburu yang mulai muncul. Dia mengambi
Bab Terkunci
Membaca bab selanjutnya di APP

Bab terkait

  • Aku Tak Mau DiMadu   Bab. 9

    "Ya Allah, Dek, kamu nggak boleh ngomong kayak gitu," kata Ustad Yunus dengan suara serak. Yumna menatap tajam suaminya dengan raut bingung sekaligus kesal. Perkataan suaminya lama-lama menjengkelkannya sekali, benar-benar terlihat memihak kepada Naya. "Maksud Mas, aku harus diam saja gitu ... kalau melihat Mas mengkhianatiku? Oh ya tentu nggak dong!" tambahnya dengan tegas. "Enak saja, Mas pikir aku perempuan lemah? Nggak, ya!" Ustad Yunus menghela napas dalam-dalam, mencoba menenangkan diri. "Tapi nggak perlu dengan cara membunuh segala, Dek. Selain itu perbuatan dosa ... kamu juga bisa masuk penjara," ujar Ustad Yunus dengan lembut, mencoba memberikan nasehat. "Biarkan saja, aku nggak takut!" tantang Yumna dengan menaikkan dagunya. "Dan Mas juga jangan lupa, kalau menyakiti hati seseorang itu juga merupakan hal yang berdosa! Perselingkuhan pun bisa dipidanakan, Mas!" "Tapi saya di sini nggak ada niat selingkuh, Dek," Ustad Yunus mencoba membela diri. "Ngg

  • Aku Tak Mau DiMadu   Bab. 10

    Yumna memalingkan wajahnya ke arah suaminya, seolah meminta dia untuk menjawab.Yumna juga penasaran apa jawaban yang akan keluar dari mulutnya."Kenapa dengan Yumna, Boy?" Melihat reaksi putrinya seperti itu, Papi Yohan bertanya kepada Ustad Yunus dan menatapnya.Wajah pria itu tiba-tiba pucat, tubuhnya gemetar ketakutan, dan jantungnya berdetak kencang.Tapi sebisa mungkin, Ustad Yunus tidak berlebihan. Agar Papi Yohan tidak curiga."Sepertinya Dek Yumna sudah banyak nangis hari ini, Pi. Itu sebabnya matanya bengkak." Dia mencoba menjawab dengan tenang. Ustad Yunus juga tersenyum manis, tangannya bergerak untuk memeluk pinggang istrinya."Banyak nangis?!" Jawaban itu terdengar membingungkan karena pasti ada alasan di baliknya. "Bagaimana bisa Yumna banyak nangis, Boy? Apa kalian bertengkar lagi?"Seolah bukan rahasia lagi, Papi Yohan sangat mengetahui tentang pernikahan anak dan menantunya yang selalu tertimpa badai."Hanya masalah kecil, Pi. Tapi sudah selesai sekarang." Ustad Yunu

  • Aku Tak Mau DiMadu   Bab. 11

    "Bener tuh, Yum, apa yang dikatakan Papi," sahut Mami Soora menimpali, lalu menatap putrinya dengan penuh kasih sayang. Terlihat jelas jika dia dan suaminya itu sependapat. "Nggak boleh juga kita berpikiran negatif kepada suami sendiri, yang ada itu menyiksa diri. Sebuah hubungan itu harus dibangun dari kepercayaan, karena dengan begitu hubungan kalian akan awet. Seperti Papi dan Mami contohnya.""Tapi nyatanya, aku merasa sampai sekarang Mas Boy belum sepenuhnya percaya padaku, Mi." Yumna membalikkan pembahasan lain, tapi masih ditunjukkan kepada suaminya dengan kegelisahan yang terpancar dari matanya."Belum sepenuhnya percaya gimana, Yum?" Mami Soora tampak mengerutkan dahinya, heran."Ya tentang rumah tanggaku ini, tentang dia yang memberikanku kesempatan untuk memperbaiki hubungan.""Yumna ...." Papi Yohan memegang tangan Yumna dengan lembut, memberikan dukungan dan kehangatan. Sebuah senyuman lembut terpancar di wajahnya yang tampan. "Seseorang yang pernah dikhianati memang butu

