Share

73. POV Arjuna

Penulis: Shinta wira
last update Terakhir Diperbarui: 2023-01-14 17:58:00

Epilog 2

Betapa aku kesal pada Ismi. Aku menjadikannya istri dengan harapan bisa menghemat pengeluaran tapi ia malah tidak mengertindan terus menututku untuk memberinya uang. Padahal saat ini tempatku bekerja sebagai marketing di perusahaan otomotif perlahan mulai mengurangi gaji pegawainya karena penjualan yang terus merosot tajam.

Ibu memberi saran agar aku menikahinya saja. Maka pengeluaran bulanan akan lebih hemat, dan aku pun akan ada yang mengurusi.

Namun apa yang terjadi, setelah menikah dia malah terus mengeluh kekurangan uang. Baru saja sebulan menikah, pengeluaran sudah melebihi 6 juta. Aku tak habis pikir bagaimana cara Ismi mengelola keuangan. Sedangkan anak-anaknya pun belum ada yang sekolah.

Gajiku yang hanya 5 juta sebulannya tentu tak akan mencukupi semuanya. Dari mana aku harus menutupi kekurangannya?

Terpakasa aku harus pinjam sana sini walau harus menanggung malu. Sungguh rasanya lebih mudah saat kami tidak menikah seperti dulu.

Hal ini juga membuatku rindu pada sos
Bab Terkunci
Membaca bab selanjutnya di APP
Komen (1)
goodnovel comment avatar
Dian Rahmat
bodohnya juna. mau aja dijadikan sapi perah sama si Ismi. kok ya gak bisa negur ismi agar hidup prihatin. dasar lelaki lemah.
LIHAT SEMUA KOMENTAR

Bab terkait

  • Aku Tak Ingin Suamiku Tahu Aku Kaya   74. Honey Moon

    "Kamu tahu ... apa yang menarik dari Bali?" tanya Dio saat kami sedang menatap sunset di pinggir pantai Seminyak, Bali.Langit tampak begitu indah dengan awan kemerahan yang begitu memanjakan mata berpadu dengan suara deburan ombak yang mengalun merdu membuat suasana hati menjadi tenang.Ini pertama kalinya bagiku menginjak tanah Bali. Sedari kecil Bali bagiku adalah tempat wisata yang tak terjangkau. Pun saat aku sudah mulai memiliki bisnis sendiri, rasanya tak ada waktu untuk sekedar berwisata seperti ini.Jadi saat Dio menawarkan untuk berbulan madu ke Eropa, aku menolak mentah-mentah dan memilih ke Bali saja karena belum pernah sama sekali melihat pantai Bali."Ya ... tentu saja semua ini, kan... pantainya, lautnya, sunsetnya dan... ragam budayanya," jawabku sambil menatap Dio yang tampak tampan dengan kemeja pantai berwarna jingga yang dibelinya di pedagang kaki lima sambil merebahkan badan di kursi santai."Bukan ... Bali selalu menarik karena penuh dengan kisah cinta. Coba liha

    Terakhir Diperbarui : 2023-01-16
  • Aku Tak Ingin Suamiku Tahu Aku Kaya   75. Galuh

    "Galuh ... kamu sedang apa di sini?" Dio seketika mendekat wanita dengan pakaian minim itu sambil tersenyum lebar. Wajahnya seketika berubah hangat. Lantas mereka pun saling berpelukan dan mencium pipi, tampak sangat akrab sekali.Sungguh ada sebersit rasa tak suka saat melihat Dio sangat dekat dengan wanita yang hanya memakai pakaian dalam saja itu. Aku saja yang wanita merasa risi dan malu melihatnya. Meski memang di Bali hal seperti itu sudah menjadi pemandangan yang biasa saja. Tapi ... aku tak pernah berharap akan melihat suamiku sendiri saling berpelukan dengan salah satu dari mereka."Aku baru saja landing dari Ausie kemarin, sebelum pulang aku ingin liburan dulu beberapa hari di sini," jawab wanita bernama Galuh itu sambil mengibaskan rambut pirang panjangnya."Dia siapa? Istrimu?" Wanita itu melirik ke arahku dengan tatapan sinis. Seakan ia tak suka menatapku."Ah... iya.. dia Aruni, istriku!" Dio seketika menarik lenganku, memintaku untuk mendekat. "Sayang, perkenalkan ini

    Terakhir Diperbarui : 2023-01-17
  • Aku Tak Ingin Suamiku Tahu Aku Kaya   76. Rencana Rahasia Dio

    "Kamu sudah cantik, kok, Sayang...." ucap Dio seraya melingkarkan tangannya di pinggangku yang sedang mematut diri di cermin sebelum kami beranjak pergi ke restoran untuk dinner bersama Galuh, sepupu sexynya itu.Aku masih menyimpan kesal pada Dio akan kejadian siang tadi. Maka kukibaskan saja lengannya dari pinggangku. Belum lagi aku juga malas ikut di dinner ini untuk bertemu dengan Galuh. Terbayang bagaimana nanti wanita itu akan menatapku.Tapi aku tak punya pilihan. Dio memaksaku untuk ikut. Dan aku juga tak mau kalau Dio hanya berduaan dengan Galuh, apalagi jika ternyata Galuh memakai pakaian sexy lagi seperti siang tadi.Dio memasang wajah cemberut saat dengan sengaja kulepaskan tangannya tadi. Tapi aku tahu dia tidak benar-benar marah. Lelaki itu lalu mengapit lenganku erat dan menuntunku untuk segera turun ke parkiran dan berangkat ke restoran."Semangat, Sayang... Makanan di restoran yang kita tuju itu, enak-enak, loh! Pokoknya, kita nikmati saja malam ini, ya!" Dio kembali

    Terakhir Diperbarui : 2023-01-18
  • Aku Tak Ingin Suamiku Tahu Aku Kaya   77. Tak Mau Dibohongi Lagi

    "Sudah ... kita tak usah membicarakan masalah itu lagi. Khawatir Aruni akan mendengar!" ucap Dio tampak mengakhiri pembicaraan.Aku yang masih duduk tepat di belakangnya hanya bisa menahan sesak di dada, penuh tanda tanya tentang apa semua ini.Tak ingin Dio tahu jika aku mendengarkan pembicaraan mereka, aku pun bergegas bangkit. Dengan kangkah seribu aku kembali ke toilet dan menenangkan diri sejenak.Sungguh aku tak bisa berpikir tentang kemungkinan apa pun dari apa yang barusan dibicarakan Dio dan Galuh. Tentang rencananya juga tentang Om Satyo.Tapi firasatku mengatakan ini bukanlah hal positif. Tak akan pernah ada hal baik yang disembunyikan seperti ini."Lama sekali kamu di toilet! Betah ya?" Tiba-tiba saja pintu toilet terbuka dan kulihat Galuh masuk dengan mimik sinisnya menatapku."Suamimu sampai memintaku menyusul karena khawatir kamu kenapa-kenapa. Merepotkan sekali!" lanjutnya lagi sambil melipat kedua tangan di dada.Karena rasa sesak di dada yang masih menggumpal, aku ta

    Terakhir Diperbarui : 2023-01-19
  • Aku Tak Ingin Suamiku Tahu Aku Kaya   78. Kabar Dari Bapak

    Pagi ini karena masih kesal dengan Dio aku meninggalkannya dan memilih sarapan terlebih dahulu. Lalu saat Dio datang menyusul aku pun memilih untuk meninggalkannya. Rasanya masih malas untuk dekat-dekat dengannya. Walau sebenarnya ada rasa sedih di hati karena sikapku ini tentu menghancurkan momen honey moonku sendiri. Tapi aku tak bisa membohongi hatiku sendiri akan rasa kecewa dan sedih yang aku rasakan sendiri.Saat baru saja sampai di kamar, ponselku berdering. Aku yakin pasti dari Dio, dia mungkin mau membujukku untuk kembali ke restoran hotel dan menemaninya makan.Tapi saat kulihat, bukannya nama Dio yang tertera di layar ponsel, melainkan nama Bapak. Segera saja kutelan tombol hijau agar dapat segera tersambung dengan lelaki yang merupakan ayah kandungku itu."Aruni ..., kapan kau akan pulang dari Bali?" tanya Bapak melalui telepon dari seberang sana. "Ada apa memang, Pak? Rencananya aku dan Dio akan pulang 3 hari lagi," terangku. Seingatku aku sudah mengatakan pada orang-or