  • Aku Tak Mau DiMadu   Bab. 12

    Ustad Yunus dengan cepat membukanya, namun wajahnya langsung mengerut saat dia melihat bahwa itu adalah sebuah arloji mewah dengan model khusus untuk pria. Terdapat inisial huruf Y yang kecil terukir di atasnya."Apa kamu sedang berulang tahun hari ini, Boy?" tanya Papi Yohan.Dia yakin benda itu pasti untuk Ustad Yunus, dan berpikir Yumna memberikannya sebagai hadiah."Enggak kok, Pi." Ustad Yunus menggelengkan kepala, lalu menatap istrinya dengan raut bingung. "Kamu beli jam pria ini untuk siapa, Dek?""Untuk Mas Boy.""Tapi saya nggak lagi ulang tahun, Dek.""Memangnya orang ngasih sesuatu harus berulang tahun, ya?" Tatapan mata Yumna terlihat begitu tajam."Enggak sih." Ustad Yunus menggeleng, wajahnya tampak bingung."Ya udah, sekarang pakai!" pintanya.Ustad Yunus mengangguk, segera dia melepaskan jam yang melingkar di lengan kirinya, yang tampak sudah cukup lama digunakan. Papi Yohan langsung membantu dengan memasangkan arloji baru pemberian Yumna."Kalau Mas mencintaiku ... pa

  • Aku Tak Mau DiMadu   Bab. 13

    Ustad Yunus membawa Yumna masuk ke dalam kamar mandi dengan masih mencium bibirnya penuh gairah. Yumna juga terlihat menyambutnya dengan senang hati.Seperti biasa, sebelum memulai ritual percintaan mereka—Ustad Yunus mengajak istrinya untuk bersama-sama mengambil air wudhu. Dia juga sekalian mencuci miliknya, sebelum mereka mulai tempur.Dengan perlahan-lahan, Ustad Yunus membaringkan tubuh Yumna di atas kasur.Dia memandang istrinya dengan penuh kasih sayang, menggenggam tangannya dengan lembut, dan mengecup keningnya dengan penuh kehangatan."Saya mulai ya, Dek?" tanyanya dengan suara lembut, memberikan rasa aman dan nyaman pada Yumna.Perempuan itu hanya mengangguk dengan pasrah.Namun, sebuah senyuman tersungging jelas diwajah cantiknya yang langsung memerah, saat suaminya itu membisikinya sebuah do'a sembari melucuti satu persatu kain yang menempel tubuhnya.Setelah keduanya sudah sama-sama polos, dengan kelembutan

  • Aku Tak Mau DiMadu   Bab. 14

    Setelah perjalanan selama 30 menit, Ayah Cakra akhirnya tiba di masjid tempat Ustad Yunus bekerja. Dia turun dari mobilnya dan memasuki gerbang masjid. "Pak, maaf, assalamualaikum... Apa Yunus ada di dalam?" tanya Ayah Cakra kepada seorang pria yang baru saja keluar dari masjid dan memakai sendal, mengenakan pakaian lengkap untuk sholat."Walaikum salam. Nggak ada, Pak," jawabnya dengan gelengan kepala."Si Yunus kalau ke masjid kira-kira jam berapa ya, Pak?""Setau saya sih sebelum Subuh, Pak, atau habis sarapan. Mungkin ... setengah tujuhan."Ayah Cakra langsung melihat pada arloji mahalnya, disana menunjukkan pukul setengah enam. Berarti mungkin sejam lagi pria itu akan datang."Oh oke, terima kasih ya, Pak.""Sama-sama." Pria itu mengangguk kecil, kemudian melanjutkan, "Maaf sebelumnya, bukan maksud nggak sopan. Tapi sebaiknya ... Bapak sebut Ustad Yunus dengan panggilan Ustad didepannya, karena beliau cukup disegan

  • Aku Tak Mau DiMadu   Bab. 15

    Lima menit kemudian, Umi Mae kembali dengan membawa nampan berisi secangkir kopi hitam dan sepiring nasi goreng lengkap dengan kerupuk udang dan dadar telur di atasnya. Dia lantas memberikan makanan tersebut kepada Ayah Cakra, yang dengan senang hati menerimanya. Ayah Cakra dengan cepat menyantap nasi goreng tersebut, terlihat sangat lapar sekali layaknya orang yang belum makan berhari-hari.Setelah ini, dia akan memiliki banyak tenaga untuk bisa merayu Umi Mae. Wanita itu harus berada dipihaknya."Uhuk! Uhuk!""Uhuk! Uhuk!" Di tengah-tengah makan, Ayah Cakra mendadak terbatuk-batuk, merasa tenggorokannya tercekik karena banyaknya nasi goreng yang mengisi mulutnya. Buru-buru, Umi Mae masuk kembali ke dalam rumah dan kembali dengan membawa segelas air. "Alhamdulillah... hampir saja aku mati karena tersedak," ucapnya dengan penuh syukur setelah meminum segelas air dan menyelesaikan nasi gorengnya. "Ibu juga a

  • Aku Tak Mau DiMadu   Bab. 16

    "BU!! BUKA PINTUNYA!!" Ayah Cakra masih menggedor-gedor pintu. Amarah di dadanya mulai memuncak. "SETIDAKNYA BERIKAN AKU NOMOR SI YUNUS!!"Tok! Tok! Tok!"Bapak mau ngapain?!" teriak seorang pria yang baru saja turun dari motor meticnya. Pria tersebut, Soni, langsung berlari menghampiri Ayah Cakra dan menarik lengannya, mencoba menjauhkannya dari pintu.Kecemasan terpancar dari wajah Soni, dia datang secepat mungkin setelah mendapatkan telepon dari Umi mertuanya."Kamu yang siapa?!" Ayah Cakra berbalik tanya, sambil melotot kepada Soni."Aku menantunya Umi. Bapak pasti orang gila, ya? Ayok cepat pergi dari sini!" Soni menjelaskan dengan cepat sambil menyeret Ayah Cakra keluar dari rumah menuju halaman."Kurang ajar sekali kau ini!!" bentaknya. Tubuh Ayah Cakra pun terlepas dari cengkraman Soni, dan dia melotot marah pada pria itu. Rasa tidak terima dan amarah memenuhi hatinya karena disebut sebagai orang gila. "Aku ini tamu di sini, ya! Tamu mertuamu! Bukan orang gila!" tambahnya deng

Bab terbaru

  • Aku Tak Mau DiMadu   82. END

    Yumna menahan rasa sakit dan mencoba menjelaskan, "Bukan, Umi. Ini bukan karena habis jatuh. Aku merasakan sakit perut yang luar biasa dan ada darah. Aku takut ada yang nggak beres dengan bayiku." Umi Mae merasa jantungnya berdebar kencang mendengar penjelasan Yumna. Dia segera memegang tangan Yumna dengan penuh kasih sayang. "Tenang, Nak. Kita akan segera sampai ke rumah sakit dan mereka akan merawatmu dengan baik. Semuanya akan baik-baik saja," Umi Mae mencoba memberikan dukungan dan ketenangan pada Yumna. Dalam perjalanan yang penuh kekhawatiran, Ustad Yunus mengemudikan mobil dengan hati-hati dan cepat. Dia berusaha tetap tenang dan fokus pada tujuan mereka, yaitu membawa Yumna ke rumah sakit dengan segera. Dalam hati, Ustad Yunus berdoa dengan penuh harap agar Yumna dan bayi mereka dalam keadaan yang aman. Dia berjanji pada dirinya sendiri bahwa dia akan selalu berada di samping Yumna, memberikan dukungan dan cinta yang tak terbatas. * * Sampai di rumah sakit, mereka

  • Aku Tak Mau DiMadu   81. Jangan panik!

    "Iya, Nay. Bunda malah punya buktinya kalau memang kamu nggak percaya," kata Bunda Noni dengan nada sedih. "Bukti aku memperk*sa Sandi, Bun?" "Iya." Bunda Noni merogoh tasnya dan mengeluarkan ponselnya. Dengan hati yang berat, dia membuka rekaman CCTV yang masih dia simpan. "Ini adalah rekaman CCTV digudang rumah sakit, Nay." "Gudang rumah sakit?" Naya menatap layar ponsel itu dengan campuran kecemasan dan penasaran. Rekaman dimulai dengan suasana yang biasa di dalam gudang rumah sakit. Namun, ketika adegan yang menggambarkan tindakan tidak senonoh yang dilakukan oleh Naya kepada Sandi muncul di layar, Naya merasa dunianya hancur. Tidak! Dia tidak bisa percaya apa yang dia lihat. Tidak mungkin dia melakukan hal semengerikan itu. Dia merasa mual dan ingin menolak kenyataan yang ada di hadapannya. Namun, bukti yang jelas dan tak terbantahkan memperkuat semua yang Bunda Noni katakan. Naya merasa terjebak dalam kebenaran yang tidak bisa dia pungkiri. "Menjijikkan, Bun! Itu menjijikk