    Terakhir Diperbarui : 2023-01-21
  • Aku Tak Ingin Suamiku Tahu Aku Kaya   79. Kembali Pulang

    Jam sudah menunjukkan pukul 18 saat kami akhirnya sampai di rumah. Dio menepati perkataannya untuk pulang hari ini juga demi memastikan Arsy aman.Sepanjang perjalanan aku dan Dio tak banyak bicara. Aku sungguh malas untuk melakukan percakapan dengannya. Di pikiranku berkecamuk banyak hal. Tentang maksud dan tujuan ibunya Mas Juna yang sampai datang setiap hari ke rumah dan mengajak Arsy ke lembaga pemasyarakatan, juga tentu saja tentang percakapan Dio dan Galuh yang masih menjadi misteri.Bicara tentang Galuh, aku jadi teringat, sebelum kami pulang tadi wanita itu sempat menemui kami di bandara. Mungkin Dio mengabari tentang kepulangan kami yang mendadak padanya."Jadi kamu pulang hanya karena khawatir pada anaknya wanita itu?" tanya Galuh dengan raut tak sukanya seperri biasa. Dia kali ini mengenakan dress berwarna merah muda sepaha, warna rambutnya membuatnya cukup kontras dengan warna pakaiannya. Tapi Galuh tetap terlihat penuh percaya diri.Lalu kemudian Galuh dan Dio menjauh dar

    Terakhir Diperbarui : 2023-01-23
  • Aku Tak Ingin Suamiku Tahu Aku Kaya   80. Foto Keluarga

    Aku menunggu Om Satyo di sebuah lobi hotel tempatnya menginap. Om Satyo hanya beberapa hari saja berada di sini katanya. Dua hari lagi ia akan kembali ke Kalimantan untuk mengurusi bisnisnya yang banyak yang berada di banyak bidang itu. Dan keberadaan beliau di sini memang sedang ada urusan bisnis lainnya yang memerlukan kehadirannya.Ya ... Om Satyo memang sesibuk itu. Setiap minggunya pasti tidak akan ada di satu tempat yang sama. Maka dari itu waktunya begitu berharga.Lelaki berusia akhir 40-an berjalan dengan gagah sambil tersenyum menatapku. Om Satyo tampak gagah dengan memakai kemeja berwarna cream yang menempel sempurna di tubuhnya. Meski sudah cukup berumur, ia masih sangat terlihat gagah, segar dan tampan. Rambutnya yang mulai memutih malah membuat penampilannya semakin menarik."Kamu sudah lama menunggu, Aruni?" tanya Om Satyo sambil menyambutku dan memberi pelukan erat."Enggak kok, Om! Aku juga baru sampai!""Syukurlah kalau begitu! Lalu ... kenapa kamu sudah kembali? Buk

    Terakhir Diperbarui : 2023-02-01
  • Aku Tak Ingin Suamiku Tahu Aku Kaya   81. Sahabat Karib

    "Jadi ... sebenarnya ada apa, Aruni?" selidik Om Satyo menatapku dengan tatapan penasaran. "Mmmh... katakan saja padaku Om, apa Om mengenal keluarga Dio? Karena kemarin kan saat menikah yang datang hanya keluatga intinya saja. Dan aku pun sama sekali belum pernah dikenalkan dengan keluarga besarnya," jawabku mencari alasan.Om Satyo menatap mataku dalam. Tampak menyelami, sampai aku salah tingkah dibuatnya. Apa Om Satyo tahu bahwa ada yang aku sembunyikan?"Sepertinya Om kenal salah satunya, atau beberapa. Yang tengah ini namanya Hendro Airlangga dan ini istrinya, Juni," terangnya sambil menunjuk sosok yang kutebal adalah kakek dan neneknya."Om kenal? Siapa mereka?" Om Satyo menghembuskan nafas berat. Tak langsung menjawabnya."Dia sahabat karib kakekmu. Mereka bersahabat sejak kecil. Aku tidak tahu kalau ternyata Dio adalah cucunya Om Hendro." Om Satyo kembali memerhatikan foto keluarga di ponselku. Tampak sedang mengamati lagi.Jadi ternyata keluarga Dio ada hubungannya dengan ke