  • Aku Tak Mau DiMadu   80. Sudah jadi istri orang lain

    Setelah mendengar penjelasan dari Soni, Yumna Akhirnya memutuskan untuk pulang ke rumah. Dalam lubuk hatinya yang terdalam, dia benar-benar merasa tidak percaya dengan apa yang diucapkan oleh Soni. Namun, Yumna sendiri tak memiliki bukti yang kuat jika benar pria itu berbohong. Apalagi Ustad Yunus pun ikut meyakinkannya kalau semua ucapan sang kakak ipar adalah benar. Jadi mau tidak mau, mungkin Yumna akan mencoba untuk menerima meskipun hanya sepenuh hati. *** Di tempat berbeda. Setelah menghubungi pihak rumah sakit, Bunda Noni diminta untuk membawa Naya ke sana, supaya bisa diperiksa secara jelas tentang kondisinya. Sandi sendiri memilih tidak ikut bersama mereka, karena memang itu atas permintaan Bunda Noni. Dia tidak mau Naya histeris lagi dan berefek pada kondisi mentalnya. Bunda Noni ingin yang terbaik untuk anaknya, ingin melihatnya sembuh. Setelah setengah jam diperiksa dan berkonsultasi kepada Dokternya Naya, akhirnya dokter itu memiliki jawaban yang akan dijelaskanny

  • Aku Tak Mau DiMadu   79. Dia bukan Yunus!

    "Bunda ... Bunda kenapa bawa dia ke sini??" Naya terkejut melihat kedatangan Sandi bersama Bunda Noni. Dia merasa ketakutan dan dengan refleks, dia membanting pintu. Braakkk!! "Astaghfirullahallazim, Nay! Apa yang terjadi?" Bunda Noni bingung dengan kejadian tersebut. Dia mencoba membuka pintu, namun pintu itu sudah dikunci dari dalam. "Pria asing itu... kenapa Bunda membawanya ke sini? Seharusnya Bunda membawanya langsung ke kantor polisi!" Naya mengungkapkan kekhawatirannya. Mendengar perkataan Naya, Bunda Noni menoleh ke arah Sandi, dan keduanya saling memandang. "Apa jangan-jangan yang dimaksud pria asing itu kamu, San? Tapi kenapa?" Bunda Noni bertanya bingung. "Aku nggak tau, Bun." Sandi menggelengkan kepala, juga bingung. "Tapi masa Naya nggak mengenalku?" "Itu dia masalahnya, San." Bunda Noni menghela napas, lalu mengetuk pintu kamarnya. "Naya sayang... Pria asing yang kamu maksud bukanlah orang jahat, tapi dia adalah suamimu, Yunus." "Bunda, ini aneh. Bunda pikir aku n

  • Aku Tak Mau DiMadu   78. Pria asing

    Meski diawal Sandi tak menginginkan hal ini terjadi, dan sempat berusaha untuk menolak. Tapi pada akhirnya, sebagai pria normal, dia berhasil luluh.Hasrat itu muncul saat terus menerus digoda, Sandi tak kuasa untuk menahan.**Keesokan harinya.Setelah melalui malam panjang penuh gairah, dengan perlahan-lahan Naya membuka matanya lalu menatap sekeliling ruangan.Sorot matanya pun berhenti pada Sandi yang tertidur pulas dengan bertelanjang dada di sampingnya, dan sontak membuat Naya membulatkan matanya, merasa terkejut."Kamu siapa? Kenapa kamu ada dikamarku?!" teriaknya yang langsung beranjak dari tempat tidur. Namun, kembali dia merasa terkejut mana kala melihat tubuhnya sendiri polos tanpa busana. "Astaghfirullahallazim!!""Ada apa, Nay? Kenapa kamu berisik sekali?" Sandi membuka matanya yang terasa berat, lalu menguceknya beberapa kali sembari menatap Naya. Perempuan itu terlihat panik, dia langsung berlari keluar kamar sambil menarik selimut yang menutupi tubuh Sandi.Braakkkk!

  • Aku Tak Mau DiMadu   77. Cobaan apa lagi ini?

    "Eemmm ... mereka ada kok, Nak," jawab Umi Mae, tapi tampak ragu-ragu."Di mana, Umi?""Di rumah Mbaknya Yunus.""Maksud Umi di rumahnya Mbak Sari?""Iya, ada di sana.""Lho kok bisa mereka ada di sana? Memangnya mereka sempat kabur dari rumah, ya?""Bukan kabur dari rumah, tapi mereka sengaja Umi titipin. Karena 'kan waktu itu Yunus sakit, kamu nggak fokus sama mereka. Umi juga 'kan ikut nemenin kamu di rumah sakit," jelas Umi sedikit gugup."Oohh begitu. Syukurlah ...." Yumna merasa lega. "Aku sampai berpikir mereka digoreng sama Umi, buat dijadikan lauk.""Mana mungkin Umi tega seperti itu. Lagi pula mereka 'kan ayam-ayam kesayanganmu.""Umi benar. Terima kasih ya, Umi ...." Yumna langsung memeluk wanita tua itu dengan penuh kasih sayang. "Udah bantu ngurusin Cia dan Cio. Maaf juga, kalau aku sempat su'uzon bahwa Umi menggoreng mereka.""Enggak masalah, Nak. Umi mengerti kok, kekhawatiranmu." Umi Mae mengusap pipi Yumna dengan lembut dan tersenyum."Ya udah, sekarang aku mau pergi