    Terakhir Diperbarui : 2023-02-02

Bab terbaru

  • Aku Tak Ingin Suamiku Tahu Aku Kaya   97. Epilog 2

    Setelah 10 hari dirawat di rumah sakit, akhirnya Dio diperbolehkan pulang. Tapi dengan catatan ia masih harus beristirahat dan tidak boleh banyak beraktivitas.Ayah dan Ibunya Dio telah menunggu kepulangan kami di rumah. Mereka sengaja menunggu Dio benar-benar pulih dulu baru datang ke Indonesia untuk menjenguk anaknya yang pernah hampir kehilangan nyawa itu.Saat pertama bertemu, Ayah dan Ibu seketika menghambur memeluk Dio juga aku diiringi dengan tangisan. Mereka begitu bersyukur karena kami masih diberi keselamatan dan umur yang panjang."Erlang itu memang keterlaluan! Sudah kubilang berkali-kali, membalas dendam hanya akan membuat kehancuran saja. Dan sekarang dia menanggung semuanya, kan?" ujar Ibunya Dio yang juga dengan penuh penyesalan. Ibunya Dio adalah adik dari Om Erlang yang juga merupakan kakak langsung dari Tante Astri. Menurut Ibu, ia juga begitu terluka akan kepergian adiknya. Bahkan Ibu sampai harus mengkonsumsi obat penenang selama satu tahun karena belum bisa mene

  • Aku Tak Ingin Suamiku Tahu Aku Kaya   96. Epilog 1

    "Bagaimana kabar Dio?" tanyaku entah untuk yang ke berapa kalinya pada Fania sepupu Dio yang sedang menemaniku di rumah sakit.Sudah dua hari ini aku dan Dio mendapatkan perawatan setelah kejadian penyanderaan malam itu. Beruntung aku hanya kelelahan dan dehidrasi saja. Juga mendapatkan perawatan atas luka bakar yang diberikan Om Erlang di pahaku. Sedangkan Dio pagi tadi harus menjalani opersi besar karena livernya terluka akibat serangan yang ia terima saat menolongku."Dio masih belum sadar, tapi kata dokter kondisinya sudah stabil sekarang." Kabar dari Fania cukup membuat aku lega, sungguh yang aku takutkan saat ini adalah kehilangan Dio setelah semua yang terjadi pada kami."Tenang, Dio pasti akan baik-baik saja. Operasinya sudah berhasil. Dan Dio pasti akan pulih dengan cepat, Aruni." Sepertinya Fania melihat kegelisahanku. Sambil menggenggam tanganku, wanita yang memang selalu ceria di setiap suasana itu berusaha menenangkanku."Terima kasih, Fania. Terima kasih atas semua dukun

  • Aku Tak Ingin Suamiku Tahu Aku Kaya   95. Mata dibayar Mata

    "Kamu tahu Aruni, sekian tahun aku memikirkan bagaimana cara terbaik untuk membalaskan dendamku ini. Sekian lama aku mencari siapa orang yang disayangi oleh Satyo, hingga akhirnya aku tahu tentangmu. Keponakan Satyo yang baru saja berkembang. Yang dijaga dan selalu diawasi Satyo. Aku mencari tahu tentangmu. Mencari cara bagaimana bisa mendekatimu. Sampai aku harus mendatangi mantan suamimu. Tapi semuanya nihil tidak berhasil!" lanjut Om Erlang lagi dengan menggebu-gebu. "Tapi ternyata takdir baik berpihak padaku. Tiba-tiba saja kudengar kamu menikah dengan Dio, keponakanku sendiri. Kamu seolah datang dan menyerahkan dirimu sendiri ke tanganku Aruni," Om Erlang kini membelai rambutku dengan lembut. Tapi seketika menimbulkan perasaan takut yang amat sangat pada diriku."Terima kasih Aruni! Terima kasih karena kau telah datang sendiri padaku!" ucap Om Erlang lagi dengan amat puas.Saat ini aku hanya bisa menangis. Puluhan rasa menjadi satu. Takut, bingung, sedih, marah kecewa semuanya k

  • Aku Tak Ingin Suamiku Tahu Aku Kaya   94. Rencana Rahasia

    Entah sudah berapa jam aku menunggu di dalam ruangan gelap dan pengap ini. Galang meninggalkanku begitu saja setelah ia mendapat telepon yang entah dari siapa tadi saat matahari masih cukup terang hingga kini sudah gelap gulita.Badanku kini terasa makin lemah aku teringat sejak pagi tadi belum mengkonsumsi apa pun karena memang tak nafsu. Belum lagi aku juga terus berusaha untuk melepaskan ikatan di badanku meski sama sekali tak ada perubahan apa pun.Sungguh rasanya aku hampir putus asa, sepertinya sebentar lagi aku akan menghadapi ajal dengan cara yang mengenaskan begini.Saat sedang meratapi nasib, tiba-tiba terdengar sebuah mobil mendekat. Aku terus berusaha untuk tetap waspada. Entah kali ini apa yang akan terjadi padaku.Tak lama pintu pun terbuka, kulihat Om Erlang yang kupastikan otak dari semua ini datang menghampiri.Dengan begitu tenang, seolah tak terjadi apa pun, lelaki itu tersenyum manis padaku. "Aruni ... bagaimana rasanya berada di sini dengan keadaan terikat begini

  • Aku Tak Ingin Suamiku Tahu Aku Kaya   93. Menyendiri

    Sepulang dari pemakaman aku meminta waktu untuk beristirahat tanpa ingin diganggu siapa pun. Aku bahkan sudah meminta cuti untuk dua hari ke depan dari kantor karena rasanya saat ini aku tak bisa berpikir dengan baik.Dio menatapku penuh khawatir karena aku begitu murung dan lesu."Apa kamu sakit, Aruni? Kamu begitu lesu sejak kita pulang dari pemakaman tadi." Lelaki itu memegang keningku. Membandingkan suhu tubuhku dengannya. "Kamu gak demam, sepertinya kamu hanya kelelahan, Sayang! Kalau begitu istirahat, ya! Jangan terlalu banyak pikiran!" Dio mengusap kepalaku dan mengecupnya lembut. Lalu dengan penuh hati-hati lelaki yang belum setengah tahun menjadi suamiku itu menutupi tubuhku dengan selimut. Memastikan aku beristirahat dengan nyaman di kasur. Tak lama ia pun pamit pergi untuk kembali bekerja dan membiarkanku sendirian seperti yang aku minta sebelumnya.Dio memang baik, tapi bagiku saat ini kebaikannya hanya topeng untuk menutupi sesuatu yang besar yang sudah ia rencanakan yan

  • Aku Tak Ingin Suamiku Tahu Aku Kaya   92. Merasa Bersalah

    "Aruni ..." Suara Galang yang menyebut namaku menggoyahkan pertahananku. Entah mengapa dia bisa terlihat begitu mengintimidasi. Padahal aku tidak mengenalnya sama sekali. Jantungku makin berdebar kencang. Bahkan kurasa kakiku pun melemah saking ketakutannya. Sebisa mungkin aku menguatkan diri untuk menghadapi Galang, anak dari Om Erlang itu. Meski takut, aku ingin tahu apa yang akan dia lakukan kepadaku.Namun, tiba-tiba saja sebuah tangan memegang pundak belakangku, membuatku refleks melihat siapa itu. Ternyata Dio kini sudah ada tepat disampingku. Sebuah rasa lega seketika memenuhi jantungku. Aku sangat bersyukur Dio datang di saat yang tepat."Ayo, kita pulang. Aku sudah pamit pada Om Erlang dan lainnya tadi!" ucap Dio dengan amat tegas sambil menatap tajam Galang yang kini berdiri angkuh di hadapan kami dengan senyuman yang sekan merendahkan.Tanpa mengalihkan pandangannya sedikit pun dari Galang, Dio menarik lenganku dan dengan cepat membawaku pergi meninggalkan lelaki demgan t