  • Aku Tak Mau DiMadu   76. Nggak boleh su'uzon

    "Nggak boleh su'uzon, Dek. Nanti kita pulang langsung tanya aja ke Umi. Biar kamu nggak kepikiran yang enggak-enggak." Ustad Yunus menasehati. "Iya, iya." Yumna mengangguk. Setelah selesai makan siang, mereka langsung mencari kue bakpia yang Yumna inginkan. Menyelusuri setiap toko dan akhirnya membeli satu kotak yang berisi 12 buah rasa keju. "Bagaimana rasanya? Enak?" tanya Ustad Yunus, saat melihat istrinya baru saja mengunyah satu bakpia di tangannya. Mereka berdua kini sudah masuk lagi di dalam mobil. "Enggak, Mas." Yumna menggeleng, lalu memberikan kotak bakpia kepada Ustad Yunus. "Masa sih nggak enak? Terus kenapa itu kamu telan?" Merasa penasaran, Ustad Yunus pun mencobanya satu. "Ya jelas aku telan, orang udah ada dimulut. Nanti kalau dibuang Mas bilang mubazir." "Ya kalau memang kamu nggak suka banget, nggak usah dipaksa, Dek. Nggak apa-apa. Tapi menurut saya sih ini enak." Ustad Yunus mengunyah sambil meneliti rasanya, sebelum akhirnya dia telan. "Enggak ah, kejunya a

  • Aku Tak Mau DiMadu   75. Nyesel aku jadinya

    "Ya udah, biar nanti aku pikirkan dulu sekalian meminta izin sama bos. Kalau begitu aku pamit, assalamualaikum." "Walaikum salam," jawab Bunda Noni dan Naya berbarengan. Menatap Sandi yang keluar dari kamar. "Bunda tinggal dulu sebentar ya, Sayang. Bunda mau—" "Tunggu dulu sebentar, Bun!" Naya langsung menyentuh tangan Bunda Noni yang baru saja mengelus pucuk rambutnya, hendak pergi. "Kenapa?" "Setauku ... Bang Yunus itu kerja jadi marbot masjid deh, Bun." "Memang iya, terus kenapa?" Bunda Noni menatap bingung. Tak mengerti maksud Naya. "Tadi Bang Yunus ngomong mau minta izin. Memangnya orang kerja di masjid itu ada bos yang mengawasi ya, Bun? Setauku enggak deh." Naya menggeleng dengan raut bingung. Agak membingungkan menurutnya, dengan apa yang Sandi ucapkan tadi. "Oohh ... mungkin maksud Yunus bos itu pemilik masjidnya." Bunda Noni seakan memiliki banyak ide, untuk bisa menjawab pertanyaan dari sang anak. "Iya ... jadi 'kan sama saja, dia perlu meminta izin, Nay." "Iya kali

  • Aku Tak Mau DiMadu   74. Belum menghabiskan waktu

    Keesokan harinya.Di meja makan, Yumna, Ustad Yunus dan Umi Mae tengah menyantap nasi uduk.Wajah Yumna dan Ustad Yunus tampak segar sekali, Yumna juga begitu ceria hari ini seperti sedang bahagia."Mas mau nambah telor nggak? Biar aku ambilin," tawar Yumna dengan lembut menunjuk telor balado."Boleh, Dek." Ustad Yunus mengangguk, segera Yumna mengambilkan untuknya. "Terima kasih, ya, Dek.""Sama-sama Mas sayang," jawab Yumna. Perlahan, tangan Ustad Yunus terulur, lalu menyentuh pipinya dengan lembut dan mesra."Umi seneng deh, lihat kalian harmonis. Semoga seterusnya seperti ini, ya?" Melihat mereka berbahagia, tentulah Umi Mae ikut bahagia juga.Bahkan disetiap do'anya sehabis sholat, dia tak pernah absen untuk mendo'akan keutuhan rumah tangga Ustad Yunus dan Yumna, yang selalu diterpa banyak cobaan.Umi Mae yakin, cobaan itu pasti akan segera berlalu."Amin, Umi," sahut keduanya sembari tersenyum dengan saling memandang."Oh ya, Umi. Hari ini rencananya Mas Boy mau ngajakin aku cek

DMCA.com Protection Status