  • Aku Tak Ingin Suamiku Tahu Aku Kaya   91. Keluarga Airlangga

    "Halo Aruni, perkenalkan saya Erlangga Putra Airlangga!" Suara bariton Om Erlang cukup membuatku terkesima saat pertama mendengarnya. Postur tubuhnya yang besar dan kekar sangat menampakkan sifat dominannya. Sekali lihat siapapun akan tahu bahwa dia adalah orang yang penuh kuasa.Om Erlang secara khusus menyambut kedatanganku dengan Dio. Ia menyunggingkan senyum yang tampak ramah saat menatapku. Meski jujur saja, senyumnya itu terlihat aneh terlukis di wajah sangarnya."Halo, Om... perkenalkan saya Aruni!" ucapku perlahan setelah Dio memberi isyarat agar aku membalas jabatan tangan dari Om Erlang."Kamu cantik sekali, Aruni!" puji Om Erlang yang masih tampak tersenyum menatapku."Terima kasih, Om!" Aku membalasnya dengan sebuah senyuman. Tapi entah mengapa aku merasa bahwa ucapannya bukanlah sebuah pujian."Maaf, ya, karena kami baru bisa menyambutmu menjadi keluarga sekarang, Aruni! Lagi pula Dio juga nih, menikah tanpa memberitahukan keluarga besar. Padahal kan seharusnya kamu mengu

  • Aku Tak Ingin Suamiku Tahu Aku Kaya   90. Ingkar Janji

    "Sebenarnya acara apa itu, Dio?" tanyaku pada lelaki yang baru saja sampai dari tempat kerjanya saat ia juga ternyata menyampaikan undangan yang sama dari Om Erlang pada kami berdua.Aku benar-benar merasa curiga dengan undangan ini. Bukankah kemarin mereka masih mengibarkan bendera perang padaku, menuntut agar aku untuk meminta maaf atas kesalahan anaknya itu."Undangan biasa, kok, Sayang! Keluargaku kan memang suka mengadakan acara seperti ini. Sekalian katanya mereka ingin kenal denganmu!" terang Dio."Kamu yakin, Dio? Bukannya mereka kemarin masih menyindir-nyindir aku untuk meminta maaf pada Galuh, sekarang malah Galuh sendiri yang datang menemuiku untuk datang ke rumahnya. Seakan tak ada yang terjadi antara aku dan dia.""Mmmh... ya... pada dasarnya memang ini acara yang sering keluargaku adakan. Tapi.. acara besok memang sangat dadakan sekali. Bahkan semuanya baru dikabarkan sore tadi." Kini raut wajah Dio berubah serius. Ia pun mengernyitkan keningnya seakan berpikir keras."S

  • Aku Tak Ingin Suamiku Tahu Aku Kaya   89. Undangan Makan Malam

    "Bagaimana kondisi Arjuna? Apa saja yang kamu bicarakan dengannya tadi, Sayang?" tanya Dio yang kini sedang fokus dibelakang kemudinya. Setelah mendengar apa yang dibicarakan Mas Juna tadi, aku tak banyak bicara. Kepalaku sakit bukan main. Rasanya terlalu banyak yang harus aku pikirkan. Rahasia Dio dan sepupunya Galuh, masalah dengan keluarga Galuh, tekanan dari Ibunya Mas Juna yang masih menyalahkanku atas kondisi anaknya saat ini, lalu kini ditambah lagi tentang apa yang dikatakan Mas Juna tentang Om Satyo dan lelaki bernama Hendro itu. Arghh.. semuanya benar-benar memusingkan.Aku tak segera menjawab pertanyaan Dio, rasanya malas untuk membuka mulut ini dan mengatakan sesuatu. Tiba-tiba saja pikiranku tersentak saat Dio menggenggam tanganku dengan sebelah tangannya, sementara sebelahnya lagi menggenggam setir. "Are you okay, Honey? Dari tadi kamu ngelamun. Mikirin apa, sih?" tanya Dio sambil sesekali menatapku penuh khawatir."I'm okey, Dio! Sorry, aku lagi ga enak badan kayakn

DMCA.com Protection Status